Makalah Nikah

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Nikah adalah salah satu sendi pokok pergaulan bermasyarakat. Oleh karena itu, agama memerintahkan kepada umatnya untuk melangsungkan pernikahan bagi yang sudah mampu, sehingga malapetaka yang diakibatkan oleh perbuatan terlarang dapat di hindari. 1 Alloh berfirman : . Artinya : “ nikahlah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat, kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja”.(QS.An-Nisa’ :3) B. Rumusan masalah Pembahasan tentang pernikahan ini sangatlah luas, tapi dalam makalah ini, penulis hanya menjelaskan hal- hal sebagai berikut: 1. Apakah pengertian nikah ? 2. Bagaimana hokum pernikahan? 3. Apa saja rukun dan syarat nikah? 4. Apa saja hikmah pernikahan? C. Tujuan pembahasan 1 Suparta, Djedjen Zainuddin, Fiqih, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2005).hlm 72

Transcript of Makalah Nikah

Page 1: Makalah Nikah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nikah adalah salah satu sendi pokok pergaulan bermasyarakat. Oleh

karena itu, agama memerintahkan kepada umatnya untuk melangsungkan

pernikahan bagi yang sudah mampu, sehingga malapetaka yang diakibatkan oleh

perbuatan terlarang dapat di hindari.1 Alloh berfirman :

.

Artinya : “ nikahlah wanita-wanita yang kamu senangi : dua, tiga atau empat,

kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang

saja”.(QS.An-Nisa’ :3)

B. Rumusan masalah

Pembahasan tentang pernikahan ini sangatlah luas, tapi dalam makalah ini,

penulis hanya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Apakah pengertian nikah ?

2. Bagaimana hokum pernikahan?

3. Apa saja rukun dan syarat nikah?

4. Apa saja hikmah pernikahan?

C. Tujuan pembahasan

Dalam makalah yang berjudul “nikah” ini, penulis bertujuan untuk

menjelaskan pengertian nikah, hokum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan

serta hikmah pernikahan.

BAB II

PEMBAHASAN

1 Suparta, Djedjen Zainuddin, Fiqih, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2005).hlm 72

Page 2: Makalah Nikah

A. Pengertian nikah

Nikah menurut bahasa mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan,

menjodohkan atau bersenggama (wath’i). dalam istilah bahasa Indonesia sering

disebut dengan “kawin”. Dalam pasal I Bab I, UU perkawinan NO 1 tahun 1974,

perkawina didefinikan sebagai berikut: ” ikatan lahir batin antara seorang pria

dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-lkai dalam suatu

rumah tangga berdasarkan kepada tuntunan agama. Ada juga yang mengartikan “

suatu perjanjian atau aqad (ijab dan qabul) antara laki-laki perempuan untuk

menghafalkan hubungan badaniyah sebagaimana suami istri yang sah yang

mengandung syarat-syrat dan rukun-rukun yang ditentukan oleh syariat islam”.2

B. Hukum pernikahan

Adapun hokum menikah, jumhur ulama’ menetapkan ada 5, yaitu:

1. Sunnah

Jumhur ulama sepakat sepakat bahwa hokum asal pernikahan adalah

sunnah. Mereka beralasan antara lain kepada firman Alloh swt.

Artinya: ‘ Nikahilah orang-orang yang menyendiri diantara kamu dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba sahayamu yang laki-laki

dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin,

mereka dijadikan kaya oleh alloh dengan karunuanya. Alloh maha luas

karunianya dan maha mengetahui”.(QS. An-Nur:32)

2. Mubah (boleh)

Ukum menikah menjdi boleh bagi orang yang tidak mempunyai factor

pendorong atau factor yang melarang untuk menikah.

3. Wajib

Hukum nikah menjadi wajib bagi orang yang ecra jasmaniyah sudah layak

untuk menikah, secara rohaniyah sudah dewasa dan matang serta memiliki

2 Suparta, Djedjen Zainuddin.op.cit.hlm 73-75

2

Page 3: Makalah Nikah

kemampuan biaya untuk menikah dan menghidupi keluarganya. Bila ia

tida menikah, khawatir jatuh pada perbuatan mesum.

4. Makruh

Hukum menikah menjadi makruh bagi laki-laki yang secara jasmniyah

sudah layak untuk menikah, kedewasaan rohaniyah sudah matang tetapi

tidk mempunyai biaya untuk menikah dan bekal hidup rumah tangga.

Orang semacam ini dianjurkan untuk tidak dulu menikah dan

mengendalikan hawa nafsuya dengan berpuasa.

5. Haram

Hukum menikah menjadi haram bagi laki-laki yang menikahi wanita

dengan maksud menyakiti dan mempermainkaya. Pernikahan seperti ini

sah menurut syariat jika terpenuhi syarat dan rukunnya. Akan tetapi

pernikahn seperti ini berdosa di hadapan Alloh karena tujuanya buruk.3

C. Rukun dan syarat nikah.

Rukun nikah yaitu apa yang merupakan hakekat dari perkawinan yang

tampa adanya rukun tidak sahlah perkawinan. Rukun nikah antara lain:

1. Calon suami, dengan syarat :

Muslim, merdeka, berakal, benar-benar laki-laki, adil, tidak beristri empat,

tidak mempunyai mahram dengan calon dan tidak sedang ihram haji atau

umroh.

2. Calon istri, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Muslimah (benar-benar perempuan), telah mendapat izin dari walinya,

tidak bersuami atau tidak dalam masa iddah, tidak mempunyai hubungan

mahram dengan calon suaminya dan tidak sedang berihram haji atau

umroh.

3. Sighat (ijab dan qabul).

Ijab yaitu suatu suatu pernyataan berupa penyerahan diri seorang wali

perempuan atau wakilnya kepada seorang laki-laki dengan kata-kata

tertentu maupun syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara’.

3 Suparta, Djedjen Zainuddin.op.cit. hlm 73-75

3

Page 4: Makalah Nikah

Qabul yaitu suatu pernyataan penerimaan oleh pihak laki-laki terhadap

pernyataan wali perempuan atau wakilnya sebagaimana yang di sebut di

atas.4

Menurut syafi’I (dan hambali) ijab qabul harus dilakukan dengan

menggunakan lafal yang terdapat dalam Al-qur’an yaitu kawin dan jodoh.

Dasarnya ialah hadits nabi yang menyebutkan:

“takutlah kamu kepada Alloh dalam perkara wanita, sebab kamu telah

mengambil mereka dari keluarganya dengan amanat dari Alloh dan kamu

telah menghalalkan percampuran kelamin dengan mereka dengan kalimat

alloh”.(Riwayat Muslim).5

Ijab dan qabul dilaksanakan dengan syarat sebagai berikut:

Lafadz ijab dab qabul harus lafadz nikah atau tazwij.

Lafadz ijab dan qabul bukan kata-kata kinayah (kiyasan).

Lafadz ijab dan qabul tidak di ta’likkan (dikaitkan) dengan suatu

syarat tertentu.

Lafadz ijab dan qabul harus terjadi pada satu majlis, maksudnya

lafadz qabul harus segera di ucapkan setelah ijab.

4. Wali perempuan, dengan syrat sebagai berikut:

Muslim, berakal, tidak fasiq, laki-laki dan mempunyai hak untuk menjadi

wali.

Tidak akan sah nikah jika tidak ada wali, hadits nabi menyebutkan

“janganlah perempuan mengawinkan perempuan yang lain dan janganlah

pula perempuan mengawinkan dirinya sendiri, karena perempuan yang

berzina ialah yang mengawinkan dirinya sendiri. ( Riwayat ibn majah dan

Daruqquthni ).

4 Suparta, Djedjen Zainuddin.op.cit. hlm 815 Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan agama islam, Malang: IKIP Malang.1995. hlm 133

4

Page 5: Makalah Nikah

Yang berhak menjadi wali bukan sembarang orang, menurut

Syafi’I, orang-orang yang berhak menjadi wali yaitu:

Bapak, kakek (bapak dari bapak), dan seterusnya ke atas.

Saudara laki-laki seibu sebapak.

Saudara laki-laki sebapak.

Anak laki-laki saudara seibu-sebapak.

Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya

kebawah.

Saudara laki-laki seibu sebapak dari bapak (=paman kandung).

Saudara laki-laki sebapak dari bapak (=paman sebapak).

Anak laki-laki paman kandung.

Anak laki-laki paman sebapak dan seterusnya kebawah.

Hakim (wali hakim), yaitu jika tidak ada wali-wali tersebut di atas,

atau wali yang berhak ada tapi tidak mau jadi wali.6

5. Dua orang saksi, dengan syarat sebagai berikut:

Muslim, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, adil, pendengaran dan

penglihatannya sempurna, memahami bahasa yang di ucapkan dalam ijab

dan qabul, tidak sedang mengerjakan ihram haji atau umroh7. Akad nikah

harus dihadiri oleh dua orang saksi, tampa adanya dua orang saksi ini

perkawinan tidak akan sah. Dalilnya ialah Hadist SAW yang

menyebutkan:

“Tidak ada atau tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang

saksi yang adil”.8

D. Hikmah pernikahan

Di antara hikmah pernikahan tersebut sebagaimana di uraikan dibawah ini:

1. Hikmah pernikahan bagi individu dan keluarga.

a. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tentram, karena

terjalinnya cinta dan kasih saying di antara sesama.

6 Tim Dosen Agama Islam. Op. cit. hlm 1357 Suparta, Djedjen Zainuddin. Op. cit. hlm 828 Tim Dosen Agama Islam. Op. cit. hlm 136

5

Page 6: Makalah Nikah

b. Terhindar dari perbuatan maksiat, terutama masturbasi, perzinahan

dan pemerkosaan.

c. Menciptakan keturunan yang baik dan mulia sekaligus merupakan

upaya menjaga kelangsungan hidup manusia sesuai dengan ajaran

agama.

d. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh dan berkembang.

e. Bersungguh-sungguh dalam mencari rizqi.

f. Memperluas persaudaraan.

g. Mendatangkan keberkahan.

2. Hikmah pernikahan bagi masyarakat.

a. Terjaminnya ketenangan dan ketentraman anggota masyarakat.

b. Dapat meringankan beban masyarakat.

c. Dapat memperkokoh tali persaudaraan.9

BAB III

PENUTUP

9 Suparta, Djedjen Zainuddin. Op. cit. hlm 83-86

6

Page 7: Makalah Nikah

A. Kesimpulan

1. Nikah adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2. Hukum nikah ada lima yaitu sunnah (hokum asal dari pernikahan), mubah,

wajib, makruh dan haram.

3. Rukun nikah adalah calon suami, calon istri, ijab qabul, wali perempuan

dan dua orang saksi.

4. Hikmah pernikahan:

Hikmah bagi individu dan keluarga :

Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tentram

Terhindar dari perbuatan maksiat, terutama masturbasi,

perzinahan dan pemerkosaan.

Menciptakan keturunan yang baik dan mulia.

Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh dan

berkembang.

Bersungguh-sungguh dalam mencari rizqi.

Memperluas persaudaraan.

Mendatangkan keberkahan.

Hikmah pernikahan bagi masyarakat :

Terjaminnya ketenangan dan ketentraman anggota

masyarakat.

Dapat meringankan beban masyarakat.

Dapat memperkokoh tali persaudaraan.

B. saran

Semoga makalah ini berguna dan vermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

7

Page 8: Makalah Nikah

Suparta dan Djedjen Zainuddin. 2005. Fiqih. Semarang : PT. Karya Toha

Putra.

Tim Dosen Agama Islam. 1995. Pendidikan Agama Islam. Malang : IKIP

Malang.

8