BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Multiple Trauma Multiple trauma dapat ...
Makalah Multiple sklerosis
-
Upload
lailia-hameeda -
Category
Documents
-
view
5.094 -
download
2
description
Transcript of Makalah Multiple sklerosis
TINJAUAN PUSTAKA
MULTIPLE SKLEROSIS
Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Kedokteran
OLEH:
NURUL LAILIA HAMIDA109111019
PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPISTIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH
CILACAP2012
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah ini telah di setujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi KedokteranHari :Tanggal :Tempat : STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap
Dosen Pengampu,
Arif Hendrawan
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya tugas
penulisan Tinjuan Pustaka si Sub Bagian patologi neuron. Tujuan dari penulisan
makalah tinjauan pustaka ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
Multiple Sklerosis sebagai media edukasi untuk sub.bagian neurologi pada
matakuliah Biologi Kedokteran. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimaksih kepada:
1. Arif Hendrawan selaku dosen mata kuliah bilogi kedokteran yang telah
memberi petunjuk, saran dan bimbingan
2. Semua rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan
dan penyusunan makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu
biologi kedokteran. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan demi demi
kesempurnaan makalah ini, agar di manfaatkan sebagaimana mestinya.
.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..
DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS…………………………………..
PATOFISIOLOGI MULTIPLE SKLEROSIS………………………....
PENATALAKSANAAN……………………………………………….
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saraf-saraf pusat, sebagian besar prosesus neuronal terselubung di
dalam mielin, yang di bentuk dari kompleks lipatan membran sel oligodendrosit.
Mielin saraf-saraf pusat sedikit berbeda dalam bentuk dan komposisi dengan
mielin perifer, tetapi pada dasarnya melaksanakan fungsi yang sama yaitu:
1. Melindungi dan mengisolasi prosesus neuronal
2. Memungkinkan transmisi yang ceoat dari impuls elektrik oleh konduksi
saltatori
Banyak mielin pada saraf-saraf pusat berlokasi pada subtansi alba, tetapi
prosesus neuron pada subtansi kelabu juga di kelilingi mielin
Demielinasi primer saraf-saraf pusat terjadi pada beberapa keadaan yang
pembungkus mielinnya rusak tetapi akson tetap utuh. Kerusakan akson primer
menyebabkan hancurnya mielin sekeliling akson yang rusak proses ini disebut
demielinasi sekunder. Sewaktu kerusakan mielin terjadi, jaringan yang rusak
difagosit oleh makrofag. Mielin yang utuh kaya akan kolestrol dan fosfolipid,
tetapi fagositosis selanjutnya dialihkan dalam tetesan lipid netral.
Ada beberapa macam kondisi demielinasi, diantaranya:
1. Leukodistrofi
Walaupun termasuk sebagai kondisi demielinasi, diketahui behwa
hampir sebagian besar leukodietrofi berasal dari kegagalan mensintesis
mielin normal. (Kadang-kadang disebut dismielinasi) Kedua kelainan
ini leukodistrofi metakromatik dan leukodistrofi sel globoid krabbe,
diakibatkan defisiensi enzim lisosomal yang diturunkan, dan dapat di
diagnosis pada waktu antenatal. Keadaan lain seperti
adrenoleukodistrofi, merupakan hasil kelainan metabolisme lipid yang
diturunkan, sedangkan pada lainnya penyebabnya belum diketahui.
2. Gangguan metabolik
Beberapa gangguan metabolik mungkin menghasilkan demielinasi.
Misalnya pada mielinolisis pontine sentral, yang palin sering terjadi
pada alkoholisme dan malnutrisi, kerusakan mielin terjadi pada sentral
batang otak dan serebrum. Patogenesis kelainan ini belum diketahui,
tetapi beberapa kasus kelihatannya merupakan hasil dari perbaikan
yang cepat dari hiponatremia.
3. Toksin
Toksin dapat dihasilkan pada mielin yang rusak dalam saraf-saraf
pusat. Satu contoh yang paling baik ialah heksaklorofen suatu bahan
antiseptik yang menyebabkan demielinasi berat pada bayi oleh efek
langsung pada mielin.
4. Virus
Virus dapat menyebabkan demielinasi seperti pada leukoensefalopati
multilokal progresif, yang menghasilkan infeksi sitolitik dari
oligodendrosit.
5. Reaksi Imunologik
Reaksi imunologik dapat menghasilkan demielinasi seperti pada
esenfalomielitis diseminata akut. (J.C.E UNDERWOOD 1996 Hal
881)
Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau
mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis
multipel, mekanisme demielinasinya tidak diketahui. (J.C.E. UNDERWOOD
1996. Hal 879)
Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk yang tinggal disekitar
garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang prevalensinya terutama tinggi di
Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis. Individu yang pindah dari daerah
dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah setelah umur 15 tahun resikonya
masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah apabila perpindahan dilakukan
pada umur yang lebih awal
Daerah Prevalen kotor (crude) per
100.000 populasi
Skotlandia bagian timur laut 144
Northumberland, Inggris,
Italia utara
Israel
Meksiko
50
20
13
1,5
(J.C.E. UNDERWOOD 1996, hal 879)
Di seluruh dunia, 2,5 juta orang telah didiagnosis dengan MS. MS yang
paling umum di Eropa Utara, Amerika Utara, tenggara Australia dan Selandia
Baru. Hal ini setidaknya umum di daerah tropis dan subtropis. Di AS, sekitar
10.000 sampai 15.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun.
Resiko terkena multiple sclerosis, rata-rata, adalah 1 dalam 750. Jika
seseorang dalam keluarga Anda memiliki MS, kesempatan MS berkembang dapat
meningkat. MS tidak secara langsung turun-temurun, meskipun kerentanan
genetik memainkan peran dalam perkembangannya.Faktor-faktor seperti geografi,
etnis, dan mungkin bahkan infeksi dapat mempengaruhi apakah seseorang
mengembangkan multiple sclerosis.
Multiple sclerosis yang paling sering didiagnosis antara usia 20 dan 50
tahun usia, walaupun onset mungkin sebelumnya. Sementara siapa pun bisa
mendapatkan MS, itu adalah 2 sampai 3 kali lebih umum pada wanita
dibandingkan pada pria. MS terjadi pada kelompok etnis yang paling tetapi lebih
umum di antara orang-orang keturunan Eropa utara. (Sumber:
www.multiplesclerosis.com)
Tujuan pembuatan makalah mengenai Multiple Sklerosis adalah untuk
memberikan gambaran secara umum tentang Multiple Sklerosis, menjelaskan
tentang penanganannya baik secara medis, maupun non medis khususnya
penanganan melalui bidang fisioterapi. Kemudian memberikan arahan bagaimana
peran fisioterapi pada penderita Multiple skleorosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI MULTIPLE SKLEROSIS
Sklerosis multipel merupakan kelainan demielinasi paling sering yang
mengenai saraf-saraf pusat. Umumnya kelainan ini ditemukan pada penduduk
yang tinggal disekitar garis lintang yang jauh, dari garis ekuator yang
prevalensinya terutama tinggi di Eropa Uatara, tetapi rendah pada daerah tropis.
Individu yang pindah dari daerah dengan prevalensi tinggi ke prevalensi rendah
setelah umur 15 tahun resikonya masih tetap tinggi, resiko menjadi lebih rendah
apabila perpindahan dilakukan pada umur yang lebih awal (J.C.E.
UNDERWOOD 1996, hal 879)
Multiple Sklerosis merupakan penyakit progresif yang disebabkan oleh
demielinasi (Hilangnya materi selubung mielin, yang penting sifatnya dalam
transmisi impuls saraf) dalam sel-sel putih dari otak dan sumsum tulang belakang.
Dalam penyakit ini, jalur-jalur demielinasi yang sporadis dideluruh sistem saraf
pusat dengan luas mendorong tidak berfungsinya neurologis yang tersebar dan
bervariasi. Dengan ditandai oleh ledakan kemarahan dan remisi, Multiple
Sklerosis merupakan penyebab utama ketidakmampuannya kronis pada anak
muda. (Anggota IKAPI 1996)
Penyakit demielinasi yang paling banyak ditemukan bersifat menahun,
dengan berbagai remisi dan eksaserbasi dan mengenai seluruh otak dan medula
spinalis. Dapat di temukan pada semua usia, tetapi paling sering antara 20-40
tahun. Wanita lebih sering daripada pria dan pada usia lebih muda. Lama penyakit
rata-rata 20 tahun (Sataf Pengajar bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
UI, 1973, Hal 407)
Multiple sklerosis adalah suatu penyakit otoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibodi terhadap mielin susunan saraf pusat. Sistem safar perifer
tidak terkena. Dengan rusaknya mielin maka hantarn saraf melambat. Respons
peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan
dan edema yang merusak neuron-neuron dan menyebabkan pembentukan plak
jaringan parut pada mielin. (Elisabeth j. Corwin, hal 188)
ETIOLOGI
Teori penyebab terjadinya sklerosis multiple sebagai berikut:
1. Kelainan pada unsure pokok lipid myelin
2. Gangguan autoimun (Kemungkinan dirangsang virus)
3. Racun yang beredar dalam CSS
4. Infeksi virus pada saraf-saraf pusat.
Multiple sklerosis dapat merupakan gangguan autoimun yang dipicu oleh
inveksi virus (mungkin morbili) pada individu yang genetic rentan; yang masih
menunggu untuk dibuktikan lebih lanjut. Percobaan klinis dengan sitokin, seperti
interferon yang mengatur respon imun telah mengurangi jumlah kambuhnya
penyakit dan kemajuan pada beberapa penderita. (J.C.E. UNDERWOOD 1996,
hal 880)
PATOFISIOLOGI
Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama
dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan
penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak
langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah
mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak
ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak
( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada
penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung
berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti
tersebut dihasilkan dalam otak.
Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah
menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi
yang melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan
unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya
membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya,
setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan
regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode
disfungsi neurologis yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan
berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi
sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak
dan sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta
degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan.
Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan
serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya
kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras:
pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.
PERAN FISIOTERAPI
Beberapa gejala (terutama kelemahan, tremor, disatria dan disfagia)
memiliki factor-faktor yang dapat memperhebat gejala, terutama latihan fisik,
infeksi, kegairahan, demam, suhu lingkungan yang tinggi, ketidakseimbangan
elektrolit dan malnutrisi. Menghindari factor-faktor yang berpengaruh bila
mungkin yang dapat mengurangi insiden dan keparahan beberapa gejala.
Imobilisasi dan tirah baring yang lama perlu dihindari, fisioterapi adalah
penting karena latihan yang teratur dapat memperlambat kemunduran penderita,
memberikan kompensasi , dan bahkan dapat memperbaiki fungsi. Gerakan aktif
meningkatkan kekuatan daya tahan, sementara gerakan pasif mengurangi
spastisitas dan mencegah deformitas yang ditimbulkan oleh pemendekan otak
progresif. Nyeri dapat timbul; akibat spastisitas atau gaya berjalan yang berubah,
dan fisioterapi dapat membantu meringankan nyeri yaitu dengan mengurangi
ketidakseimbangan musculoskeletal. Ataksia (keterlibatan serebelar) dapat
ditolong dengan latihan-latihan penguatan dan mengambangkan gerakan-gerakan
kompensasi, (misal, dasar melangkah yang lebih lebar). Latihan-latihan ini juga
dapat mengurangi tremor bila belum berat.
Bantuan dalam melakukan kegiatan rutin harian perlu dinilai per individu.
Nasihat yang rinci menyangkut pemakaian alat-alat bantu sangat penting. Alat-
alat bantu gerak seperti bebat penokong sendi-sendi yang lemah, walker, tripod,
tongkat, kruk, dan kursi roda pada kasus yang berat, semuanya dapat membantu.
Pemakaian bidai pada malam hari dapat membantu mengurangi kontraktur akibat
spastisitas. Gips kerah dapat membantu tremor kepala yang hebat, Kebutuhan
individual juga berubah dengan perjalanan penyakit, dan perlu ditinjau kembali
setelah beberapa waktu.
Gangguan penglihatan terutama terjadi pada neuritis retrobulbar dan
memerlukan alat bantu seperti kaca pembesar, buku-buku braille, dan tulisan yang
direkam. Bila timbul diplopia yang berat, maka penekanan salah satu pandangan
dengan menutup satu mata mungkin perlu diperlukan.
Gangguan bicara biasanya berupa bicara yang terseret-seret atau mencari-
cari, dan kesulitan bernafas. Suatu cara bicara yang lambat namun jelas dapat di
ajarkan kepada penderita oleh ahli terapi wicara. Demensia juga sering ditemukan,
terutama menyangkut gangguan memori dan hilangnya cara berfikir abstrak. Pada
10 persen penderita, demensia ini berat, dan umumnya penderita juga mengalami
gangguan fisik berat. (T. Declan wash, 1997)
ALUR PENGOBATAN
Rencana pengobatan haruslah mudah dan sederhana guna mempertinggi
kepatuhan penderita.
1. Terapi merupakan salah satu cara utama dalam pengobatan MS.
Ada dua geris besar terapi, yaitu:
a. Imunomodulasi
Meskipun tidak sepenuhnya jelas bagaimana terapi ini benar-benar
bekerja, diyakini bahwa jenis terapi ini memiliki sifat dominan
imunomodulasi. Dengan MS, kekebalan sel-sel yang memainkan peran
penting dalam sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi
agen-dapat berfungsi dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat kita
sendiri. Sifat imunomodulasi terapi ini menyebabkan pengurangan
rusak sel kekebalan dengan mengatur aktivasi mereka. Selain itu,
penghalang alami antara sirkulasi darah dan otak, yang disebut
"penghalang darah-otak," diyakini menjadi kurang
permeabel. Penghalang ini memungkinkan sel kekebalan lebih sedikit
masuk ke otak di mana mereka bisa menyebabkan kerusakan dengan
menyerang jaringan saraf yang sehat.
b. Terapi imunosupresifMeskipun tidak ada definisi yang diterima secara universal, agen ini
umumnya terkait dengan penurunan jumlah sel-sel kekebalan
beredar. Kekebalan sel-sel yang memainkan peran penting dalam
sistem pertahanan alami kita untuk melawan infeksi agen-dapat
kerusakan di MS dan mulai menyerang sel-sel saraf yang sehat kita
sendiri. Sifat terapi imunosupresan ini menyebabkan pengurangan sel-
sel kekebalan berfungsi dalam sirkulasi darah yang berpotensi dapat
menyebabkan kerugian bagi sel-sel saraf. Sebagai sisi negatifnya,
jumlah berfungsi dengan baik sel kekebalan berkurang juga. Sel-sel ini
penting untuk melindungi tubuh dari pengaruh berpotensi berbahaya
dari agen infeksius (www.multiplesklerosis.com)
2. Obat-obatan
a. Asam lemak polyunsaturated. Dapat membantu mengurangi keparahan
dan lamanya relaps
b. Diet bebas gluten juga telah dianjurkan, namun belum terbukti
c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) dalam bentuk jel, 40 unit
intramuskular tiap 12 jam selama seminggu, diikuti dengan penurunan
dosis secara bertahap dalam dua minggu berikutnya, dapat
memperpendek masa relaps akut.
d. Siklofosfamid dan azitioprin, keduanya layak di coba pada penyakit
yang sangat progresif
e. Baklofen, 5mg per oral tiap 8 jam, dan ditingkatkan 5mg tiap 3 hari,
hingga mencapai dosis maksimum 60 mg/ hari, dapat mengurangi
spastisitas, spasme otot, nyeri dan klonus otot.
f. Interferon yang diberikan melalui injeksi intratekal berulang, dapat
mengurangi angka relaps. Obat ini masih dalam penelitian.
g. Diazepam, 2 mg per oral, tiap 8 jam, dan ditingkatkan hingga dosis
maksimum 40 mg per hari, dapat mengurangi spastisitas dan spasme
tetapi sering menyebabkan mengantuk.
3. TINDAKAN
a. Blok saraf dengan fenol dapat membantu pada spatisitas otot yang
berat
b. Transplantasi tendon dapat mengurangi kontraktur dan membantu
gerakan
c. Kriotalamotomi dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus intention
tremor bilateral yang berat yang disertai dengan kelemahan ringan
hingga sedang.
d. Stimulasi medula spinalis dapat mengurangi spastisitas dan
memperbaiki fungsi kandung kemih, Elektroda diselipkan atau
ditanamkan secara permanen, pada ruang epiduralguna merangsang
medula spinalis. Namun tindakan ini masih bersifat eksperimental. (T.
Declan wash, 1997, hal 491)
BAB III
KESIMPULAN
Kondisi Demielinating dapat disebabkan virus, bahkan bahan kimia atau
mekanisme imunologik. Kondisi demielinisasi yang paling sering ialah sklerosis
multipel. Multiple sklerosis di diagnosis anatara uasia 20 sampai 30, dan 2 sampai
3, lebih sering terkena pada wanita.
Pengbatan bisa dilakukan dengan jalan terapi, yang antara lain: terapi
imunomodulasi dan terapi imunosupresif. Dapat pula di lakukan langkah medis
dengan obat-obatan yang fungsionalnya sebagai pengurang relaps.
Pentingnya peran fisioterapi dalam kasus ini adalah, memebrikan arahan,
memberikan latihan teratur untuk memperlambat kemunduran penderita,
memberikan kompensasi dan memperbaiki fungsi.
DAFTAR PUSTAKA