Makalah negara dan konstitusii

14
NEGARA DAN KONTITUSI Dosen Pengampu : Drs Muhammad Taufiq, M.H. Kes Disusun oleh: 1. ANGKEN PUNDY .A 2. ANITA PUJIYATI 3. DINA KUSNIATI 4. INDIRA REZA APRILA 5. IRMA INDRAWATI 6. LINDA AYU .P 7. NIKE DEWI .S 8. NOFI NUR .A 9. SUCI MULYANI 10. TITIN A STUTI 11. YULIA NADIYA .P SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2014/2015

Transcript of Makalah negara dan konstitusii

Page 1: Makalah negara dan konstitusii

NEGARA DAN KONTITUSI

Dosen Pengampu : Drs Muhammad Taufiq, M.H. Kes

Disusun oleh:

1. ANGKEN PUNDY .A

2. ANITA PUJIYATI

3. DINA KUSNIATI

4. INDIRA REZA APRILA

5. IRMA INDRAWATI

6. LINDA AYU .P

7. NIKE DEWI .S

8. NOFI NUR .A

9. SUCI MULYANI

10. TITIN A STUTI

11. YULIA NADIYA .P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2014/2015

Page 2: Makalah negara dan konstitusii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak

orang yang mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-

beda antara satu orang dengan orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut

dengan Negara jika mempunyai 3 unsur terpenting yang harus ada didalamnya

yaitu :

1. Wilayah

2. Pemerintah

3. Rakyat

Ketiga unsur tersebut harus ada dalam suatu Negara. Jika salah satu

dari unsur tersebut tidak ada maka tempat tersebut tidak dapat dinamakan

Negara. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi dalam suatu Negara. Unsur

yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh suatu Negara adalah pengakuan

dari Negara lain. Pengakuan dari Negara lain harus dimiliki oleh suatu Negara

supaya keberadaan Negara tersebut diakui oleh Negara-negara lain.

Setelah suatu Negara terbentuk maka Negara tersebut berhak

membentuk undang-undang atau konstitusi.Konstitusi di Indonesia sudah ada

sejak zaman dahulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, konstitusi telah

ada yang berfungsi mengatur kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan

adat istiadat yang ada karena kesepakatan dari suatu masyarakat yang terlahir

dan dipakai sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat.Adat istiadat

mempunyai suatu hukum yang dinamakan hukum adat. Pada jaman dahulu

walaupun belum ada undang-undangseperti halnya sekarang, tetapi kehidupan

masyarakat sudah diatur dengan adat istiadat dan yang melanggar adat istiadat

akan dikenakan suatu hukum yang telah masyarakat setempat sepakati yaitu

hukum adat.

Dalam reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah

UUD 1945 karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai

Page 3: Makalah negara dan konstitusii

dari gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-

politik, bobroknya managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya

nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah

dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi karena

fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah

bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-

pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan

kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian

bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk

legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan

nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) telah

membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih

menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa

sebelumnya.

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh

diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan

terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya

penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan

kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara

dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan

dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini

menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang

otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga

negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu

agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat

menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.

Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan

adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk

mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan

siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan

itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses

Page 4: Makalah negara dan konstitusii

perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil

dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah

menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia

yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,

kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Negara?

2. Apa pengertian dan klasifikasi dari konstitusi?

3. Bagaimana hubungan antara Negara dan Konstitusi di Indonesia?

4. Apa contoh atau studi kasus dalam konstitusi di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Negara.

2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi dan bentuk konstitusi yang

ada di Indonesia.

3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.

4. Untuk mengetahui secara sekilas salah satu studi kasus dalam konstitusi di

Indonesia

D. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini

adalah sebagai berikut :

Bagi pembaca :

1. Pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang Negara

dan konstitusi.

2. Pembaca mampu memahami hubungan antara Negara dan konstitusi.

Bagi penyusun :

1. Penyusun dapat melatih kemampuan dan mengembangkan keterampilan

membaca yang efektif.

Page 5: Makalah negara dan konstitusii

2. Penyusun dapat meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara

jelas dan sistematis.

3. Penyusun dapat menambah dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Page 6: Makalah negara dan konstitusii

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya

baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh

pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu

wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua

individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent. Syarat primer

sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki

pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat

pengakuan dari negara lain.

Setiap Negara tentunya memiliki Dasar Negara, dimana Dasar Negara

ini menjadi fandemen yang kokoh dan kuat serta bersumbar dari pandangan

hidup atau falsafah(cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan

kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Negara itu sendiri).

B. Pengertian dan Klasifikasi dari Konstitusi

1. Pengertian Konstitusi

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja

yaitu “constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah

negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan)

dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda

menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang

menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah

Grondwet menjadi Undang-undang Dasar. Menurut Brian Thompson,

secara sederhana pertanya¬an: what is a constitution dapat dijawab bahwa

“…a consti¬tution is a document which contains the rules for the the

operation of an organization” Organisasi dimaksud bera¬gam bentuk dan

kompleksitas struktur¬nya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi,

Page 7: Makalah negara dan konstitusii

pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi

atau Undang-Undang Dasar.

Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting

biasanya dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas

dalam hukum kanon untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu

terutama dari Paus. Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu

sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu

organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi

harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis

(formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik

konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,

kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun

alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud

terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi

politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi

Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang

berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi

tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten

Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven

Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis”

(ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan

“Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua

negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada.

Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai

sendi-sendi pertama untuk menegakkan suatu bangunan besar yang disebut

negara. Sendi-sendi itu tentunya harus kokoh, kuat dan tidak mudah runtuh

agar bangunan negara tetap tegak berdiri. Ada dua macam konstitusi di

dunia, yaitu “Konstitusi Tertulis” (Written Constitution) dan “Konstitusi

Tidak Tertulis” (Unwritten Constitution), ini diartikan seperti halnya

“Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang trmuat dalam undang-undang

dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat

Page 8: Makalah negara dan konstitusii

kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee

menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis,

kecuali Inggris dan Kanada. Di beberapa negara ada dokumen tetapi tidak

disebut konstitusi walaupun sebenarnya materi muatannya tidak berbeda

dengan apa yang di negara lain disebut konstitusi. Ivor Jenning dalam

buku (The Law and The Constitution) menyatakan di negara-negara

dengan konstitusi tertulis ada dokumen tertentu yang menentukan:

a. Adanya wewenang dan tata cara bekerja lembaga kenegaraan

b. Adanya ketentuan berbagai hak asasi dari warga negara yang diakui

dan dilindungi

Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat

pendek. Konstitusi yang terpanjang adalah India dengan 394 pasal.

Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 pasal, Nicaragua 328 pasal,

Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan Columbia

218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda 210

pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37

pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45 pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55

pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal.

2. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara negara

satu dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan.

Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang

berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum

konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang

mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan

lain-lainnya.

Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975)

mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut:

a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and

unwritten constitution)

Page 9: Makalah negara dan konstitusii

b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid

constitution). Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang

memiliki ciri-ciri pokok:

1) Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah .

2) Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti

mengubah undang- undang.

c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi

(Supreme and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi,

konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara

(tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat

tinggi adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang

pertama.

d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary

Constitution).

Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang

bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian

kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara

bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan

seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada

dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat.

e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer

(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).

Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri

antara lain:

1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga

memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.

2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.

3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat

memerintahkan pemilihan umum.

Page 10: Makalah negara dan konstitusii

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat

didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam

suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedau¬latan rakyat, maka

sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham

kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi.

Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang

merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang

diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang

dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.

Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului

organ pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi.

Pengertian constituent power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum

(hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau

bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu

sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk

hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan

prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang

tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan

diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum

yang lebih tinggi tersebut.

Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi

Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President

Executive and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri,

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan

konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal

ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan

presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut

Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran.

Page 11: Makalah negara dan konstitusii

C. Hubungan Antara Negara Dan Konstitusi Di Indonesia

Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang merupakan

norma tertinggi. Sebagai dasar negara, Pancasila dapat disebut norma dasar,

norma pertama, norma fundamental negara, atau pokok kaidah negara yang

fundamental dan cita hukum yang menjadi sumber pembentukan konstitusi.

Konstitusi yang merupakan norma hukum di bawah dasar negara bersumber

dan berdasar pada dasar negara ini, meliputi hukum dasar tertulis, yaitu

undangundang dasar, serta hukum dasar tidak tertulis, yaitu konvensi.

Penjelasan atau penjabaran (perwujudan) dasar negara ke dalam aturan hukum

yang pertamatama dilakukan melalui konstitusi. Hubungan dasar negara

Pancasila dengan konstitusi UUD 1945 dapat dilihat pada Pembukaan UUD

1945 dan Batang Tubuh UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang

menunjukkan suasana kebatinan negara memuat asas kerohanian negara, asas

politik negara, asas tujuan negara, dan dasar hukum pada undangundang

dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut.

1. Pokok pikiran persatuan yang merupakan perwujudan dari sila ketiga

Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, memiliki pengertian bahwa Negara

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Jadi, negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan.

Dengan demikian, negara menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa

Indonesia.

2. Pokok pikiran keadilan sosial yang merupakan perwujudan dari sila kelima

Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki

pengertian bahwa negara bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat dalam rangka mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat,

adil, dan makmur dengan memajukan kesejahteraan umum.

3. Pokok pikiran kedaulatan rakyat yang merupakan perwujuan dari sila

keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, memiliki pengertian

Negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan

Page 12: Makalah negara dan konstitusii

permusyawaratan/ perwakilan. Oleh karena itu, negara memiliki sistem

pemerintahan demokrasi Pancasila.

4. Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang

adil dan beradab yang merupakan perwujudan dari sila pertama Pancasila,

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, serta sila kedua Pancasila, yaitu

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengandung pengertian negara

menjunjung tinggi semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk

memilihara budi pekerti yang luhur dan teguh dalam memegang cita-cita

moral rakyat yang luhur.

D. Contoh Atau Studi Kasus Dalam Konstitusi Di Indonesia : Pembukaan

UUD 1945 Tidak Diamandemen

Sejumlah ahli hukum tata negara memasukkan Pembukaan UUD 1945

dalam kategori staatsgrundnorm, yang tidak bisa diubah dan dimodifikasi,

seperti dijelaskan dalam teori hukum murni Hans Kelsen. Teori Kelsen

dianggap tidak realistis oleh Friedmann dalam Legal Theory (hlm 114).

Sayangnya, banyak juga yang lupa bahwa teori Kelsen ini telah dikembangkan

lebih lanjut oleh muridnya Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Dalam teori

Nawiasky, Pembukaan UUD 1945 dapat dimasukkan ke

staatsfundamentalnorm. Berbeda dengan Kelsen, Nawiasky berpendapat bahwa

norma dasar negara ini dapat berubah sewaktu-waktu karena sebuah peristiwa

politik yang luar biasa seperti kudeta, revolusi, dan sebagainya. Teori

Nawiasky sebenarnya sejalan dengan ide perubahan Pembukaan UUD 1945

mengingat empat tahun lalu telah terjadi peristiwa luar biasa di negara kita,

berhentinya Presiden Soeharto dan dimulainya era reformasi.

Pembukaan UUD 1945 tidak direvisi bukan untuk mensakralkan

pembukaan, namun lebih dipengaruhi oleh Yuridis Sosiologis dan landasan

Filosofi Historis. Faham kebangsaan telah menyelimuti suasana kebatinan dari

Founding Fathers dalam menyusun pembukaan UUD 1945. Faham ini

memandang manusia sebagai anggota dalam satu keluarga yang tetap

Page 13: Makalah negara dan konstitusii

menghormati dan melindungi perbedaan namun tetap rukun dalam satu

keluarga.

Satu hal yang perlu dipertimbangkan lebih jauh adalah pembukaan

sebuah UUD itu merefleksikan semangat zaman dan konteks sejarah, serta roh

norma bernegara yang akan diturunkan dalam batang tubuh atau pasal-pasal

UUD tersebut. Spirit kemerdekaan yang tercantum dalam Pembukaan UUD

1945 sangat cocok dengan suasana lahirnya UUD 1945. Namun, spirit atau roh

reformasi yang bergulir sejak empat tahun lalu belum terakomodasi dalam

Pembukaan UUD 1945.

Dalam Pembukaan tercantum nilai dasar Negara (Staatfundamental

norma) berupa pernyataan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa dan

hilangnya penindasan. Pembukaan telah menyatakan kemerdekaan Indonesia

hanya terjadi sekali. Dengan mempertahankan pembukaan maka kita wajib

mempertahankan falsafah kemerdekaan bangsa dan nilai-nilai dasar Negara

Indonesia.

Dalam Pembukaan juga terdapat Visi dan Misi Negara yaitu pada alinea

keempat dalam melindungi bangsa dan tumpah darah, mensejahterakan serta

mencerdaskan bangsa dan terlibat dalam perdamaian dunia. Dalam pembukaan

terdapat dasar dan filsafat Negara yaitu Pancasila, menempatkan Pancasila

sebagai dasar Negara secara tegas menolak theokrasi (Negara agama) dan

paham sekulerisme (pemisahan Negara dan agama)

Pembukaan UUD 1945 mengandung cita-cita hukum (rechsidee) karena

mengndung asas-asas hukum fundamental, norma-norma dasar yang berfungsi

sebagai hukum tertinggi yang menjadi acuan yuridis semua aturan perundangan

dibawahnya. Konsekuansinya , semua peraturan hukum yang bertentangan

dengan Pembukaan UUD 1945 harus dinyatakan batal demi hukum. Sebagai

sumber hukum tertinggi maka pembukaan harus mengarahkan pada formulasi

peraturan hukum yang mengandung kepastian hukum (legal certainty)

kemanfaatan (utility) dan keadilan bagi semua (justice for all).

Kedudukan Pembukaan sangat kuat sebagai perjanjian hukum dasar dan

tujuan Negara , cita hukum dan mengandung nilai universal untuk itu harus

Page 14: Makalah negara dan konstitusii

tetap dipertahankan. Dalam bahasa hukum, pembukaan memuat azas-azas

dasardan sendi-sendi pokok kehidupan bernegara. Sehingga merubah

Pembukaan UUD 1945 berarti merubah system kenegaraan.

Andai kata usulan amendemen Pembukaan UUD 1945 diterima, maka

isinya adalah penambahan alinea yang berisikan semangat reformasi

sebagaimana telah dicerminkan dalam sejumlah pasal tentang hak asasi

manusia, penguatan posisi parlemen, pembatasan masa jabatan presiden, dan

lainnya. Dengan demikian, akan ada korelasi yang kuat antara amendemen

UUD 1945 dan amendemen Pembukaan UUD 1945.

Pada dasarnya amandemen ditujukan pada perbaikan aspek struktur dan

prosedur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar aspek

tersebt konsisten dan mendukung pewujudan nilai-nilai. Oleh karena itu UUD

1945 sengaja tidak memuat aturan yang dapat menjadi landasan untuk

mengubah Pembukaan UUD 1945 dan tata cara perubahannya hanya pada

pasal-pasalnya saja.