KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN
(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Oleh:
M. Luqman Nul Hakim, S.Ked
04054811416095
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul :
KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN
PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN
(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)
M. Luqman Nul Hakim, S.Ked 04054811416095
Pembimbing:
dr. Hj. Mariatul Fadilah. MARS
dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Palembang, Agustus 2015
Pembimbing,
dr. Hj. Mariatul Fadilah. MARS
ABSTRAK
KEBIASAAN MEROKOK PADA PEROKOK PEMULA DAN PEMAHAMAN DAMPAK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN
(Studi Kualitatif pada Anak-anak Jalanan Kawasan Ilir Timur di Kota Palembang)
(M. Luqman Nul Hakim, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2010, 57 halaman)
Latar Belakang: Di era sekarang banyak sekali ditemukan berbagai penyimpangan perilaku pada remaja. Salah satu bentuk penyimpangan perilaku pada remaja adalah kebiasaan buruk merokok. Seorang remaja pada umumnya merupakan seorang perokok pemula, artinya mereka baru memulai untuk merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok, yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau kadang-kadang. Salah satu langkah yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi angka perokok pada usia remaja adalah memberikan promosi kesehatan dalam berbagai media. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan di SMP Nurul Iman Palembang dan SMA Bina Bangsa Palembang berdasarkan lima aspek yang ada yaitu perhatian, pemahaman, kepercayaan serta sikap, motivasi, dan perilaku. Metode: Penelitan ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer yang didapatkan dari penelitian ini didapatkan dari metode focus group discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasional. Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan beberapa hasil dari beberapa aspek. Pada aspek perhatian, semua informan memiliki ketertarikan untuk mengetahui dampak buruk merokok. Pada aspek pemahaman, semua informan telah banyak mengetahui dan memahami dampak buruk dari merokok terhadap kesehatan. Pada aspek kepercayaan dan sikap, semua informan telah percaya akan kebenaran dari dampak buruk merokok dan menyikapinya secara positif. Pada aspek motivasi, semua informan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok namum masih banyak terhalangi karena pengaruh dari lingkungan pergaulan. Pada aspek perilaku, semua informan memiliki keinginan yang kuat untuk berhenti merokok dan mulai mencoba untuk berhenti merokok. Dalam penelitian ini juga didapatkan fakta bahwa para informan mencoba meropkok awalnya dalam rentang usia yang muda dan hanya sekedar mencoba-coba namun lama kelamaan menjadi kecanduan. Mereka berpendapat bahwa dengan merokok pikiran mereka lebih tenang dan lebih mudah dalam bergaul sesama teman.Kesimpulan: Perokok pemula di SMP Nurul Iman Palembang dan SMA Bina Bangsa Palembang memiliki pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok terhadap kesehatan dan didapatkan juga kesimpulan bahwa adanya penyimpangan perilaku dari para pelajar sekolah tersebut salah satunya kebiasaan merokok.
Kata kunci: perokok pemula, pemahaman
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 11.2. Rumusan Masalah................................................................ 41.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum........................................................... 41.3.2. Tujuan Khusus.......................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Manfaat Ilmiah......................................................... 41.4.2. Manfaat Praktis......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perokok................................................................................. 62.1.1. Prevalensi Perokok................................................... 62.1.2. Jenis-Jenis Perokok................................................... 72.1.3. Tahapan Menjadi Perokok........................................ 72.1.4. Perokok Pemula........................................................ 82.1.5. Dampak Kesehatan bagi Perokok
2.1.5.1. Penyakit Saluran Pernapasan...................... 82.1.5.2. Kanker........................................................ 92.1.5.3. Kematian.................................................... 9
2.2. Konsep Communication-Human Information Processing. . . 112.2.1. Sumber (Source)....................................................... 122.2.2. Media (Channel)....................................................... 122.2.3. Penerima (Receiver)
2.2.3.1. Perhatian (Attention)................................... 132.2.3.2. Pemahaman (Comprehension)................... 132.2.3.3. Kepercayaan & Sikap (Belief & Attitude). . 14
2.2.3.4. Motivasi (Motivation)................................. 142.2.3.5. Perilaku (Behaviour).................................. 14
2.3. Kerangka Konsep................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian..................................................................... 163.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian....................................................... 163.2.2. Tempat Penelitian..................................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel3.3.1. Populasi.................................................................... 163.3.2. Sampel...................................................................... 17
3.4. Definisi Operasional3.4.1. Perokok Pemula........................................................ 173.4.2. Perhatian................................................................... 183.4.3. Pemahaman............................................................... 183.4.4. Kepercayaan............................................................. 183.4.5. Sikap......................................................................... 183.4.6. Motivasi Berhenti Merokok...................................... 183.4.7. Perilaku Berhenti Merokok...................................... 183.4.8. Kebiasaan Berhenti Merokok................................... 19
3.5. Teknik Pengumpulan Data................................................... 193.6. Cara Pengolahan dan Analisis Data..................................... 203.7. Kerangka Operasional.......................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian......................................................... 224.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian
4.2.1. Karakteristik Informan............................................. 224.2.2. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan Data.............. 24
4.2.2.1. Aspek Perhatian........................................... 244.2.2.2. Aspek Pemahaman...................................... 274.2.2.3. Aspek Kepercayaan dan Sikap.................... 294.2.2.4. Aspek Motivasi............................................ 334.2.2.5. Aspek Perilaku............................................. 354.2.2.6. Aspek Kebiasaan Merokok.......................... 384.2.2.6. Matriks Penelitian........................................ 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................. 56
5.2. Saran....................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 58
LAMPIRAN.................................................................................................. 60
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
semua rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis berupa kesehatan dan
kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Kebiasaan Merokok
Pada Perokok Pemula dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan
(Studi Kualitatif pada anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang)”
guna melengkapi salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang periode 15 Juni 2015 – 24 Agustus
2015.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada dr. Hj. Mariatul Fadilah, MARS selaku pembimbing substansi dalam
penelitian ini. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada dr. Rizma Adlia Syakurah, MARS selaku pembimbing
metodologi yang telah ikut membantu dan membimbing dalam proses pembuatan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada kedua orang tua ku, saudara-saudara
ku, dan kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam proses pembuatan
tugas akhir ini.
Penulis turut menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat digunakan sebaik mungkin untuk kedepannya.
Palembang, Juli 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan
sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak
bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi
banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib
anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Salah satu bentuk
masalah perilaku pada anak-anak jalanan adalah kebiasaan
buruk merokok. Kebiasaan buruk merokok sendiri telah terbukti
menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit seperti pernapasan,
kardiovaskular, berbagai jenis penyakit kanker, dan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
World Health Organization telah menyatakan lebih dari
427.948 orang meninggal per tahun karena merokok atau
tercatat sekitar 1127 orang meninggal setiap harinya karena
penyakit yang disebabkan oleh rokok. Menurut laporan Terakhir dari WHO
mengenai konsumsi tembakau dunia, angka prevalensi merokok di Indonesia
merupakan salah satu di antara yang tertinggi di dunia, dengan 46,8 % laki-laki
dan 3,1 % perempuan dimana persentase tersebut dimulai dari perokok dengan
usia 10 tahun ke atas yang diklasifikasikan sebagai perokok (World Health
Organization, 2011). Jumlah perokok terus meningkat tiap
tahunnya, jumlah perokok harian di dunia pada tahun 1980
adalah 721 juta orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
967 juta orang (Ng et al, 2014). Proporsi penduduk umur ≥15
tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung
meningkat, pada tahun 2007 adalah 34,2%, tahun 2010 sebesar
34,7% dan tahun 2013 menjadi 36,3% (Riskesdas, 2013). Lebih
dari setengah (50,3%) perokok di Indonesia mulai merokok pada
usia 15-19 tahun. Pada tahun 2010, Indonesia telah
mengeluarkan biaya 1,8 Milyar rupiah untuk pengeluaran biaya
kesehatan yang disebabkan oleh rokok ( Global Adult Tobacco
Survey, 2012).
Perokok pemula adalah seseorang yang baru memulai untuk
merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok,
yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur
hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau
kadang-kadang. Para perokok pemula umumnya tidak
mengetahui bahaya yang ditimbulkan akibat rokok. Sebagian
besar seorang pelajar yang merokok tidak tahu bahwa merokok
dapat menyebabkan kanker, merokok tetap berbahaya walaupun
hanya sedikit, dan berhenti merokok itu sulit karena terjadi
ketergantungan. Perokok pemula terus merokok dengan alasan
karena agar dapat mengilangkan strees, mengikuti teman-teman
nya yang juga merupakan seorang perokok, meningkatkan
kepercayaan diri, mengisi waktu luang dan masih banyak alasan
lainnya.
Di negara Indonesia, telah dibuat suatu peraturan untuk
mengendalikan peredaran rokok di Indonesia, yang terbaru
adalah Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk
Tembakau bagi Kesehatan. Untuk mengatasi masalah rokok di
dunia, WHO (World Health Organization) bekerja sama dengan
Bank Dunia merumuskan suatu kerangka kerjasama untuk
mengontrol penyebaran tembakau dengan membentuk
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Instrumen
dalam FCTC ini mendukung negara-negara anggotanya dalam
mengembangkan program pengendalian tembakau di tingkat
nasional untuk menekan kematian dan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan penggunaan tembakau.
Indonesia telah berusaha keras dalam melakukan promosi
kesehatan untuk mengurangi angka perokok terutama pada usia
remaja sekolah. Untuk mengetahui hasil promosi kesehatan
tersebut dan untuk mengetahui bentuk pemahaman seseorang
dapat diidentifikasikan melalui konsep Communication-Human
Information Processing (Conzola dan Wogalter, 2001) yang terdiri
dari perhatian terhadap sesuatu, pemahaman mengenai sesuatu,
kepercayaan dan sikap yang timbul setelah memahami sesuatu,
motivasi untuk melakukan suatu perubahan, serta perilaku atau
tindakan nyata yang dilakukan oleh seseorang setelah
memahami semuanya.
Perokok pemula yang masih belum banyak tahu mengenai
dampak bahaya merokok terhadap kesehatan sangat perlu untuk
dibimbing dan diberitahukan melalui suatu promosi kesehatan
mengenai hal tersebut. Masalah anak-anak jalanan dan merokok
merupakan sebuah masalah yang tidak dapat dipisahkan. Peran
semua orang sangat dibutuhkan dalam hal tersebut agar anak-
anak jalanan dapat terus maju menjadi tunas-tunas bangsa yang
dibutuhkan oleh negara kita. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengetrahui kebiasaan merokok pada perokok pemula dan
pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman
dampak merokok terhadap kesehatan ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi aspek perhatian anak-anak jalanan
pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.
2. Mengidentifikasi aspek pemahaman anak-anak jalanan
mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.
3. Mengidentifikasi aspek kepercayaan dan sikap anak-anak
jalanan terkait pemahaman dampak merokok terhadap
kesehatan
4. Mengidentifikasi aspek motivasi anak-anak jalanan untuk
berhenti merokok terkait pemahaman dampak merokok
terhadap kesehatan.
5. Mengidentifikasi aspek perilaku berhenti merokok anak-anak
jalanan terkait mengenai pemahaman dampak merokok
terhadap kesehatan.
6. Bertujuan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada anak-
anak jalanan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Ilmiah
Menjadi landasan ilmiah untuk penelitian selanjutnya
mengenai kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak
merokok terhadap kesehatan.
1.4.2.Manfaat Praktis
1. Sebagai sumber informasi untuk masyarakat mengenai
kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok
terhadap kesehatan.
2. Sebagai masukan untuk masyarakat terkait adanya
penyimpangan perilaku remaja sekolah seperti merokok agar
para remaja sekolah selalu dapat diperhatikan lebih lanjut
oleh semua pihak.
3. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang akan melakukan
kegiatan promosi kesehatan tentang rokok terutama pada
anak-anak jalanan di kawasan Ilir Timur Palembang untuk
meningkatkan pemahaman mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan.
4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian-
penelitian tentang kebiasaan merokok pada perokok pemula dan pemahaman
dampak merokok terhadap kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Anak Jalanan
Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi
anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak
yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are
those who have abandoned their homes, school and immediate communities
before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life
(anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah
melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya,
larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 :
16).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak
jalanan adalah anak yang berusia 5 – 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat
umum.
2.2. Kriteria Anak Jalanan
Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional,
karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini
mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan
negara. Namun, pada kenyataannya sumber potensi ini justru menjadi
permasalahan di negara kita yaitu dengan adanya anak jalanan.
Berdasarkan pengertian anak jalanan di atas maka dapat diketahui bahwa
kriteria anak jalanan antara lain:
1. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun.
2. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau
berkeliaran di jalanan atau ditempat umum minimal 4 jam/hari dalam
kurun waktu satu bulan yang lalu, seperti pedagang asongan, pengamen,
ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll.
3. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu
ketertiban umum.
2.3. Pengelompokan Anak Jalanan
Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA)
mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan
anak jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup
dan mencari penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan
keluarga. Sedangkan anak jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup
dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa punya hubungan dengan
keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).
Sedangkan menurut tata Sudrajat (1999 : 5) anak jalanan dapat
dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya,
yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah
dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua,
anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali
ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan
sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street ) Ketiga,
Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori
anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).
Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak
jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children
of the street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan
semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan
keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh factor
social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan,
penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau
kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya
telah menjadi ikatan mereka.
2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka
adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka
seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak
teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja
dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong,
pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal
mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman
senasibnya.
3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka
tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau
sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman,
belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas
usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.
4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di
jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya
mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum
urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke
kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu,
membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen,
pengemis dan pemulung.
2.4. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan
Menurut hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin,
2000 : 11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke
jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :
1. Kekerasan dalam keluarga.
2. Dorongan keluarga.
3. Ingin bebas.
4. Ingin memiliki uang sendiri, dan
5. Pengaruh teman.
Selain itu, menurut Sri Sanituti (1999:5) empat faktor penyebab pokok
seorang anak menjadi anak jalanan antara lain:
1. Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus
membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan di jalan.
2. Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara
bapak dan ibu maupun orang tua dengan anak.
3. Suasana lingkungan yang kurang mendukung anak menikmati kehidupan
masa kanak-kanaknya.
4. Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati
kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.
2.5. Model Alternatif Penanganan Anak Jalanan
Alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 3 jenis model
yaitu family base, institutional base dan multi-system base.
1. Family base, adalah model dengan memberdayaan keluarga anak jalanan
melalui beberapa metode yaitu melalui pemberian modal usaha,
memberikan tambahan makanan, dan memberikan penyuluhan berupa
penyuluhan tentang keberfungsian keluarga. Dalam model ini diupayakan
peran aktif keluarga dalam membina dan menumbuh kembangkan anak
jalanan.
2. Institutional base, adalah model pemberdayaan melalui pemberdayaan
lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui
berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial
masyarakat.
3. Multi-system base, adalah model pemberdayaan melalui jaringan sistem
yang ada mulai dari anak jalanan itu sendiri, keluarga anak jalanan,
masyarakat, para pemerhati anak ,akademisi, aparat penegak hukum serta
instansi terkait lain.
2.1. Perokok
Menurut PP No. 109 Tahun 2012, rokok adalah salah satu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan.
Menurut Alamsyah (2009), perokok adalah orang yang
sedikitnya menghisap satu batang rokok per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun. Menurut CDC (2008), perokok
adalah orang yang sudah menghisap minimal 100 batang rokok
seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap
hari atau kadang-kadang.
2.1.1.Prevalensi Perokok
Menurut penelitian Ng et al. (2014), Jumlah perokok laki-laki
di dunia adalah 31,1% dan jumlah perokok perempuan adalah
6,2%. Jumlah perokok harian (daily smoker) di dunia pada tahun
2012 adalah 967 juta orang. Sebagian besar perokok di dunia
berasal dari negara berkembang dan Indonesia menjadi salah
satu negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia.
Menurut Riskesdas (2013), perilaku merokok penduduk
Indonesia 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari
2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2% tahun
2007 menjadi 36,3% tahun 2013. Sekitar 64,9% laki-laki dan
2,1% perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013.
Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah
sekitar 12,3 batang per hari. Proporsi terbanyak perokok aktif
setiap hari pada umur 30-34 tahun, yakni sebesar 33,4%.
Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah
perokok aktif setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar
(44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.
2.1.2.Jenis-Jenis Perokok
Perokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Secara
umum, perokok dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu perokok
aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang
secara teratur mengonsumsi rokok 1 batang atau lebih dalam
setiap harinya dan paling sedikit selama 1 tahun. Sedangkan
perokok pasif adalah seseorang yang sebenarnya tidak merokok
tetapi karena ada orang lain yang merokok didekatnya, maka
secara tidak langsung orang tersebut menghisap asap rokok.
Secara khusus, perokok dapat dibedakan berdasarkan
intensitas merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap per
hari. Berdasarkan intensitasnya, perokok dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok (WHO, 1998 dalam Putra, 2010), yaitu daily
smoker dan occasional smoker. Daily smoker adalah seseorang
yang merokok paling sedikit sekali dalam waktu sehari.
Sedangkan occasional smoker adalah seseorang yang merokok
tetapi tidak setiap hari. Berdasarkan jumlah batang rokok yang
dihisap per hari, perokok dibedakan menjadi 3 kelompok
(Sitepoe, 2000 dalam Alamsyah, 2009), yaitu perokok ringan
(merokok 1 sampai 10 batang per hari), perokok sedang
(merokok 11 sampai 20 batang per hari) dan perokok berat
(merokok lebih dari 20 batang per hari).
2.1.3.Tahapan Menjadi Perokok
Menurut Leventhal & Cleary (dalam Putra, 2010), seseorang
akan melalui empat tahapan untuk menjadi perokok, yakni:
1. Tahap preparatory. Pada tahap ini, seseorang mendapatkan
gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara
mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal ini
menimbulkan keinginan untuk merokok.
2. Tahap initiation. Pada tahap ini, seseorang mulai mencoba
merokok dan selanjutnya memutuskan apakah akan
meneruskan perilaku ini atau tidak.
3. Tahap becoming a smoker. Pada tahap ini, seseorang telah
dianggap sebagai perokok. Merokok minimal 4 batang sehari
membuat seseorang mempunyai kecenderungan untuk terus
merokok.
4. Tahap maintenance of smoking. Pada tahap ini, merokok
sudah menjadi bagian dari cara pengaturan diri (self-
regulating). Merokok dilakukan untuk memeroleh efek
fisiologis yang menyenangkan.
2.1.4.Perokok Pemula
Menurut Alamsyah (2009), perokok adalah orang yang
sedikitnya menghisap satu batang rokok per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun. Menurut CDC (2008), perokok
adalah orang yang sudah menghisap minimal 100 batang rokok
seumur hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap
hari atau kadang-kadang. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pemula adalah orang yang mulai atau mula-
mula melakukan sesuatu. Sehingga, perokok pemula bisa
diartikan sebagai orang yang baru mulai merokok tetapi belum
memenuhi kriteria untuk disebut perokok. Menurut Riskesdas
(2013), lebih dari setengah (50,3%) perokok di Indonesia mulai
merokok pada usia 15-19 tahun.
Menurut Putra (2010), perilaku merokok pada remaja
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling, dan penguat.
Faktor predisposisi yang berpengaruh diantaranya sifat remaja
yang senang mencoba hal yang baru dan keyakinan bahwa
merokok menambah kepercayaan diri. Faktor enabling,
diantaranya harga rokok yang terjangkau dan mudahnya
mendapatkan rokok. Faktor penguatnya adalah perilaku merokok
yang dilakukan oleh orang yang ada di sekitar remaja (orang tua,
guru, teman).
2.1.5.Dampak Kesehatan bagi Perokok
2.1.5.1. Penyakit Saluran Pernapasan
Merokok sejak lama dikaitkan dengan berbagai masalah
pada sistem respirasi mulai dari keganasan, penyakit kronik,
hingga meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang 80% kasusnya
disebabkan karena merokok baik secara aktif maupun pasif
(ASH, 2011). Menurut Braunwald (2001), perokok memiliki risiko
relatif mengalami PPOK sebesar 9,7% pada laki-laki dan 10,4%
pada perempuan. Pajanan yang lama terhadap asap rokok
menyebabkan inflamasi dan pengaktifan sel imun. Sel-sel
inflamasi ini kemudian melepaskan proteinase yang merusak
matriks ekstraseluler paru. Sel endotelial dan sel struktural
lainnya mengalami apoptosis karena stres oksidatif dan
hilangnya perlekatan antara matriks dan sel. Perbaikan elastin
dan komponen lain matriks ekstraseluler berujung pada
emfisema (U.S. Department of Health and Human Services,
2014).
Tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan terbanyak di Indonesia lebih berisiko dialami oleh
perokok dibandingkan mereka yang tidak merokok. Kebiasaan
merokok juga meningkatkan kejadian eksaserbasi asma pada
dewasa (U.S. Department of Health and Human Services, 2014).
Merokok di usia dini akan memperlambat pertumbuhan paru
sehingga fungsi paru menurun dibandingkan dengan fungsi
normal pada usianya. Merokok juga identik dengan kejadian
batuk dan mengik (Gregory dan Xiques, 2004).
2.1.5.2. Kanker
Merokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk
terjadi kanker. Menurut Eriksen, Mackay, dan Ross (2012), rokok
menjadi penyebab seperlima dari semua kasus baru kanker atau
sekitar 60.000 kasus per tahun dan menyebabkan seperlima
(22%) kematian karena kanker di dunia. Menurut Braunwald
(2001), merokok dapat meningkatkan risiko relatif kanker bibir,
mulut, faring, oesofagus, pankreas, laring, paru, ginjal, dan
traktus urinarius. Dari semua kanker yang berhubungan dengan
merokok, kanker bibir, mulut, dan laring merupakan kanker yang
paling berisiko dialami oleh para perokok.
2.1.5.3. Kematian
Sudah banyak studi ilmiah yang menyebutkan bahwa
merokok dapat menimbulkan penyakit kanker (mulut, faring,
laring, oesofagus, paru, pankreas, dan kandung kemih), penyakit
sistem pembuluh darah (jantung koroner, aneurisme aorta,
pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, gangguan pembuluh
darah otak) dan sistem pernapasan (bronkitis kronis, emfisema,
paru obstruktif kronik, tuberkulosis paru, asma, radang paru dan
penyakit saluran napas lainnya) (WHO dalam Thabrany et al.,
2010).
Hasil estimasi WHO (2004) dalam Thabrany et al (2010) di
192 negara di dunia di tahun 2002 menunjukkan bahwa
Indonesia menempati urutan ketujuh terbesar dalam jumlah
kematian yang disebabkan oleh kanker yakni sebanyak 188.100.
Dari berbagai macam jenis penyakit kanker, jumlah kanker yang
terbanyak adalah kelompok kanker trakea, bronkus dan paru
yakni sebesar 31.590 atau 16.8%. Penyebab kematian yang
disebabkan oleh penyakit sistem pembuluh darah di Indonesia
berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan keenam
terbesar dari seluruh negara kelompok WHO. Selanjutnya,
diantara kelompok penyakit pembuluh darah tersebut, yang lebih
banyak menjadi penyebab kematian di Indonesia adalah penyakit
jantung iskemik (47,0%), penyakit serebrovaskular (26,4%) dan
hipertensi (8.41%). Penyebab kematian yang disebabkan
penyakit sistem pernapasan di Indonesia berjumlah 109.700
orang atau menempati urutan keempat. Jenis penyakit
pernapasan yang banyak menimbulkan kematian adalah
penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) yakni
sebanyak 73.100 atau 66,6%, sedangkan asma 13.690 atau
13,7%. Penyakit tuberkulosis di Indonesia menjadi penyebab
kematian bagi 127.000 orang di tahun 2002.
2.2.Konsep Communication-Human Information
Processing (C-HIP) (Conzola dan Wogalter, 2001)
Gambar 2.2. Konsep Communication-Human Information
Processing (C-HIP)
Sumber: Conzola, V.C., & M.S. Wogalter. 2001. A Communication-Human Information Processing (C-HIP) Approach to Warning Effectiveness in the Workplace. Journal or Risk Research. 4 (4), p. 309-322.
Konsep Communication-Human Information Processing (C-
HIP) adalah sebuah kerangka yang menyusun tahapan-tahapan
yang terlibat dalam aliran informasi dari sumber ke penerima
yang kemudian akan mengolahnya hingga menjadi perilaku
(Gambar 2). Konsep ini diambil dari teori komunikasi yang dibagi
menjadi beberapa tahapan, yakni sumber, media, dan penerima.
Kelebihan konsep ini adalah efektivitas peringatan dibahas
sebagai sebuah proses yang saling terkait satu sama lain,
sehingga lebih mudah dalam memahami efektivitas pemahaman
seseorang dan lebih mudah untuk mencari hambatan yang
membuat peringatan menjadi tidak efektif (Wogalter, Conzola,
dan Smith-Jackson, 2002). Tahap penerima kemudian dibagi lagi
menjadi beberapa tahap pengolahan informasi, meliputi
perhatian, pemahaman, kepercayaan dan sikap, serta motivasi
yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Tiap tahap harus
dilalui informasi agar dapat berlanjut ke tahap selanjutnya.
Namun, pada tiap tahap pengolahan informasi bisa terjadi
hambatan-hambatan yang mencegah pemrosesan informasi
lebih lanjut sehingga tidak akan berpengaruh pada perilaku.
Meskipun proses dijelaskan pada konsep ini adalah linier, ada
juga umpan balik dari suatu tahap ke tahap sebelumnya. Umpan
balik atau efek non-linier ini menjelaskan pengaruh dari suatu
tahap terhadap keputusan yang diambil pada tahap sebelumnya.
2.2.1.Sumber (Source)
Sumber informasi atau peringatan bisa dari individu atau
organisasi (seperti perusahaan atau pemerintah). Sumber juga
didapat dari berbagai media promosi kesehatan. Sumber
peringatan berpengaruh pada tingkat kepercayaan penerima
terhadap peringatan. Informasi atau peringatan dari sumber
yang pasti, terkenal, dan terpercaya, atau dari ahli lebih menarik
perhatian dan lebih mudah dipahami yang akan mempermudah
perubahan kepercayaan dan sikap terhadap informasi.
2.2.2.Media (Channel)
Media membahas bagaimana informasi atau peringatan
disampaikan dari sumber ke penerima. Berdasarkan modalitas
sensoris, peringatan bisa disampaikan secara visual, auditori,
olfaktori, dan taktil/kinestetik. Pada umumnya, peringatan
disampaikan secara visual seperti peringatan terulis dan
peringatan bergambar. Pemilihan media yang tepat sangat
mempengaruhi sampai tidaknya informasi ke penerima. Setiap
media memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Media visual bisa dilihat terus-menerus sehingga lebih mudah
dipahami, tetapi media visual juga lebih mudah diabaikan.
2.2.3.Penerima (Receiver)
Agar dapat secara efektif mempengaruhi perilaku,
peringatan harus dapat menarik perhatian penerima dan
perhatian tadi perlu dipertahankan selama mungkin agar
penerima mampu mengambil informasi penting dari peringatan.
Kemudian, peringatan harus dimengerti penerima dan sejalan
dengan kepercayaan dan sikap penerima. Jika tidak, peringatan
harus mampu mengubah kepercayaan dan sikap penerima.
Terakhir, peringatan harus mampu memotivasi penerima agar
melakukan perilaku yang diharapkan.
2.2.3.1. Perhatian (Attention)
Pada tahap ini, ada 2 komponen yang harus dimiliki sebuah
peringatan, yakni menarik perhatian dan mempertahankan
perhatian. Tidak semua orang aktif mencari peringatan atau
informasi, sehingga peringatan harus tampil lebih mencolok
daripada stimulus lain yang ada di sekitarnya agar diperhatikan.
Seseorang akan mencari tahu berbagai informasi terkait dampak
merokok dan mulai memperhatikan segala sesuatu mengenai
dampak merokok terhadap kesehatan.
Individu mungkin melihat suatu promosi kesehatan di media
mengenai dampak merokok tetapi tidak memperhatikannya
secara seksama. Perhatian terhadap peringatan harus mampu
dipertahankan agar penerima mampu mengolah informasinya
lebih lanjut. Agar perhatian penerima dapat dipertahankan, suatu
promosi kesehatan tersebut harus dibuat sesederhana dan
semenarik mungkin. Promosi kesehatan dibuat dengan media
yang semenarik mungkin agar dapat memikat perhatian
seseorang.
2.2.3.2. Pemahaman (Comprehension)
Promosi kesehatan yang telah diperhatikan tidak akan
bermakna jika penerima tidak memahami pesan yang ingin
disampaikan oleh promosi kesehatan tersebut. Untuk itu,
promosi kesehatan harus dibuat setegas mungkin. Kata-kata
atau gambar yang digunakan tidak boleh memiliki makna ganda.
promosi kesehatan yang disalah-artikan oleh penerima dapat
mengakibatkan perilaku yang tidak diharapkan. Selain
karakteristik peringatannya, pemahaman ini juga dipengaruhi
karakteristik penerimanya. Pembuatan promosi kesehatan harus
memperhatikan kemampuan terendah dari populasi target
peringatan. Promosi kesehatan yang sederhana dan bergambar
lebih mudah dipahami oleh target yang pendidikannya rendah.
Namun sebagian orang menyukai berbagai media promosi
kesehatan yang bergerak misalnya dengan mengadakan iklan
dampak bahaya rokok di televisi.
2.2.3.3. Kepercayaan dan Sikap (Beliefs and Attitudes)
Kepercayaan adalah pengetahuan individu tentang suatu
topik yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Sikap mirip
dengan kepercayaan tetapi lebih banyak melibatkan emosi.
Pesan promosi kesehatan akan mudah melewati tahap ini jika
sejalan dengan kepercayaan dan sikap penerima saat itu.
promosi kesehatan mengenai rokok akan membuat kepercayaan
dan sikap penerima lebih kuat dan sulit untuk berubah. Namun,
jika tidak sejalan dengan kepercayaan dan sikap penerima,
promosi kesehatan harus mengubah kepercayaan dan sikap
penerima. Kepercayaan dan sikap berkaitan dengan kebiasaan,
persepsi bahaya, perasaan akan sakit, dan perasaan keparahan
dari sakit.
2.2.3.4. Motivasi (Motivation)
Faktor penting yang mempengaruhi motivasi adalah
keseimbangan antara untung dan rugi perilaku yang
diperingatkan. Jika pengorbanan yang diberikan lebih besar dari
untung yang didapat ketika melakukan perilaku yang
diperingatkan, maka penerima akan kurang termotivasi untuk
melakukan perilaku yang diperingatkan. Seseorang harus
memiliki suatu motivasi yang tinggi misalnya untuk berhenti
merokok setelah menyadari betapa mengerikannya dampak
rokok terhadap kesehatan. Seseorang harus termotivasi untuk
menghentikan kebiasaan merokok agar dapat hidup lebih sehat
lagi untuk kedepannya.
2.2.3.5. Perilaku (Behaviour)
Jika penerima cukup termotivasi, maka penerima akan
melakukan perilaku yang diharapkan. Perilaku merupakan tujuan
akhir dari promosi kesehatan. Promosi kesehatan dikatakan
sangat efektif apabila mampu mengubah perilaku penerima
menjadi perilaku yang aman. Dalam hal promosi kesehatan,
perilaku yang diharapkan adalah tidak jadi merokok, mengurangi
intensitas merokok, atau berhenti merokok.
2.3.Kerangka Konsep
Promosi Kesehatan berupa dampak merokok
bagi kesehatan
Perhatian
Pemahaman Lanjut
PE
RO
KO
K P
EM
UL
A(fa
ktor so
sio-e
konom
i)
FAKTOR PENGHAMBAT
Bagan 2.1. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
PE
RO
KO
K P
EM
UL
A(fa
ktor so
sio-e
konom
i)
FAKTOR PENGHAMBAT
3.1. Jenis Penelitian
Penelitan ini merupakan suatu penelitian observasional deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kebiasaan
merokok pada perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap
kesehatan di Simpang Bandara Kota Palembang. Pada penelitian ini akan
digunakan metode pengumpulan data dengan metode focus group discussion
(FGD), observasi dan wawancara mendalam. Untuk mengetahui bentuk
pemahaman seseorang, pendeskripsian efektivitas digunakan konsep
Communication-Human Information Processing yang meliputi aspek perhatian,
aspek pemahaman, aspek kepercayaan, aspek motivasi serta aspek perilaku.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2015.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Simpang Bandara Kota Palembang serta
berbagai lingkungan disekitarnya.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Salah satu ciri khas dari penelitian kualitatif adalah pemilihan populasi
dalam penelitian. Populasi pada jenis penelitian kualitatif bersifat non probability
yang berarti dalam populasi tersebut tidak semuanya memiliki kesempatan untuk
menjadi sampel populasi. Populasi dalam penelitian kualitatif ini adalah anak-
anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang. Pemilihan populasi perokok
pemula Anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang dikarenakan di
Simpang Bandara Kota Palembang terdapat banyak warung makan dan warung
yang menjual rokok, sehingga lebih mudah menemukan perokok.
3.3.2. Sampel
Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik pengambilan sample yang
dilakukan secara purposive sampling. Penentuan informan kunci (key informan)
yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian adalah hal yang terpenting
dalam melakukan prosedur sampling. Pemilihan sampel tersebut memiliki
berbagai kriteria seperti kesesuaian yang dipilih berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki sesuai dengan topik penelitian dan kecukupan data yang didapat dari
sampel yang dapat mengambarkan semua fenomena dalam topik penelitian.
Perekrutan informan juga dilakukan dengan cara peneliti turun langsung ke
lapangan untuk mencari mencari anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota
Palembang yang sedang merokok di sekitar sekolah sehingga terkumpul berbagai
informan yang memenuhi syarat dalam penelitian.
Informan penelitian ini antara lain 9 anak-anak jalanan di Simpang Bandara
Kota Palembang.
3.4. Definisi Operasional
3.4.1. Perokok Pemula
Perokok pemula adalah seseorang yang baru memulai untuk
merokok tetapi belum memenuhi kriteria untuk disebut perokok,
yakni sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur
hidupnya dan masih merokok hingga saat ini baik tiap hari atau
kadang-kadang.
3.4.2. Perhatian
Perhatian merupakan suatu proses mengarahkan dan mempertahankan
pandangan pada suatu promosi kesehatan yang ada mengenai dampak kesehatan
merokok. Dalam hal ini, ada sesuatu yang membuat seorang perokok
memperhatikan berbagai promosi kesehatan di suatu media mengenai dampak
merokok dimana hal ini berarti bahwa adanya keinginan seseorang untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.
3.4.3. Pemahaman
Pemahaman adalah hasil dari suatu perhatian dimana seseorang
menginterpretasikan arti atau pesan yang terkandung dalam promosi kesehatan di
suatu media mengenai dampak merokok serta mengidentifikasinya dengan
pengetahuan sebelumnya.
3.4.4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah penerimaan dan pemaknaan pesan yang terkandung
dalam promosi kesehatan di suatu media mengenai dampak merokok yang
dianggap seseorang sebagai informasi benar atau salah.
3.4.5. Sikap
Suatu reaksi dari individu mengenai promosi kesehatan di suatu media
mengenai dampak merokok (bisa berupa perasaan, pernyataan, atau perilaku)
sebagai tindak lanjut dari kepercayaan yang telah didapatkannya.
3.4.6. Motivasi Berhenti Merokok
Motivasi berhenti merokok adalah dorongan atau kemauan perokok untuk
berhenti merokok. Motivasi akan timbul setelah seseorang memperhatikan,
memahami, dan mempercayai suatu kebenaran akan adanya bahaya rokok untuk
kesehatan tubuh.
3.4.7. Perilaku Berhenti Merokok
Wujud nyata tindakan atau tingkah laku yang dilakukan perokok untuk
berhenti merokok merupakan pengertian dari aspek perilaku. Perilaku memiliki
berbagai contoh misalnya bisa berupa mengurangi intensitas merokok atau
berhenti merokok secara total.
1.4.8. Kebiasaan Merokok
Kegiatan merokok yang mulai dilakukan berkali-kali dan menjadi suatu
kegiatan buruk yang dapak membuat dampak buruk terhadap kesehatan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, antara lain :
1. Wawancara Mendalam (in depth interview)
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.
Wawancara akan dilakukan berdasarkan dengan pedoman wawancara yang dibuat
dalam urutan tertentu. Informan yang akan diwawancarai ini merupakan anak-
anak jalanan di Kawasan Ilir Timur Palembang yang masuk dalam kategori
informan. Wawancara mendalam juga dilakukan kepada orang disekitar
lingkungan sekolah misalnya kepala sekolah dan guru sekolah tersebut. Pada
wawancara ini akan digunakan berbagai alat bantu untuk mempermudah proses
wawancara yakni tape recorder dan alat tulis.
2. Observasi
Observasi akan dilakukan di lingkungan Kawasan Ilir Timur
Palembang. Observasi dilakukan dengan mengamati secara fisik seperti
lingkungan jalanan, pasar-pasar, pertokoan, serta berbagai kegiatan di jalanan
yang tidak bisa ditemukan dalam teknik wawancara mendalam.
3. Focus group discussion (FGD)
Focus group discussion (FGD) merupakan bentuk diskusi yang
didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut
pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta dengan dipandu
oleh seorang moderator. Teknik FGD mempermudah memahami sikap,
keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa digunakan oleh peserta mengenai topik
yang dibicarakan, sehingga sangat berguna untuk mengerti alasan-alasan yang
tidak terungkap dibalik respons peserta. Teknik ini digunakan dengan tujuan
untuk menghindari pemaknaan yang salah terhadap masalah yang diteliti. Peserta
FGD merupakan perokok pemula yang bersekolah di Simpang Bandara Kota
Palembang. Informan yang telah setuju dan memenuhi kriteria diundang untuk
pelaksanaan FGD. Pertanyaan terbuka (open ended) merupakan salah satu jenis
pertanyaan yang akan dilakukan dalam FGD agar peserta dapat memungkinkan
untuk memberikan jawaban yang disertai dengan penjelasan-penjelasan. Jalannya
diskusi dipandu oleh moderator agar diskusi tetap terarah. Moderator yang dipilih
telah memahami topik dan tujuan diskusi, mampu melakukan pendekatan kepada
peserta, mampu mengarahkan diskusi tetapi tetap bersikap netral dan objektif,
serta tanggap terhadap reaksi peserta. Moderator dibantu oleh notulen untuk
mencatat hal-hal penting selama diskusi. Pada pelaksanaan FGD juga digunakan
alat bantu berupa panduan FGD, tape recorder, serta alat tulis untuk
mempermudah pengumpulan data.
3.6. Cara Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, data akan diambil dengan cara focus group discussion
(FGD), wawancara mendalam, dan observasi. Setelah data terkumpul maka data
akan dikelompokan dan diinterpretasikan kedalam bentuk tulisan.
Agar validitas data dapat terjaga, akan dilakukan suatu pengujian data
dalam penelitian ini. Pengujian data yang perlu dilakukan dalam penelitian ini
adalah triangulasi. Triangulasi dapat dikatakan sebagai pengolahan data yang
sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik dan sumber.
Triangulasi yang digunakan sebagai berikut :
1. Triangulasi sumber, berarti mendapatkan data dari sumber berbeda
dengan teknik pengumpulan data yang sama.
2. Triangulasi teknik, berarti menggunakan pengumpulan data yang
berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
3. Triangulasi analisis data yang dilakukan lebih dari 1 orang dan juga
meminta umpan balik dari informan.
3.7. Kerangka Operasional
Informan yang merupakan perokok pemula di Simpang Bandara Kota
Palembang
-Focus group discussion (FGD),
-Wawancara mendalam-Observasi
Pengumpulan Informan melalui informasi sekitar dan observasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian kualitatif ini telah dilakukan pada bulan Juli tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan
semua data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil focus group discussion
(FGD), pengamatan langsung di lapangan (observasi), dan diperoleh juga dari
hasil wawancara mendalam yang menggunakan berbagai daftar pertanyaan yang
telah dibuat untuk membantu jalannya wawancara mendalam. Berbagai informan
penelitian yang ada dalam penelitian ini didapatkan secara langsung di Simpang
Bandara Palembang. Dari periode waktu yang telah ditentukan, peneliti
menetapkan sebanyak 9 orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan informan
kunci pada penelitan ini.
Berbagai data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikumpulkan
melalui alat bantu yaitu alat perekam dan alat pencatat yang kemudian akan dibuat
transkip hasil data. Setelah itu berbagai data tersebut akan dibuat dalam bentuk
narasi.
4.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian
4.2.1. Karakteristik Informan
Dari hasil pengamatan dan pencarian informasi, peneliti telah menetapkan
informan kunci sebanyak 9 orang yang memenuhi kriteria pada penelitan ini dari
anak-anak jalanan di Simpang Bandara Kota Palembang. Dari masing masing
orang dalam kelompok tersebut akan dibuat sistem pengkodeaan untuk
mempermudah dalam hal penulisan dan penelitian.
. Semua informan kunci dalam penelitian ini diikutsertakan dalam focus
group discussion (FGD) yang berkisar antara 60-80 menit untuk masing-masing
kelompok dan wawancara mendalam dengan lama wawancara yang bervariasi
antara 15-30 menit dengan frekuensi wawancara yang dilakukan sebanyak satu
kali. Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa informan triangulasi yang terdiri
dari pengendara ojek dan anggota perhubungan yang berada di lapangan.
Pada penelitian ini terdapat beberapa jenis karakteristik informan meliputi
taraf pendidikan, umur, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari.
Tabel 4.1. Karakteristik Informan
No. Informan Umur Lama merokokJumlah rata-rata konsumsi
rokok (per hari)
1 A 18 Tahun 4 tahun 5 batang
2 B 14 Tahun 2 tahun 6 batang
3 C 13 Tahun 1 tahun 6 batang
4 D 14 Tahun 2 tahun 6 batang
5 E 15 Tahun 3 tahun 2 batang
6 F 15 Tahun 2 tahun 6 batang
7 G 17 Tahun 8 tahun 12 batang
8 H 13 Tahun 2 tahun 6 batang
9 A 17 Tahun 4 tahun 3 batang
4.2.2. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan Data
4.2.2.1. Aspek perhatian perokok pemula mengenai
pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali
ini peneliti akan menelusuri perhatian seseorang perokok pemula terhadap
dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan berbagai
pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group
discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap
pada halaman lampriran. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group
discussion (FGD) dan sebagian wawancara mendalam yang didapatkan:
“ Kalo informasi sebenarnyo dari bungkus rokok tulah sudah ado kak, apolagi di
tv la sering jelas-jelaske, di Koran-koran dan spanduk dan gambar-gambar jugo
banyak”
Rata-rata dari semua informan yang dilakukuan focus group discussion
(FGD) didapatkan fakta bahwa ada sedikit ketertarikan dan minat para perokok
pemula untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dampak buruk merokok terhadap
kesehatan. Para Informan kurang peduli terhadap informasi mengenai dampak
merokok terhadap kesehatan hal ini bisa dilihat dari kutipan sebagai berikut :
“Kalo raso pengen nak nyari info tu dak ado kak men teliat bae tapi jarang
diperhatike nian jugo “
Para perokok pemula mengungkapkan sisi kurang ketertarikan dalam mengetahui
berbagai promosi kesehatan seperti iklan, berita informasi dan lain-lain adalah
adanya informasi dan gambar mengenai bahaya merokok. Hal ini bisa dilihat dari
kutipan para informan seperti berikut :
“Tulisannyo paling di bungkus rokok tulah kaka tau dari gambar-gambar di
bungkus. biso buat kanker samo paru bolong tulah Cuma paling kami abaike bae
iklan itu”
Para informan yang diteliti mengungkapkan bahwa promosi kesehatan yang
selama ini dilakukan tidak efektif. Iklan yang dibuat menarik dan kreatif malah
mengajak masyarakat untuk merokok. Informan menyimpulkan bahwa kegagalan
tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah perokok setiap harinya. Hal
ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :
“sedikit kak, iklan itu nak nakut-nakuti bae paling kak, kami takut jugo idak
malahan nyuruh ngerokok kak ado “
Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)
dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih
menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion
(FGD). Selain itu diadakan suatu uji triangulasi, uji triangulasi dapat dilakukan
dengan cara melakukan kembali wawancara terhadap orang-orang di lingkungan
sekolah seperti guru dan kepala sekolah. Tujuan wawancara tersebut adalah untuk
mendapatkan kembali informasi mengenai aspek perhatian perokok pemula
mengenai dampak buruk merokok terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok.
Berikut hasil petikan pernyataannya:
Anggota Dinas Perhubungan
“Sebenarnyo iklan kito tuh dak efektif. Tujuan dio ngiklanke itu kan
tujuannyo untuk jual rokok. Men aku jingok iklan itu sebenarnyo bagus-bagus
kelihatan menarik dan kreatif tapi dak pengaruh untuk dak merokok malah
mendidik kito untuk ngerokok.”
Salah satu Informan Kunci
“ yo aku biaso jinggok informasi dampak merokok di tivi samo bungkus
rokok tapi bukannyo nyuruh berhenti malah penasaran tentang rokok kak... nah
aku jarang kak nyari informasinyo paling men ringam aku koyakke bae iklan di
bungkus itu...... iklannyo jugo dak jelas bahayo apo bagus ... bagusnyo pabrik
rokok tuh tutupke bae kak baru berenti galo yg merokok”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Rata-
rata semua informan tersebut telah menyatakan bahwa mereka telah mengetahui
dan memahami dampak merokok terhadap kesehatan. Para Informan juga tidak
peduli tentang informasi dampak rokok. Para informan berpendapat bahwa adanya
kebosanan dalam mencari informasi mengenai dampak buruk merokok. Hal ini
disebabkan karena tidak jelas informasi iklan atau berita mengenai dampak buruk
merokok. Iklan yang terlalu menonjolkan kelebihan tentang merokok justru
menyebabkan keinginan merokok muncul.
Gambar 4.1. Proses FGD dengan kelompok anak-anak jalanan di Simpang
Bandara
4.2.2.2. Aspek pemahaman perokok pemula mengenai
pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan.
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali
ini peneliti akan menelusuri aspek pemahaman seorang perokok pemula terhadap
dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan berbagai
pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group
discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap
pada halaman lampriran. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group
discussion (FGD) dan sebagian wawancara mendalam yang didapatkan:
“Ngerti kak misalnya tentang penyakit kak, jadi kalo kito ngerokok kak kito ni
bakalan keno penyakit kak. Cak paru samo leher biso bolong. terus katonyo biso
kanker”
Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan
bahwa informan telah mengetahui dan memahami apa saja dampak rokok
terhadap kesehatan. Salah satu yang mudah diingat para informan adalah rokok
dapat menyebabkan penyakit kanker yang ditakuti semua orang. Para informan
juga tidak ada kesulitan dalam menelaah beberapa promosi kesehatan berupa iklan
dan berita mengenai dampak buruk merokok. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut :
““Mudah kak, jelas informasinyo kalo rokok tu bahayo kak untuk kesehatan
supaya kito takut merokok kak”
Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)
dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih
menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion
(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi
mengenai aspek pemahaman perokok pemula mengenai dampak buruk merokok
terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:
Informan Kunci
“ngerti kak, kalo kito merokok tuh yang aku rasoke sekarang napas jadi
pendek kak, kalo pas nak olahraga jadi cepet menges kalo yang aku tau Cuma
aku dak pulo nak peduli nian, tau sih ado dampak buruk”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat
dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion
(FGD) disimpulkan memiliki ketertarikan dan pemahaman yang cukup mengenai
dampak merokok terhadap kesehatan. Dalam teori promosi kesehatan yang
dikemukan oleh Elgar Dare dinyatakan bahwa telah dibagi menjadi 11 macam
sistem promosi kesehatan yang dibuat secara mengerucut dan menggambarkan
tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut. Dari kerucut tersebut
dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling
atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli
mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi bahan pendidikan /
pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata sangat
kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat
peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Seorang perokok pemula yang menjadi informan dalam penelitian ini tentu
tidak akan menyadari dampak merokok secara menyeluruh karena mereka hanya
mendengarkan promosi kesehatan lewat gambar dan kata-kata. Mereka tentu
belum melihat secara langsung atau bahkan menjadi salah satu korban keganasan
merokok misalnya kanker paru. Sama seperti teori Elgar Dare bahwa seseorang
yang belum merasakan secara langsung dampak merokok tidak akan bisa dengan
mudah berhenti.
4.2.2.3. Aspek kepercayaan dan sikap perokok pemula
terkait pemahaman dampak merokok terhadap
kesehatan
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali
ini peneliti akan menelusuri aspek kepercayaan dan sikap seorang perokok pemula
terhadap dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan
berbagai pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus
group discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara
lengkap pada halaman lampriran.
Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung apa saja yang
membuat sesorang perokok pemula untuk mencoba merokok. Berikut adalah
beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) dan sebagian wawancara
mendalam yang didapatkan:
“Kalo aku kak, awalnyo aku merokok tu aku jingok kawan-kawan tulah,
lingkungan itu banyak yang merokok, jadi aku ikut jugo. Tempat kami kalo
ngerokok tuh tando la besak kak. jadi itulah aku merokok, rokok jugo pacak
ngilangke stress aku”
Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan
bahwa informan telah menganggap rokok menjadi suatu tanda kedewasaan.
Bahkan dari kutipan diatas dianggap kalau rokok merupakan hal yang wajib jika
kita ingin menunjukkan kedewasaan dan bergaul dengan teman-teman sebaya.
Peneliti kembali menelaah dengan melontarkan berbagai pertanyaan mengenai
rokok yang mereka percayai sebagai obat penghilang stress dan alasan kebiasaan
merokok mereka, hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :
“kalo merokok tuh tando la besak kak, kami nak nunjukke kami la besak, men
sekarang men ngobrol tuh kurang men dak merokok”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka masih melakukan
kegiatan merokok walaupun mereka sudah mengetahui dampak buruk merokok.
Para informan menggangap rokok merupakan kebutuhan pokok untuk jaman
sekarang. Tingkat kepercayaan dan sikap informan terhadap pemahaman dampak
buruk merokok terhadap kesehatan juga dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
“Pecayo, Yo banyak penyakitnyo kak dari mulut bae kejingokan giginyo ... Bos
aku bae la abis giginyo gara-gara merokok ”
Beberapa Informan mempercayai adanya dampak buruk yang disebabkan
oleh rokok. Dari kepercayaan itu timbul suatu sikap positif dari para informan
tersebut. Salah satu sikap positif yang muncul dari peryataan beberapa informan
adalah mereka ingin sekali berhenti merokok namun sangat sulit dilakukan. Hal
ini berhubungan dengan tidak tegas nya sanksi pemerintah terhadap para perokok.
Berikut berbagai pernyataan yang didapat dari penelitian :
“Motivasi aku yo pengen berenti kak, tapi susah kak mulut teraso masam
Kemaren sempet nyubo tapi dak biso kak sampe sekarang aku ngerokok kak ...
Motivasi nak stop kak palingan seminggu motivasi tu tapi sampe sekarang aku
masih perokok kak”
Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)
dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih
menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion
(FGD). Selain itu diadakan suatu uji triangulasi, uji triangulasi dapat dilakukan
dengan cara melakukan kembali wawancara terhadap orang-orang di lingkungan
simpang bandara seperti pengendara ojek dan anggota dinas perhubungan. Tujuan
wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi mengenai
aspek kepercayaan dan sikap perokok pemula mengenai dampak buruk merokok
terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:
Informan Kunci
“Percayo kak aku samo dampak ngerokok kalo rokok tu bahayo pacak
sebabken kito kanker... ngeri sebenernyo kak kalo tahu dampaknyo Cuma susah
men la kecanduan cak ini kak”
Pengendara Ojek di Simpang Bandara
“Kalo dari yang aku liat aturan-aturan yang la dibuat ini sudah bagus
galo dek, ado yang mengatur tempat merokok, ado dendo atau hukumannyo
jugo ... Cuma yang negakke aturan rokok ini yang susah, liat bae penegak bae
merokok galo”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat
dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion
(FGD) disimpulkan memiliki kepercayaan mengenai dampak merokok terhadap
kesehatan selain itu mereka juga memiliki suatu sikap positif setelah mengetahui
berbagai macam dampak merokok terhadap kesehatan. Mereka mengalami suatu
kesulitan untuk berhenti merokok karena situasi dan kondisi dari lingkungan yang
tidak mendukung hal positif tersebut, misalnya tidak ada perhatian yang khusus
dari pihak sekolah mengenai larangan merokok di sekolahan.
Dalam satu buah rokok terdapat lebih kurang 4000 kandungan kimia
berbahaya. Salah satu kandungan yang paling dikenal adalah Nikotin. Nikotin
merupakan kandungan rokok yang dapat menimbulkan efek kecanduan bagi
pemakainya. Hal ini disebabkan oleh, Nikotin menstimulasi cairan kimia yang
mengendalikan rasa bahagia, yang disebut dopamine. Saat nikotin mengikat
syaraf tertentu di otak, syaraf ini langsung mengeluarkan dopamine yang
menimbulkan efek rasa sangat menyenangkan. Dalam teori lain dikatakan bahwa
otak memiliki kemampuan menyeimbangkan zat kimia di dalamnya, jadi ketika
nikotin memicu pelepasan dopamine, secara otomatis bagian tertentu pada otak
akan memproduksi zat “anti nikotin” yang menghasilkan efek kebalikan yaitu
perasaan tidak tenang, mood yang menurun hingga depresi. Dikarenakan hal
tersebut seseorang yang telah mengkonsumsi nikotin yang terkandung dalam
rokok memiliki keinginan untuk mendapatkan kenyamannya kembali dengan cara
menghisap rokok.
4.2.2.4. Aspek motivasi perokok pemula terkait pemahaman
dampak merokok terhadap kesehatan
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali
ini peneliti akan menelusuri aspek motivasi seorang perokok pemula terhadap
pemahaman dampak buruk dari merokok. Semua informan ditanyakan dengan
berbagai pertanyaan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus
group discussion (FGD), sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara
lengkap pada halaman lampriran.
Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung apa saja yang
motivasi mereka setelah mengetahui berbagai dampak buruk merokok terhadap
kesehatan. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) :
“Motivasi aku yo pengen berenti kak, tapi susah kak mulut teraso masam
Kemaren sempet nyubo tapi dak biso kak sampe sekarang aku ngerokok kak ...
Motivasi nak stop kak palingan seminggu motivasi tu tapi sampe sekarang aku
masih perokok kak”
Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan
bahwa informan telah menganggap memiliki motivasi yang baik untuk berhenti
merokok. Namun ada suatu hambatan dalam menjalan kan motivasi tersebut.
Hambatan dalam motivasi tersebut ditemukan dalam kutipan sebagai berikut :
“Pengen kak berenti tu tapi saro, aku ni la kecanduan kak susah men nak berenti
mano kawan merokok galo saro nahanke niat nak berenti.”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu hambatan terberat
untuk berenti merokok adalah lingkungan setempat. Mereka menganggap sudah
mencoba berenti merokok namun apa daya para remaja masih mencari jati diri
dan memiliki emosi yang labil, dengan mudahnya mereka diajak kembali oleh
teman-teman dalam lingkungan sekitar untuk mencoba merokok kembali.
Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)
dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih
menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion
(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi
mengenai aspek motivasi perokok pemula mengenai dampak buruk merokok
terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:
Informan Kunci
“Aku la ado kak motivasi nak berenti rokok tu cumanyo susah kak
kecanduan rokok ... la pernah aku nyubo kak tapi paling seminggu bae bertahan
kak ... enak kak ngerokok tu lebih keren atau percaya diri ... kalo la diajak kawan
dak biso nolak kak cak sombong nian... motivasi paling kuat dari diri aku biar
anak aku kagek jangan merokok cak aku ni kak, ngabiske duet dan waktu bae”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat
dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion
(FGD) disimpulkan memiliki motivasi yang tinggi untuk stop merokok karena
mereka sudah mengenal dampak merokok terhadap kesehatan. Salah satu
penghalang dari motivasi tersebut adalah lingkungan pergaulan mereka. Para
informan sudah berusaha dengan sunguh-sungguh untuk berenti merokok namum
lingkungan sekitar tidak mendukung.
Kecanduan rokok memiliki beberapa faktor penyebab, antara lain :
a. Faktor sosial, yaitu ketika seseorang merokok agar diterima oleh
lingkungan teman, agar terlihat dewasa dan tidak ketinggalan jaman.
Kebiasaan merokok dalam keluarga yang kerapkali menjadi pemicu
kecanduan terhadap rokok.
b. Faktor psikologis, hal ini berkaitan dengan kerja nikotin dalam otak, rasa
nyaman / bahagia yang timbul menyebabkan seseorang secara psikologis
menjadi bergantung kepada rokok. Terkadang kepercayaan diri pun
menjadi timbul karenanya.
c. Faktor genetis, beberapa penelitian mengungkap bahwa kecanduan merokok
juga dipengaruhi oleh faktor genetis, bahwa gen perokok akan
menyebabkan seseorang lebih memilki kemungkinan menjadi pecandu
rokok bila mulai merakan rokok pada usia dini / remaja, namun hal tersebut
tidak berlaku bila seseorang tidak pernah mencoba atau merasakan rokok.
4.2.2.5. Aspek perilaku berhenti merokok bagi perokok
pemula terkait pemahaman dampak merokok
terhadap kesehatan
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Pada kali
ini peneliti akan menelusuri aspek perilaku berhenti merokok seorang perokok
pemula Semua informan ditanyakan dengan berbagai pertanyaan yang telah
ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group discussion (FGD),
sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap pada halaman
lampiran.
Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung mengenai
keinginan informan untuk berhenti rokok setelah mengetahui berbagai dampak
buruk merokok. Berikut adalah beberapa kutipan hasil focus group discussion
(FGD) :
““Iya kak mau, soalnyo aku takut kak sakit kagek keno penyakit cak yang kakak
kasih tau tadi”
Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan bahwa
informan telah menganggap memiliki keinginan yang kuat untuk berhenti
merokok. Keinginan ini seharusnya didukung dengan kondisi lingkungan dan
perhatian yang baik dari pihak sekolahan. Peneliti kembali menelaah dan memberi
pertanyaan untuk mengetahui langkah mereka menghentikan pemakaian rokok.
Berikut hasil kutipan yang didapat :
“Pertamo yo niat kak keduo baru kito cubo kurangin dulu bae jumlah rokok nyo
kak ... Ganti permen be kak tapi terus dikurangi kak rokoknyo tapi paling
seminggu bertahan kak sudahnyo merokok lagi”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan yang kuat
untuk menghentikan pemakaian rokok. Informan sudah melakukan berbagai
tahapan penghentian rokok yang benar yaitu diawali dengan niat lalu diiringi
dengan usaha. Berbagai macam usaha yang dilakukan oleh informan seperti
menjahui lingkungan perokok, tidak mau membeli rokok lagi, menggantikan
rokok dengan komsumsi permen.
Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus group discussion (FGD)
dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang informan kunci untuk lebih
menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group discussion
(FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali informasi
mengenai aspek motivasi perokok pemula mengenai dampak buruk merokok
terhadap kesehatan dan kebiasaan merokok. Berikut hasil petikan pernyataannya:
Informan Kunci
“ado kak aku keinginan berenti ni, la lamo nian aku cubo. Pas SMA aku
kan nak daftar atlit lari jadi aku berhenti merokok , awalnyo aku ngurangi dikit-
dikit. Aku ganti permen biar mulut dak masam, akhirnyo biso lah bertahan. Pas
sudah dak tes-tes lagi yo aku balek lagi merokok kak, ”
Anggota Dinas Perhubungan
“ sebenarnyo kasian dek liat mereka, yang ngurus jugo caknyo dak pulo ado yang
peduli, itulah caknyo biso buat menyimpang, yang penting itu aturan denda
ditegaske nian biar berenti merokok, kalo yang jualan caknyo dak biso nak
disuruh berenti kalo emang kito jual tapi dak ado yang beli kana man bae, Cuma
itulah salah kalo dijual ke budak kecik”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan. Dapat
dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group discussion
(FGD) disimpulkan memiliki keinginan yang diawali dengan niat dan usaha yang
tinggi untuk stop merokok karena mereka sudah mengenal dampak merokok
terhadap kesehatan. Faktor lingkungan harus mendukung keinginan para anak-
anak jalanan tersebut dengan melakukan berbagai cara salah satunya memberikan
pelajaran khusus mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.
4.2.2.6. kebiasan merokok pada perokok pemula
Untuk melihat dari sisi aspek ini, peneliti melakukan focus group
discussion (FGD), wawancara langsung dengan sejumlah informan yang telah
ditentukan untuk mengetahui secara langsung bagaimana kebiasaan merokok pada
perokok pemula dan pemahaman dampak merokok terhadap kesehatan. Di dalam
aspek ini, peneliti juga ikut melakukan observasi secara langsung di simpang
bandara. Pada kali ini peneliti akan menelusuri aspek kebiasaan merokok pada
perokok pemula. Semua informan ditanyakan dengan berbagai pertanyaan yang
telah ditentukan peneliti sebelumnya. Semua hasil focus group discussion (FGD),
sebagian wawancara mendalam dapat dilihat secara lengkap pada halaman
lampiran.
Pada awal diskusi, peneliti ingin menanyakan langsung mengenai kapan
mereka mencoba untuk merokok, berapa jumlah rokok yang dihisap waktu awal
mencoba, dan siapa yang mengajak mereka mencoba hal tersebut. Berikut adalah
beberapa kutipan hasil focus group discussion (FGD) :
“Pas aku SD kak aku nyubo sebatang-duo batang kak. Aku nyingok kawan jugo
ikut ngerokok jadi dak enak aku dak merokok kak lamo-lamo nambah duo tigo
batang kak akhirnyo kami rato-rato sengah bungkus galo merokok kak”
Jika dilihat dari hasil kutipan di atas dapat kita dapat menyimpulkan
bahwa informan telah mencoba rokok rata-rata pada saat duduk di bangku sekolah
menengah pertama. Kembali seperti pembahasan sebelumnya, bahwa lingkungan
dan teman-teman mereka lah yang mengajak mereka pertama kali untuk mencoba
merokok. Peneliti kembali menelusuri kebiasan merokok pada informan, dan
kembali didapatkan fakta bahwa para informan umumnya ada dalam cengkraman
lingkungan perokok dan para informan sudah mulai berani untuk merokok di
tempat umum. Berikut kutipan yang diambil :
“Perokok galo kak budak-budak ni kebanyakan merokok galo teko mamang
burukan bae merokok jugo... rumah kami ado yang merokok ado yang idak tapi
tempat kami banyak yang merokok kak”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya perilaku sosial yang
buruk di kalangan anak-anak jalanan. Lingkungan anak-anak jalanan merupakan
lingkungan yang rawan dan kurang perhatian masyarakat sehingga mudahnya
pengaruh negatif yang dapat muncul ke anak-anak jalanan. Selama tidak ada
perhatian yang cukup dari pemerintah untuk melindungi anak-anak, selama itu
juga kebiasaan merokok di anak-anak jalanan sulit dihilangkan. Berikut beberapa
pendapat dari informan mengenai sanksi apa yang seharusnya dijalankan di
sekolah jika ada anak-anak jalanan yang ketahuan merokok :
“Bagusnyo yang merokok tuh di dendo bae kak biar kami dak galak merokok”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya sanksi tegas
setidaknya dapat membuat jera para anak-anak jalanan untuk merokok. Peneliti
juga menanyakan alasan para informan untuk merokok dan menanyakan alasan
mereka belum berhenti merokok walaupun mereka telah mengetahui dampak
buruk merokok. Berikut kutipan yang dapat di ambil :
“katek manfaat kak dihisep dikeluarke kak, cak bakar duet bae kak Cuma karena
la kecanduan jadi susah dihilangke”
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa merokok itu tidak
bermanfaat. Akan tetapi, Rasa kecanduan yang sulit dihilangkan menyebabkan
anak-anak jalanan ini tidak berhenti merokok. Hal ini didukung dengan
pembahasan sebelumnya bahwa rokok memiliki kandungan nikotin yang
mengaktivasi kerja dopamine dan serotonine untuk meningkatkan efek kecanduan
dalam otak. Dari kutipan diatas juga, seharusnya pihak dinas sosial bekerjasama
dengan pihak kesehatan untuk melakukan konseling dan penyuluhan agar dapat
membantu para anak-anak jalanan yang mulai kecanduan merokok ataupun yang
sudah kecanduan merokok. Setelah melakukan berbagai diskusi dalam focus
group discussion (FGD) dilakukan juga wawancara dengan beberapa orang
informan kunci, Pengendara ojek dan pedagang rokok sekitar simpang bandara
untuk lebih menggali informasi yang tidak dapat ditemukan dalam focus group
discussion (FGD). Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan kembali
informasi mengenai aspek kebiasan merokok. Berikut hasil petikan
pernyataannya:
Informan Kunci
“ Awalnyo ngerokok pas jaman SMP kak ... awal nak nunjukke aku la
besak kak jadi aku paksoke setengah bungkus awalnyo ... aku jingok kawan
merokok galo dak mungkin aku laen dewek kak ... pengen kak berenti tapi susah
kak karena la kecanduan kak mulut ni teraso masam men dak merokok ... rokok
jugo biso buat aku ngilangin stres kak”
Pengendara Ojek di Simpang Bandara
“ kalo aku perhatike dek, budak cak mereka tuh kasian jugo dak pulo
diperhatike nian kehidupannyo, cak bebas nian Cuma itulah men dak ado yg
ngarahke nyimpang cak merokok itu, bagusnyo aturan tuh ditegaske cak dendo
oleh merokok ”
Di dalam aspek ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan langsung di
lingkungan sekitar Simpang Bandara Palembang. Pengamatan diawali dengan
pengamatan yang berlangsung saat anak-anak jalanan sedang bekerja ataupun saat
mereka istirahat. Anak-anak jalanan tampak tidak merokok saat bekerja berjualan
koran. Peneliti juga melakukan observasi ketika anak-anak jalanan beristirahat.
Ada beberapa informan yang terlihat merokok saat beristirahat, bukan hanya
merokok mereka juga ikut bergabung dengan anak-anak jalanan lain dan orang
dewasa untuk merokok. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 4.2. Beberapa anak-anak jalanan berbaur untuk merokok di sekitar
simpang bandara ketika sudah berjualan koran
Dari gambar tersebut, peneliti mendapatkan fakta bahwa setelah bekerja,
anak-anak jalan sebagian ada yang membaur dengan orang dewasa. Setelah
membaur mereka duduk-duduk untuk bersantai, terlihat oleh peneliti beberapa
anak-anak jalanan sedang menghisap rokok padahal mereka berada di lingkungan
Simpang Bandara. Ketika ada petugas polisi yang lewat, anak-anak jalanan tetap
merokok.
Peneliti juga menemukan adanya pedagang toko yang menjual beberapa
rokok di sekitar Simpang Bandara. Para pedagang menyatakan bahwa sebenarnya
rokok tersebut dijual bukan untuk anak-anak jalanan tetapi karena dijual di
lingkungan simpang bandara banyak anak-anak jalanan yang membeli rokok
tersebut. Pedagang rokok tersebut juga tidak melarang jika para pelajar membeli
rokok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan gambar berikut :
Gambar 4.3. Warung yang menjual beberapa jenis rokok di sekitar Simpang
Bandara
Dilakukan wawancara dengan pedagang rokok di sekitar lingkungan
simpang bandara tersebut. Berikut kutipan wawancaranya :
Pedagang Rokok Sekitar Simpang Bandara
“ yo men jual rokok ke budak kecik ni serba salah jugo dek, kito kan nak
nyari makan kalo ado yang beli kan laju dak madak pelanggan la dikit nak kito
bateske pulo, men mereka nak merokok biarpun disini dilarang dio pacak ke
tempat laen dek cak minimarket biso beli jadi samo bae”
Berdasarkan dari hasil focus group discussion (FGD) terhadap 9 orang
informan, observasi, dan dilakukan wawancara mendalam terhadap beberapa
informan. Dapat dinyatakan bahwa semua informan yang dilakukuan focus group
discussion (FGD) disimpulkan memiliki keinginan yang diawali dengan niat dan
usaha yang tinggi untuk stop merokok karena mereka sudah mengenal dampak
merokok terhadap kesehatan. Faktor lingkungan sekolah harus mendukung
keinginan para murid tersebut dengan melakukan berbagai cara salah satunya
memberikan pelajaran khusus mengenai dampak merokok terhadap kesehatan.
Informan mempercayai manfaat merokok adalah menghilangkan
stress, menenangkan pikiran, supaya lebih mudah bergaul, dan
sejenisnya. Sedangkan, kerugian merokok yang mereka percayai
adalah mudah capek dan pusing.
4.2.2.7. Matriks Kebiasaan Merokok Pada Perokok Pemula Dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan
Tabel 4.2 Rekapitulasi No Aspek
PenilaianFokus Penilaian Pernyataan Informan
Melalui FGDPernyataan Informan Melalui
Wawancara Mendalam(mencakup semua fokus penilaian)
Hasil Observasi
1 Aspek perhatian perokok pemula
mengenai pemaham
an dampak merokok terhadap
kesehatan
- Sumber Informasi
- Keinginan atau rasa ingin tahu
untuk memperhatikan
promosi kesehatan
“ Kalo informasi
sebenarnyo dari bungkus
rokok tulah sudah ado
kak, apolagi di tv la
sering jelas-jelaske, di
Koran-koran dan
spanduk dan gambar-
gambar jugo banyak”
“Kalo raso pengen nak
nyari info tu dak ado kak
men teliat bae tp jarang
diperhatike nian jugo “
“Tulisannyo paling di
“ yo aku biaso jinggok informasi
dampak merokok di tivi samo
bungkus rokok tapi bukannyo
nyuruh berhenti malah penasaran
tentang rokok kak... nah aku jarang
kak nyari informasinyo paling men
ringam aku koyakke bae iklan di
bungkus itu...... iklannyo jugo dak
jelas bahayo apo bagus ...
bagusnyo pabrik rokok tuh tutupke
bae kak baru berenti galo yg
merokok” (kutipan wawancara
dari salah seorang Informan yang
diwawancara mendalam)
- Peneliti melakukan
observasi atau
pengamatan langsung di
lingkungan sekitar
Simpang Bandara
Palembang. Pengamatan
diawali dengan
pengamatan yang
berlangsung di area
tempat istirahat di pinggir
jalan, Peneliti melihat
anak-anak santai merokok
tanpa malu di depan
orang-orang di sekitar.
- Sisi ketertarikan terhadap promosi
kesehatan
- Manfaat yang dirasakan dari
promosi kesehatan
bungkus rokok tulah kaka
tau dari gambar-gambar
di bungkus. biso buat
kanker samo paru bolong
tulah Cuma paling kami
abaike bae iklan itu“
“sedikit kak, iklan itu nak
nakut-nakuti bae paling
kak, kami takut jugo idak
malahan nyuruh
ngerokok kak ado “
“ Sebenarnyo iklan kito tuh dak
efektif. Tujuan dio ngiklanke itu kan
tujuannyo untuk jual rokok. Men
aku jingok iklan itu sebenarnyo
bagus-bagus kelihatan menarik dan
kreatif tapi dak pengaruh untuk dak
merokok malah mendidik kito
untuk ngerokok.” (Anggota Dinas
perhubungan)
- Peneliti mengikuti
beberapa informan setelah
selesai berjualan koran.
Ada beberapa informan
yang terlihat membeli
rokok dengan uang kerja
mereka ketika istirahat di
warung ataupun di jalan-
jalan.
- Peneliti juga menemukan
adanya pedagang toko-
toko yang menjual
beberapa rokok di sekitar
lingkungan simpang
bandara. Para pedagang
menyatakan bahwa
sebenarnya rokok tersebut
dijual bukan untuk anak-
2 Aspek pemaham
an perokok pemula
mengenai pemaham
an dampak
- Pemahaman pesan promosi kesehatan
“Ngerti kak misalnya
tentang penyakit kak,
jadi kalo kito ngerokok
kak kito ni bakalan keno
penyakit kak. Cak paru
samo leher biso bolong.
“Ngerti kak, kalo kito merokok tuh
napas biso pendek kak, jadi cepet
menges kalo yang aku tau Cuma
aku dak pulo nak peduli nian, tau
sih ado dampak buruk” (kutipan
wawancara dari salah seorang
merokok terhadap
kesehatan
- Kemudahan dalam memahami
promosi kesehatan
terus katonyo biso
kanker”
“Mudah kak, jelas
informasinyo kalo rokok
tu bahayo kak untuk
kesehatan supaya kito
takut merokok kak”
Informan yang diwawancara
mendalam)
anak tetapi karena
pelanggan setia adalah
mereka jadi mereka tidak
melarang jika anak-anak
membeli rokok.
3 Aspek kepercaya
an dan sikap
perokok pemula terkait
pemahaman
dampak merokok terhadap
kesehatan
- Kepercayaan terhadap pesan
promosi kesehatan
“Pecayo, Yo banyak
penyakitnyo kak dari
mulut bae kejingokan
giginyo ... Bos aku bae la
abis giginyo gara-gara
merokok ”
“Percayo kak aku samo dampak
ngerokok kalo rokok tu bahayo
pacak sebabken kito kanker... ngeri
sebenernyo kak kalo tahu
dampaknyo Cuma susah men la
kecanduan cak ini kak” (kutipan
wawancara dari salah seorang
Informan yang diwawancara
mendalam)
- Sikap dalam menyikapi pesan
promosi kesehatan
“aku ni galak kak nak
berenti merokok tapi
candu ini kak susah
nian... aku tau dikit lah
dampaknyo tapi ngontrol
diri ni susah nian, tapi
cak itulah kak paling liat
wong laen merokok lagi”
“Kalo dari yang aku liat aturan-
aturan yang la dibuat ini sudah
bagus galo dek, ado yang mengatur
tempat merokok, ado dendo atau
hukumannyo jugo ... Cuma yang
negakke aturan rokok ini yang
susah, liat bae penegak bae
merokok galo”(Pengendara Ojek
Simpang Bandara)
4 Aspek motivasi perokok pemula terkait
pemahaman mengenai dampak merokok terhadap kesehatan
- Motivasi “Motivasi aku yo pengen
berenti kak, tapi susah
kak mulut teraso masam
Kemaren sempet nyubo
tapi dak biso kak sampe
sekarang aku ngerokok
kak ... Motivasi nak stop
kak palingan seminggu
motivasi tu tapi sampe
sekarang aku masih
“Aku la ado kak motivasi nak
berenti rokok tu cumanyo susah kak
kecanduan rokok ... la pernah aku
nyubo kak tapi paling seminggu
bae bertahan kak ... enak kak
ngerokok tu lebih keren atau
percaya diri ... kalo la diajak
kawan dak biso nolak kak cak
sombong nian... motivasi paling
kuat dari diri aku biar anak aku
- Hambatan dalam motivasi
perokok kak”
“Pengen kak berenti tu
tapi saro, aku ni la
kecanduan kak susah
men nak berenti mano
kawan merokok galo
saro nahanke niat nak
berenti.”
kagek jangan merokok cak aku ni
kak, ngabiske duet dan waktu bae”
(kutipan wawancara dari salah
seorang Informan yang
diwawancara mendalam)
5 Aspek perilaku berhenti merokok
bagi perokok pemula terkait
pemahaman
dampak merokok terhadap
- Keinginan berhenti merokok
- Langkah awal
“Iya kak mau, soalnyo
aku takut kak sakit kagek
keno penyakit cak yang
kakak kasih tau tadi”
“Pertamo yo niat kak
“ado kak aku keinginan berenti ni,
la lamo nian aku cubo. Pas SMA
aku kan nak daftar atlit lari jadi
aku berhenti merokok , awalnyo
aku ngurangi dikit-dikit. Aku ganti
permen biar mulut dak masam,
akhirnyo biso lah bertahan. Pas
sudah dak tes-tes lagi yo aku balek
lagi merokok kak, ” (kutipan
kesehatan untuk berhenti merokok
keduo baru kito cubo
kurangin dulu bae
jumlah rokok nyo kak ...
Ganti permen be kak tapi
terus dikurangi kak
rokoknyo tapi paling
seminggu bertahan kak
sudahnyo merokok lagi”
wawancara dari salah seorang
Informan yang diwawancara
mendalam)
“ sebenarnyo kasian dek liat
mereka, yang ngurus jugo caknyo
dak pulo ado yang peduli, itulah
caknyo biso buat menyimpang,
yang penting itu aturan denda
ditegaske nian biar berenti
merokok, kalo yang jualan caknyo
dak biso nak disuruh berenti kalo
emang kito jual tapi dak ado yang
beli kana man bae, Cuma itulah
salah kalo dijual ke budak kecik”
(Anggota Dinas Perhubungan)
6 Kebiasan merokok
pada perokok pemula
- Kebiasaan awal merokok
- Lingkungan Sekitar
“Pas aku SD kak aku
nyubo sebatang-duo
batang kak. Aku nyingok
kawan jugo ikut
ngerokok jadi dak enak
aku dak merokok kak
lamo-lamo nambah duo
tigo batang kak akhirnyo
kami rato-rato sengah
bungkus galo merokok
kak”
“Perokok galo kak
budak-budak ni
kebanyakan merokok
galo teko mamang
burukan bae merokok
jugo... rumah kami ado
yang merokok ado yang
“ Awalnyo ngerokok pas jaman
SMP kak ... awal nak nunjukke aku
la besak kak jadi aku paksoke
setengah bungkus awalnyo ... aku
jingok kawan merokok galo dak
mungkin aku laen dewek kak ...
pengen kak berenti tapi susah kak
karena la kecanduan kak mulut ni
teraso masam men dak merokok ...
rokok jugo biso buat aku ngilangin
stres kak”
(kutipan wawancara dari salah
seorang Informan yang
diwawancara mendalam)
“ kalo aku perhatike dek, budak
cak mereka tuh kasian jugo dak
pulo diperhatike nian
kehidupannyo, cak bebas nian
- Sanksi yang diinginkan
- Manfaat merokok menurut perokok
idak tapi tempat kami
banyak yang merokok
kak”
“Bagusnyo yang
merokok tuh di dendo
bae kak biar kami dak
galak merokok”
“katek manfaat kak
dihisep dikeluarke kak,
cak bakar duet bae kak”
Cuma itulah men dak ado yg
ngarahke nyimpang cak merokok
itu, bagusnyo aturan tuh ditegaske
cak dendo oleh merokok ”(
Pengendara Ojek di Simpang
Bandara)
“ yo men jual rokok ke budak kecik
ni serba salah jugo dek, kito kan
nak nyari makan kalo ado yang beli
kan laju dak madak pelanggan la
dikit nak kito bateske pulo, men
mereka nak merokok biarpun disini
dilarang dio pacak ke tempat laen
dek cak minimarket biso beli jadi
samo bae” ( Pedagang Rokok
Sekitar Simpang Bandara)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa para perokok
pemula memiliki pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan. didapatkan juga kesimpulan bahwa adanya
penyimpangan perilaku dari para anak-anak jalanan salah satunya
kebiasaan merokok. Pada aspek perhatian mengenai pemahaman dampak
merokok terhadap kesehatan, perokok pemula memiliki perhatian yang
khusus terhadap kesehatannya. Para perokok pemula sudah biasa membaca
atau mencari informasi promosi kesehatan tentang rokok namun tidak
diperhatikan. Pada aspek pemahaman, perokok pemula memiliki
pemahaman yang cukup mengenai dampak merokok. Mereka paham
bahwa rokok dapat menyebabkan beberapa penyakit dalam tubuh. Pada
aspek kepercayaan, perokok pemula yakin dan takut akan bahaya dari
merokok sehingga muncul sikap untuk menjahui merokok. Motivasi yang
dihasilkan oleh promosi kesehatan yang didapat dari informan adalah
motivasi yang baik yaitu para informan ingin segera berhenti dari
kebiasaan merokok. Salah satu hambatan yang paling kuat dalam motivasi
tersebut adalah faktor lingkungan, mereka masih diajak oleh teman-
temannya untuk merokok.
5.2. Saran
1. Pemerintah disarankan lebih memperhatikan peningkatan angka
perokok di Indonesia. Pemerintah harus segera memperbanyak
program promosi kesehatan. Promosi kesehatan seharusnya dilakukan
22
23
lebih kreatif dan disalurkan melalui berbagai media agar masyarakat
lebih sering mendapatkan dampak positif dari promosi kesehatan.
2. Pihak penegak hukum di Kota Palembang disarankan meningkatkan
kinerja untuk menghentikan para perokok.
3. Pihak Kota Palembang diharapkan meningkatkan sanksi berupa denda
agar menimbulkan efek jera.
4. Pihak Kota Palembang diharapkan membuat aturan yang jelas tentang
pelanggan yang boleh membeli rokok agar tidak dibeli untuk anak-
anak.
24
Lampiran
PEDOMAN Focus Group Discussion (FGD)
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Moderator :
A. Pembukaan
1. Diawali dengan pengucapan salam dan pengucapan
terima kasih kepada informan.
2. Perkenalan moderator dilanjutkan dengan perkenalan para
informan.
3. Penjelasan tujuan dan manfaat dari diadakannya FGD
4. Pembacaan peraturan FGD, berupa :
Semua informan harus berpartisipasi aktif dalam
jalannya diskusi
Teratur dalam berpendapat dan menghormati pendapat
orang lain
Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam diskusi
Semua informasi yang didapat di ruangan ini bersifat
rahasia
Jalannya diskusi akan direkam
B. Diskusi
Pernyataan Catatan
25
1.Pembuka FGD
Informasi mengenai dampak
merokok terhadap kesehatan
yang mudah didapat salah
satunya melalui berbagai
media internet
Tujuan promosi kesehatan
mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan
2.Inti FGD
a. Perhatian
Dimana anda bisa mencari
informasi mengenai dampak
merokok.
Bagian yang paling menarik
perhatian informasi pada
promosi kesehatan tentang
rokok.
Frekuensi paparan terhadap
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
Faktor yang menghambat
perhatian informan
Perasaan bosan melihat
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
b. Pemahaman
Pesan yang didapat dari
informasi pada promosi
26
kesehatan tentang rokok.
Kemudahan dan kesulitan
dalam memahami informasi
Pendapat mengapa perlu
diadakan promosi kesehatan
mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan
c. Kepercayaan & Sikap
Sikap dan kepercayaan
sebelum mengetahui
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
manfaat/dampak apa yang
kalian percayai dari merokok
Apakah kepercayaan itu
berubah setelah mengetahui
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
Informan percaya/tidak
terhadap informasi pada
promosi kesehatan tentang
rokok. Mengapa demikian?
Kemampuan persuasif
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok
(bagian dari label yang
paling berkesan)
Sikap informan terhadap
informasi pada promosi
27
kesehatan tentang rokok.
Reaksi penolakan terhadap
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
Faktor yang mempengaruhi
kepercayaan dan sikap
informan
d. Motivasi
Motivasi yang timbul karena
informasi pada promosi
kesehatan tentang rokok.
Berapa lama motivasi itu
bertahan?
Faktor lain yang bisa
menguatkan/menghambat
motivasi anda untuk berhenti
merokok? Mengapa?
e. Perilaku
Perilaku berhenti merokok
karena mengetahui informasi
pada promosi kesehatan
tentang rokok.
Perilaku lain yang terjadi
karena mengetahui informasi
pada promosi kesehatan
tentang rokok.
Langkah untuk
menghentikan merokok
28
f. Kebiasaan Merokok
Kapan memulai merokok.
Siapa yang mengajak
merokok.
Lingkungan sekitar sekolah
dan keluarga.
Merokok di kalangan
sekolah.
Sanksi yang paling
ditakutkan.
Berapa rokok yang anda
hisap.
Mengapa mencoba untuk
merokok.
Manfaat merokok.
Dampak merokok bagi
kesehatan.
Ketakutan seorang perokok.
Niat dan keinginan untuk
berhenti
C. Penutup
Ucapan terima kasih dan pemberian informasi tambahan
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN
“Kebiasaan Merokok Pada Perokok Pemula Dan Pemahaman Dampak Merokok Terhadap Kesehatan”
29
(Studi Kualitatif pada Anak-anak jalanan di Simpang Bandara)
Dari berbagai informan kunci pada penelitian ini, akan dilakukan wawancara dengan berbagai pertanyaan sebagai berikut :
1. Aspek perhatian
Pertanyaan : Dimana saja anda dapat mencari informasi mengenai dampak merokok? Mengapa anda tertarik untuk mencari informasi mengenai dampak merokok? Apa yang pertama kali anda lihat pada suatu promosi kesehatan.
misalnya iklan dan poster?
Apakah saat promosi kesehatan, pandangan anda langsung tertuju
kepada dampak merokok?
Bagaimana menurut anda mengenai promosi kesehatan merokok?
Apakah promosi kesehatan merokok sudah bisa menarik perhatian
anda?
Bagian yang paling menarik perhatian dari promosi kesehatan
merokok?
Berapa frekuensi paparan mencari informasi tentang rokok ?
Faktor yang menghambat perhatian informan?
Apakah ada suatu perasaan bosan melihat promosi kesehatan
merokok?
2. Aspek pemahaman
Pertanyaan : a. Apakah anda mengerti pesan informasi yang ada dalam promosi
kesehatan tentang rokok?
b. Dapatkah anda jelaskan pesan yang terkandung dalam promosi
kesehatan tentang rokok tersebut?
c. Apakah ada kemudahan dan kesulitan dalam memahami promosi
kesehatan tentang rokok?
d. Menurut anda mengapa harus diberikan promosi kesehatan tentang
rokok?
30
e. Apakah saudara setuju dengan adanya informasi mengenai dampak
merokok terhadap kesehatan?
3. Aspek kepercayaan dan Sikap
Pertanyaan : a. Apakah anda bisa menjelaskan manfaat apa yang kalian percayai dari
merokok?
b. Apakah anda yakin bahwa rokok dapat menggangu kesehatan?
c. Apakah anda bisa menjelaskan dampak apa yang kalian percayai dari
merokok sebelum anda mengetaui dampak merokok dari promosi
kesehatan tentang rokok?
d. Setelah melihat promosi kesehatan tentang rokok, Apakah
kepercayaan itu berubah?
e. Apakah anda yakin bahwa pesan dan maksud dari promosi kesehatan
tentang rokok suatu kenyataan?
f. Menurut anda bagian informasi promosi kesehatan tentang rokok
yang berkesan untuk anda?
g. Bagaimana sikap anda setelah mengetahui dampak bahaya rokok ?
h. Apakah anda memiliki suatu reaksi penolakan mengetahui informasi
mengenai dampak buruk merokok?
i. Faktor apa saja menurut anda yang mempengaruhi kepercayaan dan
sikap anda dalam merokok?
4. Aspek motivasi
Pertanyaan : a. Apakah anda dapat menjelaskan motivasi yang timbul setelah
mengetahui informasi dampak merokok pada promosi kesehatan
tentang rokok?
b. Berapa lama motivasi anda itu dapat bertahan?
c. Apakah ada suatu Faktor lain yang bisa menguatkan motivasi anda
untuk berhenti merokok? Mengapa?
31
d. Apakah ada suatu Faktor lain yang bisa menghambat motivasi anda
untuk berhenti merokok? Mengapa?
5. Aspek perilaku
Pertanyaan : a. Apakah anda mau berenti setelah mengetahui dampak merokok? Mengapa?
b. Apa perilaku yang lain yang dapat terjadi saat anda melihat informasi mengenai dampak
merokok?
c. Apa saja yang saudara lakukan untuk menghentikan pemakaian rokok?
d. Jika anda memilih antara dua, anda mau mengurangi pemakaian rokok atau
menghentikan rokok? Mengapa?
6. Kebiasaan merokok
a. Kapan anda memulai merokok ?
b. Siapa yang mengajak anda untuk merokok pertama kali ?
c. Apakah teman-teman dan lingkungan keluarga anda perokok ?
d. Apakah di sekolah juga anda merokok?
e. Sanksi apa yang paling membuat anda takut jika ketahuan merokok ?
f. Pada awal memulai merokok, berapa rokok yang anda hisap ?
g. Untuk sekarang, berapa jumlah rokok yang anda hisap perhari ?
h. Mengapa anda mencoba untuk merokok ?
i. Apakah anda hidup anda lebih baik jika sedang merokok ?
j. Apakah anda tahu mengenai dampak buruk dari merokok terhadap kesehatan?
k. Jelaskan dan sebutkan mengenai dampak buruk merokok terhadap kesehatan yang anda
ketahui?
l. Anda sudah mengetahui dampak buruk dari merokok, lalu mengapa anda masih mau
merokok?
m. Apakah anda takut jika salah satu penyakit yang disebabkan oleh rokok ada dalam
tubuh anda?
32
Top Related