Makalah Naqd Al Matan
-
Upload
nur-alfiah -
Category
Documents
-
view
268 -
download
1
Transcript of Makalah Naqd Al Matan
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
1/22
1
Daftar Isi
Daftar Isi .............................................................................................. 1
Pendahuluan .............................................................................................. 2
Biografi Imam Bukhari .............................................................................................. 4
Kitab Shahih Bukhari .............................................................................................. 7
Metodologi Kritik Hadits Imam Bukhari ...................................................................... 8
Syarat Sanad Bukhari .............................................................................................. 8
Syarat Matan Bukhari .............................................................................................. 15
Kesimpulan .............................................................................................. 21
Daftar Pustaka .............................................................................................. 22
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
2/22
2
A. Pendahuluan
.
Segala pui bagi Allah SWT yang telah menjadikan Al Quran dan As Sunnah sebagai
pegangan dan pedoman hidup bagi manusia, bagi siapa yang berpegang teguh kepada
keduanya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, karena keduanya
merupakan petunjuk yang bersumber dari Allah SWT.
Sebagai umat islam yang InsyaAllah selalu berpegang teguh terhadap Al Quran dan
As Sunnah kita seyogyanya telah mengetahui bahwa dalil setelah Al Quan adalah As sunnah
Nabawiyah atau sering kita menyebutnya dengan hadits. Dengan demikian hadits sangatlah
penting untuk umat islam. Untuk dapat dijadikan sebagai dalil kita harus menggunakan hadits
yang benar, dan untuk mengetahui tentang kebenaran hadits haruslah kita mempelajari dan
menelitinya dengan ilmu hadits.
Dalam mempelajari ilmu hadits kita tidak terlepas dari istilah-istilah yang selalu
melekat dengan hadits dan ilmunya. Kita sering mendengar hadits Shahih, hadits Hasan,
hadits Dlaif dan lain sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang sudah ada semenjak zaman
ulama terdahulu. Dari zaman ulama terdahulu hingga sekarang hadits yang dapat digunakan
dan dijadikan sebagai patokan sebagai dalil adalah hadits yang memiliki kualitas shahih.
Metode para ulama dalam menentukan dan mencari kualitas hadits pun bervariasi.
Dewasa ini kita mengenal ada beberapa kitab yang berisi hadits-hadits Nabi. Para
ulama sepakat bahwa kitab yang berisi hadits-hadits yang berkualitas shahih adalah kitab
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kemudian diikuti oleh kitab-kitab yang lainnya seperti
Sunan Abu Daud, Sunan An Nasai, Sunan At Tirmidzi dan Sunan ibn Majahatau yang sering
kita kenal dengan Kutub as Sittah.
Dalam menentukan hadits shahih tidak terlepas dari dua aspek yang harus diteliti
yaitu sanad dan matan hadits. Jika kedua aspek tersebut telah berhasil diteliti dan tuntas
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
3/22
3
dalam dalam penelitiannya maka dapatlah sebuah hadits ditentukan kualitasnya. Dari sini lah
timbul berbagai kualitas hadits.
Ulama terdahulu mempunyai syarat dan ketentuan dalam melakukan penelitian
terhadap hadits. Mereka membuat aturan-aturan baku untuk menyeleksi hadits yang akan
diteliti. Para ulama sepakat dengan syarat dan ketentuan yang digunakan untuk menyeleksi
hadits yaitu tentang sanad (jalur periwayatan) yang terdiri dari perawi hadits dan juga sifat
dari rawi tersebut, dan yang kedua adalah matan (materi hadits). Kendati ulama sepakat
dengan aturan dan syarat ketentuan hadits shahih, namun sebagian dari mereka memiliki
manhaj (metode) masing-masing dalam menentukan kriteria hadits.
Mengapa ada pernyataan bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih
setelah Al Quran?. Di makalah ini insyaallah akan dijelaskan bgaimana bisa kitab yang
dikarang oleh Imam Bukhari menjadi kitab yang paling shahih setelah Al Quran dan metode
apa yang digunakan oleh Imam Bukhari dalam mngarang kitab Shahihnya.
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
4/22
4
B. Biografi Imam Bukhari
Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn
Ibrahim Ibn al-mughirah ibn Bardizbah al-Jufi al-Bukhari lahir di Bukhara pada tahun 194
H.1 Imam Bukhari terlakhir pada hari jumat setelah shalat Jumat pada bulan syawwal.2
Kemudian Imam Bukhari wafat pada sabtu malam bertepatan dengan malam idul fitri setelah
shalat Isya kemudian dikuburkan di desa daerah Samarqand pada hari raya idul fitri setelah
shalat dzuhur tahun 256 H.3Imam Bukhari memiliki badan yang kurus dan postur yang tidak
tinggi maupun pendek.
Imam Bukahri lahir dalam keluarga yang berilmu, bapaknya adalah seorang ahli
hadits namun tidak termasuk ulama yang banyak meriwayatkan hadits. Dalam kitab Syar
Alam an-Nubala karya imam Ad-dzahabi, bahwasannya Imam Bukhari berkata : ayahku
telah mendengar dari Malik bin Annas dan melihat Hammad bin Zaid dan pernah bersalaman
dengan ibn al-Mubarak dengan kedua tangannya.4 Oleh karena itu maka keluarga Imam
Bukhari adalah keluarga yang bermadzhab Maliki. Imam Bukhari ditinggal ayahnya
semenjak kecil kemudian diasuh oleh ibunya dalam keadaan yang berkecukupan dari
peninggalan harta ayahnya yang halal dan berkah. Ayahanda Imam bukhari pernah berkata
ketika menjelang ajalnya : Aku tidak mengetahui satu dirhampun dari hartaku dari barng
yang haram, dan begitu juga satu dirhampun hartaku bukan dari hal yang syubhat.5Dengan
harta tersebut Imam Bukhari menggunakannya untuk menuntut ilmu dan sebagai bekal
melakukan rihlahnya.
Ketika menginjak usia yang ke 16 tahun, beliau pergi ke kota Mekkah beserta saudara
dan ibunya untuk melaksanakan ibadah haji, kemudian beliau menetap di Mekkah beberapa
saat untuk menuntut ilmu, sedangkan ibu dan saudaranya pulang kemabali ke Bukhara. Kisah
perjalanan Imam Bukhari dalam menuntut ilmu sangatlah panjang. Diantara kota yang pernah
dia kunjungi adalah Mekkah, Syam, Mesir, Bagdad, Jazirah (daerah sekitar Arab) dan
1Muhammad Ibn Thahir al-Maqdisi, Syurutu al-Aimmatus sittah(Beirut Libanon: Dar al Kitab,1984), hlm. 10
2Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),
muqaddimah, hlm: 6403Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 94
4Syams al Din Muhammad bin Ahmad ad-Dzahabi, Siyar Alam an-Nubala (Kairo: Daar al hadis, 2008) jld 10,
hlm. 795Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),
muqaddimah, hlm: 643
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
5/22
5
Bashrah. Disepanjang perjalanannya dia berguru kepada ulama ulama terkemuka dan diantara
guru Imam Bukhari adalah :
1. Abu Ashim An Nabil
2.
Makki bin Ibrahim
3.
Muhammad bin Isa bin Ath Thabba
4. Ubaidullah bin Musa
5. Muhammad bin Sallam Al Baikandi
6.
Ahmad bin Hambal
7. Ishaq bin Mansyur
8. Khallad bin Yahya bin Shafwan
9.
Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
10.Ahmad bin Isykab
Dan masih banyak lagi yang belum disebutkan.
Adapaun murid-murid Imam Bukhari sangatlah banyak, sehingga sulit untuk
menyebutkannya satu persatu. Alfarabi pernah berkata bahwa murid-murid Imam Bukhari
yang pernah secara langsung mendengar darinya berjumlah sembilan puluh ribu murid.6
Diantara murid-murid Imam Bukhari yang terkenal adalah
1. Imam Muslim
2. Imam at Tirmidzi
3. Imam an Nasai
4. Imam Shalih bin Muhammad
5.
Imam an Naisaburi
6. Imam Muhammad bin Nashr al Marwazi
7.
Imam Abu Bakr bin Abi Dawud
8.
Muhammad bin Abdul Aziz al Baghawi
9. Abu Ishaq Ibrahim bin Maqil al Nasafi
10.
Abu Muhammad Hammad bin Syakir al Nasawi
Masih banyak lagi murid Imam Bukhari yang belum disebutkan.
6Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Libanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), tarjamatu imam Bukhari, hlm : 6
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
6/22
6
Ulama tinggi beserta muhadits yang fenomenal telah tersemat di sosok Imam Bukhari,
maka bukanlah suatu yang aneh apabila banyak dari kalangan ulama memuji serta
memberikan komentar tentang Imam Bukhari. Karena begitu hebatnya Imam Bukhari dalam
berbagai maslah agama khususnya hadits suatu ketika beliau ditanya oleh gurunya yang
bernama Muhammad bin Yahya Ad Dzahli dan imam An Nisabury bertanya kepada Imam
Bukhari tentang Al Asma wa Al Kuna (Nama dan jalur keturunan) serta kecacatan hadits,
kemudaian Imam Bukhari menjawabnya dengan cepat dan tepat layaknya anak panah yang
dilepaskan atau seperti membaca : { {1 .7 Beberapa komentar dan pujian
ulama dan terhadap Imam Bukahri:
1. Shalih bin Muhammad bin Jazrah berkomentar bahwa aku tidak pernah melihat
orang Khurasan yang lebih paham (pandai atau cerdas) dari Bukhari dan yang
paling memahami hadits juga adalah Bukhari.
2.
Muhammad bin Basyar salah seorang guru Imam Bukhari dan Imam Muslim
berkata bahwa di dunia ini ada emapat orang hafidz, mereka adalah Abu Zurah,
Muslim bin Hajjaj, Abdurrahman Ad Darimi, dan Muhammad bin Ismail Al
Bukhari dan tidak ada seseorang yang pernah datang ke Bashrah seperti halnya
Bukhari.
3.
Abdullah bin Muhammad Al Musnadi berkata Bukhari adalah seorang imam,
dan barang siapa tidak menjadikannya seorang imam, maka curigailah orang
tersebut.
4. Abdurrahman Ad Darimi berkomentar bahwa aku tidak pernah melihat ulama
sekompleks Abu Abdillah Al Bukhari di Haramain (Mekah dan Madinah), Hijaz,
Syam, dan Irak.
5. Ahmad bin Hamdun pernah menyaksikan Imam Muslim datang kepada Imam
Bukhari dan mencium diantara kedua matanya kemudian berkata izinkan saya
mencium kedua kakimu wahai ustadz, wahai tuan hadits, wahai tabib yang
mnyembuhkan hadits dari illatnya (kecacatannya).
6. Muhammad bin Ishaq bin Khazimah pernah berkomentar mengenai Imam
Bukhari bahwa tidak ada seoarangpun dibawah permukaan langit yang lebih
paham tentang hadits Rasulillah saw dari Imam Bukhari.
7Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 96
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
7/22
7
7. Ibrahim bin Muhammad bin Sallam berkata sesungguhnya ulama pemuka dan
pembesar hadits seperti, Said bin Abi Maryam Al Mishri, Nuaim bin Hammad,
Al Hamidi, Al Hajjaj bin Minhal, Ismail bin Abi Uwais, Al Arabi, Al Hasan Al
Khillal, Muhammad bin Maimun sahabat Ibnu Uyainah, Muhammad bin Ala, Al
Asyaj, Ibrahim bin Al Mundzir Al Khazami, dan Ibrahim bin Musa Al Khirai
kesemuanya menghormati dan menjadikannya sebagai sumber rujukkan dalam
pendapat dan pengetahuan.8
Dan masih banyak lagi pujian-pujian serta komentar ula tentang kehebatan dan
kredibilitas Imam Bukhari. Dari biografi Imam Bukhari dapat diketahui betapa hebatnya
beliau, keilmuannya sudah tak diragukan lagi.
Imam Bukhari berhasil mengarang beberapa kitab semasa hidupnya. Kitab
karangannya tidak hanya terkonsentrasi pada satu tema saja, melainkan hampir mencakup
seluruh tema dimulai dari hadits, ilmu hadits, aqidah, fiqh dan lain sebagainya. Diantara kitab
karangan Imam Bukhari adalah Jami as Shahih, Adab al Mufrad, Bir al Walidain, Al Hibah,
Al qiraah Khalfa al Imam, Rafu al Yadain fi as Shalah, Khalqu Afal al Abd, Taarikh al
Kabir, Taarikh al Aushath, Taarikh as Shaghir, Jamiu al Kabir, Al Musnad al Kabir, At
Tafsir al Kabir, Kitab al Asyribah, Kitab al Ilal, Kitab al Kina, Kitab al Fawaid, Kitab al
Mabshuth.9
C. Kitab Shahih al Bukhari
Nama lengkapa dari kitab Shahih Bukhari adalahAl Jami Ash Shahih Al Musnad min
Haditsi Rasulillah Shallallahu alaihi wassalam wa Sunanihi wa Ayyamihi.10 Kitab ini
mendapatkan predikat dari para ulama sebagai kitab paling shahih setelah Al Quran11karena
syarat dan ketentuan yang diterapkan oleh Imam Bukhari dalam penyeleksian hadits
shahihnya. Dan Imam Bukhari tidak meriwayatkan hadits kecuali jika hadits tersebut adalah
shahih.12 Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Imam buakhari dalam kitab shahihnya
8Muhyiddin ibn Syarif an-Nawawi, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1, hlm: 95-97
9Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Lebanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), tarjamatu imam Bukhari, hlm :
7-810
Ibn Hajar al-asqalani, Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),
muqaddimah, hlm. 1111
Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 6112
Ibn Hajar al-asqalani, Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari (Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),
muqaddimah, hlm. 11
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
8/22
8
berjumlah 7275 hdits beserta pengulangan dan tanpa pengulangan berjumlah 4000 hadits.13
Imam Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mnyelesaikan kitab Jami
Shahihnya, sebelum menulis hadits dalam kitabnya beliau selalu mandi, shalat istkhrah dua
rakaat.14Dan dalam kitab Fath al Bari juga diterangkan bahwasannya Imam Bukhari tidak
mnulis hadits rasulillah shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau shallat istkharah dan
shalat dua rakaat sehingga beliau yakin akan keshahihan hadits tersebut.15
Tersematnya predikat ashohu al kitab bada Al Quran (kitab paling benar setelah Al
Quran) tidak lain dan tidak bukan karena memang isi dari kitab tersebut mendekati
sempurna. Hal tersebut dilihat dari hadits yang tercantum didalamnya yang memiliki sanad
yang kebanyakan tersambung kepada Raulillah shallallahu alaihi wa sallam. Secara kuantitas
tersambungnya sanad, maka Shahih Bukhari menjadi yang terdepan, sehingga kitab-kitab
hadits yang lain masih berada dibawah Shahih Bukhari.
Dilihat dari penyusunan kitab Shahih Bukhari memang tidak sesistimatis Shahih
Muslim, dimana Imam muslim meletakkan hadits-hadits yang memiliki makna yang sama
atau hampir sama dihimpun dalam dalam satu kitab yang sama msedkipun senadnya berbeda.
Begitupula dengan matan yang sama sedangkan sanadnya berbeda maka Imam Muslim
mengemukakan seluruh sanadnya tanpa mengulangi matannya. Sedangkan Imam Bukhari
meletakkan hadits-hadits yang sama atau hampir sama ditempat yang berbeda, sehingga
dibutuhkan kecermatan dalam membandingkan judul dan bab yang terdapat di Shahih
Bukhari, sehingga kita dapat menghubungkan judul bab dengan matan hadits yang
dikemukakan.
D. Metodologi Kritik Hadits Imam Bukhari
a)
Syarat Sanad Bukhari
Dalam disiplin ilmu hadits, kita sering mendengar hadits Shahih. Untuk menilai dan
menentukan kualitas suatu hadits diperlukan pengamatan dan penelitian terhadap dua aspek
yang menjadi dasar terhadap hadits yaitu Sanad (jalur periwayatan) dan Matan (Materi atau
isi hadits).
13Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 6114
Muhammad Abd Al Aziz al Khawali, Tarikh Funun al Hadits al Nabawi (Damaskus: Dar al Ibn Katsir,
1988), hlm. 7415
Ibn Hajar al-asqalani,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari(Kairo Mesir: Daaru al-Hadith, 2004),
muqaddimah, hlm. 656
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
9/22
9
Dalam kitab Tadrib al Rawi disebutkan bahwa hadits shaih adalah
yaitu adalah hadits yang bersambung sanadnya
dengan rawi yang adl dan dlabith serta tanpa adanya syadz dan juga illat.16Kebanyakan
ulama sependapat dengan istilah diatas, namun setiap ulama hadits memiliki kriteria
tersendiri dalam menentukan hadits shahih sehingga hadits shahih menurut para ulama
memiliki pengertian yang berbeda.
Imam Bukhari sangat ketat dalam menyeleksi hadits, telah diketahui bahwa Imam
Bukhari dalam menentukan bersambung atau tidaknya suatu sanad dilihat dimana seorang
rawi harus bertemu langsung (la budda min tsubut al liqa) dengan perawinya walaupun
hanya sekali. Adapun bukti dengan kesezamanan atau al Muasarah saja tidaklah cukup
menurut versi Imam bukhari. Berbeda halnya dengan yang disyaratkan oleh Imam Muslim
dalam menentukan bersambungnya sanad atau tidak. Bagi Imam Muslim bukti kesezamanan
saja sudah cukup. Dengan kata lain apabila ada seorang rawi yang bukan mudallis
meriwayatkan hadits dari rawi lainnya dengan menggunakan bentuk (sighat) sama seperti
menggunakan kata
dan yang lainnya, baik Imam Muslim ataupun
Imam Bukhari menerima hadits Tersebut. Akan tetapi dalam kasus yang terdapat pada
seorang perawi bukan mudallis kemudian meriwayatkan sebuah hadits dari seorang perawi
dengan menggunakan kata-kata yang mengimplikasikan baik periwayatan langsung (sama)
ataupun tidak langsung seperti dan sebagainya maka Imam Bukhari dan Imam
muslim memiliki pendapat yang berbeda.17 Pada hal ini Imam Muslim berpendapat bahwa
hadits muanan adalah muttashil (bersambung) sanadnya apabila rawi dan kedua rawi
tersebut muasaroh (hidup pada zaman yang sama), meskipun kedua rawi tersebut belum
bertemu, akan tetapi Imam Bukhari tidak sependapat dengan Imam Muslim.18
Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa kitab Shahih Muslim lebih shahih
dibandingkan dengan kitab Shahih Bukhari, seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Shalah
16Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 4017
H Komaruddin Amin,Metode Kritik Hadits (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009), hlm. 1918
Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 64-65
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
10/22
10
tidak ada kitab dibawah kolong langit yang melebihi keshahihan Shahih Muslim. 19Namun
kitab Shahih Muslim memiliki kelebihan dibandingkan dengan kitab Shahih Bukhari dalam
hal penyusunan bab di dalamnya.
Dalam buku karangan H. Ali Mustafa Yaqub MA yang berjudul Imam Bukhari dan
Metodologi Kritik dalam ilmu Hadits20 disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan kitab Shahih Bukhari lebih baik dibandingkan kitab Shahih Muslim,
1.
Komentar para ulama tentang kitab Shahih Bukhari, seperti Al Hakim Abu Ahmad an
Naisaburi mengatakan semoga Allah merohmati Muhammad bin Ismail, karena ia
telah menulis atau membukukan hadits-hadits yang menjadi sumber hukum Islam dan
menerangkannya kepada manusia. Orang-orang yang membukukan hadits setelahnya
seperti Muslim bin Hajjaj sebenarnya hanya mengambil dari kitab Shahih imam
Bukhari. Dan masih banyak lagi ulama yang mengatakan bahwa kitab shahih Bukhari
adalah ashahu al kitab bada Al Quran.
2. Kemudian karena berbedanya metode yang diterapkan oleh Imam Bukhari dan imam
muslim dalam mengambil dan menyeleksi hadits. Beberapa perbedaan antara Imam
Bukhari dan imam Muslim adalah sebagai berikut :
a) Dalam Shahih Bukhari rawi-rawi yang ditulis dalam kitabnya berjumlah 435
(dengan tanpan bersamaan dengan Imam Muslim), dan dari jumlah tersebut yang
mendapat kritikan berjumlah 80 orang.
b) Rawi-rawi yang ditulis oleh Imam Muslim (Tanpa bersamaan dengan Imam
Bukhari) berjumlah 620 orang, dan dari jumlah tersebut terdapat 160 orang yang
mendapat kritikan.
Maka logikanya, kitab yang sedikit mendapat kritikan lebih baik daripada yang
mendapat kritikan lebih banyak, meskipun dengan catatan bahwa adanya kritikan
itu tidak mengurangi nilai otentisitas kitab Bukhari.
c) Hadits yang ditulis oleh Imam Bukhari dari 80 orang yang dikritik itu jumlahnya
tidak banyak. Diantara mereka tidak ada yang mempunyai naskah kitab hadits
yang cukup besar yang semua itu sebagian besar haditsnya ditulis oleh Imam
Bukhari- kecuali dari Ikrimah saja yang menerima hadits dari Ibnu Abbas.
19Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 6520
H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 18-22
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
11/22
11
d) Jumlah hadits yang ditulis oleh Imam Muslim dari 160 orang yang mendapat
kritikan diatas banyak sekali. Hal tersebut membuat Shahih Muslim berada satu
tingkat dibawah Shahih Bukhari.
e) 80 orang yang dikritik dalam Shahih Bukhari itu kebanyakan adalah guru Imam
Bukhari sendiri dimana beliau pernah bertemu, mendampingi dan mengetahui
keadaan mereka, serta mengetahui dengan teliti hadits-hadits mereka, mana yang
baik dan mana yang tidak.
f) 160 orang yang dikritik dalam Shahih Muslimitu kebanyakan adalah orang-orang
tabiin dan tabi at tabiin yang tidak pernah bertemu dengan Imam Muslim.
Sehingga Imam Muslim juga tidak mengetahui keadaan mereka secara langsung.
Dari ketidaktahuan Imam Mislim terhadap mereka secara langsung, maka hal
tersebut lagi-lagi menjadikan kitab Shahih Bukhari berada satu tingkat diatas
Shahih Muslim.
g) Hadits-hadits yang berasal dari generasi kedua (tabaqah tsaniyah) diseleksi
terlebih dahulu oleh Imam Bukhari.
h) Hadits-hadits yang berasal dari generasi kedua ditulis apa adanya oleh Imam
Muslim. Lagi-lagi hal tersebut membuat Shahih Muslim masih berada dibawah
Shahih Bukhari lantaran tidak adanya penyeleksian hadits pada tabaqah tsaniyah.
i)
Dalam hal bersambungnya sanad, Imam Bukhari mensyaratkan bahwa sanad
dapat dikatakan bersambung apabila murid dengan guru atau rawi kedua dengan
rawi pertama benar-benar pernah bertemu meskipun hanya sekali saja.
j) Menurut Imam Muslim, sanad sudah dapat dikatakan bersambung apabilla ada
lkemungkinan bertemu (imkanu al liqa) bagi kedua rawi tersebut, dimana
keduany hidup dalam satu kurun waktu, dan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh
menurut ukuran saat itu, meskipun keduanya belum pernah bertemu sama sekali.
Dari hal tersebut sangatlah mencolok perbedaan kritera antara Imam Bukhari dan
Imam Muslim, dimana Imam Bukhari sangat ketat dalam memberikan syarat
besambungnya sanad dan Imam Muslim lebih longgar dalam hal tersebut. Maka
hal tersebut membuat Shahih Bukhari lebih valid ketimbang Shahih Muslim.
k) Tentang kritik terhadap materi hadits (matan hadits) karena adanya illah (cacat).
Dalam Shahih Bukhari materi hadits yang mendapat kritikan dalam hal ini
berjumlah 80 buah hadits.
l)
Dalam Shahih Imam Muslim juga tidak luput dari kritikan terhadap matan hadits,
dimana terdapat sekitar 130 buah hadits yang mendapat kritikan bahwa matan
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
12/22
12
hadits tersebut mengandung illah. Tentu saja yang kritikannya lebih sedikit itu
lebih baik dari pada uang mendapat banyak kritikan.21
Telah kita ketahui bahwa dikatan hadits tersebut shahih apabila memenuhi beberapa
persyaratan diantaranya adalah bersambungnya sanad haditsnya. Dalam teori ilmu hadits,
terdapat metode penyampaian dan penerimaan hadits. Dalam kitab Muqaddimah Ibn Shalah
disebutkan ada delapan metode penyampaian dan penerimaan hadits
1.
As Sama min Lafdzi Syaikh mendengarkan langsung dari ucapan syeikh baik itu
dengan menggunakan metode mendikte ataupun pengajaran biasa. Dan metode ini
dianggap paling benar dan tinggi menurut para ulama.
2. Al Qiraah ala Syeikh seorang murid membacakan apa yang ada di kitabnya atau
dihafalannya. Secara umum para ulama sepakat bahwa metode ini cukup shahih dan
kuat kualitasnya karena mengindikasikan bertemunya antara rawi dan guru.
3. Al Ijazah guru memberikan ijazah kepada muridnya untuk mengajarkan kitab
haditsnya. Metode semacam ini diterima secara umum.
4.
Al Munawalah metode ini sesungguhnya hampir sama dengan ijazah, bahkan metode
ini adalah yang terkuat dalam hal ijazah. Para ulama hadits menilai metode ini cukup
kuat karena berindikasi bertemunya rawi dengan gurunya
5.
Al Mukatabah guru menuliskan haditsnya terhadap murid-muridnya baik yang hadir
atau yang tidak. Dilihat dari pengertian diatas maka metode masih diterima karena
masih ada kemungkinan bertemunya murid dengan gurunya.
6.
Ilamu Ar Rawi li at Thalib seorang guru memberi tahu kepada murid -muridnya
bahwa dia pernah mendengar hadits dari orang lain atau gurunya. Metode ini juga
masih diterima karena adanya imkanu liqa.
7. Al Wasyiah seorang guru berwasiat agar kitabnya diberikan kepada muridnya.
Metode yang demikian berindikasi tidak bertemunya guru dengan murid, maka
metode ini kurang diterima.
8. Al Wijadah seorang murid atau rawi menemukan kitab hadits milik seseorang yang
belum pernah diriwayatkan hadits darinya. Dan ini adalah metode yang tidak dapat
21H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 18-22
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
13/22
13
diterima, karena tidak bertemunya murid dengan guru sehingga menyebabkan tidak
bersambungnya sanad.22
Dari kedelapan metode diatas, dapat diketahui bahwa hanya ada tiga metode yang
dapat diterima secara mutlaq yaitu As Sama min Lafdzi Syaikh, Al Qiraah ala Syeikh, dan
Al Munawalah. Diterimanya ketiga metode tersebut karena rawi dan rawi lainnya bertemu
secara langsung dan menjadikan sanadnya bersambung.
Imam bukhari punya pendapat berbeda mengenai syarat bersambungnya sanad. Beliau
berpendapat bahwa sanad dikatakan bersambung apabila antara kedua rawi benar-benar telah
bertemu walaupun hanya sekali. Jadi apabila hanya kemungkinan untuk bertemu maka
menurut Imam Bukhari dinilai tidak bersambung sanadnya. Hal inilah yang membuat kitab
Shahih Bukhari menjadi kitab yang berada dibawah Al Quran.23
Walaupun sanad yang terdapat dalam kitab Shahih bukhari memiliki kualitas ittishalu
as Sanad (sanadnya bersambung) namun ada ulama yang mengkritisi sanad beliau dan
berpendapat bahwa sanadnya tidak bersambung. Al Daruqutni berkata : Imam bukhari dan
Imam Muslim menulis hadits dalam kitab Al Thib dalam bab Ruqyatu al Ain:
( :
. )
24
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Wahb bin 'Athiyah Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Harb telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid
22Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),
hlm. 73-10123
H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 2624
Imam Bukhari, Shahih Bukhari(Lebanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009), hlm : 1067
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
14/22
14
Az Zubaidi telah mengabarkan kepada kami Az Zuhri dari 'Urwah bin Zubair dari
Zainab puteri Ummu Salamah dari Ummu Salamah radliallahu 'anha bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau melihat
bekas hitam pada wajah budak wanita itu, beliau bersabda: "Ruqyahlah dia, karena
padanya terdapat nadlrah (sisa sakit yang disebabkan karena sorotan mata jahat)."
Hadits ini diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi, dan berkata
Uqail dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Urwah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam.
Kemudian kata Daruqutni bahwa hadits tersebut oleh Uqail diriwayatkan dari al Zuhri, dari
Urwah secara mursal. Begitu juga Yahya bin Said meriwayatkannya dari sulaiman bin
Yasar, dari Urwah secara mursal.25
Hadits tersebut dlaif karena sanadnya terputus dimana
Uqail tidak menyebut Zainab dan Ummi Salamah, melainkan langsung menyebut Nabi.
Adapun yang dimaksud dengan hadits mursal adalah hadits yang pada sanadnya terputus
pada sebelum tabiin yaitu shahabah satu orang atau lebih26, hal tersebut terjadi pada rantai
sanad hadits yang diriwayatkan oleh Uqail.
Jika kita teliti kembali bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari memiliki
jalur yang berbeda dengan jalur yang dimiliki Uqail. Kita ketahui Sanad Imam Bukhari terdiri
dari Muhammad bin Khalid - Muhammad binWahb - Muhammad bin Harb - Az zubaidi - Az
Zuhri - Urwah - Zainab binti Abi Salamah - Ummu Salamah - Nabi. Dan sedangkan riwayat
lain adalah Ibn Wahb - Ibn Lahiah Uqail - Az Zuhri - Urwah Nabi. Dari sini Urwah
menggugurkan dua orang rawi yaitu Zainab binti Abi Salamah dan Ummu Salamah. Adapun
jalur lain yaitu Abu Muawiyah Yahy bin YazidSulaiman bin YassarUrwahUmmu
Salamah Nabi. Pada riwayat ini yang digugurkan hanya Zainab binti abi Salamah. Dan
riwayat tersebut ditulis oleh Imam al Bazzar.27
Dari perbandingan riwayat-riwayat diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya riwayat
hadits yang mursal (putus sanadnya menjelang Nabi) terdapat dalam riwayat lain. Dan
riwayat inilah yang sebenarnya dlaif. Sedangkan riwayat yang terdapat dalam Shahih
25H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 28-2926
Jalal al Din al Suyuthi, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi (Lebanon: Dar al Kutub Al Ilmiyah, 2009),
hlm. 13927
H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 29-30
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
15/22
15
Bukhari karena sanadnya bersambung maka haditsnya dinilai shahih. Sedang
dicantumkannya sanad Uqail Az Zuhri Urwah Nabi atau yang semisal dengan itu
dalam Shaih Bukhari, hal tersebut dimaksudkan sebagai pembuktian (istisyhad) bahwa hadits
yang diriwayatkan itu diriwayatkan pula oleh penulis hadits lain dengan sanad yang lain pula.
Periwayatan semacam ini dalam ilmu hadits dikenal sebagai hadits syahid atau hadits
mutabi.28
Keshahihan kitab Shahih Bukhari juga didukung dengan rjalul haditsnya. Dalam
kriteria keshahihan hadits kedlabitan dan ketsiqahan rawi sangat berpengaruh. Seorang rawi
dapat juga ditolak periwayatan haditsnya jika dia bermasalah dengan kedlabitan dan
ketsiqahannya. Ada lima permasalahan asbab al Jarh yang berkutat pada diri rawi yaitu
ghalt (rawi sering keliru dalam meriwayatkan hadits), Jahalah al Hal (rawi yang tidak
dikenal identitasnya), mukhalafah (hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi berlawanan
maksudnya dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang lebih dapat
dipercaya dari rawi yang pertama), Bidah (rawi yang melakukan perbuatan dan atu
mempunyai keyakinan yang dapat menyebabkan dirinya kafir), dan dawa al anqita fi al
sanad (rawi dituduh menyebutkan menyebutkan sanad yang tidak bersambung). Kelima
masalah tersebut tidak terdapat pada pribadi rawi yang terdapat dalam Shahih al Bukhari.29
b). Syarat Matan Bukhari
Dalam menentukan keshahihan hadits memang tidak terlepas dari dua aspek yaitu
sanad dan matan hadits. Ulama hadits pada tempo dahulu lebih menitik beratkan terhadap
kritik sanad, sedangkan kritik matan masih belum mandapat perhatian seperti halnya sanad.
Sebenarnya kritik matan sudah ada sejak zaman Nabi. Pada zaman tersebut praktik kritik
matan sangatlah mudah karena Nabi pada masa itu masih hidup, jadi apabila terdapat redaksi
hadits yang disangka aneh maka para sahabat dapat dengan mudah melakukan kroscek ke
sumber aslinya yaitu Rasulullah Shallah alaihi wa sallam.
Dengan berjalannya waktu, penyebaran hadits telah tersebar luas dikalangan setelah
zaman Nabi. Pada zaman tersebut mayoritas ulama hadits meneliti sanad hadits daripada
matan hadits. Namun bukan berarti ulama hadits tidak sama sekali memperhatikan aspek
28H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 3029
H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 31
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
16/22
16
matan sama sekali, mereka tetap menggunakan metode seperti pada zman Nabi yaitu dengan
melakukan perbandingan riwayat dengan hadits yang memiliki mana atau redaksi yang
serupa. Para ulama terdahulu hanya menetapkan kaidah umum tentang kriteria matan yang
dinilai shahih yaitu terbebas dari Syadz (janggal) dan illah (cacat) dan tidak membuat
kaidah-kaidah minornya.
Dalam pandangan al Khatib al Baghdadi, suatu matan hadits dinyatkan berkualitas
shahih apabila mengandung beberapa unsur atau terhindar dari enam hal yaitu :
1. Hadits tersebut tidak bertentangan dengan akal sehat.
2. Tidak bertentangan dengan hukum Al Quran yang telah muhkam atau qathi al
Dalalah.
3. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir.
4.
Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi konsensus ulama salaf.
5. Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti.
6. Tidak bertentangan dengan hadits ahad lain yang kualitasnya lebih kuat.30
Memang tidaklah mudah untuk mengetahui syarat matan dari ulama terdahulu, seperti Imam
Bukhari dalam kriteria matan masih sama dengan ulama lainnya yaitu apabila didalam matan
hadits terbebas dari Syadz dan Illah maka hadits tersebut dapat dikatakan shahih.
Dalam kitab Muqaddimah Ibn Shalah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan syadz
adalah hadits yang diriwayatkan dari rawi yang tsiqah akan tetapi bertentangan dengan
hadits yang diriwayatkan oleh kebanyakan orang yang lebih tsiqah .31 Hadits syadz
sebenarnya bisa terjadi di sanad hadits ataupun matan hadits. Suatu matan hadits dinyatakan
syadz apabila redaksi yang terkandung didalamnya memiliki perbedaan makna dengan matan
hadits yang diriwayatkan oleh perawi lain. Contoh dari hadits syadz dalam matan adalah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi dari hadits abd al Wahid bin Ziyad
dari Amasy dari Abi Shalih dari Abi Hurairah r.a secara marfu (sampai ke Nabi)
--
30
Al Khatib al Baghdadi, al Kifayah fi al ilmi al Riwayah (Madinah al Munawaroh: Maktabah al Ilmiyah),
hlm.31
Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),
hlm. 44
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
17/22
17
.
.
. .
32
Telah menceritakan kepada kami Musaddad dan Abu Kamil serta 'Ubaidullah bin Umar bin
Maisarah mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid telah menceritakan
kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian selesai mengerjakan
shalat (sunnah) dua raka'at sebelum subuh, hendaknya ia berbaring ke sebelah kanan." Maka
Marwan bin Hakam berkata kepadanya; "Apakah seseorang dari kami cukup waktu berjalan
ke masjid kok sehingga dia berbaring ke sebelah kanan segala?" 'Ubaidullah berkata dalam
haditsnya. Abu Hurairah menjawab; "Tidak." Lalu hal itu di sampaikan kepada Ibnu Umar,
maka Ibnu Umar berkata; "Abu Hurairah berlaku berlebih-lebihan atas dirinya sendiri." Lalu
di katakan kepada Ibnu Umar; "Apakah anda tidak membenarkan sebagian yang di
katakannya?" dia menjawab; "Tidak, namun Abu Hurairah berani (karena banyak riwayat),
sedangkan kami amat hati-hati (karena sedikit periwayatan hadits)." Katanya; "Lalu hal itu
sampai kepada Abu Hurairah, kemudian dia berkata; "Apa salahku, jika aku pernah
menghafalnya (hadits) sedangkan ia lupa?."
Menurut Baihaqi Abdul Wahid menyelisihi kebanyakan dari perawi lain dalam hadits ini
padahal kebanyakan dari rawi meriwayatkan hadits ini berdasarkan perbuatan Nabi bukan
dari ucapannya. Maka Abd al Wahid menyendiri dengan lafadz tersebut dari para perawi
yang terpercaya dari shahabah al Amasy. Maka hadits yang diriwayatkan dari jalur Abdu
al Wahid adalah hadits syadz. Sedangkan ghadits yang diriwayatkan dari perawi terpercaya
yang lain dinamakan hadits Mahfudz.33
Syarat kedua adalah terlepasnya dari illah (kecacatan). Menurut Ibn Shalah illah
pada hadits adalah sebab yang tersembunyi yang dapat merusak kualitas hadits. Keberadaan
illah menyebabkan hadits yang pada lahirnya tampak berkualitas Shahih menjadi tidak
32Abu Dawud al Sijistani, Sunan abi Dawud (Lebanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2007), hlm 207
33Mahmud Thahan,Musthalahu al Hadits (Beirut Mesir: Dar al Fikr), hlm. 97
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
18/22
18
shahih. illah disini bukan disebabkan adanya perawi pada sanad yang kurang adil atau dhabit
secara nyata karena kecacatan semacam itu mudah untuk diketahui oleh peneliti hadits, tetapi
kecacatan yang dimaksud adalah illah yang tersembunyi dibalik keshahihan hadits dengan
perkataan lain, hadits yang berillah adalah hadits tampaknya shahih baik sanad atau matan,
tetapi setelah diteliti secara mendalam dan dilakukan perbandingan dengan hadits yang lain
yang semakna, ternyata ditemukan kecacatan.34 Abu Hatim ar Razy dalam kitabnya yang
berjudul Ilal al Hadits menyebutkan contoh hadits yang terdapat illah pada matannya
.
:
:
.
Hadits Ibrahim bin Tuhmah, yang berasal dari Hisyam bin Hisan, dan Muhammad bin Sirrin
dari Abu Hurairah dan yang bersanad Suhail bin Abi Shalih dari bapaknya dari Abu
Hurairah. Abu Hatim ar Razy berkata: kalimat
adalah perkataan Ibrahim bin Tuhmah. Karena ia menyambung perkataan
pada akhir matan hadits, sehingga orang yang menerima hadits tersebut tidak dapat
mengetahui illahnya.35 Perkataan seorang rawi yang disisipkan dalam suatu matan hadits
disebut mudraj. Sebagian ketentuan mudraj adalah apabila seorang rawi yang menyisipkan itu
menjelaskan bahwa sisipan itu untuk menjelaskan matan hadits, maka yang demikian itu
bukan merupakan illat yang dapat mencacatkan hadits. Akan tetapi apabila seorang rawi
mengatakan bahwa kata-kata yang diriwayatkan itu adalh matan hadits, maka mudraj tersebut
mnyebabkan cacatnya hadits.
34Abu amr Utsman bin Abdirrahman Asyahrzhuri,Muqaddimah Ibn Shalah (Al Maktabatu al Farabi, 1984),
hlm. 5235
Abdurrahman bin abi Hatim Abu Muhammad ar Razy, Ilal al Hadits(al mktabah as Syamilah), jld 1, hlm 65
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
19/22
19
Jika para ulama terdahulu lebih menitik beratkan perhatian mereka terhadap seanad
sehingga muncullah kritikus-kritikus sanad seperti Ad Daruqutni yang mengkritik sanad dalm
Shahih Bukhari, maka para ilmuan kontemporer lebih menaruh perhatian terhadap matan
(materi hadits). Tersebutlah beberapa nama yang mengkritik matan yang berada dalam
Shahih Bukhari seperti : Ignaz Goldziher, A.J, Wensinck, Robson, Maurice Bucaile, dan lain-
lain.36
Salah satu contohnya adalah hadits yang dikritik oleh Goldziher adalah hadits yang
berasal dari al Zuhri, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak
diperintahkan pergi kecuali menuju tiga masjid, al Masjid al Haram (di Mekkah), masjid al
Rasul (di Madinah), dan masjid al Aqsha (di al Quds Palestina).
Hadits tersebut dikritik habis-habisan oleh Goldziher dari segi politik, sehingga ia
berkesimpulan bahwa hadits tersebut palsu. Menurutnya Abd al Malikbin Marwan (di
Damaskus) merasa khawatir kalau-kalau Abdullah bin Zubair (di Mekkah) mengambil
kesempatan dengan menyuruh orang-orang Syam yang pergi haji ke Mekkah untuk
melakukan baiat kepadanya. Karenaya Abd al Malik berusaha agar orang-orang Syam tidak
perlu pergi haji ke Mekkah, melainkan cukup ke Qubbah al Shakhra di al Quds (Palestina).
Untuk mewujudkan usaha yang bersifat politis ini Abd al Malik menugaskan al Zuhri untuk
membuat hadits yang sanadnya bersambung kepada Nabi, dimana intinya umat islam tidak
diperintahkan pergi kecuali menuju tiga masjid, yaitu masjid al Mekkah, Madinah, dan Quds.
Prof. Azami Menyanggah kebenaran teori Goldziher ini. Menurutnya, tidak ada bukti-
bukti sejarah yang dapat menunjang kebanaran teori Goldziher itu, bahkan justru sebaliknya.
Para ahli tarikh berbeda pendapat tentang tahun kelahiran al Zuhri antara 50-58 H. al Zuhri
belum pernah bertemu dengan Abd al Malik sebelum tahun 81H. di Paestina, dimana
terdapat masjid al Aqsha, pada 67H. berada diluar kekuasaan Abd al Malik. Dan pada tahun
68H. orang-orang Bani Umayyah berada di Mekkah dalam musim haji. Disini Azami
berkesimpulan bahwa Abd al Malik baru berfikir untuk membangun Qubbah al Shakhra
yang konon menjadi penggati Kabah sesuadah tahun 68 H. Apabila demikian halnya, maka
al Zuhri pada saat itu baru berumur antara 10-18 tahun. Karenanya tidak logis seorang anak
berumur belasan tahun sudah populer sebagai orang alim diluar daerahnya sendiri, dimana ia
mampu mengalihkan ibadah haji dari Mekkah ke Palestina. Lagi pula pada saat itu di Syam
36H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 34
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
20/22
20
terdapat banyak Shahabat dan tabiin, sehingga tidak mungkin mereka diam saja melihat
kejadian itu.
Kenyataan yang membantah pernyataan Goldziher ini adalah teks hadits itu sendiri
sebagaimana terdapat dalam Shaih Bukhari. Disitu tidak ada satu petunjuk pun yang
mengisyaratkan bahwa ibadah haji itu dapat dilakukan di al Quds. Yang ada hanyalah
keistimewaan yang diberikan kepada masjid al Aqsha. Dan ini wajar saja karena masjid
tersebut pernah menjadi kiblat pertama umat islam. Goldziher tampaknya hanya menuduh al
Zuhri sebagai pemalsu hadits itu. Padahal hadits itu diriwayatkan pula oleh 18 rawi yang lain
(selain al Zuhri). Namun mereka beruntung tidak dituduh sebagai pemalsu hadits oleh
Goldziher.37
Telah terbukti bahwa kitab Shahih Bukhari mendapatkan kritik dari ulama terdahulu
ataupun peneliti kontemporer, dan hal tersebut menjadi ujian tersendiri terhadap keotentikan
kitab Shahih Bukhari. Para ulama pun tidak tinggal diam meliahat hal tersebut, sehingga
mereka pun membuktikan secara ilmiah bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang pling
Shahih setelah Al Quran.
37H. Ali Mustafa Yaqub,Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1996), hlm 34-36
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
21/22
21
E. Kesimpulan
Iamam Bukhari adalah salah satu ulama besar dalam ilmu hadits yang menjadi
pedoman penulisannya dalam pengumpulan hadits. Beliau berhasil menulis kitab hadits yang
sangat terkenal yaitu kitab Shahih Bukhari. Para ulama sepakat bahwa kitab tersebut adalah
kitab hadits yang paling Shahih, bahkan menempati kitab tershahih setelah al Quran.
Penulisan Shaih Bukhari sendiri menghabiskan waktu selama 16 tahun. Didalam kitab
tersebut, Imam Bukhari tidak mencantumkan satu haditspun melainkan jika hadits tersebut
shahih baik dari segi sanadnya atau matannya. Sedangkan yang dimaksud dengan hadits
shahih menurut para ulama adalah hadits yang bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh
perawi yang adil serta dhabit hafalannya dan terbebas dari syadz dan illah.
Metode Imam Bukhari dalam menentukan kriteria shahih pun hampir sama dengan
ulama lainnya namun beliau memiliki pandangan berbeda dengan ulama lainnya terutama
dalam bidang bersambungnya sanad hadits. Beliau beranggapan bahwa suatu sanad tidak
dikatan bersambung jikalau perawi tidak bertemu secara langsung, bahkan beliau juga tidak
menganggap sanad itu bersambung hanya dengan menggunakan kemungkinan bertemunya
rawi. Jadi harus adanya bukti yang konkret yang membuktikan bahwa perawi bertemu secara
langsung. Dari kriteria dan persyaratan inilah mengapa kitab Shahih Bukhari menjadi kitabyang paling Shahih diantara kitab-kitab yang lain.
Adapun syarat Imam Bukhari dalam menentuakan shahihnya suatu matan tidak jauh
berbeda dengan ulama hadits lainnya. Beliau mensyaratkan shahihnya matan apabila terbebas
dari dua hal yaitu Syadz (janggal) dan illah (cacat). Dan dalam kitab shahihnya jarang sekali
ditemukan hadits yang memiliki unsur syadz atau illah baik di matannya ataudi sanadnya.
-
7/26/2019 Makalah Naqd Al Matan
22/22
Daftar Pustaka
Thahir al-Maqdisi, Muhammad Ibn Thahir, Syurutu al-Aimmatus sittah,Beirut
Libanon: Dar al Kitab,1984
Ibn Hajar al-asqalani, Ibn Hajar,Fathu al-Bari Syarhi Shahihi al-Bukhari, KairoMesir: Daaru al-Hadith,2004, muqaddimah
an-Nawawi, Muhyiddin ibn Syarif, Tahdzibu al-Asma wa al-Lughat, Juz 1
ad-Dzahabi, Syams al Din Muhammad bin Ahmad, Siyar Alam an-Nubala, Kairo:
Daar al hadis, 2008, jld 10
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Libanon: Daaru al Kotob al ilmiyah, 2009
tarjamatu imam Bukhari
al Suyuthi, Jalal al Din, Tadrib al Rawi fi Sarh Taqrib al Nawawi, Lebanon: Dar alKutub Al Ilmiyah, 2009
al Khawali, Muhammad Abd Al Aziz, Tarikh Funun al Hadits al Nabawi,
Damaskus: Dar al Ibn Katsir, 1988
Amin, H Komaruddin, Metode Kritik Hadits, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2009
Yaqub, H. Ali Mustafa, Imam Bukhari dan Metedologi Kritik dalam Ilmu Hadits,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996
Asyahrzhuri, Abu amr Utsman bin Abdirrahman, Muqaddimah Ibn Shalah, Al
Maktabatu al Farabi, 1984
al Baghdadi, Al Khatib, al Kifayah fi al ilmi al Riwayah, Madinah al Munawaroh:
Maktabah al Ilmiyah
al Sijistani, Abu Dawud, Sunan abi Dawud, Lebanon: Dar al Kutub al Ilmiyah, 2007
Thahan, Mahmud,Musthalahu al Hadits, Beirut Mesir: Dar al Fikr
ar Razy, Abdurrahman bin abi Hatim Abu Muhammad, Ilal al Hadits, al mktabah as
Syamilah, jld 1