Makalah Observasi Pengelolaan Pendidikan (Standar Pengelolaan Pendidikan)

download Makalah Observasi Pengelolaan Pendidikan (Standar Pengelolaan Pendidikan)

of 79

description

Makalah hasil observasi Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan

Transcript of Makalah Observasi Pengelolaan Pendidikan (Standar Pengelolaan Pendidikan)

  • MAKALAH

    PENELITIAN STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN

    DI SMA NEGERI 11 BANDUNG

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

    Pengelolaan Pendidikan

    Dosen Pengampu : Dra. Taufani Chusnul Kurniatun, M. Si.

    Disusun Oleh:

    Elfitri Disca Sari 1206042

    Faishal Ali Fazzari 1206050

    Lita Yuliyahya 1200358

    Revaldo 1204554

    Wulansary KHWP 1202469

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    BANDUNG

    2014

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya

    yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan

    wawasan, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan PENELITIAN

    STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 11 BANDUNG

    beserta menyusun laporannya dengan baik.

    Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan

    dalam program studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam di Universitas Pendidikan Indonesia yang diharapkan dapat

    memberikan gambaran serta pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan pengelolaan

    pendidikan.

    Dalam melaksanakan Observasi maupun penulisan laporan ini, kami

    memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan

    terima kasih kepada :

    1. Drs. Turmudi, M.Ed. M.Sc. Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

    Matematika UPI.

    2. Dra. Taufani Chusnul Kurniatun, M. Si., selaku dosen mata kuliah

    Pengelolaan Pendidikan, karena atas bantuan dan bimbingan beliau, penulis

    dapat menyelesaikan makalah ini.

    3. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 11

    Bandung yang telah memberikan izin kepada kami untuk melakukan observasi.

    4. Dhiah Kuswarini, S. Pd., selaku pihak humas SMA Negeri 11 Bandung.

    5. Dra. Saeni, M. M. Pd., selaku guru matematika SMA Negeri 11 Bandung yang

    telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami selama mengadakan

    Penelitian mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan.

    i

  • 6. Bapak Defta Akauna Oktafiga, sebagai asisten dosen Pengelolaan Pendidikan

    yang telah membimbing kami dalam perkuliahan.

    7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika UPI atas segala

    perhatian dan bantuannya.

    8. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan hasil

    observasi ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

    disebabkan karena keterbasan pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang bersifat

    membangun selalu penulis harapkan. Namun demikian, penulis mengharapkan semoga

    makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak baik bagi penulis maupun bagi para

    pembaca. Amin.

    Bandung, Mei 2014

    Penulis

    ii

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI iii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Tujuan Studi Lapangan 2

    1.3 Manfaat Studi Lapangan 2

    1.4 Metode Penelitian 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

    2.1 Pengertian Standar 5

    2.2 Pengertian Pengelolaan 5

    2.3 Pengertian Pendidikan 5

    2.4 Pengertian Standar Pengelolaan 6

    2.5 Pengertian Pengelolaan Pendidikan 6

    2.6 Pengertian Standar Pengelolaan Pendidikan 7

    2.7 Kepala Sekolah sebagai Administrator Pendidikan 7

    2.8 Kerjasama Sekolah dan Masyarakat 11

    2.9 Latihan Kasus Hubungan Sekolah dan Masyarakat 18

    BAB III Hasil dan Pembahasan 21

    3.1 Profil SMA Negeri 11 Bandung 21

    3.2 Hasil Wawancara 31

    3.3 Pengolahan Angket 39

    iii

  • BAB IV PENUTUP 52

    4.1 Kesimpulan 52

    4.2 Saran 52

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    iv

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia

    yang berpikir, sebagaimana untuk menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka

    mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang

    Pencipta untuk beribadah. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pendidikan

    adalah proses pengelolaannya.

    Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kualitas

    pendidikannya masih rendah. Hal ini terlihat dari input dan output pendidikan yang

    kurang profesional. Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan, salah satu

    caranya ialah dengan mengembangkan proses manajemen pendidikan ke arah yang

    lebih maju.

    Proses pendidikan sekolah yang baik bergantung dengan manajemen atau

    pengelolaan dari kepala sekolahnya. Selain itu, proses pendidikan pun sangat

    bergantung pada pengelolaan pendidikan dari semua konten dalam pendidikan.

    Suatu sekolah dikatakan bermutu jika pengelolaannya dimulai dengan efisiensi

    sekolah, sekolah efisien, efektivitas sekolah, sekolah efektif, profesionalisme

    sekolah, dan sekolah profesional (sekolah bermutu).

    Sekolah yang bermutu pun tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan orang

    tua yang ikut menyumbang pikiran dalam rangka proses pengelolaan suatu lembaga

    pendidikan.

    1

  • Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin

    besarnya tuntutan masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidikan,

    sehingga tidak menutup kemungkinan bagi lembaga yang tidak dapat

    mengakomodasi tuntutan masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak

    pada pengucilan lembaga atau dengan kata lain lembaga tersebut akan mati

    bersamaan dengan memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.

    1.2 Tujuan Studi Lapangan

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1) Mengetahui proses pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung.

    2) Mengetahui kinerja kepala sekolah yang berperan sebagai administrator

    maupun manager dalam pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11

    Bandung.

    3) Mengetahui kerjasama antara orang tua dan masyarakat dalam

    mengembangkan pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung.

    1.3 Manfaat Studi Lapangan

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1) Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti.

    2) Mendapatkan gambaran umum tentang pengelolaan pendidikan di suatu

    lembaga pendidikan.

    2

  • 1.4 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naturalistik dan

    metode secara literatur. Metode naturalistik ialah metode penelitian yang dilakukan

    dalam situasi yang wajar atau dalam natural setting. Sedangkan metode secara

    literatur ialah dengan mencari referensi dari buku dan juga internet.

    Adapun ciri-ciri metode naturalistik dalam buku Nasution (1996: 9-12) ialah :

    1) Sumber data ialah situsi yang wajar atau natural setting. Peneliti

    mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana

    adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.

    2) Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data

    deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.

    3) Mementingkan proses maupun produk. Juga memperhatikan perkembangan

    terjadinya sesuatu.

    4) Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat

    memahami masalah atau situasi.

    5) Mengutamakan data langsung. Peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk

    mengadakan observasi atau wawancara.

    6) Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan

    cara memproleh data dari sumber lain.

    7) Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat

    data yang sangat terinci mengenai hal-hal yang bertalian dengan masalah

    yang diteliti.

    8) Subjek yang diteliti dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan

    peneliti. Maksudnya sebagai manusia yang setaraf.

    9) Verivikasi. Antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.

    10) Sampling yang purposif. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut

    tujuan (purpose) peneliti.

    11) Menggunakan audit trail. Maksudnya mengikuti jejak atau melacak untuk

    mengetahui laporan penelitian sesuai dengan data-data yang dikumpulkan.

    3

  • 12) Partisipasi tanpa mengganggu. Dimana peneliti hendaknya jangan

    menonjolkan diri dalam melakukan observasi.

    13) Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Tujuan penelitian naturalistik

    bukan menguji hipotesa yang didasarkan teori tetapi untuk menemukan

    pola-pola yang memungkinkan dikembangkan menjadi sebuah teori.

    14) Disain penelitian tampil dalam proses penelitian. Pada awalnya penelitian

    naturalistik belum dapat direncanakan disain yang terinci, lengkap dan pasti,

    yang menjadi pegangan selanjutnya selama penelitian. Gambaran umum

    hanya bersifat sementara.

    4

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Standar

    Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di

    dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-

    kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-

    definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai

    dengan yang telah dinyatakan. Standar dapat juga diartikan sebagai spesifikasi

    teknis yang tersedia untuk masyarakat yang merupakan kerja sama dan konsensus

    umum yang didasarkan pada IPTEK dan pengalaman agar dapat dimanfaatkan

    secara optimal oleh masyarakat serta diakui oleh badan yang berwenang.

    Sumber: http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-

    pengelolaan-pendidikan/16mei2014

    2.2 Pengertian Pengelolaan

    Menurut Wardoyo (1980:41) pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang

    berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal

    dari kata kelola mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk

    mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien

    guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

    2.3 Pengertian Pendidikan

    Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

    adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

    pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    5

  • kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa, dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003).

    2.4 Pengertian Standar Pengelolaan

    Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

    dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

    tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai

    efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan.

    Sumber: http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-

    pengelolaan-pendidikan/16mei2014

    2.5 Pengertian Pengelolaan Pendidikan

    Pengelolaan pendidikan menurut Sukirman (1998) adalah penataan,

    pengaturan dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga

    pendidikan beserta segala komponennya, dan dalam kaitannya dengan pranata dan

    lembaga lain.

    Pengelolaan pendidikan dapat juga diartikan sebagai serangkaian kegiatan

    merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan

    mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber

    manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara

    fungsi pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi perencanaan, pengorganisasian,

    pemotivasian, dan pengawasan.

    Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah

    manajemen sama artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna: 1983). Dapat

    diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah

    adiministrasi dalam bidang pendidikan.

    6

  • 2.6 Pengertian Standar Pengelolaan Pendidikan

    Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

    berkaitan dengan perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

    pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, atau nasional agar tercapai

    efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan

    pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan.

    2.7 Kepala Sekolah sebagai Administator Pendidikan

    Esensi dari ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan PP

    Nomor 25 Tahun 2000 tentang otonomi daerah adalah penyerahan wewenang

    dari pemerintah pusat kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

    Masalah ini membawa implikasi tersendiri dalam manajemen pelaksanaan

    pendidikan di tingkat sekolah. Salah satu pendekatan yang mengakomodasikan

    tuntutan terbaru pengelolaan pendidikan di daerah adalah Manajemen Berbasis

    Sekolah (MBS) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Nomor 053/u/2001.

    Konsep ini bertujuan untuk mendirikan, memberikan otoritas kepada sekolah,

    memberdayakan sekolah, keleluasaan mengembangkan program sekolah dan

    mengelola sumber daya dan potensi yang ada di sekolah sehingga akan terwujud

    sekolah yang efektif dan bermutu.

    Keberhasilan pelaksanaan MBS memerlukan sosok kepala sekolah yang

    memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang tinggi serta

    demokratis dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Untuk

    mengembangkan kemampuan kepala sekolah ini perlu diawali terlebih dahulu

    diadakan studi untuk mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang

    sesungguhnya perlu dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka MBS ini.

    Di samping itu, hal penting lainnya yang perlu dilakukan kepala sekolah

    adalah membangun visi. Visi yang telah dimiliki oleh sekolah seharusnya

    disosialisasikan, dikomunikasikan, dihidupkan, bahkan dikembangkan agar

    mempunyai arti, bermakna bagi sekolah itu. Visi merupakan cita-cita dan

    pandangan ke depan yang dapat diraih di masa depan melalui kinerja dengan

    berbagai upaya dan cara. Untuk menempuh tujuan tersebut, diperlukan empat

    7

  • pilar, yaitu: (1) Penentu arah, (2) Agen perubahan, (3) Juru bicara, (4) Pelatih.

    (Aan Komariah, 2002: 48). Untuk menjalankan kepemimpinan visioner ini,

    seorang kepala sekolah diharapkan mampu memberikan inspirasi kinerja kepada

    stafnya, terutama para guru di dalam koordinasinya. Untuk itu, menurut

    Wahjosumidjo (1999: 4-5), ada sejumlah elemen kunci yang perlu diperhatikan

    kepala sekolah, yaitu:

    Suatu kepekaan yang mendalam menyangkut pencapai tujuan, yang sering

    diungkapkan sebagai suatu visi (untuk apa suatu sekolah didirikan dan

    beroperasi serta apa yang ingin dicapai).

    Penataan atau penempatan diri guru-guru dan staf berkaitan dengan visi

    tersebut.

    Penekanan pada kinerja guru-guru dan staf serta penciptaan suatu

    lingkungan yang memberdayakan semua unsur dalam sekolah yang

    dipimpinnya.

    Struktur yang efektif yang memperhitungkan aspek sistemik sekolah.

    Suatu kapasitas untuk mengintegrasikan akal dan intuisi.

    Apabila kepala sekolah ingin berhasil menggerkan bawahan, seorang kepala

    sekolah harus:

    Menghindarkan diri dari sikap perbuatan yang bersifat memaksa atau

    bertindak keras.

    Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemampuan untuk bekerja

    dengan semangat dan percaya diri.

    Mampu membujuk bawahan sehingga bawahan yakin apa yang

    dilakukan adalah benar (induce).

    Dalam praktiknya, kepala sekolah sebagai seorang administrator atau

    pemimpin memiliki berbagai fungsi yang harus dijalankan agar kepemimpinannya

    efektif dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.

    8

  • Dalam memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang

    terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya

    dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan

    dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha

    menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai,

    yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

    Pembinaan mental; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal

    yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini kepala sekolah harus

    mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat

    menjalankan tugas dengan baik, secara proporsional dan profesional. Untuk itu,

    kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana, prasarana, dan sumber belajar

    agar dapat memberi kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas

    utamanya, mengajar. Mengajar dalam arti memberikan kemudahan belajar bagi

    peserta didik (facilitate of learning).

    Pembinaan moral; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal

    yang berkaitan dengan ajaran, baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan

    kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala

    sekolah profesional harus berusaha memberikan nasehat kepada seluruh warga

    sekolah, misalnya pada setiap upacara bendera atau pertemuan rutin.

    Pembinaan fisik; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal

    yang berkaitan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka

    secara lahiriah. Kepala sekolah profesional harus mampu memberikan dorongan

    agar para tenaga kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai

    kegiatan olah raga, baik yang diprogramkan sekolah maupun yang

    diselenggarakan oleh masyarakat sekitar sekolah.

    Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang

    berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya

    dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilaksanakan setiap akhir tahun

    ajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah dibantu oleh para harus mampu

    merencanakan berbagai program pembinaan artistik, seperti karyawisata, agar

    9

  • dalam pelaksanaanya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu,

    pembinaan artistik harus terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran

    yang telah dilaksanakan.

    Sebagai edukator kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

    kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor

    pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama

    dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap

    pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala

    sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi

    kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya

    pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

    Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

    kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga

    kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai

    berikut.

    Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk

    menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan

    kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang

    sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang

    pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus

    berusaha untuk mencari biaya bagi para guru yang melanjutkan pendidikan,

    melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain

    yang tidak mengikat.

    Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil

    belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan

    secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk

    memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan

    prestasinya.

    10

  • Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

    mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan

    waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien

    untuk kepentingan pembelajaran.

    Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0296/U/1996,

    merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

    edukator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing

    tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan

    tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh

    mengajar.

    Kemampuan membimbing guru, teutama dalam hal-hal yang berkaitan

    dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan

    konseling (BK), penilaian hasil belajar peserta didik dan layanan bimbingan

    konseling, analisis hasil penilaian belajar dan layanan bimbingan konseling, serta

    pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan pembelajaran

    (remedial teaching).

    Kemampuan membimbing tenaga kependidikan non guru dalam penyusunan

    progran kerja, dan pelaksanaan tugas sehari-hari, serta mengadakan penilaian dan

    pengendalian terhadap kinerjanya secra periodik dan berkesinambungan.

    Penilaian dan pengendalian kinerja secara periodik dan berkesinambungan

    penting dilakukan untuk mencapai peningkatan kualitas kerja secara kontinue

    (continuous quality improvement).

    2.8 Kerjasama Sekolah dan Masyarakat

    Tumbuh kembangnya kepercayaan masyarakat mengisyaratkan desakan

    kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab tantangan serta

    kebutuhan masyarakat, sehingga pada giliran masyarakat akan menentukan

    pilihan lembaga mana yang layak untuk diberikan kepercayaan mendidik

    masyarakat peserta didik.

    11

  • Desakan kebutuhan masing-masing baik lembaga ataupun masyarakan tentu

    berbeda walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni mencerdaskan

    kehidupan anak bangsa yakni mendidik manusia Indonesia seutuhnya, dan cita-

    cita ini akan tampak hanya sebagai sebuah angan-angan jika antara masyarakat

    dan lembaga pendidikan tidak terjalin komunikasi dengan baik, sehingga lajim

    dikatakan bahwa keduanya merupakan simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu

    keharusan yang menyatukan visi dan misi di antara keduanya sehingga satu

    dengan lainnya tidak dapat memisahkan diri.

    Dalam bahasa yang lebih dinamis dikatakan bahwa lembaga pendidikan dan

    masyarakat bukan hanya sekedar menjalin hubungan, tetapi lebih pada

    komunikasi, dan keluasan makna ini akan berdampak terhadap harmonisasi

    hubungan sekolah dan masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta jika

    masing-masing elemen yang menjadi pelengkap hubungan tersebut dapat

    terpelihara serta masing-masing memberikan dukungan satu dengan yang lainnya.

    Dengan kata lain, hubungan sekolah dengan masyarakat akan membuahkan hasil

    berupa kerjasama, dan kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik jika terjadi

    komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan

    keduanya.

    Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki

    pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki persepsi yang

    berbeda-beda. Hal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda-beda,

    seperti diungkapkan bahwa hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan

    komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik bail

    dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan

    pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama (Internatonal

    Public Relation Association).

    Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat

    diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan

    pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta

    berupaya dalam memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto, 1992: 236).

    12

  • Memaknai pengertian komunikasi, secara spesifik dikemukakan oleh

    Emerson Reck (1993: 25), terjemahannya bahwa:

    Public relation dimaknai sebagai sebuah proses penetapan kebijakan,

    pelayanan serta tindakan-tindakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan orang

    banyak agar orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki

    kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

    tersebut. Logikanya jika lembaga tersebut tidak melakukan kegiatan maka akan

    mengalami kesulitan bagi masyarakat untuk mengenal lembaga tersebut.

    Hal serupa dikemukakan oleh Rex Harlow (1999: 17) bahwa:

    Public relation merupakan suatu fungsi dari manajemen yang khas dan

    mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan

    publiknya terutama menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan

    dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalan permasalahan, membantu

    manajemen menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti

    dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan

    dini dalam mengantisipasi kecenderungan mempergunakan penelitian serta teknik

    komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.

    Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak

    dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya

    masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. Adapun

    tujuan yang lebih kongkrit hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain:

    Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik.

    Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang

    sekaligus menjadi desakan yang dirasakan saat kini.

    Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah ke arah yang

    lebih maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan langsung oleh

    masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

    13

  • Untuk membantu pemahaman tentang makna dari hubungan sekolah dan

    masyarakat, maka Oteng (Administrasi dan Supervisi Pendidikan)

    mengungkapkan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan dalam

    (1) mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah;

    (2) menilai program sekolah dengan kata-kata kebutuhan-kebutuhan terpenuhi; (3)

    mempersatukan orang tua, murid serta guru-guru dalam memenuhi kebutuhan

    perkembangan peserta didik; (4) mengembangkan kesadaran akan pentingnya

    pendidikan sekolah dalam era pembangunan; (5) membangun dan memelihara

    kepercayaan terhadap sekolah; (6) memberitahu masyarakat tentang pekerjaan

    sekolah dan (7) mengerahkan bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan

    peningkatan program sekolah.

    Adapun peran serta fungsi sekolah dalam mengembangkan hubungannya

    dengan masyarakat antara lain bertujuan dalam merumuskan saluran-saluran

    komunikasi yang dapat dipergunakan baik oleh sekolah maupun oleh masyarakat

    yang notabene selama ini diabaikan dan bahkan dalam pengamatan penulis hal

    inilah yang menyebabkan komunikasi sekolah dan masyarakat selama ini kurang

    harmonis.

    Disadari atau tidak, sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang

    sosial dan hal ini harus mampu berperan sebagai agent of change, sellecting

    agency, class leveling agency, assimilating agency, dan agent of preservation.

    Sebagai agent of change tentu lembaga pendidikan hendaknya lebih

    mengedepankan peran dan fungsinya sebagai pembaharu bagi masyarakat peserta

    didik dan masyarakat umum terutama dalam menggali potensi yang mengarah

    pada paradigma dan perubahan berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan

    standar norma yang berlaku, sehingga jika masyarakat, dan peserta didik

    melakukan pelanggaran atas hal tersebut, maka ada dua pertanyaan yang

    dikemukakan apakah lembaga tidak berhasil dalam mendidik peserta didik,

    ataukah peserta didik itu sendiri yang memang susah untuk dibentuk sebagai

    manusia berakal dan berakhlakul karimah.

    Sedangkan sebagai sellecting agency, lembaga hendaknya mau dan mampu

    memilah dan memilih potensi masyarakat yang beragam, tentu hal ini

    14

  • membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus, terutama dari pengelola

    pendidikan sehingga pada gilirannya potensi masyarakat dalam hal ini peserta

    didik mampu berkembang secara optimal.

    Adapun peran dan fungsi lembaga pendidikan sebagai class leveling agency

    hendaknya lembaga pendidikan mampu menjadi perantara sebagai peningkat taraf

    sosial bagi masyarakat peserta didik itu sendiri, sehingga kecenderungan peserta

    didik untuk berperilaku yang menyimpang terhadap peran dan fungsi lembaga

    sebagai assimilating agency dapat terhindarkan sedini mungkin.

    Jika prinsip-prinsip di atas dapat dilaksanakan, maka pada gilirannya tuntutan

    lembaga pendidikan sebagai agent of preservation akan terlaksana dengan baik

    dan jika hal ini terjadi, maka pemeliharaan serta penerusan sifat-sifat budaya

    bangsa Indonesia sebagai bangsa yang luhur akan terpelihara dan dapat

    diteruskan.

    Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan

    masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti di antaranya (1) tujuan

    komunikasi yang kurang jelas; (2) saluran komunikasi yang transparan dan

    profesional; (3) keterampilan komunikasi yang kurang mendukung; (4) tindak

    lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan

    berkesinambungan.

    Hendaknya pembahasan mengenai hubungan sekolah dan masyarakat

    hendaknya sudah mulai dirumuskan pada beberapa persoalan pokok, yakni apa

    dampak yang akan dirasakan, siapa yang merasakan langsung atas dampak

    tersebut serta bagaimana membedakan masyarakat peserta didik dengan

    masyarakat umum. Namun dari sekian banyak pertanyaan yang muncul maka ada

    salah satu pertanyaan yang hendaknya dirumuskan secara lebih pasti yakni

    bagaimana dampak hubungan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan

    peserta didik dan kemajuan kelembagaan.

    Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat yang

    dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic communication

    sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan dukungan

    15

  • masyarakat hanya untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan semata, bahkan

    kesan lain yang muncul ke permukaan bahwa lembaga hanya ingin mendapat

    keuntungan semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang

    diperhatikan.

    Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat dilakukan

    melalui beberapa saluran, diantaranya (1) transparansi laporan keuangan sekolah

    terhadap orang tua murid; (2) buletin sekolah; (3) surat kabar; (4) pameran

    sekolah; (5) open house; (6) kunjungan ke sekolah; (7) kunjungan ke rumah

    siswa; (8) penjelasan oleh staf sekolah; (9) gambaran keadaan sekolah melalui

    siswa; (10) melalui radio dan televisi; (11) laopran tahunan dan lain-lain.

    Sampai saat ini, semestinya kita sebagai pengelola kelembagaan

    mempertanyakan saluran komunikasi tersebut di antara saluran yang selama ini

    telah kita pergunakan serta bagaimana tingkat keefektifan saluran-saluran yang

    dipergunakan dan selanjutnya bagaimana pengelola mampu memperbaiki

    komunikasi tersebut sehingga akan berdampak terhadap perbaikan lembaga secara

    berkelanjutan.

    Namun ada hal lain yang dituntut dari lembaga yakni keterampilan-

    keterampilan komunikasi, sudah semestinya lembaga mempergunakan sistem

    komunikasi dua arah (two way traffic communication) artinya kebermaknaan

    suatu komunikasi mampu diarahkan pada perbaikan sistem pendidikan secara

    menyeluruh dan hal lain ini merupakan tugas bersama antara pengelola lembaga

    dan masyarakan sehingga pada gilirannya ketika komunikasi tersebut tidak

    sampai baik kepada lembaga maupun kepada masyarakat maka tidak akan

    mengalami kesulitan dalam menterjemahkannya ke dalam sistem operasional

    yang disepakati oleh keduanya (lembaga dan masyarakat).

    Hal lain yang selama ini terlupakan yakni pengawasan yang berkelanjutan,

    survai membuktikan bahwa kelemahan yang terjadi pada kelembagaan kita adalah

    pengawasan mutu yang berkelanjutan, sebagai salah satu contoh komite sekolah

    berperan dalam memberikan kontrol terhadap mutu kelembagaan yang datang dari

    16

  • masyarakat namun kenyataannya sampai sejauh mana komite tersebut berperan

    dalam peningkatan mutu kelembagaan.

    Pada beberapa negara maju seperti Australia dikenal dengan school council

    yang selanjutnya di Indonesia disebut dengan komite sekolah, Djaman (2001)

    menyebutkan bahwa komite sekolah akan terdiri dari kepala sekolah, refresentatif

    staf sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat dan refresenatatof dari

    departemen pendidikan nasional setempat.

    Komite sekolah bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan strategik

    dan tahunan sekolah, perumusan kebijakan sekolah, pemenuhan kebutuhan

    sekolah, anggaran sekolah, ikut memantau kegiatan keseharian sekolah, menilai

    keberhasilan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan sekolah serta ikut

    mengesahkan laporan tahunan sekolah. Namun kenyataan yang terjadi kita sejauh

    ini harus mempertanyakan lebih lanjut perihal keterlibatan komite sekolah

    melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan di atas.

    Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang

    berbeda namun keduanya tidak dapat dipisahkan bahkan saling membutuhkan

    dalam pertumbuhan serta perkembangannya. Dengan demikian, maka sekolah

    tidak bisa menjadi lembaga yang ekslusif dan memisahkan diri dari lingkungan

    masyarakatnya, dan semakin tinggi tingkat perhatian masyarakat terhadap

    lembaga pendidikan terkait maka akan semakin besar pula peluang sekolah untuk

    mempertahankan eksistensinya demikian sebaliknya.

    Hubungan sekolah dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan

    kreativitas serta dinamika kedua belah pihak sehingga hubungan tersebut bersifat

    aktif dan dinamis, sehingga pada gilirannya prinsip transparansi yang dilakukan

    oleh keduanya akan mengarah pada profesinalisasi pengelolaan kelembagaan

    yang senantiasa membawa ke arah perubahan yang inovatif sehingga akan

    berdampak padapeningkatan mutu kelembagaan secara total (total quality

    management).

    17

  • 2.9 Latihan Kasus Hubungan Sekolah dan Masyarakat

    1. Deskripsi Masalah

    Komite sekolah merupakan salah satu jalur yang ditempuh dalam

    mengembangkan sistem two way traffic communication dan hal ini merupakan

    salah satu upaya memberdayakan sekolah dan masyarakat dengan mengadakan

    serta melaksanakan kegiatan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan

    (stakeholders) pendidikan terlibat langsung dalam memikirkan, membahas,

    membuat keputusan, serta melakukan evaluasi yang berkelanjutan terkait dengan

    program-program yang dibuat oleh sekolah.

    Masalah-masalah yang muncul terkait dengan pemberdayaan sekolah dan

    pemberdayaan masyarakat melalui jalur komite sekolah diantaranya: (1)

    penyamaan konsep pemberdayaan itu sendiri; (2) memaknai peranserta

    masyarakat sebagai kemitraan sekolah; (3) memaknai bentuk kerjasama yang

    dilakukan oleh masyarakat terhadap sekolah serta (4) keluaran yang diharapkan

    oleh masing-masing baik oleh lembaga pendidikan maupun masyarakat.

    2. Pokok Masalah

    Menyamakan persepsi tentang makna pemberdayaan ternyata masih

    menuntut keterampilan khusus baik dari menejer sekolah maupun pihak

    stakeholders pendidikan, sebab tidak sedikit kasus ini muncul ke permukaan di

    antaranya sekolah selalu disudutkan pada persoalan-persoalan dilematik terkait

    masalah model pemberdayaan yang dilakukan sekolah, contoh yang kongkrit

    adalah sekolah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikn dengan cara

    menjalin kerjasama dengan masyarakat namun pada gilirannya masyarakat

    memiliki persepsi yang berbeda bahwa masyarakat hanya dijadikan sebagai salah

    satu alat atau kendaraan untuk mencapai keberhasilan program sekolah.

    Jelasnya, memaknai pemberdayaan sekolah dan pemberdayaan masyarakat

    memiliki keterkaitan makna yang cukup mendalam, oleh sebab itu dibutuhkan

    kemampuan manajerial sekolah dalam mengembangkan sistem kerjasama yang

    18

  • saling menguntungkan dengan jalan tidak ada yang dirugikan baik pihak sekolah

    maupun pihak masyarakat.

    3. Alternatif Solusi

    Solusi-solusi yang dapat ditawarkan dalam menjalin hubungan kerjasama

    dengan masyarakat sebenarnya bermuara pada keterampilan-keterampilan

    manajerial sekolah tentu hal ini menjadi tugas pokok yang sekolah dapat harus

    diemban oleh manajer sekolah sehingga sekolah dapat memilih program

    pengembangan seperti apa yang dapat dilakukan.

    Memaknai alternatif tersebut, sekolah dapat menawarkan beberapa solusi

    diantaranya: (1) menggali potensi guna menjalankan departemen humas sesuai

    dengan peran dan fungsinya; (2) meningkatkan kemampuan manajerial kepala

    sekolah; serta (3) meningkatkan kemampuan pemahaman masyarakat dalam

    memaknai hubungan yang harmonis.

    4. Solusi Terpilih

    Solusi terpilih yang dianggap efektif dalam menjalin hubungan sekolah dan

    masyarakat dapat dilihat dari peran dan fungsi departemen humas yang di

    dalamnya meliputi: (1) strategi kampanye public relation yang meliputi pesan

    atau informasi yang harus disampaikan berdasarkan pada kebutuhan ataupun

    kepentingan khalayak sebagai sasarannya; (2) public relation sebagai

    komunikator dan mediator yang berusaha membentuk opini berupa sikap positif

    dari masyarakat melalui rangsangan; (3) mendorong publik untuk berperan serta

    dalam aktivitas dalam perubahan serta situasi negatif menjadi situasi yang positif

    serta (4) perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi, oleh sebab

    itu pembinaan dan pengembangan yang berkesinambungan harus dilakukan agar

    peran serta tersebut terpelihara dengan baik.

    Tuntutan utama agar perencanaan serta pelaksanaan tersebut dapat terlaksana

    dengan baik maka diperlukan beberapa langkah perbaikan, yakni : (1) peningkatan

    kemampuan manajer hubungan masyarakat dalam mengamati serta menganalisa

    suatu persoalan berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, berkomunikasi

    19

  • hingga mengevaluasi suatu problematika yang sedang dihadapi oleh sekolah; (2)

    kemampuan dalam menarik perhatian melalui berbagai kegiatan publikasi yang

    kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya sebagai target sasaran; (3)

    kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum melalui kegiatan public

    relation dalam merekayasa pandangan yang searah dengan kebijakan organisasi

    yang diwakilinya dalam posisi yang saling menguntungkan; serta (4) tuntutan

    kemampuan manajer hubungan masyarakat menjalin suasana saling percaya,

    menghormati serta mengedepankan prinsip-prinsip goodwill baik dengan pihak

    internal maupun eksternal.

    20

  • BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Profil SMA Negeri 11 Bandung

    A. Riwayat Singkat SMA Negeri 11 Bandung

    Secara de facto sudah berdiri sejak tahun ajaran 1967/1968, dikukuhkan

    dengan Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

    132/UKK/3219/1968 tanggal 8 April 1968 dengan nama SMA XI Bandung,

    merupakan penegerian Kelas Jauh yang semula menginduk kepada SMA

    Negeri IV Bandung.

    Pada awal berdirinya SMA Negeri 11 Bandung berlokasi di Jalan

    Mohamad Toha Nomor 178, menempati sebuah bangunan darurat bekas pabrik

    Topi Laken. Pada tahun 1976 lokasinya dipindahkan ke Jalan Hasan Akhsan

    dengan nama resmi SMA Negeri 11 Bandung, yang kemudian mengalami

    beberapa kali perubahan, yaitu :

    1. SMA Negeri XI Bandung (tanggal 8 April 1968),

    2. SMA Negeri Jalan Mohammad Toha 178/399 (tanggal 1 Januari 1968),

    3. SMA Negeri XI Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1976 s.d. 31 Desember

    1981),

    4. SMA Negeri 11 Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1982),

    5. SMU Negeri 11 Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1996),

    6. SMA Negeri 11 Kota Bandung (mulai tanggal 1 Januari 2004).

    B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

    1. Visi

    Visi adalah cara memandang yang komprehensif, mendalam dan jauh ke

    depan, serta melebihi batas ruang, tempat, dan waktu. Visi sekolah

    merupakan atribut Kepala Sekolah, yang dalam proses perumusannya

    dilakukan secara bersama-sama antara Manajemen Sekolah dengan Komite

    Sekolah (sebagai perwakilan Orangtua Siswa). Kepala sekolah dengan visi

    yang dangkal serta tidak jelas akan membawa kemunduran bagi sekolah

    21

  • yang dikelolanya, visi yang sempit akan menghasilkan sekolah yang jelek

    sehingga tidak akan disenangi masyarakat.

    Ciri-ciri visi sekolah yang utuh harus dilandasi dengan :

    a. Norma agama, norma hukum, dan norma-norma kemasyarakatan;

    b. Niat yang baik dan ikhlas, tidak berambisi pada imbalan materi dan

    penghasilan dari pekerjaannya;

    c. Keyakinan bahwa bekerja untuk kepentingan pendidikan adalah

    panggilan jiwanya;

    d. Keinginan untuk memajikan sekolah.

    Visi suatu sekolah dipengaruhi oleh latar belakang sosial orang-orang

    yang merumuskannya, antara lain :

    a. Pengalaman hidup;

    b. Pendidikan dan pelatihan;

    c. Pengalaman professional;

    d. Interaksi dan komunikasi.

    Idealnya visi sekolah yang diharapkan oleh pemerintah, orangtua,

    dan masyarakat adalah visi yang sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu

    sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan unggul

    serta mampu bersaing di percaturan dunia global.

    Visi SMA Negeri 11 Bandung adalah :

    Terwujudnya insan SMA Negeri 11 Bandung yang religius, unggul,

    inovatif, berwawasan lingkungan, dan hidup sehat.

    Visi tersebut berlandaskan Al-Quran Surat An Nisa ayat 9, yang

    artinya :

    Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya

    meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

    khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,

    hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka

    mengucapkan perkataan yang benar.

    22

  • 2. Misi

    Misi merupakan penjabaran dari suatu visi. Misi adalah taerget atau

    sasaran yang ingin dicapai setelah suatu kegiatan dilaksanakan berdasarkan

    rambu-rambu yang ditentukan. Perumusan misi sekolah harus didasarkan

    pada kompetensi sekolah, yang mencakup kompetensi siswa, guru, kepala

    sekolah, tata usaha, dan para stakeholder, serta infra struktur yang dapat

    menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

    Sesuai visi yang didasarkan pada kompetensi dari berbagai komponen

    yang dimiliki, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung adalah : ALIMAN,

    SHOLIHAN, MUJAHIDAN

    ALIMAN, artinya menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan

    keterampilan. Setiap insan SMA Negeri 11 Bandung

    dituntut untuk senantisa belajar guna menambah

    penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan,

    wawasan lingkungan, dan hidup sehat.

    SHOLIHAN, artinya berbudi pekerti luhur, patuh melaksanakan

    perintah agama, terciptanya budaya disiplin, dan tertib.

    Sejalan dengan upaya peningkatan intelectual quality

    melalui proses pembelajaran, kepribadian civitas

    akademica SMA Negeri 11 Bandung pun dibimbing

    melalui peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap

    Tuhan Yang Maha Esa (IMTAQ).

    MUJAHIDAN, artinya memiliki daya saing yang tinggi atau mampu

    berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu,

    dan melaksanakan setiap aspek yang tanggung

    jawab/kewajibannya dalam menciptakan lingkungan yang

    seimbang dan teratur.

    Seperti halnya visi, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung juga

    didasarkan pada Al-Quran :

    a. Surat Luqman ayat 17, yang artinya :

    Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

    yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan

    23

  • bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

    demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Alloh).

    b. Surat Ibrahim ayat 23, yang artinya :

    Dan masukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh ke

    dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di

    dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka

    dalam surga itu ialah salam.

    Setelah melalui proses pembelajaran serta peningkatan keimanan dan

    ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan memiliki daya juang

    guna membangun eksistensi diri dan pihak lain.

    3. Tujuan Sekolah

    Tahun Pembelajaran 2013/2014 SMA Negeri 11 Bandung diharapkan dapat :

    a. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

    dalam perubahan kurikulum, dari Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dari Kurikulum 2006 menjadi

    Kurikulum 2013;

    b. Meningkatkan mutu lulusan yang diukur dari besarnya persentase masuk ke

    Perguruan Tinggi Negeri dibandingkan tahun pembelajaran sebelumnya;

    c. Menciptakan siswa yang mampu bersaing dalam menghadapi era

    globalisasi;

    d. Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan yang diimbangi

    meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

    melalui perwujudan Kampus Religius yang diimplementasikan dengan

    peningkatan aplikasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari;

    e. Meningkatkan kerjasama dengan mitra sekolah dalam pengelolaan

    pendidikan secara profesional dan proporsional;

    f. Meningkatkan kegiatan ekstra kulikuler sehingga dapat mengaharumkan

    citra sekolah;

    g. Meningkatkan frekuensi peran serta dalam mengikuti perlombaan-

    perlombaan karya ilmiah, Olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,

    Kebumian, Ekonomi, Geografi, Astronomi, dan Komputer;

    24

  • h. Meningkatkan kualitas dan kuantitas fungsi sarana/prasarana penunjang

    pencapaian tujuan sekolah;

    i. Berkualitas dan optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, keagamaan, serta

    pelayanan terhadap siswa, guru, dan masyarakat;

    j. Tertib administrasi, berkaitan dengan administrasi

    kependidikan/administrasi guru, dan administrasi yang berhubungan dengan

    kepegawaian;

    k. Mantap lingkungan, dalam rangka mewujudkan K3 P4LH yang diharapkan

    merangsang guru, pegawai Tata Usaha, dan siswa agar merasa nyaman dan

    kerasan di lingkungan sekolah;

    l. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan melalui penyelenggaraan

    pembelajaran yang bermutu.

    C. Kondisi SMA Negeri 11 Bandung

    1. Data Sekolah

    a. Nomor Statistik Sekolah : 30.1.02.60.14.101

    b. Nama Sekolah : SMA Negeri 11 Kota Bandung

    c. Status Sekolah : Negeri

    d. Alamat Sekolah

    1) Kota : Bandung

    2) Wilayah : Karees

    3) Kecamatan : Regol

    4) Kelurahan : Cigereleng

    5) Jalan : H. Akhsan / Jl. Mohamad Toha

    6) Kode Pos : 40253

    7) Telepon : 022-5201102

    8) Faksimile : 022-5228574

    9) Website : http://sman11bdg.sch.id

    10) E-mail : [email protected]

    25

  • 2. Kepala Sekolah

    Nama-nama kelapa sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 11

    Bandung sejak didirikannya sampai dengan saat ini yaitu :

    a. Tatang Kosasih : 1966-1969

    b. Mohammad Muchtar : 1969-1970

    c. Drs. Soetopo : 1970-1972

    d. Drs. Amarullah : 1972-1978

    e. Drs. Dono Yusuf : 1978-1982

    f. M. Komarudin : 1982

    g. Drs. R. A. Iskandar Y : 1982-1983

    h. Muharam : 1983-1986

    i. Drs. H. Sudiana AS, S.H. : 1986

    j. Drs. Djadja K : 1986-1990

    k. H. Muhammad Anshar : 1990-1994

    l. Drs. Mohd. Said Syamsudin : 1994-1996

    m. Drs. Ate Subrata, S.H. : 1996

    n. Drs. Iri Setiadi : 1996-1998

    o. Drs. H. Nana : 1998

    p. Drs. Syamsuddin AH. : 1999-2001

    q. Dra. Hj. Ana Rostiana : 2001-2003

    r. Teddy Hidayat, S.Pd., M.M.Pd. : 2004-2008

    s. Drs. Wardoyo, M.M.Pd. : 2008-2012

    t. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd. : 2012-

    3. Data Siswa

    Jumlah Siswa

    Keadaan

    Siswa

    Tahun

    Pembelajaran Kelas X Kelas XI

    Kelas

    XII Jumlah

    Jumlah

    siswa

    2009/2010 366 373 383 1.122

    2010/2011 360 359 373 1.092

    2011/2012 453 383 359 1.195

    2012/2013 468 453 383 1.304

    26

  • 2013/2014 432 461 446 1.339

    Jumlah

    Rombel

    2009/2010 9 9 10 28

    2010/2011 9 9 9 27

    2011/2012 10 9 9 28

    2012/2013 13 10 9 32

    2013/2014 12 13 10 35

    4. Data Guru dan Tenaga Kependidikan

    a. Guru

    Ijazah Tertinggi Status Kepegawaian

    Guru Tetap Guru Tidak Tetap

    SLTA/D1/D2 - -

    D3 1 -

    S1 47 20

    S2 7 -

    Jumlah 55 21

    No

    .

    Mata

    Pembelajaran

    Jumlah

    Guru

    yang Ada

    Kesesuaian

    dengan Latar

    Belakang

    Pendidikan

    Jumlah

    Kebutuhan

    Guru per

    Mata

    Pembelajara

    n

    G

    T

    GT

    T

    Sesua

    i

    Tidak

    Sesua

    i

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    1. Pendidikan Agama

    a. Islam 2 2 V - 4

    b. Kristen - 1 V - 1

    c. Hindu - - - - -

    d. Budha - - - - -

    2. Kewarganegaraan 2 1 V - 3

    27

  • 3. Bahasa&Sastra

    Indonesia 4 2 V - 6

    4. Bahasa Inggris 6 - V - 6

    5. Bahasa Asing Lain - 3 V - 3

    6. Matematika 6 - V - 6

    7. Fisika 5 - V - 5

    8. Biologi 4 - V - 4

    9. Kimia 4 - V - 4

    10. Sejarah 2 1 V - 3

    11. Geografi 2 1 V - 3

    12. Sosiologi 2 1 V - 3

    13. Ekonomi/Akuntans

    i 4 - V - 4

    14. Kesenian 1 2 V - 3

    15. T I K 2 2 - - 4

    16. Pendidikan

    Jasmani 3 1 V - 4

    17. Pustakawan 2 - - - 2

    18. Bimbingan

    Konseling 5 - V - 5

    19. Pend/ Lingkungan

    Hidup 1 1 - V 2

    20. Bahasa Sunda - 3 V - 3

    Jumlah 54 21 75

    b. Tenaga Administrasi Pendidikan

    1) Status Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin

    Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap

    Jumlah Golongan II

    Golongan

    III PNS Bukan PNS

    L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

    28

  • 5 0 5 5 5 10 6 2 8 16 7 23

    2) Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin

    Kepala TU Bendaha

    ra Laboran

    Petugas

    Perpust

    akaan

    Juru

    Ketik

    Pesuruh

    /Penjaga

    Sekolah

    Jumlah

    L P L P L P L P L P L P L P

    1 2 2 2 1 4 5 5 16 7

    5. Sarana dan Prasarana

    a. Lahan dan Bangunan

    1) Luas Lahan

    Luas lahan yang dimiliki SMA Negeri 11 Bandung seluruhnya

    berjumlah 11.395 m2.

    2) Sarana Olah Raga

    a) Permainan

    No. Nama

    Alat/Sarana Jumlah

    Keadaan

    Baik Cukup Rusak

    1. Lapangan Basket 1 V

    2. Lapangan Volley

    Ball 1 V

    3. Panjat Dinding - -

    4. Bola Sepak 1 V

    5. Bola Basket 5 V

    6. Bola Volley 5 V

    7. Bola Softball 5 V

    8. Bola Tangan 3 V

    9. Bola Hockey 5 V

    10. Stick Hockey 12 V

    29

  • 11. Kaos Tim Basket 1 V

    12. Kaos Tim Volley 1 V

    13. Kaos Tim Sepak

    Bola 1 V

    b) Atletik

    No. Nama

    Alat/Sarana Jumlah

    Keadaan

    Baik Cukup Rusak

    1. Loncat Tinggi 1 V

    2. Loncat Jauh 1 V

    3. Track Lari 1 V

    4. Spinter - V

    5. Lempar

    Lembing 15 V

    6. Lempar Cakram 10 V

    7. Tolak Peluru 15 V

    8. Matras 3 V

    9. Kuda-kuda

    Senam 1 V

    6. Perpustakaan Sekolah

    Buku Pegangan

    Guru Buku Teks Siswa Buku Penunjang

    Jumlah

    Judul

    Jumlah

    Eksemplar

    Jumlah

    Judul

    Jumlah

    Eksemplar

    Jumlah

    Judul

    Jumlah

    Eksemplar

    270 1.376 510 10.200 1.450 23.941

    7. Data Prestasi Sekolah

    SMA Negeri 11 Kota Bandung sudah meraih penghargaan sebagai

    Sekolah Sehat Tingkat SMA/SMK/MA :

    1) Juara I se-Kota Bandung Tahun 2005,

    2) Terbaik I Barkowil Tahun 2005,

    30

  • 3) Terbaik IV Provinsi Jawa Barat Tahun 2005,

    4) Juara II se-Kota Bandung Tahun 2007,

    5) Juara III se-Kota Bandung Tahun 2011,

    6) Penghargaan dari Walikota Bandung tentang Sekolah yang Selalu Peduli

    Akan Lingkungan Tahun 2010,

    7) Juara I se-Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2011,

    8) Juara I se-Kota Bandung tahun 2012,

    9) Juara II Tingkat Provinsi 2012,

    10) Selain itu juga SMAN 11 Kota Bandung telah memperoleh penghargaan

    sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan tahun 2013, dan Sekolah

    Adiwiyata Tingkat Nasional tahun 2013, dan sekarang sedang

    membina 10 sekolah Binaan sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan

    penghargaan Adiwiyata Mandiri tahun 2014.

    3.2 Hasil Wawancara

    Penulis mengadakan penelitian ke SMAN 11 Bandung pada tanggal 2 April

    2014. Wawancara tersebut ditujukan kepada pihak humas dan guru mata pelajaran

    matematika.

    Wawancara dengan pihak Humas SMAN 11 Bandung

    Ibu Dhiah Kuswarini, S. Pd.

    1. Apa visi dan misi sekolah ini?

    Visi SMAN 11 Bandung : Terwujudnya insan SMA Negeri 11 Bandung

    yang religius, unggul, inovatif, berwawasan lingkungan, dan hidup sehat.

    Misi SMA Negeri 11 Bandung adalah : ALIMAN, SHOLIHAN,

    MUJAHIDAN.

    ALIMAN disini maksudnya setiap insan SMA Negeri 11 Bandung

    dituntut untuk senantisa belajar guna menambah penguasaan pengetahuan dan

    teknologi, keterampilan, wawasan lingkungan, dan hidup sehat.

    SOLIHAN disini maksudnya berbudi pekerti luhur, patuh melaksanakan

    perintah agama, terciptanya budaya disiplin, dan tertib.

    31

  • MUJAHIDAN disini maksudnya memiliki daya saing yang tinggi atau

    mampu berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu, dan

    melaksanakan setiap aspek yang tanggung jawab/kewajibannya dalam

    menciptakan lingkungan yang seimbang dan teratur.

    2. Bagaimana struktur organisasi pengurus inti di sekolah ini? Lalu apa tugas

    pokok dan fungsinya?

    Tugas kepala sekolah dan wakasek seperti pada umumnya, kecuali

    mungkin yang baru adalah WMM (Wakil Menejemen Mutu), WMM ada karena

    SMAN 11 sedang menuju sekolah berbasis ISO.

    Lalu di SMAN 11 itu ada tim pengawas sekolah, namanya memang tim

    namun hanya 1 orang. Tugasnya adalah mengevaluasi kinerja wakasek dan

    melaporkan kepada kepala sekolah.

    3. Sebuah sekolah bisa berdiri dan berkembang berbanding lurus dengan

    pengelolaannya. Apa saja yang dikelola sekolah ini dan bagaimana cara

    mengelolanya?

    Sekolah mengembangkan moral peserta didik dan juga guru dan tenaga

    kependidikan lain dengan salah satu caranya setiap kali guru seminar harus

    memberikan laporan atau resume supaya dapat diterapkan di sekolah. Selain itu

    siswa dan guru diwajibkan membaca kitab suci 15 menit sebelum masuk jam

    pelajaran.

    32

  • 4. Apa saja peranan komite sekolah dalam pengelolaan sekolah ini?

    Sebagai perwakilan dari orang tua siswa. Jadi, jika ada rancangan,

    gagasan yang berkaitan dengan sekolah (khususnya menyangkut permasalahan

    dengan siswa langsung) harus persetujuan dari komite sekolah. Kebetulan

    beberapa tahun yang lalu anak pertama dan anak kedua dari komite sekolah itu

    menjadi siswa SMAN 11 Bandung, jadi beliau dipercayai sebagai wakil aspirasi

    orang tua siswa. Meskipun sekarang, ketua komite sekolah langsung ditunjuk

    oleh dinas, namun ketua komite yang menjabat sekarang adalah ketua komite

    yang sejak dulu menjabat.

    5. Apa saja peranan pemerintah dalam pengelolaan sekolah ini?

    Ada beberapa beasiswa yang datangnya dari pemerintah untuk siswa

    yang tidak mampu (Seperti beasiswa Bawaku). Lalu juga sebagian

    pembangunan sekolah dibantu oleh dinas/ pemerintahan. Awalnya kita

    membangun dasar bangunannya terlebih dahulu, lalu kita mengajukan bantuan

    ke dinas, sehingga dana untuk menyelesaikan pembangunan dibantu oleh dinas/

    pemerintah. Ada rolling kepala sekolah di Kota Bandung, sehingga sekolah

    memiliki kemajuan yang bervariasi dengan bergantinya kepala sekolah di setiap

    periodenya.

    6. Apa saja aspek yang dikelola oleh sekolah tanpa campur tangan

    pemerintah?

    Dalam meningkatkan moral siswa, sekolah mewajibkan siswa untuk

    mengaji terlebih dahulu 15 menit sebelum jam pelajaran yang pertama.

    Begitupun dengan guru-gurunya, ada jadwal sebagai pembimbing pengajian di

    sebelum pembelajaran dimulai, dan jadwal itu diatur tersendiri.

    Program sekolah yang tanpa campur tangan pemerintah misalnya

    program tanaman hidroponik. Ini adalah kebijakan kepala sekola yang menjabat

    sekarang, sehingga SMAN 11 Bandung mendapat penghargaan sebagai sekolah

    Adiwiyata (Sekolah dengan Berwawasan Lingkungan) dari Dinas.

    33

  • Dalam aspek ekstrakulikuler dan OSIS, sekolah membantu

    memprasaranai dan membiayai kegiatan tersebut.

    7. Apa saja bentuk partisipasi orang tua siswa atau masyarakat dalam

    pengelolaan sekolah ini?

    Misalkan dalam membuat pembaharuan di dalam sekolah (baik dalam

    program maupun perangkatnya), orang tua siswa memiliki suara dalam

    pencanangan tersebut. Jadi pihak sekolah harus mepresentasikannya terlebih

    dahulu kepada orang tua siswa dan ketua komite sekolah, kemudian di dalam

    forum tersebut orang tua siswa dapat memberi tanggapan dan memberi solusi

    untuk pembaharuan yang akan dilakukan tersebut. Sehingga semua yang ada

    atau dilakukan oleh sekolah harus transparan terhadap orang.

    8. Program apa saja yang dilakukan sekolah untuk mempertahankan atau

    meningkatkan mutu sekolah?

    Dilaksanakan rapat program kerja untuk 1 tahun kedepan secara rutin.

    Dikarenakan masyarakat cermat dan kritis sehingga dibuat strategi penyusunan

    program kerja. Contohnya melaksanakan pemantapan bagi siswa kelas 12 yang

    akan melaksanakan ujian, untuk meningkatkan mutu peserta didik, sehingga

    mutu sekolah pun meningkat di mata masyarakat.

    9. Bagaimana sistem dalam pembagian kelas saat awal diterimanya siswa

    baru? Berdasarkan apakah pembagian kelas tersebut?

    Saat pembukaaan pendaftaran Siswa Baru kan terdapat kapasitas peserta

    didik yang bisa diterima oleh SMAN 11 Bandung, kemudian selain dengan tes

    tertulis, untuk menunjang keahlian di bidang non-akademik juga dilakukan

    seleksi dengan jalur prestasi. Sehingga dilakukan perhitungan untuk itu.

    Lalu setelah diterimanya siswa baru, dilihat datanya Ujian Nasionalnya

    (anggap nilai Ujian Nasional itu relevan) dan siswa yang memiliki kemampuan

    yang sama tidak boleh di satukan dalam 1 kelas (di dalam 1 kelas, kemampan

    anak harus bervariasi sehingga merata antara kelas 1 dan kelas yang lainnya). Itu

    34

  • karena di SMAN 11 Bandung tidak diberlakukan kelas unggulan sehingga

    variasi kemampuan murid harus merata..

    Selain itu, dilihat dari aspek absensi, nama siswa yang hampir sama itu di pisah,

    sehingga meminimalisir kekeliruan dalam memberikan nilai. Misal ada empat

    nama annisa, nah siswa tersebut dipisah, dan jangan sampai dalam 1 kelas hanya

    dengan siswa yang memiliki nama depan dengan abjad yang sama semua (misal

    nama huruf depannya A semua atau B semua).

    10. Bagaimana pengelolaan siswa saat penjurusan, apakah sudah maksimal

    dan sesuai tujuan?

    Saat penjurusan dilakukan psikotes terlebih dahulu untuk melihat minat

    dan bakat dari setiap siswa, kemudian dikumulatifkan dengan nilai rapotrnya

    terlebih dahulu sehingga di dapatkan hasil penjurusan sesuai dengan minat dan

    bakat anak tersebut. Psikotes tersebut dilakukan saat akhir kelas 1 SMA (saat

    mendekati kenaikan kelas 2) sehingga penjurusan mulai kelas 2 SMA.

    Bagaimana dengan kurikulum 2013 yang memberlakukan penjurusan dari

    awal siswa tersebut ada di jenjang Sekolah Menengah Atas bu?

    Tetap ada psikotes agar mengetahui minat dan bakatnya, perbedaannya

    dari nilai yang di lihat sebagai perhitungan untuk penjurusan. Kalau dengan

    kurikulum 2013, kita pihak sekolah meminta fotokopi rapot SMPnya dan nilai

    nilai yang sudah ada sebelumnya. Dan tesnya tersebut dilakukan saat sebelum

    MOPDB.

    11. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pengelolaan sekolah pasti

    berkoordinasi dengan tenaga kependidikan sekolah. Bagaimana koordinasi

    tersebut?

    Pertama kita melaksanakan rapat kerja rutin sehingga meningkatkan

    koordinasi antara tenaga kerja kependidikan dengan kepala sekolah. Dan dalam

    setiap rapat biasanya dihadiri oleh 80% sampai 90% dari jumlah tenaga

    kependidikan yang ada. Dan koordinasi pun tetap dibantu oleh tenaga

    kependidikan untuk penyampaian kembali kepada tenaga kependidikan yang

    lain. Sehingga bukan hanya kepala sekolah yang harus menjaga koordinasi

    35

  • terhadap tenaga kependidikan, namun antara tenaga kependidikan dengan tenaga

    kependidikan yang lain pun terbentuk koordinasi yang cukup baik pula.

    Jadi segala informasi sekolah dapat diketahui oleh semua pihak yang

    bersangkutan. Untungnya sih selama ini meskipun kepala sekolah sering sekali

    tidak berada di sekolah karena kepentingan diluar, namun informasi yang

    disampaikan oleh kepala sekolah selalu diterima dengan baik oleh semua pihak.

    12. Bagaimana pengelolaan sekolah ini dalam bidang non-akademik seperti

    OSIS, kegiatan ekstrakurikuler, kesenian dan lain-lain?

    Kita pihak sekolah membantu memprasaranai dan membiayai kegiatan

    ektrakulikuler dan OSIS di SMAN 11 Bandung, terlebih lagi dalam perlombaan,

    kita membiayai dan membantu menangani perizinan (dispensasi) ke pihak guru

    jika ada perlombaan yang mengharuskan meninggalkan kegiatan pembelajaran.

    Dengan adanya jalur prestasi dalam penerimaan siswa baru juga

    diharapkan mampu mengembangkan prestasinya dengan mengikuti

    ekstrakulikuler sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat mengharumkan nama

    SMAN 11 Bandung.

    Selain itu, tidak pungkiri kemampuan kreativitas ataupun seni siswa pun

    harus dikembangkan di sekolah selain perkembangan akademiknya untuk

    membekali siswa tersebut setelah lulus dari SMAN 11 Bandung. Jadi pihak

    sekolah mewajibkan siswa untuk mengikuti 2 kegiatan ekstrakulikuler (dalam

    seni dan Bela Negara), dan siswa boleh memilih ekstrakulikuler mana yang akan

    mereka ikuti.

    Di bidang seni ada olah vokal (Paduan suara, Solo vocal, instrument

    music, Tari modern, tari tradisional, dll). Di bidang bela Negara (ada PMR,

    Paskibra, dan Pramuka).

    Selai itu ada juga ekstrakulikuler lain, misalnya dalam bidang bela diri, dan olah

    raga.

    36

  • 13. Bagaimana kode etik hubungan antara sesama warga didalam lingkungan

    sekolah dan hubungan sekolah dengan masyarakat?

    Hubungan antara kepala sekolah dengan guru seperti guru dengan guru,

    namun mungkin karena kepala sekolah memiliki tugas lain diluar sekolah maka

    terkadang kepala sekolah tidak langsung menyosialisasikan kebijakan langsung

    ke guru atau warga sekolah lainnya namun lewat humas, lalu humas yang

    menyampaikannya kepada guru dan warga sekolah lainnya.

    14. Bagaimana pola komunikasi sekolah dengan masyarakat dan orang tua

    siswa?

    Kita disini ada komite sekolah yang perannya sebagai wakil aspirasi dari

    orang tua siswa. Lalu ada juga rapat yang mengundang orang tua siswa untuk

    ikut berpartisipasi dalam membicarakan kepentingan sekolah. Biasanya rapat

    tersebut dilakukan setiap ada permasaahan yang harus diketahui oleh orang tua.

    Contohnya dalam masalah pembangunan maupun dana sekolah. Sehingga

    komunikasi antara sekolah dengan orang tua siswa bisa terjada, baik melalui

    komite sekolah maupun langsung kepada orang tua siswanya.

    Jadi polanya itu komunikasi dua arah, dimana sekolah dan orang tua

    berperan. Dengan masyarakat kita juga melakukan komunikasi rutin. Selain

    dengan bimbel dan lembaga kependidikan lainnya kita juga memiliki

    komunikasi dengan 5 negara. Contohnya dalam program pertukaran pelajar dan

    studi banding. Jadi pola komunikasi kita dengan masyarakat pun secara dua

    arah.

    15. Bentuk kerjasama apa saja yang sekolah lakukan dengan masyarakat atau

    orang tua siswa?

    Dengan orang tua, pihak sekolah selalu melibatkan orang tua siswa

    dalam hal peningkatan dan pembaharuan sekolah dengan adanya rapat orang tua.

    Lalu ada pula beasiswa yang sumbernya dari orang tua siswa.

    Dengan masyarakat, pihak sekolah melakukan banyak kejasama dengan

    pihak masyarakat. Contohnya, dilakukan seminar yang pembicaranya dari tokoh

    yang ahli. Lalu dengan lembaga Bimbel yang ada di Kota Bandung, banyak

    37

  • bimbel yang melakukan kerjasama dengan SMAN 11 Bandung misal melakukan

    Ujian dan siswa berprestasi bisa mendapatkan fasilitas bimbel gratis dari

    lembagaa tersebut.

    Pihak selokah pun melakukan kerjasama dengan 5 negara(Singapura,

    Australia, Jerman, Malaysia, dan Jepang). Contohnya dengan melakukan studi

    banding, siswa terpilih dari SMAN 11 Bandung dikirimkan ke Australia dalam

    program pertukaran pelajar, dan SMAN 11 Bandung pun menerima pertukaran

    pelajar dari Australia.

    Ada pula program Beasiswa dari pihak luar negeri tersebut (misalnya

    SAMPOERNA FOUNDATION, SINGAPORE FOUNDATION, dll).

    Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika

    Ibu Dra. Saeni, M. M. Pd.

    1. Bagaimana pendapat ibu/bapak tentang pengelolaan sekolah ini baik dalam

    bidang akademik maupun non akademik? Apakah masih ada yang

    kurang?

    Kalau pengelolaan untuk yang fisiknya sekolah sih ya alhamdulillah

    baik, tapi kalau dari SDMnya (internalnya) masih banyak kendala. SDMnya

    disini maksudnya adalah siswa-siswanya. Kendalanya itu ya dari siswanya itu

    sendiri. Soalnya meskipun pihak sekolah sudah mengelola dengan baik, namun

    kalau dari diri siswanya sendiri kurang membantu menyukseskan apa yang telah

    dibuat sekolah kan tetap saja hasilnya jadi kurang.

    2. Apa peranan guru dalam pengelolaan sekolah?

    Guru itu selain mendidik (mentransfer ilmu) siswa agar lulusan sekolah

    ini meningkat kualitasnya, untuk kemajuan sekolah juga kan guru ikut berperan.

    Selain mendidik kan biasanya guru-gurunya juga ada studi banding, nah disitu

    juga guru berperan untuk mencari informasi yang dapat memajukan sekolah

    yang kemudian informasi tersebut dijadikan masukan agar sekolah bisa menjadi

    lebih baik lagi.

    38

  • Dari info-info tersebut, guru mendapatkan ilmu untuk lebih kreatif lagi

    dalam mendidik dan juga memberi pengetahuan baru untuk sekolah ini. Jadi

    guru itu juga berperan dalam pengelolaan sekolah.

    3.3 Pengolahan Angket

    Sesuai dengan metode dalam penelitian ini yakni naturalistik, dalam

    penyebaran angket digunakan sampling yang purposif. Sampelnya sedikit dan

    dipilih menurut tujuan (purpose) peneliti. Sampel yang kami uji hanya 6 orang,

    ke-6 orang itu merupakan pengurus inti di kelembagaan SMAN 11 Bandung.

    Berikut hasil angket yang kami peroleh.

    BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X1)

    No. Pernyataan STS TS TT S SS

    1. Kepala sekolah melibatkan komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    2 4

    2. Kepala sekolah mengikutsertakan

    komite sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah dalam rapat

    penyusunan Renstra sekolah

    secara rutin

    3 3

    3. Kepala sekolah mendorong komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    Kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    secara proaktif

    2 4

    4. Kepala sekolah menggerakan

    komite sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    secara efektif dan efisien

    2 4

    39

  • 5. Kepala sekolah menemukan setiap

    kemampuan komite sekolah,

    guru, dan tenaga kependidikan

    sekolah untuk memformulasikan

    Renstra sekolah

    2 4

    6. Kepala sekolah mengembangkan

    setiap kemampuan komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    dengan menyertakan mereka ke

    seminar yang terkait dengan

    Renstra sekolah

    2 4

    7. Kepala sekolah mengembangkan

    setiap kemampuan komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    dengan menyediakan pustaka

    terkait dengan formulasi Renstra

    sekolah

    2 4

    8. Kepala sekolah mengajak komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memanfaatkan sumber daya

    sekolah

    dengan baik sebagai salah satu

    bahan pertimbangan formulasi

    Renstra sekolah

    2 4

    9. Kepala sekolah melakukan inovasi-

    inovasi pendidikan sebagai

    contoh untuk mendorong komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    2 4

    40

  • kependidikan sekolah untuk

    berkembang dengan melakukan

    inovasi-inovasi pendidikan yang

    selanjutnya akan diformulasikan

    dalam bentuk Renstra sekolah

    10. Kepala sekolah mendorong komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    berkembang dengan melakukan

    inovasi-inovasi pendidikan yang

    selanjutnya akan diformulasikan

    dalam bentuk Renstra sekolah

    3 3

    11. Kepala sekolah

    mengkoordinasikan segenap

    sumber daya yang dimiliki oleh

    sekolah dengan baik sebagai bahan

    pertimbangan untuk formulasi

    Renstra sekolah

    2 4

    12. Kepala sekolah melakukan analisis

    mengenai kekuatan dan

    kelemahan sekolah sebelum

    memformulasikan Renstra sekolah

    yang kemudian akan didiskusikan

    dengan komite sekolah, guru,

    dan tenaga kependidikan sekolah

    sebagai bahan pertimbangan

    formulasi Renstra sekolah

    2 4

    13. Kepala sekolah mampu

    menstimulasi tenaga administrasi

    sekolah untuk mengelola data

    menjadi informasi yang berguna

    untuk formulasi Renstra sekolah

    1 5

    41

  • 14. Kepala sekolah menggunakan data

    dan informasi yang dimiliki oleh

    sekolah sebagai dasar

    pertimbangan analisis kekuatan

    dan kelemahan sekolah

    1 5

    15. Kepala sekolah melakukan analisis

    mengenai peluang dan ancaman

    sekolah sebelum

    memformulasikan Renstra sekolah

    yang kemudian akan didiskusikan

    dengan komite sekolah, guru, dan

    tenaga kependidikan sekolah

    sebagai bahan pertimbangan

    formulasi Renstra sekolah

    2 4

    16. Kepala sekolah menggunakan data

    dan informasi yang akurat dan

    terpercaya sebagai dasar

    pertimbangan analisis peluang dan

    ancaman sekolah

    6

    17. Berdasarkan analisis yang

    dilakukan, kepala sekolah

    menentukan berbagai alternatif

    strategi yang akan diformulasikan

    dengan baik

    6

    18. Kepala sekolah menentukan

    prioritas strategi dalam formulasi

    Renstra sekolah dengan baik dan

    sesuai dengan keadaan sekolah

    1 5

    19. Kepala sekolah menimbang

    konsekuensi dari keputusan yang

    akan diambil dengan baik dalam

    formulasi Renstra sekolah

    6

    42

  • 20. Kepala sekolah mengambil

    keputusan yang tepat untuk

    formulasi Renstra sekolah

    1 5

    21. Kepala sekolah memperjelas

    bagaimana strategi-strategi

    tersebut akan dicapai dengan

    menentukan tugas pokok dan

    fungsi bagi setiap anggota sekolah

    6

    22. Kepala sekolah mampu

    menciptakan sebuah tolak ukur

    yang mampu mengukur tingkat

    ketercapaian formulasi Renstra

    yang akan diimplementasikan

    secara khusus

    1 5

    23. Kepala sekolah membuat

    kebijakan khusus yang

    menyatakan bahwa Renstra

    sekolah yang telah diformulasikan

    harus dilaksanakan secara fleksibel

    dengan selalu mengarah pada

    tujuan yang telah ditetapkan

    6

    24. Kepala sekolah mampu

    menggunakan gaya kepemimpinan

    yang tepat sesuai dengan

    konteksnya

    6

    BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X2)

    No. Pernyataan STS TS TT SS STS

    1. Tersedianya informasi untuk

    mendukung pengambilan

    keputusan dalam formulasi

    Renstra sekolah bagi kepala

    1 5

    43

  • sekolah, guru, komite,dan

    tenaga kependidikan sekolah

    2. Kepala sekolah, komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan

    sekolah dapat memperoleh

    informasi yang dibutuhkan

    untuk

    formulasi Renstra sekolah

    dengan cepat

    1 5

    3. Adanya kemudahan dalam

    memperoleh informasi untuk

    formulasi Renstra sekolah

    1 5

    4. Adanya kesesuaian informasi

    dengan isu-isu strategis yang

    dihadapi oleh sekolah

    3 3

    5. Informasi yang digunakan

    dalam formulasi Renstra

    sekolah

    merupakan informasi yang

    lengkap

    3 3

    6. Informasi yang digunakan

    dalam formulasi Renstra

    sekolah

    merupakan informasi yang

    tepat

    2 4

    7. Informasi yang digunakan

    dalam formulasi Renstra

    sekolah

    merupakan informasi yang

    rinci

    6

    8. Informasi yang digunakan 2 4

    44

  • dalam formulasi Renstra

    sekolah

    merupakan informasi yang

    actual

    9. Informasi yang digunakan

    dalam formulasi Renstra

    sekolah

    merupakan informasi yang

    mudah dipahami

    2 4

    10. Adanya konsistensi informasi

    dari berbagai sumber yang

    berbeda

    untuk formulasi Renstra

    sekolah

    3 2

    11. Adanya kejelasan sumber

    informasi untuk pengambilan

    keputusan

    bagi kepala sekolah dan bagi

    guru-staff untuk menjalankan

    tugas

    sehari-hari

    2 4

    12. Informasi sebagai pendukung

    pengambilan keputusan tidak

    terdistorsi oleh kepentingan

    lain

    1 5

    13. Informasi yang dimiliki oleh

    sistem informasi manajemen

    sekolah

    dapat digunakan untuk

    menganalisis dampak dari

    setiap keputusan strategis

    yang akan diformulasikan

    4 2

    45

  • 14. Informasi yang dimiliki oleh

    sistem informasi manajemen

    sekolah

    dapat digunakan untuk

    menentukan tukar pilih yang

    harus diambil oleh sekolah

    3 2

    15. Informasi dapat digunakan

    sebagai bahan penentuan

    faktor-faktor

    kritis dalam formulasi Renstra

    sekolah

    1 4

    16. Informasi yang diperlukan

    untuk formulasi Renstra

    sekolah dapat

    diperoleh dari sistem

    informasi manajemen yang

    dimiliki oleh

    sekolah

    2 3

    17. Sekolah menggunakan sumber

    data lain (seperti Badan Pusat

    Statistik) selain sistem

    informasi manajemen sekolah

    sebagai sumber informasi

    yang dijadikan pertimbangan

    untuk formulasi Renstra

    sekolah

    3 2

    18. Sekolah, melalui sistem

    informasi manajemen sekolah,

    melakukan

    survei mengenai harapan

    kepala sekolah, guru, tenaga

    kependidikan, dan komite

    sekolah untuk pengembangan

    2 3

    46

  • sekolah

    selama lima tahun ke depan

    19. Tenaga administrasi sekolah,

    sebagai pengelola sistem

    informasi

    manajemen sekolah, memiliki

    keinginan untuk

    mengumpulkan data yang

    terkait dengan sekolah agar

    dapat digunakan untuk

    formulasi Renstra sekolah

    6

    20. Sistem informasi manajemen

    sekolah memiliki kemampuan

    untuk mengelola data menjadi

    informasi yang berguna untuk

    pengambilan keputusan secara

    cepat dan tepat

    3 3

    21. Sistem informasi manajemen

    sekolah dapat

    mengidentifikasi data dan

    informasi yang diperlukan

    untuk bahan pertimbangan

    formulasi Renstra sekolah

    1 2 3

    22. Sistem informasi manajemen

    sekolah mampu meringkas

    informasi penting bagi kepala

    sekolah, komite sekolah, guru,

    dan tenaga kependidikan

    sekolah untuk membuat

    formulasi Renstra sekolah

    3 2

    23. Kekuatan dan kelemahan

    sekolah dapat diidentifikasi

    melalui

    1 2 2

    47

  • informasi yang diberikan oleh

    sistem informasi manajemen

    sekolah

    24. Peluang dan anacaman

    sekolah dapat diidentifikasi

    melalui

    informasi yang diberikan oleh

    sistem informasi manajemen

    sekolah

    1 3 2

    BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (Y)

    No. Pernyataan STS TS TT S SS

    1. Secara umum, formulasi Renstra

    sekolah didasarkan pada tujuan

    pendidikan nasional Indonesia

    6

    2. Secara umum, formulasi Renstra

    sekolah didasarkan pada nilai-

    nilai Pancasila

    6

    3. Secara umum, formulasi Renstra

    sekolah didasarkan pada nilai-

    nilai pendidikan nasional

    6

    4. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada nilai-nilai yang

    dianut oleh sekolah

    1 5

    5. Formulasi Renstra sekolah

    melibatkan kepala sekolah,

    komite sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah

    1 5

    6. Formulasi Renstra sekolah

    melibatkan perwakilan dari

    dunia usaha dan industri (DUDI)

    2 4

    48

  • dan pengawas sekolah

    7. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada hasil analisis

    kekuatan dan kelemahan yang

    dimiliki oleh sekolah

    6

    8. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada hasil analisis

    peluang dan tantangan yang

    dihadapi oleh sekolah

    1 5

    9. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada hasil proyeksi

    masa depan yang diperoleh dari

    pendapat berbagai ahli mengenai

    kecenderungan yang mungkin

    terjadi di masa depan

    1 5

    10. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada kelebihan

    sekolah

    3 3

    11. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada data dan

    informasi yang dikelola dengan

    sistem informasi manajemen

    sekolah

    2 4

    12. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada pertimbangan

    yang seimbang antara keuangan

    sekolah, proses pembelajaran,

    pengembangan tenaga pendidik

    dan kependidikan, dan pihak-

    pihak yang terkait dengan

    sekolah baik secara langsung

    maupun tidak langsung

    6

    49

  • 13. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada hasil evaluasi

    Renstra sekolah yang

    sebelumnya

    6

    14. Adanya kesejajaran antara

    kebijakan pemerintah pusat

    dengan Renstra sekolah dalam

    hal program-program

    pengembangan pendidikan di

    sekolah

    6

    15. Adanya kesejajaran antara

    kebijakan pemerintah daerah

    dengan Renstra sekolah dalam

    pembinaan guru mengenai

    Renstra sekolah

    6

    16. Sekolah memiliki wadah khusus

    untuk membicarakan substansi

    dari strategi yang akan

    dituangkan dalam Renstra

    sekolah

    3 3

    17. Sekolah merupakan pihak yang

    memformulasikan isu-isu

    strategis bukan sebagai pihak

    pelaksana teknis dari isu-isu

    strategis yang telah disusun oleh

    pemerintah pusat atau daerah

    2 4

    18. Formulasi Renstra sekolah

    didasarkan pada isu-isu stratejik

    yang dihadapi oleh sekolah

    secara khusus

    3 3

    19. Tujuan-tujuan yang disusun

    dalam Renstra sekolah

    2 4

    50

  • merupakan tujuan-tujuan yang

    bisa terukur secara jelas

    20. Adanya tujuan-tujuan jangka

    pendek dalam Renstra sekolah

    yang diformulasikan

    1 5

    21. Program-program yang disusun

    untuk Renstra sekolah

    merupakan program-program

    yang mendukung tujuan-tujuan

    yang telah ditetapkan

    1 5

    22. Adanya prosedur yang jelas

    untuk melaksanakan program-

    program yang telah ditetapkan

    1 5

    23. Sekolah memiliki kapasitas

    dalam hal administrasi untuk

    melakukan formulasi Renstra

    sekolah

    4 2

    24. Formulasi Renstra sekolah

    dibantu oleh ahli perencanaan

    pendidikan

    3 3

    Keterangan: STS (Sangat Tidak Setuju)

    TS (Tidak Setuju)

    TT (Tidak Tahu)

    SS (Sangat Setuju)

    STS (Sangat Tidak Setuju)

    Kesimpulan dari angket di atas, lebih dari 60% responden menyatakan bahwa

    pengelolaan pendidikan di SMAN 11 Bandung umunya sudah baik. Kepala sekolah

    sudah mampu mengelola sekolah sehingga menjadikan sekolah Adiwiyata. Selain

    itu, kerjasama/hubungan antara kepala sekolah, komite sekolah, dan staf

    kependidikan lainnya terjalin dengan baik.

    51

  • BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket dapat disimpulkan bahwa

    proses pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung sudah baik. Kepala

    sekolah sebagai administrator dan edukator telah mampu melaksanakan

    tugasnya dengan baik hingga masih bisa mempertahankan gelar sekolah

    Adiwiyata serta mengembangkan proyek tanaman hidroponik.

    Hubungan/kerjasama antara orang tua siswa, masyarakat, pihak sekolah,

    dan komite sekolah pun terjalin dengan baik. Komunikasi yang digunakan

    ialah komunikasi dua arah, dimana orang tua dan masyarakat diajak dalam

    merumuskan maupun menentukan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan

    hal akademik maupun keuangan sekolah. Pihak sekolah pun memberikan

    transparansi kepada orang tua siswa mengenai hasil belajar siswa dan keuangan

    sekolah sehingga pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung dapat

    berkembang sesuai dengan kepercayaan dari pihak masyarakat ataupun orang

    tua siswa.

    4.2 Saran

    Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan

    pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, maka peneliti memberi saran/masukan

    sebagai berikut:

    a. Kepala sekolah harus terus berupaya meningkatkan kualitas dan

    mutu pengelolaan sekolahnya yakni dengan mengadakan program-

    program atau kegiatan-kegiatan pembaharuan ke arah yang lebih

    maju.

    52

  • b. Komunikasi yang sudah terjalin baik antara masyarakat, orang tua

    siswa, dan pihak sekolah harus terus dijaga sehingga sekolah

    mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat dan orang tua siswa.

    c. Pihak sekolah harus terus berupaya menghasilkan Sumber Daya

    Manusia yang berkualitas sehingga lulusannya pun dapat terus

    berprestasi di jenjang yang lebih tinggi.

    53

  • DAFTAR PUSTAKA

    Tim Dosen Administrasi Pendidikan Administrasi UPI. 2013. Manajemen Pendidikan.

    Bandung: Alfabeta.

    http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-

    TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Konsep_dasar_kual.

    ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

    http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-pengelolaan-

    pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

    http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/%C2%AD%C2%AD%C2%ADmoni

    toring-dan-evaluasi-pengelolaan-satuan-pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

    http://karawang.blog.com/2010/05/17/penelitian-kualitatif-atau-naturalistik/ [Online]

    Tersedia: 16 Mei 2014

    http://www.slideshare.net/NASuprawoto/standar-pengelolaan-pendidikan [Online]

    Tersedia: 17 Mei 2014

    http://alexemdi.wordpress.com/2008/10/07/standar-pengelolaan-pendidikan-oleh-

    satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah/ [Online] Tersedia: 17 Mei 2014

    http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=111/ [Online] Tersedia: 17 Mei 2014

    http://kristiantrimulyanto.blog.com/2010/01/04/standar-pengelolaan-pendidikan/

    [Online] Tersedia: 17 Mei 2014

  • LAMPIRAN

    SURAT IZIN OBSERVASI

  • LAMPIRAN

    SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN

    OBSERVASI

  • LAMPIRAN

    ANGKET

    BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X1)

    No. Pernyataan STS TS TT S SS

    25. Kepala sekolah melibatkan komite

    sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah untuk

    memformulasikan Renstra sekolah

    26. Kepala sekolah mengikutsertakan

    komite sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan sekolah dala