Makalah Naqd Al Matan

download Makalah Naqd Al Matan

of 22

Transcript of Makalah Naqd Al Matan

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    1/22

    1

    Daftar Isi

    Daftar Isi .............................................................................................. 1

    Pendahuluan .............................................................................................. 2

    Biografi Imam Bukhari .............................................................................................. 4

    Kitab Shahih Bukhari .............................................................................................. 7

    Metodologi Kritik Hadits Imam Bukhari ...................................................................... 8

    Syarat Sanad Bukhari .............................................................................................. 8

    Syarat Matan Bukhari .............................................................................................. 15

    Kesimpulan .............................................................................................. 21

    Daftar Pustaka .............................................................................................. 22

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    2/22

    2

    A. Pendahuluan

    .

    Segala pui bagi Allah SWT yang telah menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai

    pegangan dan pedoman hidup bagi manusia, bagi siapa yang berpegang teguh kepada

    keduanya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, karena keduanya

    merupakan petunjuk yang bersumber dari Allah SWT.

    Sebagai umat islam yang InsyaAllah selalu berpegang teguh terhadap Al Quran dan

    As Sunnah kita seyogyanya telah mengetahui bahwa dalil setelah Al Quan adalah As sunnah

    Nabawiyah atau sering kita menyebutnya dengan hadits. Dengan demikian hadits sangatlah

    penting untuk umat islam. Untuk dapat dijadikan sebagai dalil kita harus menggunakan hadits

    yang benar, dan untuk mengetahui tentang kebenaran hadits haruslah kita mempelajari dan

    menelitinya dengan ilmu hadits.

    Dalam mempelajari ilmu hadits kita tidak terlepas dari istilah-istilah yang selalu

    melekat dengan hadits dan ilmunya. Kita sering mendengar hadits Shahih, hadits Hasan,

    hadits Dlaif dan lain sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang sudah ada semenjak zaman

    ulama terdahulu. Dari zaman ulama terdahulu hingga sekarang hadits yang dapat digunakan

    dan dijadikan sebagai patokan sebagai dalil adalah hadits yang memiliki kualitas shahih.

    Metode para ulama dalam menentukan dan mencari kualitas hadits pun bervariasi.

    Dewasa ini kita mengenal ada beberapa kitab yang berisi hadits-hadits Nabi. Para

    ulama sepakat bahwa kitab yang berisi hadits-hadits yang berkualitas shahih adalah kitab

    Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kemudian diikuti oleh kitab-kitab yang lainnya seperti

    Sunan Abu Daud, Sunan An Nasai, Sunan At Tirmidzi dan Sunan ibn Majahatau yang sering

    kita kenal dengan Kutub as Sittah.

    Dalam menentukan hadits shahih tidak terlepas dari dua aspek yang harus diteliti

    yaitu sanad dan matan hadits. Jika kedua aspek tersebut telah berhasil diteliti dan tuntas

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    3/22

    3

    dalam dalam penelitiannya maka dapatlah sebuah hadits ditentukan kualitasnya. Dari sini lah

    timbul berbagai kualitas hadits.

    Ulama terdahulu mempunyai syarat dan ketentuan dalam melakukan penelitian

    terhadap hadits. Mereka membuat aturan-aturan baku untuk menyeleksi hadits yang akan

    diteliti. Para ulama sepakat dengan syarat dan ketentuan yang digunakan untuk menyeleksi

    hadits yaitu tentang sanad (jalur periwayatan) yang terdiri dari perawi hadits dan juga sifat

    dari rawi tersebut, dan yang kedua adalah matan (materi hadits). Kendati ulama sepakat

    dengan aturan dan syarat ketentuan hadits shahih, namun sebagian dari mereka memiliki

    manhaj (metode) masing-masing dalam menentukan kriteria hadits.

    Mengapa ada pernyataan bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih

    setelah Al Quran?. Di makalah ini insyaallah akan dijelaskan bgaimana bisa kitab yang

    dikarang oleh Imam Bukhari menjadi kitab yang paling shahih setelah Al Quran dan metode

    apa yang digunakan oleh Imam Bukhari dalam mngarang kitab Shahihnya.

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    4/22

    4

    B. Biografi Imam Bukhari

    Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn

    Ibrahim Ibn al-mughirah ibn Bardizbah al-Jufi al-Bukhari lahir di Bukhara pada tahun 194

    H.1 Imam Bukhari terlakhir pada hari jumat setelah shalat Jumat pada bulan syawwal.2

    Kemudian Imam Bukhari wafat pada sabtu malam bertepatan dengan malam idul fitri setelah

    shalat Isya kemudian dikuburkan di desa daerah Samarqand pada hari raya idul fitri setelah

    shalat dzuhur tahun 256 H.3Imam Bukhari memiliki badan yang kurus dan postur yang tidak

    tinggi maupun pendek.

    Imam Bukahri lahir dalam keluarga yang berilmu, bapaknya adalah seorang ahli

    hadits namun tidak termasuk ulama yang banyak meriwayatkan hadits. Dalam kitab Syar

    Alam an-Nubala karya imam Ad-dzahabi, bahwasannya Imam Bukhari berkata : ayahku

    telah mendengar dari Malik bin Annas dan melihat Hammad bin Zaid dan pernah bersalaman

    dengan ibn al-Mubarak dengan kedua tangannya.4 Oleh karena itu maka keluarga Imam

    Bukhari adalah keluarga yang bermadzhab Maliki. Imam Bukhari ditinggal ayahnya

    semenjak kecil kemudian diasuh oleh ibunya dalam keadaan yang berkecukupan dari

    peninggalan harta ayahnya yang halal dan berkah. Ayahanda Imam bukhari pernah berkata

    ketika menjelang ajalnya : Aku tidak mengetahui satu dirhampun dari hartaku dari barng

    yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku bukan dari hal yang syubhat.5Dengan

    harta tersebut Imam Bukhari menggunakannya untuk menuntut ilmu dan sebagai bekal

    melakukan rihlahnya.

    Ketika menginjak usia yang ke 16 tahun, beliau pergi ke kota Mekkah beserta saudara

    dan ibunya untuk melaksanakan ibadah haji, kemudian beliau menetap di Mekkah beberapa

    saat untuk menuntut ilmu, sedangkan ibu dan saudaranya pulang kemabali ke Bukhara. Kisah

    perjalanan Imam Bukhari dalam menuntut ilmu sangatlah panjang. Diantara kota yang pernah

    dia kunjungi adalah Mekkah, Syam, Mesir, Bagdad, Jazirah (daerah sekitar Arab) dan

    1Muhammad Ibn Thahir al-Maqdisi, Syurutu al-Aimmatus sittah(Beirut Libanon: Dar al Kitab,1984), hlm. 10

    2Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),

    muqaddimah, hlm: 6403Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 94

    4Syams al Din Muhammad bin Ahmad ad-Dzahabi, Siyar Alam an-Nubala (Kairo: Daar al hadis, 2008) jld 10,

    hlm. 795Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),

    muqaddimah, hlm: 643

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    5/22

    5

    Bashrah. Disepanjang perjalanannya dia berguru kepada ulama ulama terkemuka dan diantara

    guru Imam Bukhari adalah :

    1. Abu Ashim An Nabil

    2.

    Makki bin Ibrahim

    3.

    Muhammad bin Isa bin Ath Thabba

    4. Ubaidullah bin Musa

    5. Muhammad bin Sallam Al Baikandi

    6.

    Ahmad bin Hambal

    7. Ishaq bin Mansyur

    8. Khallad bin Yahya bin Shafwan

    9.

    Ayyub bin Sulaiman bin Bilal

    10.Ahmad bin Isykab

    Dan masih banyak lagi yang belum disebutkan.

    Adapaun murid-murid Imam Bukhari sangatlah banyak, sehingga sulit untuk

    menyebutkannya satu persatu. Alfarabi pernah berkata bahwa murid-murid Imam Bukhari

    yang pernah secara langsung mendengar darinya berjumlah sembilan puluh ribu murid.6

    Diantara murid-murid Imam Bukhari yang terkenal adalah

    1. Imam Muslim

    2. Imam at Tirmidzi

    3. Imam an Nasai

    4. Imam Shalih bin Muhammad

    5.

    Imam an Naisaburi

    6. Imam Muhammad bin Nashr al Marwazi

    7.

    Imam Abu Bakr bin Abi Dawud

    8.

    Muhammad bin Abdul Aziz al Baghawi

    9. Abu Ishaq Ibrahim bin Maqil al Nasafi

    10.

    Abu Muhammad Hammad bin Syakir al Nasawi

    Masih banyak lagi murid Imam Bukhari yang belum disebutkan.

    6Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Libanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), tarjamatu imam Bukhari, hlm : 6

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    6/22

    6

    Ulama tinggi beserta muhadits yang fenomenal telah tersemat di sosok Imam Bukhari,

    maka bukanlah suatu yang aneh apabila banyak dari kalangan ulama memuji serta

    memberikan komentar tentang Imam Bukhari. Karena begitu hebatnya Imam Bukhari dalam

    berbagai maslah agama khususnya hadits suatu ketika beliau ditanya oleh gurunya yang

    bernama Muhammad bin Yahya Ad Dzahli dan imam An Nisabury bertanya kepada Imam

    Bukhari tentang Al Asma wa Al Kuna (Nama dan jalur keturunan) serta kecacatan hadits,

    kemudaian Imam Bukhari menjawabnya dengan cepat dan tepat layaknya anak panah yang

    dilepaskan atau seperti membaca : { {1 .7 Beberapa komentar dan pujian

    ulama dan terhadap Imam Bukahri:

    1. Shalih bin Muhammad bin Jazrah berkomentar bahwa aku tidak pernah melihat

    orang Khurasan yang lebih paham (pandai atau cerdas) dari Bukhari dan yang

    paling memahami hadits juga adalah Bukhari.

    2.

    Muhammad bin Basyar salah seorang guru Imam Bukhari dan Imam Muslim

    berkata bahwa di dunia ini ada emapat orang hafidz, mereka adalah Abu Zurah,

    Muslim bin Hajjaj, Abdurrahman Ad Darimi, dan Muhammad bin Ismail Al

    Bukhari dan tidak ada seseorang yang pernah datang ke Bashrah seperti halnya

    Bukhari.

    3.

    Abdullah bin Muhammad Al Musnadi berkata Bukhari adalah seorang imam,

    dan barang siapa tidak menjadikannya seorang imam, maka curigailah orang

    tersebut.

    4. Abdurrahman Ad Darimi berkomentar bahwa aku tidak pernah melihat ulama

    sekompleks Abu Abdillah Al Bukhari di Haramain (Mekah dan Madinah), Hijaz,

    Syam, dan Irak.

    5. Ahmad bin Hamdun pernah menyaksikan Imam Muslim datang kepada Imam

    Bukhari dan mencium diantara kedua matanya kemudian berkata izinkan saya

    mencium kedua kakimu wahai ustadz, wahai tuan hadits, wahai tabib yang

    mnyembuhkan hadits dari illatnya (kecacatannya).

    6. Muhammad bin Ishaq bin Khazimah pernah berkomentar mengenai Imam

    Bukhari bahwa tidak ada seoarangpun dibawah permukaan langit yang lebih

    paham tentang hadits Rasulillah saw dari Imam Bukhari.

    7Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 96

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    7/22

    7

    7. Ibrahim bin Muhammad bin Sallam berkata sesungguhnya ulama pemuka dan

    pembesar hadits seperti, Said bin Abi Maryam Al Mishri, Nuaim bin Hammad,

    Al Hamidi, Al Hajjaj bin Minhal, Ismail bin Abi Uwais, Al Arabi, Al Hasan Al

    Khillal, Muhammad bin Maimun sahabat Ibnu Uyainah, Muhammad bin Ala, Al

    Asyaj, Ibrahim bin Al Mundzir Al Khazami, dan Ibrahim bin Musa Al Khirai

    kesemuanya menghormati dan menjadikannya sebagai sumber rujukkan dalam

    pendapat dan pengetahuan.8

    Dan masih banyak lagi pujian-pujian serta komentar ula tentang kehebatan dan

    kredibilitas Imam Bukhari. Dari biografi Imam Bukhari dapat diketahui betapa hebatnya

    beliau, keilmuannya sudah tak diragukan lagi.

    Imam Bukhari berhasil mengarang beberapa kitab semasa hidupnya. Kitab

    karangannya tidak hanya terkonsentrasi pada satu tema saja, melainkan hampir mencakup

    seluruh tema dimulai dari hadits, ilmu hadits, aqidah, fiqh dan lain sebagainya. Diantara kitab

    karangan Imam Bukhari adalah Jami as Shahih, Adab al Mufrad, Bir al Walidain, Al Hibah,

    Al qiraah Khalfa al Imam, Rafu al Yadain fi as Shalah, Khalqu Afal al Abd, Taarikh al

    Kabir, Taarikh al Aushath, Taarikh as Shaghir, Jamiu al Kabir, Al Musnad al Kabir, At

    Tafsir al Kabir, Kitab al Asyribah, Kitab al Ilal, Kitab al Kina, Kitab al Fawaid, Kitab al

    Mabshuth.9

    C. Kitab Shahih al Bukhari

    Nama lengkapa dari kitab Shahih Bukhari adalahAl Jami Ash Shahih Al Musnad min

    Haditsi Rasulillah Shallallahu alaihi wassalam wa Sunanihi wa Ayyamihi.10 Kitab ini

    mendapatkan predikat dari para ulama sebagai kitab paling shahih setelah Al Quran11karena

    syarat dan ketentuan yang diterapkan oleh Imam Bukhari dalam penyeleksian hadits

    shahihnya. Dan Imam Bukhari tidak meriwayatkan hadits kecuali jika hadits tersebut adalah

    shahih.12 Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Imam buakhari dalam kitab shahihnya

    8Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 95-97

    9Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Lebanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), tarjamatu imam Bukhari, hlm :

    7-810

    Ibn Hajar al-asqalani, Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),

    muqaddimah, hlm. 1111

    Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 6112

    Ibn Hajar al-asqalani, Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),

    muqaddimah, hlm. 11

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    8/22

    8

    berjumlah 7275 hdits beserta pengulangan dan tanpa pengulangan berjumlah 4000 hadits.13

    Imam Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mnyelesaikan kitab Jami

    Shahihnya, sebelum menulis hadits dalam kitabnya beliau selalu mandi, shalat istkhrah dua

    rakaat.14Dan dalam kitab Fath al Bari juga diterangkan bahwasannya Imam Bukhari tidak

    mnulis hadits rasulillah shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau shallat istkharah dan

    shalat dua rakaat sehingga beliau yakin akan keshahihan hadits tersebut.15

    Tersematnya predikat ashohu al kitab bada Al Quran (kitab paling benar setelah Al

    Quran) tidak lain dan tidak bukan karena memang isi dari kitab tersebut mendekati

    sempurna. Hal tersebut dilihat dari hadits yang tercantum didalamnya yang memiliki sanad

    yang kebanyakan tersambung kepada Raulillah shallallahu alaihi wa sallam. Secara kuantitas

    tersambungnya sanad, maka Shahih Bukhari menjadi yang terdepan, sehingga kitab-kitab

    hadits yang lain masih berada dibawah Shahih Bukhari.

    Dilihat dari penyusunan kitab Shahih Bukhari memang tidak sesistimatis Shahih

    Muslim, dimana Imam muslim meletakkan hadits-hadits yang memiliki makna yang sama

    atau hampir sama dihimpun dalam dalam satu kitab yang sama msedkipun senadnya berbeda.

    Begitupula dengan matan yang sama sedangkan sanadnya berbeda maka Imam Muslim

    mengemukakan seluruh sanadnya tanpa mengulangi matannya. Sedangkan Imam Bukhari

    meletakkan hadits-hadits yang sama atau hampir sama ditempat yang berbeda, sehingga

    dibutuhkan kecermatan dalam membandingkan judul dan bab yang terdapat di Shahih

    Bukhari, sehingga kita dapat menghubungkan judul bab dengan matan hadits yang

    dikemukakan.

    D. Metodologi Kritik Hadits Imam Bukhari

    a)

    Syarat Sanad Bukhari

    Dalam disiplin ilmu hadits, kita sering mendengar hadits Shahih. Untuk menilai dan

    menentukan kualitas suatu hadits diperlukan pengamatan dan penelitian terhadap dua aspek

    yang menjadi dasar terhadap hadits yaitu Sanad (jalur periwayatan) dan Matan (Materi atau

    isi hadits).

    13Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 6114

    Muhammad Abd Al Aziz al Khawali, Tarikh Funun al Hadits al Nabawi (Damaskus: Dar al Ibn Katsir,

    1988), hlm. 7415

    Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari(Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),

    muqaddimah, hlm. 656

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    9/22

    9

    Dalam kitab Tadrib al Rawi disebutkan bahwa hadits shaih adalah

    yaitu adalah hadits yang bersambung sanadnya

    dengan rawi yang adl dan dlabith serta tanpa adanya syadz dan juga illat.16Kebanyakan

    ulama sependapat dengan istilah diatas, namun setiap ulama hadits memiliki kriteria

    tersendiri dalam menentukan hadits shahih sehingga hadits shahih menurut para ulama

    memiliki pengertian yang berbeda.

    Imam Bukhari sangat ketat dalam menyeleksi hadits, telah diketahui bahwa Imam

    Bukhari dalam menentukan bersambung atau tidaknya suatu sanad dilihat dimana seorang

    rawi harus bertemu langsung (la budda min tsubut al liqa) dengan perawinya walaupun

    hanya sekali. Adapun bukti dengan kesezamanan atau al Muasarah saja tidaklah cukup

    menurut versi Imam bukhari. Berbeda halnya dengan yang disyaratkan oleh Imam Muslim

    dalam menentukan bersambungnya sanad atau tidak. Bagi Imam Muslim bukti kesezamanan

    saja sudah cukup. Dengan kata lain apabila ada seorang rawi yang bukan mudallis

    meriwayatkan hadits dari rawi lainnya dengan menggunakan bentuk (sighat) sama seperti

    menggunakan kata

    dan yang lainnya, baik Imam Muslim ataupun

    Imam Bukhari menerima hadits Tersebut. Akan tetapi dalam kasus yang terdapat pada

    seorang perawi bukan mudallis kemudian meriwayatkan sebuah hadits dari seorang perawi

    dengan menggunakan kata-kata yang mengimplikasikan baik periwayatan langsung (sama)

    ataupun tidak langsung seperti dan sebagainya maka Imam Bukhari dan Imam

    muslim memiliki pendapat yang berbeda.17 Pada hal ini Imam Muslim berpendapat bahwa

    hadits muanan adalah muttashil (bersambung) sanadnya apabila rawi dan kedua rawi

    tersebut muasaroh (hidup pada zaman yang sama), meskipun kedua rawi tersebut belum

    bertemu, akan tetapi Imam Bukhari tidak sependapat dengan Imam Muslim.18

    Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa kitab Shahih Muslim lebih shahih

    dibandingkan dengan kitab Shahih Bukhari, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Shalah

    16Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 4017

    H Komaruddin Amin,Metode Kritik Hadits (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009), hlm. 1918

    Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 64-65

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    10/22

    10

    tidak ada kitab dibawah kolong langit yang melebihi keshahihan Shahih Muslim. 19Namun

    kitab Shahih Muslim memiliki kelebihan dibandingkan dengan kitab Shahih Bukhari dalam

    hal penyusunan bab di dalamnya.

    Dalam buku karangan H. Ali Mustafa Yaqub MA yang berjudul Imam Bukhari dan

    Metodologi Kritik dalam ilmu Hadits20 disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang

    menyebabkan kitab Shahih Bukhari lebih baik dibandingkan kitab Shahih Muslim,

    1.

    Komentar para ulama tentang kitab Shahih Bukhari, seperti Al Hakim Abu Ahmad an

    Naisaburi mengatakan semoga Allah merohmati Muhammad bin Ismail, karena ia

    telah menulis atau membukukan hadits-hadits yang menjadi sumber hukum Islam dan

    menerangkannya kepada manusia. Orang-orang yang membukukan hadits setelahnya

    seperti Muslim bin Hajjaj sebenarnya hanya mengambil dari kitab Shahih imam

    Bukhari. Dan masih banyak lagi ulama yang mengatakan bahwa kitab shahih Bukhari

    adalah ashahu al kitab bada Al Quran.

    2. Kemudian karena berbedanya metode yang diterapkan oleh Imam Bukhari dan imam

    muslim dalam mengambil dan menyeleksi hadits. Beberapa perbedaan antara Imam

    Bukhari dan imam Muslim adalah sebagai berikut :

    a) Dalam Shahih Bukhari rawi-rawi yang ditulis dalam kitabnya berjumlah 435

    (dengan tanpan bersamaan dengan Imam Muslim), dan dari jumlah tersebut yang

    mendapat kritikan berjumlah 80 orang.

    b) Rawi-rawi yang ditulis oleh Imam Muslim (Tanpa bersamaan dengan Imam

    Bukhari) berjumlah 620 orang, dan dari jumlah tersebut terdapat 160 orang yang

    mendapat kritikan.

    Maka logikanya, kitab yang sedikit mendapat kritikan lebih baik daripada yang

    mendapat kritikan lebih banyak, meskipun dengan catatan bahwa adanya kritikan

    itu tidak mengurangi nilai otentisitas kitab Bukhari.

    c) Hadits yang ditulis oleh Imam Bukhari dari 80 orang yang dikritik itu jumlahnya

    tidak banyak. Diantara mereka tidak ada yang mempunyai naskah kitab hadits

    yang cukup besar yang semua itu sebagian besar haditsnya ditulis oleh Imam

    Bukhari- kecuali dari Ikrimah saja yang menerima hadits dari Ibnu Abbas.

    19Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 6520

    H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 18-22

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    11/22

    11

    d) Jumlah hadits yang ditulis oleh Imam Muslim dari 160 orang yang mendapat

    kritikan diatas banyak sekali. Hal tersebut membuat Shahih Muslim berada satu

    tingkat dibawah Shahih Bukhari.

    e) 80 orang yang dikritik dalam Shahih Bukhari itu kebanyakan adalah guru Imam

    Bukhari sendiri dimana beliau pernah bertemu, mendampingi dan mengetahui

    keadaan mereka, serta mengetahui dengan teliti hadits-hadits mereka, mana yang

    baik dan mana yang tidak.

    f) 160 orang yang dikritik dalam Shahih Muslimitu kebanyakan adalah orang-orang

    tabiin dan tabi at tabiin yang tidak pernah bertemu dengan Imam Muslim.

    Sehingga Imam Muslim juga tidak mengetahui keadaan mereka secara langsung.

    Dari ketidaktahuan Imam Mislim terhadap mereka secara langsung, maka hal

    tersebut lagi-lagi menjadikan kitab Shahih Bukhari berada satu tingkat diatas

    Shahih Muslim.

    g) Hadits-hadits yang berasal dari generasi kedua (tabaqah tsaniyah) diseleksi

    terlebih dahulu oleh Imam Bukhari.

    h) Hadits-hadits yang berasal dari generasi kedua ditulis apa adanya oleh Imam

    Muslim. Lagi-lagi hal tersebut membuat Shahih Muslim masih berada dibawah

    Shahih Bukhari lantaran tidak adanya penyeleksian hadits pada tabaqah tsaniyah.

    i)

    Dalam hal bersambungnya sanad, Imam Bukhari mensyaratkan bahwa sanad

    dapat dikatakan bersambung apabila murid dengan guru atau rawi kedua dengan

    rawi pertama benar-benar pernah bertemu meskipun hanya sekali saja.

    j) Menurut Imam Muslim, sanad sudah dapat dikatakan bersambung apabilla ada

    lkemungkinan bertemu (imkanu al liqa) bagi kedua rawi tersebut, dimana

    keduany hidup dalam satu kurun waktu, dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh

    menurut ukuran saat itu, meskipun keduanya belum pernah bertemu sama sekali.

    Dari hal tersebut sangatlah mencolok perbedaan kritera antara Imam Bukhari dan

    Imam Muslim, dimana Imam Bukhari sangat ketat dalam memberikan syarat

    besambungnya sanad dan Imam Muslim lebih longgar dalam hal tersebut. Maka

    hal tersebut membuat Shahih Bukhari lebih valid ketimbang Shahih Muslim.

    k) Tentang kritik terhadap materi hadits (matan hadits) karena adanya illah (cacat).

    Dalam Shahih Bukhari materi hadits yang mendapat kritikan dalam hal ini

    berjumlah 80 buah hadits.

    l)

    Dalam Shahih Imam Muslim juga tidak luput dari kritikan terhadap matan hadits,

    dimana terdapat sekitar 130 buah hadits yang mendapat kritikan bahwa matan

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    12/22

    12

    hadits tersebut mengandung illah. Tentu saja yang kritikannya lebih sedikit itu

    lebih baik dari pada uang mendapat banyak kritikan.21

    Telah kita ketahui bahwa dikatan hadits tersebut shahih apabila memenuhi beberapa

    persyaratan diantaranya adalah bersambungnya sanad haditsnya. Dalam teori ilmu hadits,

    terdapat metode penyampaian dan penerimaan hadits. Dalam kitab Muqaddimah Ibn Shalah

    disebutkan ada delapan metode penyampaian dan penerimaan hadits

    1.

    As Sama min Lafdzi Syaikh mendengarkan langsung dari ucapan syeikh baik itu

    dengan menggunakan metode mendikte ataupun pengajaran biasa. Dan metode ini

    dianggap paling benar dan tinggi menurut para ulama.

    2. Al Qiraah ala Syeikh seorang murid membacakan apa yang ada di kitabnya atau

    dihafalannya. Secara umum para ulama sepakat bahwa metode ini cukup shahih dan

    kuat kualitasnya karena mengindikasikan bertemunya antara rawi dan guru.

    3. Al Ijazah guru memberikan ijazah kepada muridnya untuk mengajarkan kitab

    haditsnya. Metode semacam ini diterima secara umum.

    4.

    Al Munawalah metode ini sesungguhnya hampir sama dengan ijazah, bahkan metode

    ini adalah yang terkuat dalam hal ijazah. Para ulama hadits menilai metode ini cukup

    kuat karena berindikasi bertemunya rawi dengan gurunya

    5.

    Al Mukatabah guru menuliskan haditsnya terhadap murid-muridnya baik yang hadir

    atau yang tidak. Dilihat dari pengertian diatas maka metode masih diterima karena

    masih ada kemungkinan bertemunya murid dengan gurunya.

    6.

    Ilamu Ar Rawi li at Thalib seorang guru memberi tahu kepada murid -muridnya

    bahwa dia pernah mendengar hadits dari orang lain atau gurunya. Metode ini juga

    masih diterima karena adanya imkanu liqa.

    7. Al Wasyiah seorang guru berwasiat agar kitabnya diberikan kepada muridnya.

    Metode yang demikian berindikasi tidak bertemunya guru dengan murid, maka

    metode ini kurang diterima.

    8. Al Wijadah seorang murid atau rawi menemukan kitab hadits milik seseorang yang

    belum pernah diriwayatkan hadits darinya. Dan ini adalah metode yang tidak dapat

    21H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 18-22

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    13/22

    13

    diterima, karena tidak bertemunya murid dengan guru sehingga menyebabkan tidak

    bersambungnya sanad.22

    Dari kedelapan metode diatas, dapat diketahui bahwa hanya ada tiga metode yang

    dapat diterima secara mutlaq yaitu As Sama min Lafdzi Syaikh, Al Qiraah ala Syeikh, dan

    Al Munawalah. Diterimanya ketiga metode tersebut karena rawi dan rawi lainnya bertemu

    secara langsung dan menjadikan sanadnya bersambung.

    Imam bukhari punya pendapat berbeda mengenai syarat bersambungnya sanad. Beliau

    berpendapat bahwa sanad dikatakan bersambung apabila antara kedua rawi benar-benar telah

    bertemu walaupun hanya sekali. Jadi apabila hanya kemungkinan untuk bertemu maka

    menurut Imam Bukhari dinilai tidak bersambung sanadnya. Hal inilah yang membuat kitab

    Shahih Bukhari menjadi kitab yang berada dibawah Al Quran.23

    Walaupun sanad yang terdapat dalam kitab Shahih bukhari memiliki kualitas ittishalu

    as Sanad (sanadnya bersambung) namun ada ulama yang mengkritisi sanad beliau dan

    berpendapat bahwa sanadnya tidak bersambung. Al Daruqutni berkata : Imam bukhari dan

    Imam Muslim menulis hadits dalam kitab Al Thib dalam bab Ruqyatu al Ain:

    ( :

    . )

    24

    Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid telah menceritakan kepada

    kami Muhammad bin Wahb bin 'Athiyah Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada

    kami Muhammad bin Harb telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid

    22Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),

    hlm. 73-10123

    H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 2624

    Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Lebanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), hlm : 1067

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    14/22

    14

    Az Zubaidi telah mengabarkan kepada kami Az Zuhri dari 'Urwah bin Zubair dari

    Zainab puteri Ummu Salamah dari Ummu Salamah radliallahu 'anha bahwa Nabi

    shallallahu 'alaihi wasallam melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau melihat

    bekas hitam pada wajah budak wanita itu, beliau bersabda: "Ruqyahlah dia, karena

    padanya terdapat nadlrah (sisa sakit yang disebabkan karena sorotan mata jahat)."

    Hadits ini diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi, dan berkata

    Uqail dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Urwah dari Nabi shallallahu 'alaihi

    wasallam.

    Kemudian kata Daruqutni bahwa hadits tersebut oleh Uqail diriwayatkan dari al Zuhri, dari

    Urwah secara mursal. Begitu juga Yahya bin Said meriwayatkannya dari sulaiman bin

    Yasar, dari Urwah secara mursal.25

    Hadits tersebut dlaif karena sanadnya terputus dimana

    Uqail tidak menyebut Zainab dan Ummi Salamah, melainkan langsung menyebut Nabi.

    Adapun yang dimaksud dengan hadits mursal adalah hadits yang pada sanadnya terputus

    pada sebelum tabiin yaitu shahabah satu orang atau lebih26, hal tersebut terjadi pada rantai

    sanad hadits yang diriwayatkan oleh Uqail.

    Jika kita teliti kembali bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari memiliki

    jalur yang berbeda dengan jalur yang dimiliki Uqail. Kita ketahui Sanad Imam Bukhari terdiri

    dari Muhammad bin Khalid - Muhammad binWahb - Muhammad bin Harb - Az zubaidi - Az

    Zuhri - Urwah - Zainab binti Abi Salamah - Ummu Salamah - Nabi. Dan sedangkan riwayat

    lain adalah Ibn Wahb - Ibn Lahiah Uqail - Az Zuhri - Urwah Nabi. Dari sini Urwah

    menggugurkan dua orang rawi yaitu Zainab binti Abi Salamah dan Ummu Salamah. Adapun

    jalur lain yaitu Abu Muawiyah Yahy bin YazidSulaiman bin YassarUrwahUmmu

    Salamah Nabi. Pada riwayat ini yang digugurkan hanya Zainab binti abi Salamah. Dan

    riwayat tersebut ditulis oleh Imam al Bazzar.27

    Dari perbandingan riwayat-riwayat diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya riwayat

    hadits yang mursal (putus sanadnya menjelang Nabi) terdapat dalam riwayat lain. Dan

    riwayat inilah yang sebenarnya dlaif. Sedangkan riwayat yang terdapat dalam Shahih

    25H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 28-2926

    Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),

    hlm. 13927

    H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 29-30

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    15/22

    15

    Bukhari karena sanadnya bersambung maka haditsnya dinilai shahih. Sedang

    dicantumkannya sanad Uqail Az Zuhri Urwah Nabi atau yang semisal dengan itu

    dalam Shaih Bukhari, hal tersebut dimaksudkan sebagai pembuktian (istisyhad) bahwa hadits

    yang diriwayatkan itu diriwayatkan pula oleh penulis hadits lain dengan sanad yang lain pula.

    Periwayatan semacam ini dalam ilmu hadits dikenal sebagai hadits syahid atau hadits

    mutabi.28

    Keshahihan kitab Shahih Bukhari juga didukung dengan rjalul haditsnya. Dalam

    kriteria keshahihan hadits kedlabitan dan ketsiqahan rawi sangat berpengaruh. Seorang rawi

    dapat juga ditolak periwayatan haditsnya jika dia bermasalah dengan kedlabitan dan

    ketsiqahannya. Ada lima permasalahan asbab al Jarh yang berkutat pada diri rawi yaitu

    ghalt (rawi sering keliru dalam meriwayatkan hadits), Jahalah al Hal (rawi yang tidak

    dikenal identitasnya), mukhalafah (hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi berlawanan

    maksudnya dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang lebih dapat

    dipercaya dari rawi yang pertama), Bidah (rawi yang melakukan perbuatan dan atu

    mempunyai keyakinan yang dapat menyebabkan dirinya kafir), dan dawa al anqita fi al

    sanad (rawi dituduh menyebutkan menyebutkan sanad yang tidak bersambung). Kelima

    masalah tersebut tidak terdapat pada pribadi rawi yang terdapat dalam Shahih al Bukhari.29

    b). Syarat Matan Bukhari

    Dalam menentukan keshahihan hadits memang tidak terlepas dari dua aspek yaitu

    sanad dan matan hadits. Ulama hadits pada tempo dahulu lebih menitik beratkan terhadap

    kritik sanad, sedangkan kritik matan masih belum mandapat perhatian seperti halnya sanad.

    Sebenarnya kritik matan sudah ada sejak zaman Nabi. Pada zaman tersebut praktik kritik

    matan sangatlah mudah karena Nabi pada masa itu masih hidup, jadi apabila terdapat redaksi

    hadits yang disangka aneh maka para sahabat dapat dengan mudah melakukan kroscek ke

    sumber aslinya yaitu Rasulullah Shallah alaihi wa sallam.

    Dengan berjalannya waktu, penyebaran hadits telah tersebar luas dikalangan setelah

    zaman Nabi. Pada zaman tersebut mayoritas ulama hadits meneliti sanad hadits daripada

    matan hadits. Namun bukan berarti ulama hadits tidak sama sekali memperhatikan aspek

    28H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 3029

    H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 31

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    16/22

    16

    matan sama sekali, mereka tetap menggunakan metode seperti pada zman Nabi yaitu dengan

    melakukan perbandingan riwayat dengan hadits yang memiliki mana atau redaksi yang

    serupa. Para ulama terdahulu hanya menetapkan kaidah umum tentang kriteria matan yang

    dinilai shahih yaitu terbebas dari Syadz (janggal) dan illah (cacat) dan tidak membuat

    kaidah-kaidah minornya.

    Dalam pandangan al Khatib al Baghdadi, suatu matan hadits dinyatkan berkualitas

    shahih apabila mengandung beberapa unsur atau terhindar dari enam hal yaitu :

    1. Hadits tersebut tidak bertentangan dengan akal sehat.

    2. Tidak bertentangan dengan hukum Al Quran yang telah muhkam atau qathi al

    Dalalah.

    3. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir.

    4.

    Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi konsensus ulama salaf.

    5. Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti.

    6. Tidak bertentangan dengan hadits ahad lain yang kualitasnya lebih kuat.30

    Memang tidaklah mudah untuk mengetahui syarat matan dari ulama terdahulu, seperti Imam

    Bukhari dalam kriteria matan masih sama dengan ulama lainnya yaitu apabila didalam matan

    hadits terbebas dari Syadz dan Illah maka hadits tersebut dapat dikatakan shahih.

    Dalam kitab Muqaddimah Ibn Shalah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan syadz

    adalah hadits yang diriwayatkan dari rawi yang tsiqah akan tetapi bertentangan dengan

    hadits yang diriwayatkan oleh kebanyakan orang yang lebih tsiqah .31 Hadits syadz

    sebenarnya bisa terjadi di sanad hadits ataupun matan hadits. Suatu matan hadits dinyatakan

    syadz apabila redaksi yang terkandung didalamnya memiliki perbedaan makna dengan matan

    hadits yang diriwayatkan oleh perawi lain. Contoh dari hadits syadz dalam matan adalah

    hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi dari hadits abd al Wahid bin Ziyad

    dari Amasy dari Abi Shalih dari Abi Hurairah r.a secara marfu (sampai ke Nabi)

    --

    30

    Al Khatib al Baghdadi, al Kifayah fi al ilmi al Riwayah (Madinah al Munawaroh: Maktabah al Ilmiyah),

    hlm.31

    Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),

    hlm. 44

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    17/22

    17

    .

    .

    . .

    32

    Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Abu Kamil serta 'Ubaidullah bin Umar bin

    Maisarah mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid telah menceritakan

    kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah

    shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian selesai mengerjakan

    shalat (sunnah) dua raka'at sebelum subuh, hendaknya ia berbaring ke sebelah kanan." Maka

    Marwan bin Hakam berkata kepadanya; "Apakah seseorang dari kami cukup waktu berjalan

    ke masjid kok sehingga dia berbaring ke sebelah kanan segala?" 'Ubaidullah berkata dalam

    haditsnya. Abu Hurairah menjawab; "Tidak." Lalu hal itu di sampaikan kepada Ibnu Umar,

    maka Ibnu Umar berkata; "Abu Hurairah berlaku berlebih-lebihan atas dirinya sendiri." Lalu

    di katakan kepada Ibnu Umar; "Apakah anda tidak membenarkan sebagian yang di

    katakannya?" dia menjawab; "Tidak, namun Abu Hurairah berani (karena banyak riwayat),

    sedangkan kami amat hati-hati (karena sedikit periwayatan hadits)." Katanya; "Lalu hal itu

    sampai kepada Abu Hurairah, kemudian dia berkata; "Apa salahku, jika aku pernah

    menghafalnya (hadits) sedangkan ia lupa?."

    Menurut Baihaqi Abdul Wahid menyelisihi kebanyakan dari perawi lain dalam hadits ini

    padahal kebanyakan dari rawi meriwayatkan hadits ini berdasarkan perbuatan Nabi bukan

    dari ucapannya. Maka Abd al Wahid menyendiri dengan lafadz tersebut dari para perawi

    yang terpercaya dari shahabah al Amasy. Maka hadits yang diriwayatkan dari jalur Abdu

    al Wahid adalah hadits syadz. Sedangkan ghadits yang diriwayatkan dari perawi terpercaya

    yang lain dinamakan hadits Mahfudz.33

    Syarat kedua adalah terlepasnya dari illah (kecacatan). Menurut Ibn Shalah illah

    pada hadits adalah sebab yang tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadits. Keberadaan

    illah menyebabkan hadits yang pada lahirnya tampak berkualitas Shahih menjadi tidak

    32Abu Dawud al Sijistani, Sunan abi Dawud (Lebanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2007), hlm 207

    33Mahmud Thahan,Musthalahu al Hadits (Beirut Mesir: Dar al Fikr), hlm. 97

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    18/22

    18

    shahih. illah disini bukan disebabkan adanya perawi pada sanad yang kurang adil atau dhabit

    secara nyata karena kecacatan semacam itu mudah untuk diketahui oleh peneliti hadits, tetapi

    kecacatan yang dimaksud adalah illah yang tersembunyi dibalik keshahihan hadits dengan

    perkataan lain, hadits yang berillah adalah hadits tampaknya shahih baik sanad atau matan,

    tetapi setelah diteliti secara mendalam dan dilakukan perbandingan dengan hadits yang lain

    yang semakna, ternyata ditemukan kecacatan.34 Abu Hatim ar Razy dalam kitabnya yang

    berjudul Ilal al Hadits menyebutkan contoh hadits yang terdapat illah pada matannya

    .

    :

    :

    .

    Hadits Ibrahim bin Tuhmah, yang berasal dari Hisyam bin Hisan, dan Muhammad bin Sirrin

    dari Abu Hurairah dan yang bersanad Suhail bin Abi Shalih dari bapaknya dari Abu

    Hurairah. Abu Hatim ar Razy berkata: kalimat

    adalah perkataan Ibrahim bin Tuhmah. Karena ia menyambung perkataan

    pada akhir matan hadits, sehingga orang yang menerima hadits tersebut tidak dapat

    mengetahui illahnya.35 Perkataan seorang rawi yang disisipkan dalam suatu matan hadits

    disebut mudraj. Sebagian ketentuan mudraj adalah apabila seorang rawi yang menyisipkan itu

    menjelaskan bahwa sisipan itu untuk menjelaskan matan hadits, maka yang demikian itu

    bukan merupakan illat yang dapat mencacatkan hadits. Akan tetapi apabila seorang rawi

    mengatakan bahwa kata-kata yang diriwayatkan itu adalh matan hadits, maka mudraj tersebut

    mnyebabkan cacatnya hadits.

    34Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),

    hlm. 5235

    Abdurrahman bin abi Hatim Abu Muhammad ar Razy, Ilal al Hadits(al mktabah as Syamilah), jld 1, hlm 65

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    19/22

    19

    Jika para ulama terdahulu lebih menitik beratkan perhatian mereka terhadap seanad

    sehingga muncullah kritikus-kritikus sanad seperti Ad Daruqutni yang mengkritik sanad dalm

    Shahih Bukhari, maka para ilmuan kontemporer lebih menaruh perhatian terhadap matan

    (materi hadits). Tersebutlah beberapa nama yang mengkritik matan yang berada dalam

    Shahih Bukhari seperti : Ignaz Goldziher, A.J, Wensinck, Robson, Maurice Bucaile, dan lain-

    lain.36

    Salah satu contohnya adalah hadits yang dikritik oleh Goldziher adalah hadits yang

    berasal dari al Zuhri, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak

    diperintahkan pergi kecuali menuju tiga masjid, al Masjid al Haram (di Mekkah), masjid al

    Rasul (di Madinah), dan masjid al Aqsha (di al Quds Palestina).

    Hadits tersebut dikritik habis-habisan oleh Goldziher dari segi politik, sehingga ia

    berkesimpulan bahwa hadits tersebut palsu. Menurutnya Abd al Malikbin Marwan (di

    Damaskus) merasa khawatir kalau-kalau Abdullah bin Zubair (di Mekkah) mengambil

    kesempatan dengan menyuruh orang-orang Syam yang pergi haji ke Mekkah untuk

    melakukan baiat kepadanya. Karenaya Abd al Malik berusaha agar orang-orang Syam tidak

    perlu pergi haji ke Mekkah, melainkan cukup ke Qubbah al Shakhra di al Quds (Palestina).

    Untuk mewujudkan usaha yang bersifat politis ini Abd al Malik menugaskan al Zuhri untuk

    membuat hadits yang sanadnya bersambung kepada Nabi, dimana intinya umat islam tidak

    diperintahkan pergi kecuali menuju tiga masjid, yaitu masjid al Mekkah, Madinah, dan Quds.

    Prof. Azami Menyanggah kebenaran teori Goldziher ini. Menurutnya, tidak ada bukti-

    bukti sejarah yang dapat menunjang kebanaran teori Goldziher itu, bahkan justru sebaliknya.

    Para ahli tarikh berbeda pendapat tentang tahun kelahiran al Zuhri antara 50-58 H. al Zuhri

    belum pernah bertemu dengan Abd al Malik sebelum tahun 81H. di Paestina, dimana

    terdapat masjid al Aqsha, pada 67H. berada diluar kekuasaan Abd al Malik. Dan pada tahun

    68H. orang-orang Bani Umayyah berada di Mekkah dalam musim haji. Disini Azami

    berkesimpulan bahwa Abd al Malik baru berfikir untuk membangun Qubbah al Shakhra

    yang konon menjadi penggati Kabah sesuadah tahun 68 H. Apabila demikian halnya, maka

    al Zuhri pada saat itu baru berumur antara 10-18 tahun. Karenanya tidak logis seorang anak

    berumur belasan tahun sudah populer sebagai orang alim diluar daerahnya sendiri, dimana ia

    mampu mengalihkan ibadah haji dari Mekkah ke Palestina. Lagi pula pada saat itu di Syam

    36H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 34

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    20/22

    20

    terdapat banyak Shahabat dan tabiin, sehingga tidak mungkin mereka diam saja melihat

    kejadian itu.

    Kenyataan yang membantah pernyataan Goldziher ini adalah teks hadits itu sendiri

    sebagaimana terdapat dalam Shaih Bukhari. Disitu tidak ada satu petunjuk pun yang

    mengisyaratkan bahwa ibadah haji itu dapat dilakukan di al Quds. Yang ada hanyalah

    keistimewaan yang diberikan kepada masjid al Aqsha. Dan ini wajar saja karena masjid

    tersebut pernah menjadi kiblat pertama umat islam. Goldziher tampaknya hanya menuduh al

    Zuhri sebagai pemalsu hadits itu. Padahal hadits itu diriwayatkan pula oleh 18 rawi yang lain

    (selain al Zuhri). Namun mereka beruntung tidak dituduh sebagai pemalsu hadits oleh

    Goldziher.37

    Telah terbukti bahwa kitab Shahih Bukhari mendapatkan kritik dari ulama terdahulu

    ataupun peneliti kontemporer, dan hal tersebut menjadi ujian tersendiri terhadap keotentikan

    kitab Shahih Bukhari. Para ulama pun tidak tinggal diam meliahat hal tersebut, sehingga

    mereka pun membuktikan secara ilmiah bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang pling

    Shahih setelah Al Quran.

    37H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,

    1996), hlm 34-36

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    21/22

    21

    E. Kesimpulan

    Iamam Bukhari adalah salah satu ulama besar dalam ilmu hadits yang menjadi

    pedoman penulisannya dalam pengumpulan hadits. Beliau berhasil menulis kitab hadits yang

    sangat terkenal yaitu kitab Shahih Bukhari. Para ulama sepakat bahwa kitab tersebut adalah

    kitab hadits yang paling Shahih, bahkan menempati kitab tershahih setelah al Quran.

    Penulisan Shaih Bukhari sendiri menghabiskan waktu selama 16 tahun. Didalam kitab

    tersebut, Imam Bukhari tidak mencantumkan satu haditspun melainkan jika hadits tersebut

    shahih baik dari segi sanadnya atau matannya. Sedangkan yang dimaksud dengan hadits

    shahih menurut para ulama adalah hadits yang bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh

    perawi yang adil serta dhabit hafalannya dan terbebas dari syadz dan illah.

    Metode Imam Bukhari dalam menentukan kriteria shahih pun hampir sama dengan

    ulama lainnya namun beliau memiliki pandangan berbeda dengan ulama lainnya terutama

    dalam bidang bersambungnya sanad hadits. Beliau beranggapan bahwa suatu sanad tidak

    dikatan bersambung jikalau perawi tidak bertemu secara langsung, bahkan beliau juga tidak

    menganggap sanad itu bersambung hanya dengan menggunakan kemungkinan bertemunya

    rawi. Jadi harus adanya bukti yang konkret yang membuktikan bahwa perawi bertemu secara

    langsung. Dari kriteria dan persyaratan inilah mengapa kitab Shahih Bukhari menjadi kitabyang paling Shahih diantara kitab-kitab yang lain.

    Adapun syarat Imam Bukhari dalam menentuakan shahihnya suatu matan tidak jauh

    berbeda dengan ulama hadits lainnya. Beliau mensyaratkan shahihnya matan apabila terbebas

    dari dua hal yaitu Syadz (janggal) dan illah (cacat). Dan dalam kitab shahihnya jarang sekali

    ditemukan hadits yang memiliki unsur syadz atau illah baik di matannya ataudi sanadnya.

  • 7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan

    22/22

    Daftar Pustaka

    Thahir al-Maqdisi, Muhammad Ibn Thahir, Syurutu al-Aimmatus sittah,Beirut

    Libanon: Dar al Kitab,1984

    Ibn Hajar al-asqalani, Ibn Hajar,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari, KairoMesir: Daaru al-Hadith,2004, muqaddimah

    an-Nawawi, Muhyiddin ibn Syarif, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1

    ad-Dzahabi, Syams al Din Muhammad bin Ahmad, Siyar Alam an-Nubala, Kairo:

    Daar al hadis, 2008, jld 10

    Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Libanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009

    tarjamatu imam Bukhari

    al Suyuthi, Jalal al Din, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi, Lebanon: Dar alKutub Al Ilmiyah, 2009

    al Khawali, Muhammad Abd Al Aziz, Tarikh Funun al Hadits al Nabawi,

    Damaskus: Dar al Ibn Katsir, 1988

    Amin, H Komaruddin, Metode Kritik Hadits, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009

    Yaqub, H. Ali Mustafa, Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits,

    Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

    Asyahrzhuri, Abu amr Utsman bin Abdirrahman, Muqaddimah Ibn Shalah, Al

    Maktabatu al Farabi, 1984

    al Baghdadi, Al Khatib, al Kifayah fi al ilmi al Riwayah, Madinah al Munawaroh:

    Maktabah al Ilmiyah

    al Sijistani, Abu Dawud, Sunan abi Dawud, Lebanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2007

    Thahan, Mahmud,Musthalahu al Hadits, Beirut Mesir: Dar al Fikr

    ar Razy, Abdurrahman bin abi Hatim Abu Muhammad, Ilal al Hadits, al mktabah as

    Syamilah, jld 1