MAKALAH PANCASILA

download MAKALAH PANCASILA

of 31

Transcript of MAKALAH PANCASILA

KEBUN BINATANG DIANALISIS DARI PANCASILA SILA PERTAMA DAN KEDUA

MAKALAH

DISUSUN OLEH:1. Angga Dewanto (13/349524/KH/7793)2. Wahyu Ihsan Siregar (13/349610/KH/7806)3. Karlina Dwi Hapsari (13/352031/KH/7822)4. Mahadika R. N. (13/352205/KH/7823)5. Patwi Purnamasari(13/352355/KH/7827)6. Agatha Rosa P. (13/352365/KH/7828)7. Winda Ayu Pratiwi (13/352373/KH/7829)8. Andris Wulandhari (13/352374/KH/7831)9. Pandhu Habibie(13/352406/KH/7838)10. Adiba Abdul Rahman (13/355885/KH/7849)11. Cheng Ern Wei (13/355912/KH/7855)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Pancasila tentang Makalah Kebun Binatang ini.Tujuan pokok dibuatnya makalah ini adalah agar kami sebagai mahasiswa-mahasiswa calon dokter hewan tahu tentang bagaimana tujuan dibangunnya kebun binatang, sejarah kebun binatang, dampak postiif dan negatif dibangunnya kebun binatang, mengembangkan wawasan mahasiswa mengenai kebun binatang terutama melalui pandangan ilmu kedokteran hewan, serta mengenal kebun binatang melalui kacamata pendidikan Pancasila.Kami berharap, makalah kami ini dapat mendapatkan nilai yang optimal dan tentu saja agar dapat membantu dan bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa kedokteran hewan.

Yogyakarta, 05 November 2013Kelompok 5

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahSatwa merupakan sumber daya alam hayati yang kelestariannya harus dijaga. Untuk menjaga kelestariannya tetap berjalan secara berkesinambungan, maka diperlukan upaya konservasi satwa dengan langkah-langkah yang benar. Upaya pelaksanaan konservasi satwa meliputi juga unsur lingkungan atau ekosistem satwanya. Ekosistem ini memiliki fungsi yang sangat penting sebagai unsur pembentuk lingkungan satwa, yang kehadirannya tidak dapat diganti, harus disesuaikan dengan batas-batas daya dukung alam untuk menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan ekosistem satwa sendiri. Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan) adalah perlindungan populasi dan komunitas alami. Konservasi ex-situ adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana fauna tersebut diambil, dipelihara pada suatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun kesesuaian ekologinya. Konservasi ex-situ tersebut dilakukan dalam upaya pengelolaan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan pelestarian (Johnson et al., 2007). Tujuan dari perlindungan dan pelestarian alam tidak hanya untuk menyelamatkan jenis tumbuhan dan binatang dari ancaman kepunahan, akan tetapi mengusahakan terjaminnya kenanekaragaman hayati dan keseimbangan unsur-unsur ekosistem yang telah mengalami gangguan akibat meningkatnya aktivitas manusia yang merambah kawasan hutan alam. Kawasan konservasi ex-situ sama pentingnya dengan kawasan konservasi in-situ dan mempunyai peran yang saling melengkapi (Musadat, 2003).Aktivitas manusia yang terus meningkat menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Aktivitas manusia yang makin meningkat menyebabkan banyak hewan yang diburu dan diambil bagian tubuhnya demi keuntungan manusia sendiri. Hal inilah yang menyebabkan berdirinya kebun binatang yang berperan sebagai pusat konservasi ex-situ. Namun sangat disayangkan, akhir-akhir ini banyak berita yang tidak mengenakkan kita dengar tentang hewan-hewan yang ada di kebun binatang. Dari berita-berita yang ada, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak semua kebun binatang menjaga hewan-hewan di sana dengan baik. Dan hal-hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila yang telah kita pelajari beberapa saat yang lalu. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, kita bisa membuat beberapa rumusan masalah, antara lain:1. Apa peran dan fungsi sebuah kebun binatang? 2. Apa pengertian substansial Pancasila sila pertama dan kedua?3. Bagaimanakah keterkaitan agama (sila pertama) dengan profesi veteriner?4. Bagaimanakah standar praktek kebun binatang berdasarkan sila kedua?

II. PEMBAHASAN

2.1. Fungsi dan Peran Kebun BinatangAda beberapa fungsi dan peran kebun binatang, yaitu:1. Konservasi Sebagai lembaga konservasi ex-situ Menyelamatkan satwa yang terancam punah karena kerusakan habitatnya Tempat penitipan satwa-satwa langka milik negara Menjaga kemurnian genetik2. Pendidikan Sebagai sarana pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi Memberikan pendidikan dna pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai pentingnya konservasi alam dan lingkungan melalui peragaan maupun pertunjukan satwa Menanamkan rasa cinta dan peduli terhadap satwa serta alam sejak dini kepada siswa sekolah dan berbagai kalangan masyarakat lainnya, melalui program pengenalan satwa liar dan lingkungan Melaksanakan penyuluhan tentang konservasi sumber daya alam secara berkelanjutan kepada masyarakat luas di seluruh pelosok Indonesia3. Riset dan Penelitian Sarana penelitian bagi berbagai disiplin ilmu, seperti Kedokteran Hewan, Biologi, Peternakan, dan Pariwisata dari berbagai tingkatann pendidikan Sarana penelitian para pakar konservasi dari lembagai konservasi nasional maupun internasional4. Rekreasi Hiburan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat dan sebagai tempat rekreasi yang sehat dan mendidik bagi berbagai kalangan serta dapat mengurangi ketegangan yang berdampak konflik dimana-mana

2.2. Pengertian Substansial Pancasila Sila Pertama dan KeduaPengertian Pancasila yang substansial adalah pengertiannya yang abstrak umum universal yang berlaku sama untuk semua manusia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang substansial yang dilekati atau disifati oleh kualitas-kualitas tertentu sebagai ciri khasnya. Pengertian substansial sila pertama Pancasila adalah hakikat Tuhan sebagai sebab yang pertama dari segala sesuatu atau Causa Prima. Sebab yang pertama adalah ada yang selama-lamanya atau abadi, ada-Nya merupakan keharusan dalam arti mutlak, yaitu ada yang mutlak, hanya ada satu, merupakan asal mula segala sesuatu, segala sesuatu tergantung pada-Nya. Tuhan mempunyai sifat sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas, dan pengatur tata tertib alam, sehingga manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai asal mulanya mempunyai wajib bertaklim dan bertaat (Notonagoro, 1980: 76).Pengertian substansial sila kedua Pancasila adalah hakikat manusia yang bersusun terdiri dari unsur-unsur jiwa dan tubuh, akal-rasa-kehendak dalam kesatuan ketunggalan, sifat perseorangan dan makhluk sosial dalam kesatuan ketunggalan, serta kedudukan kodrat pribadi berdiri sendiri dan makhluk Tuhan dalam kesatuan ketunggalan. Hakikat manusia adalah makhluk yang majemuk tunggal atau monopluralis. Pengertian hakikat manusia yang majemuk tunggal menyimpulkan hubungan kemanusiaan selengkapnya, yaitu tentang hubungan dengan dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan hidupnya, serta dengan Tuhan (Notonagoro, 1980: 90)

2.3. Keterkaitan Agama dengan Profesi VeterinerISLAM Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (Anaam ayat 38). Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Ad Dukhaan ayat 38-39). Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (Al Jaatsiyah: ayat 4). Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (Al Israa' ayat 44). Wahai Rosulluloh apakah kita mendapatkan pahala karena berbuat baik kepada binatang? Rosulluloh menjawab : Berbuat kepada semua makhluk hidup akan mendapat pahala (Riwayat Bukhori dan Muslim). Jika kamu mendengar ia sedang mewabah di suatu daerah maka janganlah kamu masuk ke sana, dan jika ia mewabah di daerah, sementara kamu ada di dalamnya maka janganlah kamu keluar menghindarinya (H Riwayat Bukhori dan Muslim). Jangan mencampur antara hewan yang sakit dengan yang sehat (Riwayat Bukhori dan Muslim). Alloh menurunkan penyakit dan Dia juga menurunkan obatnya (Riwayat Malik). Setiap penyakit ada obatnya, dan jika suatu obat mengena tepat pada penyakitnya, ia akan sembuh dengan izin Alloh Taala (Shohih Al-Jami Ash-shighir) Barangsiapa yang mengobati namun tidak menguasai ilmu pengobatan maka ia harus bertanggungjawab (Riwayat Abu Dawud). Alam semesta adalah untuk semua makhluk ciptaan Allah, manusia sebagai khalifah di muka bumi, hewan sama dengan manusia sebagai umat. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatmu-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Maidah ayat 3). Dari Abu Huroiroh r..a: Suatu ketika ada seekor anjing mengelilingi sebuah sumur, karena dahaga yang hampir membunuhnya. Tiba-tiba seorang pelacur dari Bani Isroil melihatnya, lalu ia melepas sepatunya untuk mengambil air, dan memberikannya kepada anjing itu. Maka minumlah anjing itu hingga kenyang. Dikarenakan perbuatannya, Alloh pun mengampuni sang pelacur tersebut (Riwayat Bukhori dan Muslim). Abdullah bin Jafar r.a. berkata: Suatu hari Rosululloh saw. memboncengkan saya dibelakang beliau. Lalu dibisikkannya sesuatu rahasia yang tidak akan saya beritahukan kepada siapapun. Kemudian Rosululoh masuk ke suatu perkebunan seorang dari kaum Anshor. Beliau menemukan di dalamnya seekor unta dan ketika melihat onta itu beliau menaruh belas kasihan sampai-sampai menangis. Maka Rosululloh mendekati dan mengelus kepalanya. Lalu beliau bertanya: siapa pemilik onta ini? Onta ini milik siapa? Kemudian datanglah seortang pemuda dari kaum Anshor, ia berkata: Onta ini milik saya ya Rosululloh. Rosululloh bersabda: tidakkah engkau takut kepada Alloh dalam hal hewan yang telah dianugerahkan kepadamu? Sungguh onta ini telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya lapar dan sering membuatnya capai (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud). Dari Ibnu Umar ra berkata, sabda Rosululloh: Seorang perempuan masuk ke dalam neraka dikarenakan seekor kucing yang diikatnya (dikurung) hingga mati, namun tidak diberi makan dan tidak diberi minum, dan tidak dilepas agar bisa mencari makan di tempat lain di bumi (Riwayat Bukhori) Dari Ibnu Abbas r.a.: disebutkan bahwa Rosulullooh saw melewati seekor keledai yang diberi cap bakar di mukanya, lalu beliau bersabda: Alloh melaknat orang yang telah memberinya cap bakar (Riwayat Muslim). Jabir bin Abdillah ra berkata: bahwa ada seekor keledai yang telah dicap bakar di wajahnya lewat di depan Rosululloh saw dan dari bekasnya itu bercucuran darah. Maka Rosululloh bersabda: Alloh melaknat orang yang telah melakukannya ini. Selanjutnya beliau melarang cap bakar dan pemukulan di muka (Riwayat Ibnu Hibban dan AtTirmidzi) Dari Abu Hurairoh: Hendaklah kalian tidak menjadikan punggung hewan ternak sebagai tempat duduk. Karena Alloh menciptakanya untuk kalian, agar ia mengantar ke suatu tempat yang tidak bisa dicapai kecuali dengan susah payah. Dan Alloh telah menciptakan bumi untuk kalian, maka penuhilah kebutuhan-kebutuhan kalian di atasnya (Riwayat At-Tirmidzi) Barangsiapa yang membunuh seekor burung secara sia-sia, maka pada hari kiamat nanti burung itu akan mengadu Alloh dan berkata: Wahai Alloh, si fulan telah membunuhku hanya untuk main-main, ia tidak membunuhku untuk suatu manfaat pun. (HR: Annasi, Ibnu Hibban, Ahmad) Siapapun seorang muslim yang membunuh seekor burung dan yang lebih dari itu, tanpa memenuhi haknya, niscaya Alloh akan minta tanggungjawabnya nanti. Ada yang bertanya: Wahai Rosululloh, apa haknya itu? Rosululloh menjawab: Hendaknya seorang muslim itu menyembelih dan memasaknya, dan jangan ia potong kepalanya lalu dibuang. (Riwayat Ahmad, AnnasaI, Alhakim) Suatu ketika Nabi melihat mayat seekor kambing, Beliau berkata: Milik siapakah kambing ini? Para sahabat berkata: ini milik budak Maimunah Ummul Mukminin, Nabi berkata: mengapa kalian tidak memanfaatkan kulitnya? Mereka menjawab: tapi kambing ini sudah mati. Kata beliau: sebenarnya yang dilarang adalah makan dagingnya. (Riwayat Bukhori dan Muslim) Janganlah kamu menyembelih binatang penghasil susu (HR: Muslim) Sesungguhnya tiada yang berhak menyiksa dengan api kecuali Sang Pencipta api itu sendiri (Riwayat Abu Dawud) Jika seseorang diantara kalian menyembelih hewan maka sembelihlah dengan cepat (Jami alUlum wal al Hakam) Jabir bin Abdillah ra berkata: bahwa ada seekor keledai yang telah dicap bakar di wajahnya lewat di depan Rosululloh saw dan dari bekasnya itu bercucuran darah. Maka Rosululloh bersabda: Alloh melaknat orang yang telah melakukannya ini. Selanjutnya beliau melarang cap bakar dan pemukulan di muka (Riwayat Ibnu Hibban dan AtTirmidzi) (Widyono. 2010). Kalian semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya, seorang imam adalah pemimpin dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya (Riwayat Bukhori, Muslim dan Ibnu Umar) Dan Dia telah menciptakan binatang-binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan " (QS An-Nahl: 5). Naikilah binatang-binatang tunggangan ini dalam keadaan selamat, dan lepaskanlah mereka dalam keadaaan selamat pula. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai kursi (Riwayat Al Hakim dan Baihaqi). Saya melihat Umar ibn Khattab memukul tukang unta sambil berkata mengapa engkau membebani untamu dengan beban yang tidak sanggup dipikulnya? (Riwayat Ibn Saad). BUDHA Adanya rengkarnasi, kedudukan manusia dan hewan adalah sama. Pengikut budha dianjurkan untuk tidak menyakiti/membunuh makhluk hidup bernyawa dan bahkan sesedikit mungkin mengusik tetumbuhan (Winarso. 2008).

HINDU Dewa-dewa berbentuk gajah (Ganesha) dan Kera (Hanoman). Penyakralan hewan tertentu seperti sapi dan Itik. Sapi merupakan lambang kemakmuran dan Dewa Siwa juga mempunyai sapi tunggangan yang bernama Nandi. Sehingga sapi tidak boleh dibunuh. Sedangkan menurut Sudarsana diacu dalam Ayadnya dan Arisana unggas terutama itik dianggap suci karena merupakan simbol kebijaksanaan yaitu dari kemampuan itik memisahkan kotoran dan amerta (kebaikan) saat mencari makan dalam lumpur. Mantra tri sandya: Maha Dewa sarvaprani hitam karah. Artinya: Mahadewa yang memberi anugerah keselamatan kepada semua makhluk. Falsafah Tri Hita Karana, yang mengandung makna adanya keserasian antara Hyang Widhi, Manusia dan Lingkungan. Hindu di bali mempunyai tradisi sabung ayam (Tabuh Rah), yang melanggar animal welfare sebagai sesembahan untuk Bhuta Kala (simbol kekuatan negatif) (Winarso. 2008).

KRISTIANI Kitab Kejadian 126 dan 28 isinya adalah manusia mempunyai kuasa atas hewan. Namun agama Nasrani tidak menerangkan lebih lanjut tentang hubungan manusia sebagai "penguasa" dengan hewan. Pendapat penimikir Nasrani tentang keberadaan hewan pada umumnya sama, yaitu bahwa manusia scbagai pemimimpin alam semesta berhak memanfaatkan hewan. ......sama dengan hewan yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan (II Petrus 2:12) Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: beranakcuculah dan tambah benyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan gemetar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak yang bergerak di muka bumi dan segala ikan dilaut; ke dalam tanganmulah semuanya diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semua itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau, hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan (Kitab Kejadian 9:1-4) Pemeliharaan hewan (ternak) dalam Nasrani secara umum harus dilakukan dengan kasih sayang. Tetapi dulu para pemikir nasrani menganggap hewan tidak memiliki rasa sakit, tetapi sekarang pendapat itu telah berubah (Winarso. 2008). Orang benar memperhatikan hidup hewannya (Amsal 12:10)

2.4. Standar Praktek Kebun Binatang Berdasarkan Sila KeduaAnimal Welfare (kesejahteraan satwa) di Kebun BinatangLima prinsip dibawah, diuraikan dengan jelas untuk memeberikan rangka kerja didalam praktek kebun binatang. Kelima dasar prinsip ini dari Lima kebebasan, yaitu:1. Bebas rasa lapar dan haus (pemberian makanan cukup dan air minum bersih setiap harinya)2. Bebas rasa tidak nyaman (pemberian lingkungan akomodasi hidup yang nyaman)3. Bebas dari sakit dan luka (pemberian perawatan untuk satwa sakit, pencegahan penyakit)4. Bebas berprilaku liar alami (pemberian lingkungan hidup dan kesempatan mengutarakan sifat-sifat dan prilaku khas alami)5. Bebas rasa takut dan stress (pemberian perlindungan untuk menghindari rasa takut dan stress)A. PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN Makanan dan air adalah keperluan dasar. Cara pemeberian makanan dan seringnya (frequency) pemberian makanan dan nutrisi dan kadar gizi perlu diperhatikan. Makanan dan frekuensinya harus diberikan sedemikian rupa untuk menyamai dan disesuaikan dengan kebiasaan dan prilaku alami satwa tersebut, begitu pula dengan keperluan gizi dan nutrisi, yang berbeda tergantung dari musim, jenis satwa. Pemberian makanan harus makanan alami, sesuai dengan makanan satwa dihutan. Informasi jenis makanan ini bisa dipelajari dan didapat dari ahli-ahli satwa. Satwa tidak boleh diberikan makanan manusia yang tidak normal untuk mereka, seperti makanan berminyak gorengan, garam, gula, minuman yang mengandung bahan kimia, makanan yang diolah. Pengunjung harus dilarang untuk tidak sembarangan memeberikan makananjenis tersebut, apabila pengunjung ingin memeberi makanan, pihak kebun binatang bisa menyediakan atau menjual makanan satwa yang alami seperti aneka sayur-sayuran, ubi, jagung mentah, daun segar, buah-buahan atau kacang-kacangan yang tidak digoreng atau diproses. Pemberian makan oleh pengunjung harus dikontrol oleh keeper atau staff, agar mengatur jumlah dan jadwal makannya. Pengunjung tidak boleh memberikan makanan semuanya dalam bungkusan plastik kepada satwa, karena sangat berbahaya apabila termakan. Keeper harus mencegah. Air minum yang diberikan harus higienis bersih dan disediakan setiap hari. Wadah air harus dicuci rutin untuk mencegah kuman penyakit. Jumlah takaran dan jumlah makanan dan minuman harus cukup dan sesuai dengan keperluan satwa. Berdasarkan besar dan ukuran satwa, gizi-gizi yang diperlukan (satwa hamil perlu nutrisi dan gizi), kwalitet makanan dan kesehatan satwa. Wadah tempat makanan harus dicuci setiap hari sebelum dan sesudah dipakai. Makanan kering dan air minum harus disimpan dandipersiapkan dengan cara yang hygienis. Terutama makanan tidak boleh lembab basah (sehingga jamuran) atau terkena kontaminasi oleh serangga, kecoak,burung, tikus atau hama lainnya. Makanan basah atau minuman seperti susu segar, harus disimpan dilemari dingin (kulkas) supaya tidak basi atau rusak. Satwa tidak boleh diberikan makanan yang sudah rusak dan basi. Pekerja dan animal keeper harus mengikuti intruksi ketat untuk kebersihan diri masing masing, dan harus mengikuti praktek hygiene (kebersihan) dalam memepersiapkan makanan satwa, untuk menghindari cross contamination (penjangkitan atau penyebaran kuman) dari alat alat yang digunakan dan tempat memepersiapkan makanan tersebut. Wadah tempat makanan dan minuman untuk satwa tidak boleh dipergunakan untuk lainnya. Harus dicuci bersih secara rutin. Keeper harus memeberi pertimbangan dan pemikiran hal prilaku alami satwa sewaktu memeberikan makanan dan minuman. Ukuran dan model wadah tempat makanan dan minuman harus disesuaikan dengan kebutuhan satwa, supaya mudah dijangkau dan dikonsumsi. Cara pemberian makanan dan minuman harus memikirkan keselamatan pekerja dan animal keeper. Wadah makanan dan minuman harus ditaruh diposisi tertentu agar menghidari kontaminasi, supaya makanan dan minuman tidak gampang dikotori oleh satwa itu sendiri, atau oleh tikus, burung liar atau hama lain. Pekerja harus mengecek dua kali sehari, makanan dan minuman yang dikonsumsi satwa, menghindari pengunjung yang memberikan makanan yang tidak cocok. Mencatat bila ada satwa yang tidak nafsu makan atau minum dan melaporkan kepada dokter hewan. Makanan yang tidak termakan harus diambil dan dibersihkan,supaya kandang tetap hygienis bersih. Sampah menarik kecoak dan tikus, tikus membawa kuman, kuman pembawa penyakit. Gizi dan nutrisi harus berdasarkan jumlsh ysng cocok ysng diberikan dokter hewan. Semua jenis dan jadwal pemberian makanan dan minuman harus tercatat lengkap dibuku,dan dimasuk kan dalam daftar makanan dan minuman yang bisa diperiksa sewaktu waktu oleh dokter hewan.B. PEMBERIAN LINGKUNGAN YANG COCOK DAN NYAMAN: Lingkungan tempat hidup satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan seetiap satwa. Tempat hidup mereka harus termasuk tempat berteduh dari basahnya hujan, daari panas matahari, dingin dan tempat bernaung yang cocok. Misalnya, untuk satwa yang kebiasaannya mengagali lubang ditanah, harus diberi fasilitas untuk membuat lubang. Satwa yang bersifat memanjat,harus diberikan fasilitas memanjat tiga dimensi (keatas, kesamping dan kebawah). Satwa harus diberikan kesempatan menggerakan otot badan mereka. Suatu balance harus didapatkan untuk memeberikan fasilitas tersebut dengan memperhatikan soal hygigene (kebersihan) dan kebutuhan byologi satwa. Suhu, ventilasi hawa, sinar alami dan suara didalam kandang harus disesuaikan dengan kenyamanan dan kebaikan satwa masing-masing. terutama harus diperhatikan satwa-satwa yang hamil dan baru mempunyai anak, mereka memerlukan ruangan tersendiri yang tenang. Satwa yang baru datang dikebun binatang harus diberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri kelingkungan baru. Penyesuaian itu harus dilaksanakan bertahap untuk tidak membuat satwa stress. Keeper dan staff harus mempunyai pengertian terhadap satwa yang stress dan memperlakukan dengan sabar dan tidak membuat satwa bertambah takut dan stress. Tank atau kolam air untuk satwa harus ada pergantian hawa, dan kebersihan harus dijaga rutin. Kwalitet air harus diperiksa terutama untuk satwa air yang tinggal dikolam. Air genangan kotor menjadi pembiakan kuman dan wabah penyakit. Semua satwa yang hidup dialam terbuka harus diberikan shelter (tempat berteduh) yang nyaman untuk kebaikan satwa. Memepunyai ruang untuk berlindung atau bersembunyi, apalagi satwa yang nervous (takut) harus diberikan shelter apabila ingin berlindung dari perhatian ramai para pengujung. Kandang satwa harus dibuat sedemikian rupa agar satwa bisa bertingkah laku dan menunjukan prilaku alami, baik untuk lari kabur ketakutan,bersembunyi, memeanjat, berenang, dsb. Kandang dan pagar harus dirawat dengan rutin dan dalam kondisi yang baik, sehingga tidak melukai satwa dan animal keeper. Setiap kerusakan bangunan yang mebahayakan satwa, pekerja dan para pengunjung, harus diperbaiki dan merupakan tanggung jawab kebun binatang. Setiap kerusakan harus dilaporkan oleh pekerja dan dicatat dibuku daftar, dan pemimpin bisa memeriksa perbaikan yang belum dilakukan. Apabila ada kerusakan kandang akan memebuat celaka satwa, dan tidak bisa segera diperbaiki, satwa harus dipindahkan kekandang yang lebih aman, sampai kerusakan itu diperbaiki. Tumbuh-tumbuhan liar yang beracun yang tumbuh didalam kandang yang bisa mencelakakan satwa bila termakan harus disingkirkan segera. Kolam atau tempat satwa berkubang harus mempunyai tempat berinjak untuk keluar dan masuk kolam dengan mudah. Setiap bahan bangunan baik cat, produk lain atau makanan, harus tidak mengandung kimia atau racun untuk satwa. Keselamatan dan kesehatan satwa harus diperhatikan. Kebun binatang harus memepunyai fasilitas back-up (penyanggah) dan kesiagaan stok makanan untuk mencegah atau antisipasi keadaan darurat. Persediaan simpanan air minum yang cukup, persediaan stok simpanan untuk makanan satwa yang cukup, staff darurat, dokter hewan, obat-obatan darurat dll. Persediaan ini harus senantiasa diperiksa dan diperbaharui. Persediaan dasar harud ada untuk perawatan dan maintenance kebun binatang apabila ada kondisi darurat, untuk menjamin agar satwa tidak menjadi korban sewaktu ada keadaan darurat. Alat-alat kerja dan perlengkapan harus disimpan setelah dipakai agar tidak melukai satwa. Sampah harus dibersihkan rutin setiap hari untuk mencegah bahaya termakan dan penyakit. Standar hygienis harus ditentukan oleh pemimpin dan diterapkan, baik kebersihan diri para staff dan ruang kerja untuk merawat satwa perlu dijaga. Perhatian utama harus diberikan oleh pimpinan dan management kebun binatang, cara-cara metode pembersihaan alat-alat, kandang, makanan dan minuman, untuk mengurangi bahaya terjangkitnya penyakit. Untuk satwa air aquatic, perlu dijaga kwalitet air kolamnya. Perlengkapan-perlengkapan dan bahan pembersih yang cocok harus disediakan senantiasa oleh pimpinan, begitu pula dengan persediaan air bersih dan alat-alat kerja lainnya. Nasihat-nasihat teknis dari dokter harus selalu didapatkan dan diikuti tentang pembersihan rutin, sanitasi kebun binatang, kebersihan kandang dan area lainya. Penting sekali memperhatikan apabila ada penyakit yang menjalar (infectious diseases), mengetahui satwa yang sakit. Mencegah penjalaran penyakit itu kesatwa lain atau kemanusia, dengan memindahkan satwa sakit keruangan terpisah untuk diobati dan menjaga kebersihan total dilingkungan kebun binatang. Sanitasi got (drainage) untuk semua saluran air tertutup dan terbuka, harus efesien dan lancar, tidak ada genangan air yang menjadi sarang kuman dan penyakit.

C. PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN SATWA Luka: tempat tinggal satwa harus dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi bahaya luka terhadap satwa. Kandang harus mempunyai ruangan yang dirancang supaya satwa bisa memisahkan diri apabila ada perkelahian oleh satwa. Enclosure akomodasi satwa harus dirancang untuk mencegah supaya tidak ada ancaman dari satwa lain. Perlu dijaga agar satwa yang ditaruh dalam satu enclosure atau akomodasi, tidak tidak saling melukai dan berkelahi. Satwa harus diperkenalkan bertahap untuk bersosialisasi. Penyakit: pengobatan dari dokter hewan yang ahli dan pencegahan penyakit harus diberikan dengan seksama. Setiap upaya harus diberikan untuk memberikan makanan yang cocok, longkungan dan akomodasi yang bersih, untuk mencegah berjangkitnya kuman berkembang biak menjadi wabah penyakit yang bisa menukar kesatwa lain atau menular kemanusia. Pengecekan dan observasi kesehatan rutin: kondisi, kesehatan dan prilaku semua satwa harus diperiksa paling sedikit dua kali sehari oleh staff yang bertanggung jawab atau wakilnya. Setiap satwa sakit harus dijadikan suatu kasus yang harus diselidiki sebabnya, apakah karena stress, luka atau sebab lainnya. Perlu sekali satwa sakit diberikan pengobatan oleh dokter hewan. Daftar harian mencatat oleh setiap animal keeper yang bertanggung jawab, tentang perubahaan makanan, kesehatan satwa, atau prilaku dan aktivitas lain, agar pengobatan mempunyai data penting ini. Peralatan dan fasilitas klinik dan dokter hewan: peralatan klinik dan kedokteran untuk pengecekan kesehatan dan pengobatan satwa harus lengkap dengan unut sterilisasi untuk menjaga hygienis yang baik, cadangan obat-obatan yang selalu tersedia. Kebersihan kandang (enclosure) akomodasi untuk menjaga kesehatan: Ukuran dan rancangan kandang harus disesuaikan dengan keperluan satwa. Menghidari menempatkan satwa sembarangan sehingga terjadi dominasi atau perkelahian. Tidak menaruh satwa dikandang sempit sehingga tidak mempunyai ruangan untuk bergerak atau menunjuk prilaku normal (memanjat, terbang, dsb), atau menaruh beberapa satwa disatu kandang sehingga menjadi wabah penyakit. Membersihkan kandang dan saluran air didalamnya dengan rutin. Pohon yang tumbuh didalam kandang harus diperiksa agar tidak rubuh atau mencelakai satwa dan keeper, pohon dan tumbuh-tumbuhan dalam kandang tidak boleh beracun. Jarak antara pengunjung dan satwa harus cukup jauh agar menghindari bahaya atau penjalaran penyakit menular. Perawatan kesehatan satwa: Pimpinan harus mempunyai program yang comprehensive untuk perawatan yang dijaga dan dikontrol oleh seorang dokter hewan yang ahli dan berpengalaman dengan perawatan satwa liar ataau mempunyai keahlian zoology. Tidak semua dokter hewan berpengalaman dan mempunyai keahlian dalam terhadap semua satwa-satwa yang ada dikebun binatang. Setiap satwa membutuhkan perlakuan dan perawatan yang berlainan. Dokter hewan yang ditunuk harus mempunyai kode etik berdedikasi dan minat dalam untuk memberikan perawatan baik terhadap satwa. Dokter hewan yang ditunjuk harus bertanggung jawab untuk memberikan inpeksi kesehatan rutin. Memberi intruksi jelas kepada keeper dan staff untuk cara perawatan dan pengobatan satwa. Memberi vaccines, obat anti cacing, dan obat-obatan lain untuk pencegahan penyakit yang sesuai. Mengambil sample darah dan kotoran satwa untuk diperiksa dilabolatorium. Menyimpan data-data kesehatan satwa, persiapan untuk mengobati satwa yang sakit, memberi diagnosis yang cepat dan tepat Mengecek cara perawatan satwa sehari-harinya, gizi, nutrisi, kebersihan dll Tingkat perawatan satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan animal welfare satwa. Dan data informasi harus tertulis dan disimpan untuk kebun binatang, bisa dilihat sewaktu-waktu oleh yang berkepentingan. Misalnya; obat-obatan pencegahan penyakit yang diberikan, operasi, dan metode pengobatan lainnya. Penemuan hasil pathology dan hasil post morten apabila ada kematian satwa untuk mengetahui sebab-sebab dan penyakit. Pimpinan dan direktur kebun binatang harus menjaga kesiagaan dokter hewan untuk memberikan pengobata apabila ada keperluan darurat. Apabila ada satwa yang sakit berat dan menderita sudah tidak bisa disembuhkan lagi dan dalam keadaan sakit, maka dokter hewan harus bisa memberikan euthasia, tanpa membuat sakit dan agar satwa tidak menderita kesakitan yang berkepanjangan. Satwa yang mati harus diselidiki sebab kematiannya, apabila ada penyakit menular mengambil tindakan pencegahan penularan. Laporan dan data labolatorium harus disimpan. Isolasi dan karantina: Sampah dari klinik dari pemeriksaan kesehatan dan pengobatan satwa harus dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah. Sampah yang mengandung kuman harus dimusnahkan atau dibakar ditempat khusus, diluar kebun binatang. Kesehatan orang orang yang bekerja dikebun binatang dan animal keeper juga harus diperhatikan agar tidak terjadi penularan penyakit manusia kesatwa dan sebaliknya. Primata dan satwa lain mudah ketularan penyakit hepatitis dan tbc dari manusia. Oleh karena itu tanggung jawab dari pemimpin kebun binatang harus mutlak untuk menyediakan alat perlengkapan dan bahan-bahan pembersih yang cocok, menjaga agar kebersihan dilaksanakan oleh semua pihak. Pekerja dan animal keeper harus dicek kesehatannya setiap tahun, untuk mencegah tertular penyakit dari satwa dan sebaliknya.

D. PEMBERIAN KESEMPATAN UNTUK BERPRILAKU ATAU MENUNJUKAN SIFAT-SIFAT KHAS ALAMI (MOST NORMAL BEHAVIOR) Setiap satwa harus diberikan kesempatan untuk mengexpresi atau menunjuk sifat prilaku alami yang sangat normal untuk mereka. Dalam konsep ini semua satwa harus memiliki fasilitas enrichment dan husbandry (pemeliharaan) yang baik. Perkawinan dan pembiakan hanya boleh dilakukan apabila fasilitas mengijinkan dan mencukupi, dan adanya pengawasan dan perawatan dari dokter hewan, untuk mencegah kecelakaan atau kematian induk atau bayi satwa. Pimpinan dan pengelola kebun binatang harus mendapat pengetahuan biology, zoology, dan informasi tehnis lengkap yang mutahir dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) atau universitas kedokter hewanan, tentang cara pemeliharaan dan perawatan (husbandry), terutama jenis-jenis satwa yang jarang dan susah ditemui. Penanganan yang salah atau kekurang informasi tehnis akan mengakibatkan satwa menjadi sakit, bahkan mati. Akomodasi untuk satwa harus dirancang berdasarkan kehidupan satwa dihutan alami, dan harus bisa memenuhi keperluan physiology (badan) dan phychological (mental) satwa yang dipelihara. Akomodasi kandang harus dilengkapi dengan keperluan satwa, dengan tempat alas tidur (jerami kering bersih, daun-daunan bersih yang diganti rutin), batang-batang pohon besar yang bercabang untuk memanjat dan berayun, lahan atau tanah tempat mereka membuaat lubang, kotak buatan untuk membuat sarang, kolam mereka. Fasilitas kandang harus memenuhi kebutuhan satwa dari masa mereka kecil atau sampai mereka tumbuh besar dan dewasa. Kelompok social satwa harus diperhatikan agar cocok. Satwa yang biasa hidup berkelompok harus diberikan untuk hidup bersama, tidak hidup menyendiri, untuk menghidari stress. Pembentukan kelompok ini harus diawasi dan dijaga pada musim tertentu, untuk menghidaru perkelahian. Satwa tidak boleh dibiarkan semaunya atau kawin dengan saudara sendiri. Staff dan animal keeper harus tahu, kapan dan cara memisahkansatwa betina dan jantan pada waktu musim berkembang biak, apabila mereka masih ada pertalian darah. Perkawinan antara satwa yang masih bersaudara sangat buruk untuk kesehatan. Keeper harus belajar memberikan program enrichment yang cocok untuk satwa, program ini bertujuan memberikan aktivitas kepada satwa yang hidup dikurung dikebun bunatang. Satwa yang tidak mempunyai kegiatan dan menjadi bosan, akan menjadi stress. Satwa yang stress akhirnya tidak suka makan atau gampang sakit. Maka disuatu zoo yang baik, keeper dengan giat memberikan aneka ragam program enrichment setiap harinya. Program enrichment harus dicatat dan dimasukan daftar, untuk membuat jadwal. Bahan dan materi enrichment harus alami, tidak boleh tajam atau melukai satwa. Biasanya enrichment terdiri dari pelbagai bentuk. Misalnya enrichment aktifitas pencarian makan, makanan disebar dan disembunyikan, sehingga satwa harus bekerja mencari makanan, baik mengorek dari lubang-lubang makanan atau pun dari kantung-kantung yang digantung didalam kandang. Karena didalam habitatnya, satwa semua mempunyai aktifitas mencari makanan. Enrichment mainan, bisa diberikan baik berupa tempat-tempat memanjat, ranting-ranting dan daun-daun segar untuk membuat sarang atau alas tidur. Bola-bola rotan yang tidak membahayakan, bola karet yang besar untuk bermain. Ayunan enrichment macam ini untuk memberikan hiburan dan permainan kepada satwa.E. PEMBERIAN PERLINDUNGAN DARI RASA TAKUT DAN STRESS Hal-hal yang harus dicek adalah: susunan kelompok satwa, jumlah persentasi antara jantan dan betina, jumlah satwa perkandang, besarnya ruangan akomodasi, peralatan hidup baik di alam terbuka dan kandang tertutup. Satwa harus mendapat kebebasan hidup dialam terbuka dan tidak tinggal terkurung lama. Susunan dan rancangan akomodasi harus memberikan fasilitas untuk berorilaku normal sebanyak mungkin, dan memberikan tempat atau ruangan untuk berlindung, apabila satwa ingin menyendiri atau berlindung dari satwa lain dan pengunjung. Satwa yang tidak bisa hidup rukun dalam satu kandang harus segera dipisahkan, setiap perkelahian dan aniaya membuat satwa stress. Perlu sekali keeper mengecek dengan rutin, mencatat setiap perkelahian tersebut untuk mengambil tindakan, demi keamanan satwa dan keeper. Satwa-satwa hanya boleh dipegang oleh staff yang berpengalaman. Penanganan ini harus sehati-hati mungkin untuk melindungi satwa dari kecemasan, ketakutan dan stress. Satwa yang takut gampang stress, bahkan bisa menggigit dan menyerang. Misal beberapa satwa yang nervous, perlu ditutupi matanya dengan kain lembut supaya tenang, pada waktu dipindahkan. Setiap satwa harus dilindungi dari pengunjung-pengunjung yang iseng atau menyakiti satwa. Keeper harus bertindak cepat untuk mencegah pengunjung yang membuat satwa stress. Satwa tidak boleh diprovokasi atau ditantang sewaktu ditonton. Satwa yang gugup dan nervous harus punya tempat untuk berlindung agar tidak stress. Induk-induk dan bayinya harus diberikan akomodasi yang tenang dan luas, dengan shelter (tempat bersembunyi), karena gangguan dari pengunjung yang terlalu banyak, akan memebuat stress. Satwa-satwa tidak boleh dibiarkan hidup menyendiri kelamaan apabila tidak sakit, karena akan susah hidup berkelompok dan stress. Mereka bisa dikumpulkan sesuai dengan musim tertentu. Merokok didepan satwa harus dilarang, terlebi-lebih memberi rokok kepada orangutan

Transportasi dan pemindahan satwa liar hidup Satwa hanya bisa diberikan atau ditransfer kepada pihak yang mampu bertanggung jawab penuh untuk memberikan fasilitas dan keahlian yang menjamin kesejahteraan satwa. Harus ada ijin sah dan pengetahuan dalam mengenai perawatan satwa tersebut. Fasilitas untuk memindahkan satwa, menaikan, memesukan kedalam box transit, transportasi satwa dari dalam kebun binatang atau keluar dari kebun binatang ketujuan didalam dan diluar kebun binatang harus tersedia. Harus mematuhi peraturan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) dan BKSDA. Transpor harus mematuhi peraturan IATA dan MAFF, m mperhatikan agar satwa tidak stress dan terluka, mengerti prilaku dan sifat satwa alami untuk menengani lebih baik.

Konversi, Pendidikan dan Riset Dimana terdapatnya satwa, taman marga satwa (zoo) harus aktif ikut dalam management prigram species. Program ini harus memberi kontribusi pengertian dan pendidikan jauh mengenai konservasi satwa dialam habitat liar. Zoo harus mendemonstrasikan peranan dalam konservasi yang bisa diukur, baik dari segi edukasi dan riset.

Area yang diperiksa adalah: Kebijakan strategy konservasi dan pendidikan, bagaimana ini dikaitkan dengan strategy kebun binatang dunia Suatu kebun binatang harus mempunyai strategy pendidikan yang tertulis dan aktif ikut dalam program, pendidikan dan mengajar masyarakat untuk melindungisatwa dialam habitatnya, memperlakukan satwa dengan sayang, memberi informasi yang tepat dan akurat mengenai nama ilmiah satwa, dan sifat-sifat prilaku satwa, makanan alami serta sifat biology satwa. Perlu sekali dalam informasi ini ditulis jelas status konservasi satwa ini. Ancaman apa yang ada terhadap populasi satwa dialam, misalnya karena hilangnya hutan dan sebagainya. Kebun binatang harus memperlihatkan upaya riset yang bisa dilaksanakan dengan membangun jembatan untuk bekerja sama dengan pihak pendidikan tinggi, seperti universitas kedokteran hewan, demi kesejahteraan dan perlindungan satwa. Tentu riset, baik berupa pengumpulan data, pengamatan satwa atau lainnya harus memenuhi peraturan yang berada, etikal. Metode-metode riset harus disetujui terlebih dulu, mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan satwa. Hasil riset ini harus diterbitkan untuk keperluan masyarakat dan bisa diperiksa apabila perlu.

Daftar Stock Satwa (Stock Records) Daftar data stock harus disimpan dan selalu diperbaharui, harus dicatat oleh staff atau keeper untuk mengenal kelompok satwa, jumlah, kelamin, dsb. Satwa harus gampang dikenal oleh staff. Daftar ini harus disimpan dengan baik-baik dann ada dupllikat/copy supaya terjaga, boleh dicatat dikartu atau dicomputer, tetapi bisa dilihat oleh semua staff. Nama latin biology satwa harus tepat dan jelas, usia satwa tanggal lahir,asalnya dan sumber satwa tsb didatangkan, orang tua (induk dan ayah), saudara-saaudaranya, tanggal masuk kebun binatang, tanggal meninggalkan kebun binatang dan apabila ditransfer, nama jelas kemana satwa tersebut dipindahkan. Tanda-tanda penganal khas satwa, berat badan,kesehatan umumnya, sifat dan prilaku khas, tanggal mati, sebab-sebab kematian beserta laporan dokter hewan, tanggal lolos, sebab-sebabnya, jenis makanan, jadwal makan dan takarannya, sejarah satwa, tanggal dilahirkan, data anak-anak yang dilahirkan dan kelaminya, dsb. Kebun binatang harus memeriksa dan membuat sensus satwa setiap tanggal 1 january tiap tahun.

Staff dan latihan / training Jumlah staff dan pengalaman masing-masing dan training/latihan harus mencukupi untuk menjamin standar ini dilaksanakan dengan penuh senantiasa. Rota kerja harus dibuat dan dirancang agar mempunyai cadangan staff cukup untuk menghadapi hari libur, staff sakit, atau absent. Daftar pekerjaan dan tugas harus dicatat teratur, dan staff yang bekerja dengan satwa harus dicatat dan diberikan petunjuk intruksi jelas tentang tanggung jawab dan daftar tugas masing-masing. Seorang staff yang terampil harus ditunjuk sebagai penanggung jawab harian. Semua staff dan keeper harus mampu menunjukan keahlian dalam melaksanakan tugas dan intruksi, dan harus diberikan kesempatan untuk mendapat training (latihan) yang resmi untuk mencapai kwalifikasi, menambah keprofesionalan, dan untuk menjalankan tugas dengan baik. Training dan update harus selalu diberikan dengan rutin, mengenai pengetahuan tehnis dan cara-cara baru dalam merawat dan menagani satwa.Pimpinan dan direktur kebun binatang harus mengecek bahwa staff tidak mepunyai sejarah atau latar belakang yang pernah menganiaya atau menyakiti satwa dan hewan.

Fasilitas untuk Publik Pengunjung Kotak darurat Kotak darurat harus senantias diperiksa isinya komplit dan senantiasa tersedia. Staff bertugas harus berlatih memberikan bantuan darurat, apabila diperlukan selamat ada pengunjung masuk.

Latihan (Training) untuk satwa:Tiga faktor mengapa satwa harus dilatih dikebun binatang Untuk membantu process penangkapan, yang sesuai dengan perawatan rutin harian. Misalnya untuk memeindahkan satwa supaya kandang bisa dibersihkan. Menambah kesejahteraan satwa, misalnya dengan melatih satwa agar mudah diajak untuk pemeriksaan kesehatan tanpa berontak, bahkan tanpa obat anestetik. Agar satwa bisa berpartisipasi bila ditunjjukan oleh pengunjung sebagai suatu pendidikan

Tujuan training atau latihan harus jelas dan terang, dengan memperhatikan unsur: Kesejahteraan satwa Keselamatan staff keeper Keselamatan pengunjung

Setiap latihan harus memberikan hasil demi kesejahteraan satwa.Tehnik dan cara latihan harus berdasarkan positive reinforcement (bantuan positif), dengan cara memberi imbalan makanan sewaktu latihan untuk melatih satwa berbuat sesuatu. Memberi elusan sayang apabila satwa mengikuti latihan. Apabila satwa tidak menurt, tidak boleh hukum atau dipukul sama sekali. Tujuan positif reinforcement adalah menyanjung hal positif dan mendiamkan hal negative. Latihan harus dilaksanakan dengan hati hati agar tidak membuat satwa stress. Tidak boleh terlalu lama dan membosankan.Setiap latihan harus dicatat jelas, tanggal dan metode cara latihan, jangka waktu latihan, hasil-hasilnya. Latihan harus mengutamakan keselamatan keeper dan satwa, dan tidak menyakitkan. Staff harus mendapat keahlian training dari orang-orang profesional yang sudah berpengalaman melatih satwa yang memakai cara positive reinforcement.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa, kita seharusnya memperlakukan hewan dengan baik karena hewan juga termasuk makhluk hidup ciptaan Tuhan. Setiap agama mengajarkan untuk menyayangi hewan dan memperlakukan mereka dengan baik. Jika ada perlakuan tidak baik pada hewan, agama juga mengajarkan tentang hal-hal yang bisa kita dapat sebagai pembalasannya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang beriman, hendaknya memperlakukan hewan dengan baik, agar mereka bisa hidup berdampingan dengan kita dan membantu kita untuk menjalani keseharian kita, seperti membantu kita dalam bekerja dan menjadi bahan makanan bagi kita. Berdasarkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kita dituntut untuk berbuat baik pada hewan dengan mempertimbangkan prinsip kesejahteraan hewan. Dalam memelihara hewan di kebun binatang pun, ada beberapa standar yang harus dipenuhi oleh pihak pengelola kebun binatang dalam menjaga hewan-hewan yang ada di dalamnya, agar terpenuhi kesejahteraan hewan tersebut. Sebagai seorang calon dokter hewan, kita harus selalu memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan yang ada, dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata agar dapat menjadi contoh untuk orang-orang awam lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.rahmatgallery.com/2009/11/03/peran-dan-fungsi-taman-satwa-kebun-binatang/ - diakses 14 November 2013

http://www.isaw.or.id/artikel/standar-dasar-kebun-binatang.html - diakses 16 November 2013

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7129-1505100021-Bab1.pdf - diakses 17 November 2013

Soeprapto, Sri. 2013. Konsep Inventif Etika Pancasila Berdasarkan Filsafat Pancasila Notonagoro. UNY Press. Yogyakarta

Widyono, Irkham. 2012. Kuliah Pengantar: Agama Kontekstual Pada Profesi Dokter Hewan. Yogyakarta: FKH UGM

Winarso, Aji. 2008. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak Dalam Ajaran Agama Budha, Hindu, Yahudi, Nasrani Dan Islam. Bogor: IPB