Makalah Pantun DEWI FITRI

18
MAKALAH PANTUN Disusun Oleh : Oleh : Dewi Fitri (2012037) Kelas : 5 A ( Bahasa Indonesia ) Dosen Pengampu : Rusmana Dewi, M.PD Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP-PGRI) Lubuklinggau 2014

description

makalah pantun

Transcript of Makalah Pantun DEWI FITRI

MAKALAH PANTUN

Disusun Oleh :

Oleh : Dewi Fitri (2012037)Kelas : 5 A ( Bahasa Indonesia )Dosen Pengampu : Rusmana Dewi, M.PD

Jurusan Pendidikan Bahasa dan SeniProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaSekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu PendidikanPersatuan Guru Republik Indonesia(STKIP-PGRI) Lubuklinggau2014

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucapkan kepada Allah STW, karena dengan bimbinganNya maka saya bisa menyelesaikan makalah Apresiasi dan Kreasi Sastra ini dengan tepat waktu.Makalah ini dibuat dengan berbagai referensi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Karena setiap manusia tidak luput dari tempatnya salah dan keliru. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Jakarta, 19 September 2013

Penulis

iiDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................iiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN11.Latar Belakang.12.Rumusan Masalah13.Tujuan..14.Metode.....1BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 21.Pengertian Puisi22.Jenis Puisi.33.Pantun...34.Ciri-Ciri Pantun....45.Macam-macam pantun.56.Pantun Pengiring Lagu.67.Perkembangan Pantun..7BAB III PENUTUP...91.Kesimpulan..92.Saran....9DAFTAR PUSTAKA..10

iiiBAB IPENDAHULUAN

A.Latar belakangDi dalam makalah ini kami membahas mengenai pantun, sebagaimana telah kita ketahui pantun termasuk karya sastra puisi lama. Pantun sering kita dengar di mana saja, dalam percakapan, acara-acara penting, kegiatan sehari-sehari, bahkan sering kita di radio ada acara yang mengkhususkan untuk berpantun. Pantun kerap kali kita ketahui hanya sastra lisan semata, tetapi perlu diketahui bahwa pantun kini terdapat pantun tertulis, pantun yang ditulis, dikumpulkan, dan dipublikasikan secara luas, tetapi pantun juga harus dibacakan secara lisan agar terlihat nilai estetika yang terkandung di dalamnya.

B. Rumusan Masalah1.Apa saja yang dimaksud puisi dan lama?2.Apa pengertian pantun?3.Apa saja jenis-jenis pantun yang telah berkembang?

C.TujuanTujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Apresiasi dan Kreasi Sastra dan memberikan pengetahuan kepada pembaca agar mengetahui mengenai pantun dengan baik dan benar.

D.MetodeDalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka dari berbagai sumber buku yang sesuai dengan materi yang saya bahas.

1BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian PuisiHampir dalam setiap bahasa daerah di Indonesia dikenal jenis karya sastra berbentuk puisi yang sudah mempunyai ikatan metric tertentu sehingga dapat dinyanyikan menurut pola lagu yang sudah dikenal baik dalam masyarakat. Karya-karya demikian penuh dengan keajaiban, kesaktian, nasihat, dan petuah ditulis dengan bahasa tinggi yang sering merupakan klise, sehingga sudah dikenal dan dihapal oleh para pengemarnya. Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan sang pencipta, melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi. M.Atar Semi mengutip beberapa pendapat ahli sastra tentang pengertian puisi: a) Willia Worsworth: poetry is the best word in the best order (puisi adalah kata-kata yang terbaik dalam sususan yang terbaik); b) Leight Hunt: poetry is imaginative passion (puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif); c) Mathew Arnold: poetry is critism of life (puisi merupakan kritik kehidupan); d) Herbert Read: poetry is intuitive, imajinative, and synthetic (puisi bersifat intuitif, imajinatif, dan sintetik)Di balik kata-katanya yang ekonomis, padat, dan oadu tersebut puisi berisi potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan persoalan-persoalan kehidupan manusia juga manusia dalam hubungannya dengan alam, dan Tuhan sang pencipta. Masalah kehidupan yang disuguhkan penyair dalam puisinya tentu saja bukan sekedar refleksi realitas penafsiran, kehidupan, rasa simpati kepada kemanusiaan, renungan mengenai penderitaan manusia dan alam sekitar) melainkan juga enderung mengekspresikan hasil renungan penyair tentang dunia metafisis, gagasan-gagasan baru ataupun sesuatu yang belum terbayangkan dan terpikirkan oleh pembaca, sehingga puisi sering dianggap mengandung suatu misteri.

2B.Jenis PuisiJenis puisi dalam sastra Indonesia dikenal ada puisi lama (tradisional), puisi baru (modern), dan puisi kontemporer. Jenis puisi lama seperti: bidal, pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, karmina (pantun kilat). Jenis puisi baru seperti: epik, balada, soneta, ode, elegy, epigram, satire, romanis, dan puisi-puisi berdasarkan jumlah baris seperti distikon, terzina, kuatern, kuint, sekstet, septima, stanza, soneta.

C. PantunTradisi lisan di mana pun, merupakan asal muasal puisi modern. Bahkan cukup aman untuk mengatakan bahwa pada dasarnya puisi modern pun yang ditulis berdasarkan prinsip keberaksaraan, memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan prinsip kelisanan. Piranti puisi seperti rima, irama, pengulangan, aliterasi, asonansi, dan kesejajaran menunjukkan membuktikan bahwa puisi tulis dan cetak memang harus dilisankan untuk mendapatkan keindahan dan maknanya meskipun tentu kita tidak perlu melisankan secara keras, tetapi cukup dalam pikiran kita. Dalam perkembangan puisi kita pengembangan berbagai jenis tradisi lisan itu masih nampak sampai sekarang, seperti yang tampak dalam penggunaan bentuk-bentuk pantun dan mantra. Pantun dan mantra merupakan bentuk tradisi lisan kita yang boleh dikatakan asli, meskipun istilah itu bisa saja dimasalahkan. Pantun merupakan satu di antara sekian banyak genre kesusastraan yang lahir dan berkembang di nusantara. Pada mulanya, istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau patuntun yang berarti penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.Dalam masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan. Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan paparikan. Sementara masyarakat Batak mengenal pantun dengan istilah umpasa (dibaca uppasa). Masih tentang pantun, dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah quatrain.Pantun adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris, dan rima akhir. Pantun digunakan untuk mencurahkan isi hati seseorang.

3D.Ciri-Ciri Pantun:1.Satu bait terdiri dari 4 baris atau larik2.Tiap baris terdiri dari 8 12 suku kata3.Baris kesatu dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud, dan4.Rima atau sajak akhir a b a bSurabaya berupa-rupaSapu tangan jatuh di lumpurHendak lupa tak dapat lupaLupa sebentar di waktu tidur

Kapal belayar dari BelawanBerlabuh tentang Pulau TujuhKalau terkenang kepada tuanHati di dalam hancur luluh

Dalam pantun selalu ada dua dimensi yaitu pertama yang disebut sampiran. Konvensi mengatakan bahwa tidak ada yang sungguh-sungguh dengan sampiran. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Bila kita berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia hal yang sama ditegaskan lagi di sana ketika tentang sampiran dikatakannya sebagai berikut: Paruh pertama pada pantun, yaitu baris kesatu dan kedua berupa kalimat-kalimat yang biasanya hanya merupakan persediaan bunyi kata untuk disamakan dengan bunyi kata pada isi pantun (biasanya kalimat-kalimat pada sampiran tak ada hubungan makna dengan kalimat-kalimat pada bagian isi).

4E.Macam-macam pantunPantun banyak macamnya, pantun nasihat, orang tua, anak-anak, bahkan muda-mudi. Isi dari pantun menerangkan maksud dan tujuan kepada si pendengar. Di bawah ini beberapa contoh pantun: PANTUN ANAK-ANAKContoh :Elok rupanya si kumbang jatiDibawa itik pulang petangTidak terkata besar hatiMelihat ibu sudah datang

PANTUN ORANG MUDAContoh :Ikan duyung di laut biruIkan impian dalam kenanganAda kabar adinda rinduLewat laut pun kanda berenang PANTUN ORANG TUAContoh :Asam kandis asam gelugurKedua asam riang-riangMenangis mayat di pintu kuburTeringat badan tidak sembahyang

5 PANTUN JENAKAContoh :Elok rupanya pohon belimbingTumbuh dekat pohon manggaElok rupanya berbini sumbingBiar marah tertawa juga PANTUN TEKA-TEKIContoh :Kalau puan, puan cemaraAmbil gelas di Dallam petiKalau tuan bijak laksanaBinatang apa tanduk di kaki PANTUN AGAMAMisi gereja di hari mingguSembahyang di mesjid hari jumatManusia pasti bersatuKalau Tuhan member rahmat

Pantun Pengiring LaguPantun dapat digunakan Dallam nyanyian, diantaranya adalah:Ayam jago jangan diaduKalau diadu jenggernya merahBaju ijo jangan digangguKalau diganggu yang punya marah

6G.Pantun telah mengalami berbagai macam perkembangan hingga tercipta bentukan baru dari pantun, seperti karmina, seloka(pantun berkait) dan talibun. Karmina merupakan bentukan atau versi baru dari pantun yang lebih ringkas karena hanya terdiri atas 2 baris, sedangkan talibun adalah versi panjang dari pantun yang terdiri atas 6 baris atau lebih. Namun seloka, talibun, dan karmina bukan pantun tetapi tetapi termasuk ke Dallam puisi lama seperti halnya pantun.

SELOKA (PANTUN BERKAIT)Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.CIRI-CIRI SELOKA:1.Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.2.Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga dan seterusnyaContoh :Lurus jalan ke Payakumbuh,Kayu jati bertimbal jalanDi mana hati tak kan rusuh,Ibu mati bapak berjalanKayu jati bertimbal jalan,Turun angin patahlah dahanIbu mati bapak berjalan,Ke mana untung diserahkan

7 TALIBUNTalibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.Jadi :Apabila enam baris sajaknya a b c a b c.Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d

Contoh :Kalau anak pergi ke IndonYu beli belanak pun beli sampiranIkan panjang beli dahuluKalau anak pergi berjalanIbu cari sanak pun cari isiInduk semang cari dahulu PANTUN KILAT ( KARMINA )CIRI-CIRINYA :1.Setiap bait terdiri dari 2 baris2.Baris pertama merupakan sampiran3.Baris kedua merupakan isi4.Bersajak a a5.Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)

8BAB IIIPENUTUP

1. KesimpulanPantun termasuk ke Dallam puisi lama, puisi lama merupakan latar belakang lahirnya puisi modern dan puisi kontemporer. Puisi lama memiliki banyak aturan yang mengikatnya berbeda dengan puisi modern yang tidak terikat oleh beberapa aturan. Puisi lama sangat patuh terhadap konvensi yang ada, seperti jumlah bait, rima, maupun baris. Pantun sering digunakan Dallam kehidupan sehari-hari oleh orang tua, anak-anak, maupun muda-mudi. Walaupun pantun merupakan karya sastra yang terhitung tua karena kehadirannya telah ada sudah lama namun pantun tetap bisa bertahan hingga abad ke-20 ini. Banyak karya sastra lain yang merambah luas di masyarakat kini, pantun tetap menjadi pilihan sebagian orang dikarenakan sifatnya yang Indones, bisa dipakai Dallam situasi apapun. Seiring perkembangan pantun, pantun memiliki bentukan baru yang disebut seloka, talibun, dan karmina. 2. SaranSaran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesustraan selalu digali dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesian.

9DAFTAR PUSTAKA

Djoko Damono Sapardi. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004Gawa John. Kebijakan Dallam 1001 Pantun. Jakarta: Buku Kompas. 2007Mafrukhi, dkk. Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2006Rosidi Ajip. Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung Agung. 1983Widjoko dan Endang Hidayat Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS. 2007

10