Makalah Mp5 Sesi 5

17
PENDAHULUAN Saat udara panas, tubuh banyak mengeluarkan keringat. Sebaliknya, saat udara dingin tubuh lebih banyak mengeluarkan urin. Mengapa tubuh melakukan hal demikian? Apa sebenarnya zat yang dikeluarkan bersama urin? Berbagai reaksi kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh dimana beberapa reaksi tersebut dapat menghasilkan beberapa zat sisa yang bersifat racun dan harus dikeluarkan dari tubuh. Adanya sistem eksresi yang melibatkan alat-alat ekskesi berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa tersebut untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh. Sistem ekskresi sangat berperan dalam menjaga homeostasis tubuh dengan cara osmoregulasi, yaitu mekanisme tubuh untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau cairan tubuh. (1) Cairan ekstrasel merupakan medium sel-sel dimana setiap perubahan dalam cairan ekstrasel dapat menyebabkan perubahan pada cairan intrasel yang kemudian pada gilirannya akan menimbukan gangguan pada fungsi sel. Oleh sebab itu, agar sel tetap berfungsi normal, maka cairan ekstrasel harus dipertahankan agar tetap normal pula. Salah satu organ yang dapat mengatur atau mempertahankan cairan ekstrasel tetap

description

jsgdhjasgdsgdsa

Transcript of Makalah Mp5 Sesi 5

Page 1: Makalah Mp5 Sesi 5

PENDAHULUAN

Saat udara panas, tubuh banyak mengeluarkan keringat. Sebaliknya, saat udara dingin tubuh

lebih banyak mengeluarkan urin. Mengapa tubuh melakukan hal demikian? Apa sebenarnya

zat yang dikeluarkan bersama urin? Berbagai reaksi kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh

dimana beberapa reaksi tersebut dapat menghasilkan beberapa zat sisa yang bersifat racun

dan harus dikeluarkan dari tubuh. Adanya sistem eksresi yang melibatkan alat-alat ekskesi

berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa tersebut untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh.

Sistem ekskresi sangat berperan dalam menjaga homeostasis tubuh dengan cara

osmoregulasi, yaitu mekanisme tubuh untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam

cairan sel atau cairan tubuh.(1)

Cairan ekstrasel merupakan medium sel-sel dimana setiap perubahan dalam cairan

ekstrasel dapat menyebabkan perubahan pada cairan intrasel yang kemudian pada gilirannya

akan menimbukan gangguan pada fungsi sel. Oleh sebab itu, agar sel tetap berfungsi normal,

maka cairan ekstrasel harus dipertahankan agar tetap normal pula. Salah satu organ yang

dapat mengatur atau mempertahankan cairan ekstrasel tetap normal adalah ginjal. Ginjal

melakukan fungsinya yang paling penting dengan cara menyaring plasma dan memisahkan

zat dari filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya

ginjal “membuang” zat-zat yang tidak diinginkan dari filtrat dengan cara mengekskresikan

kedalam urin, sementara zat yang masih dibutuhkan di kembalikan kedalam tubuh.(2)

LAPORAN KASUS 1

Tuan Reno,tidak mau mengikuti saran dokter untuk melakukan ESWL tetapi malah

berobat ke paranormal dengan jamu 3 tahun kemudian sering sakit kepala dan pada

Page 2: Makalah Mp5 Sesi 5

pemeriksaan dokter, tekanan darah 180/100 dan laboratorium test fungsi ginjal mengalami

gangguan.

PEMBAHASAN

Ginjal sebagai organ utama dalam sistem ekskresi memiliki berbagai fungsi yang

dapat di kelompokan menjadi 4 fungsi yaitu fungsi homeostasis, ekskresi, hormonal dan

metabolisme. Fungsi homeostasis meliputi fungsi ginjal yang dapat mempertahankan

keseimbangan air dan elektolit cairan seperti Na+, Cl-, K+, H+, HCO3-, CO2

+, Mg2+, SO4

-, PO4-.

Eksresi air dan elektrolit harus sesuai dengan asupannya. Jika asupan melebihi ekskresi, maka

jumlah zat dalam tubuh akan meningkat. Sebaliknya jika asupan kurang dari ekskresi maka

jumlah zat dalam tubuh akan berkurang. Selain itu fungsi homeostasis ginjal juga dapat

membantu memperahankan keseimbangan asam basa, volume plasma dan osmolaritas dari

cairan tubuh. Ginjal turut mengatur asam basa, bersama paru dan sistem dapar cairan tubuh

dimana ginjal merupakan satu-satunya organ untuk membuang tipe-tipe asam tertentu dari

tubuh, seperti asam sulfur dan asam fosfat yang dihasilkan dari metabolisme protein.(3)

Fungsi ginjal yang kedua adalah fungsi hormonal dimana ginjal dapat mensekresikan

eritropoetin, hormon yang merangsang produksi sel-sel darah merah oleh sumsum tulang dan

ginjal juga mensekresikan renin yaitu suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai

yang penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal. Fungsi selanjutnya dari ginjal

adalah fungsi ekskresi yaitu ginjal dapat mengekskresikan sisa-sisa metabolisme seperti urea,

asam urat dan kreatinin. Dan juga ginjal juga dapat mengeluarkan komponen asing seperti

obat, food additives, dan materi non nutrisi eksogen yang lain yang masuk kedalam tubuh.

Ginjal juga memiliki fungsi metabolisme dimana ginjal membantu mengubah vitamin D

menjadi bentuk akifnya yaitu 1,25-dihidroksi kalsitriol. Kalsitriol ini penting untuk deposit

kalsium yang normal dalam tulang dan reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna.(4)

Page 3: Makalah Mp5 Sesi 5

Ginjal melaksanakan tiga proses dasar dalam menjalankan fungsinya yaitu filtrasi,

reabsorpsi, dan sekresi untuk menghasilkan urin. Proses filtrasi terjadi di glomerulus dimana

proses tersebut mendapat tenaga dari tekanan hidrostatik yang di hambat oleh tekanan

oncotik dan tekanan intratubular. Pada saat darah mengalir di arteriol aferen menuju ke

glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerulus kedalam

kapsul bowman dan menghasilkan filtrat glomeruli atau urin primer yang mengandung zat

yang masih di butuhkan oleh tubuh seperti air, glukosa, asam amino, dan elektrolit, serta zat-

zat yang harus di buang seperti urea, kreatinin, dan asam urat.

Proses reabsorpsi selektif terhadap Na, Cl dan air yang terjadi di tubulus kontortus

proximal sekitar 60-80% dari volume filtrat glomeruli. Cairan tubuh dipertahankan agar tetap

isoosmotik karena penyerapan air dan Cl mengikuti penyerapan Na (penyerapan aktif).

Penyerapan air yang pasif ini disebut penyerapan air yang obligatoris. Sementara di dalam

ansa henle pars descendens (dinding tipis) lebih permeabel terhadap air daripada zat terlarut

akibatnya kurang lebih 70% air diserap kembali sehingga filtrat glomeruli disini menjadi

hiperosmotik. Sebaliknya ansa henle pars ascenden (dinding tipis) tidak permeabel terhadap

air tetapi permeabel untuk NaCl dan permeabel sebagian untuk urea sehingga cairan disini

menjadi hipoosmotik, tetapi volumenya tetap karena air tidak ikut berdifusi. Cairan tubuli

menjadi isoosmolar pada akhir bagian tipis dan permulaan bagian tebal pars ascenden. Pada

tubuli dista lebih sensitif terhadap ADH, dimana hormon ini mengatur sel tubuli distal dan

ductus koligens terhadap air. Absorpsi air yang dipengaruhi ADH ini disebut reabsorpsi air

yang fakultatif. Selain Na, Cl dan air, glukosa dan fosfat juga mengalami reabsorpsi di

tubulus kontortus proximal. Banyaknya glukosa yang di fltrasi tergantung pada glukosa darah

dan GFR atau laju filtrat glomeruli. Sementra reabsorpsi fosfat dipengaruhi oleh dua

mekanisme diantaranya sistem yang sensitif terhadap hormon paratiroid dan yang tergantung

pada Ca++.

Page 4: Makalah Mp5 Sesi 5

Proses pembentukan urin selanjutnya adalah sekresi. Zat-zat yang disekresi meliputi

kreatinin, asam urat, K+, H+, ion-ion organik dan zat asing. Sekresi terutama terjadi di tubuli

distal. Ini merupakan proses aktif sehingga memerlukan energi dan zat pengemban ( carrier)

suatu protein.(5)

Terdapat beberapa tes untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi ginjal ,

diantaranya :

1. Filtration fraction yaitu dengan menghitung jumlah plasma yang melalui ginjal dan di

filtras persatuan waktu.

2. Renal Plasma Flow yaitu dengan menghitung jumlah plasma yang melalui ginjal

permenit. Pengukuran RPF dengan menggunakan PAH. Normal RPF 574 ml/menit

/1,73 m2 luas permukaan tubuh.

3. Tes radioisotop, digunakan iodo thalamate untuk melihat GFR dan Hipurat untuk

melihat RPF (Renal Plasma Flow)

4. Clearance (penjernihan) adalah volume darah atau plasma yang mengandung

sejumlah zat yang di ekskresi dalam urin dalam 1 menit. Normal 95-105 ml/menit.

5. Tubular secretory mass, caranya diberikan PAH sedemikian rupa sehingga kadar PAH

dalam darah 50 mg %. Pada kadar ini sistem pengemban atau karier bekerja

maksimal.

6. Tes pemekatan, bila ada kelainan dalam daya pemekatan ginjal, ini merupakan gejala

permulaan penyakit.(6)

Urin memiliki ciri-ciri fisik yang bisa ditinjau dari volume, berat jenis, reaksi, warna, bau

dan kejernihan. Volume urin normal pada dewasa yaitu sekitar 600-2500 ml. Hal ini

tergantung pada intake air, temperatur lingkungan, makanan atau diet dan keadaan mental

dan fisik. Sedangkan berat jenis normal urin adalah 1,003-1,030. Untuk pH urin normal

Page 5: Makalah Mp5 Sesi 5

adalah 4,7-8,0 rata-rata <6,0. Urin akan menjadi asam pada keadaan asidosis dan menjadi

alkalis pada keadaan alkalosis. Urin normal pada umumnya berwarna pada kuning muda

seperti warna bir. Bila volume urin menurun warna urin menjadi lebih tua, warna urin

disebabkan oleh urokrom (terutama), urobilin dan hematoporfirin. Urin juga memiliki bau

yang khas tetapi bau ini dipengaruhi oleh makanan misalnya pete, jengkol, asparagus,

menyebabkan urin berbau metil merkaptan. Sedangkan pada ketosis (DM), menyebabkan

urin bau aseton. Urin normal bersifat jernih, sedangkan bila mengandung fosfat, bakteri usus,

dapat menjadi keruh.(7)

Urin normal mengandung 97% air dan solid 3% diantaranya urea (paling banyak), NaCl,

kreatinin, kreatin, amoniak, asam urat, asam amino, alantoin, sulfat, fosfat, oksalat, mineral,

vitamin, hormon, enzim, dll. Eksresi urea sebanding dengan intake protein. Intake protein

banyak mengakibatkan eksresi urea semakin banyak. Katabolisme protein yang meningkat

misalnya pada penderita DM, demam dan hiperaktivitas kelenjar adrenal, sehingga

mengakibatkan ekskresi urea meningkat. Eksresi urea menurun pada penyakit hati (terutama

stadium akhir) dan asidosis.(8)

Bila kadar urin abnormal dapat menyebabkan beberapa kelainan diantaranya: dysuria,

yaitu rasa sakit atau nyeri pada waktu buang air kecil pada bagian uretra, lubang kemih dari

kandung kemih, atau disekitar alat kelamin. Polakisuria yaitu frekuensi miksi(buang air kecil)

meningkat karena vesica urinaria tidak dapat menampung air secara normal disebabkan

karena adanya peradangan. Secara fisiologis juga dapat terjadi pada ibu hamil karena vesica

urinaria tertekan. Selanjutnya penyakit lain pada ganguan ginjal adalah poliuria yaitu volume

urin lebih dari 2500ml per 24 jam, sering terjadi pada penderita DM, ginjal kronis karena

adanya defisiensi hormon ADH. Ada juga kelainan yang disebut nocturia yaitu penyakit

kencing malam yang sering diderita oleh orang lanjut usia.(9)

Page 6: Makalah Mp5 Sesi 5

LAPORAN KASUS 2

Tuan Reno menderita urolithiasis dengan komplikasi hipertensi setelah menderita 3

tahun. Suatu pagi, kelopak mata Tuan Reno bengkak seperti habis menangis. Oleh dokter

dikatakan adanya oedem. Akhirnya karena berobat tidak teratur, Tuan Reno dirawat di ICU

karena mengalami asidosis dan anemia.

PEMBAHASAN

Urolithiasis adalah adanya batu pada saluran ureter yang dapat menimbulkan infeksi.

Batu terbentuk ketika konsentrasi kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat meningkat.

Urolithiasis ini disebabkan karena adanya bakteri Escherchia coli di ureter, vitamin D

meningkat dan terjadi dehidrasi.(10)

Hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah melebihi batas normal dimana

tekanan darah tersebut lebih dari 140/90 mmHg. Mekanisme hipertensi pada gangguan ginjal

(RAS = Renin-Angiotensin System) terjadi karena adanya batu di ureter yang menyebabkan

kadar oksigen di dalam ginjal berkurang atau mengalami iskemia sehingga akan

menstimulasi ginjal untuk memproduksi hormon renin. Hormon renin ini mengkatalisis

angiotensin yang diproduksi oleh hati menjadi angiotensin I, kemudian akan diubah menjadi

angiotensin II oleh ACE (Angiotensin-I Converting Enzyme). Angiotensin II ini akan bekerja

sama dengan aldosteron untuk merangsang korteks adrenal sehingga meningkatkan

reabsorpsi Na yang akan diikuti dengan meningkatnya reabsorpsi Cl menyebabkan terjadinya

retensi garam dan menimbulkan hipertensi.(11)

Oedema adalah meningkatnya cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler yang disertai

penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa. Adapun 4 faktor

penyebab oedema, yaitu:

Page 7: Makalah Mp5 Sesi 5

1. Penurunan konsentrasi protein plasma. Gangguan ginjal dapat menyebabkan

membran glomerulus ginjal rusak sehingga zat-zat protein masuk ke dalam filtrat

glomeruli. Jika ekskresi protein plasma dalam urin tidak dapat diimbangi oleh sintesis

protein dalam tubuh, maka akan terjadi penurunan konsentrasi protein plasma sehingga

tekanan osmotik plasma menurun dan menyebabkan banyak cairan yang keluar dari

plasma ke ruang interstitial, tetapi sedikit yang di reabsorpsi. Cairan tersebut menumpuk

dan menyebabkan oedema. Oedema terjadi jika konsentrasi protein plasma dibawah 2,5

g/100 ml darah.

2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Dimana memungkinkan lebih banyak

protein plasma keluar dari kapiler ke cairan interstitium di sekitarnya. Terjadi penurunan

tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan tekanan kearah dalam, sementara

peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstitium yang disebabkan oleh kelebihan

protein di cairan interstitium meningkatkan tekanan ke arah luar. Ketidakseimbangan ini

ikut berperan menimbulkan oedema lokal.

3. Peningkatan tekanan vena. Ketika darah terbendung di vena, akan disertai peningkatan

darah kapiler, karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena. Peningkatan kearah luar

dinding kapiler ini terutama berperan pada oedema yang terjadi pada gagal jantung

kongestif.

4. Penyumbatan pembuluh limfe. Menimbulkan oedema karena kelebihan cairan yang

difiltrasi keluar tertahan di cairan interstitium yang tidak dapat dikembalikan ke darah

melalui sistem limfe.(12)

Dari laporan kasus disebutkan bahwa tuan Reno mengalami asidosis dan anemia,

dimana asidosis dibagi menjadi dua, yaitu asidosis metabolik dan asidosis respiratorik.

Asidosis respiratorik adalah akibat retensi CO2 yang disebabkan oleh hiperkapnia. Karena

jumlah CO2 yang keluar melalui paru-paru berkurang, terjadi peningkatan pembentukan

Page 8: Makalah Mp5 Sesi 5

H2CO3 yang kemudian berdisosiasi dan menyebabkan peningkatan H+. Sedangkan asidosis

metabolik mencakup semua jenis asidosis selain yang disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam

cairan tubuh. Pada keadaan tidak terkompensasi, asidosis metabolik selalu ditandai oleh

penurunan HCO3- plasma, sementara CO2 normal, sehingga rasio menjadi asidotik.(13)

Secara fisiologis, CO2 dan H2O berdifusi masuk ke dalam sel proksimal. Oleh enzim

Carbonic Anhydrase akan dikatalisis menjadi H2CO3 yang kemudian akan berionisasi menjadi

H+ dan HCO3-. H+ akan berdifusi ke lumen tubuli sementara HCO3

- akan berdifusi ke dalam

darah. Untuk menyeimbangkan muatan listrik, Na akan berdifusi dari lumen menuju ke sel

lalu ke pembuluh darah. Sehingga disini terjadi reabsorpsi NaHCO3 dan sekresi H+. Saat

ginjal mengalami gangguan, ginjal tidak mampu mensekresikan H+ untuk menimbulkan

keasaman urin yang normal sehingga urin yang disekresikan bersifat alkali. Sementara

penimbunan asam pada cairan tubuh menyebabkan pH darah asidotik. (14)

Pada keadaan ini, paru-paru akan mengkompensasi asidosis dengan 2 cara, yaitu:

1. Buffer darah menyerap lebih banyak H+ sehingga menyebabkan HCO3- meningkat.

2. Paru-paru mensekresikan lebih banyak CO2 (bersifat asam) untuk membentuk H+ lebih

banyak dengan cara bernafas secara hiperpnoe yaitu secara dalam dan cepat.

Gangguan ginjal disini juga menyebabkan anemia, dimana hal ini disebabkan karena

berkurangnya hormon eritropoietin ginjal, yang merangsang sumsum tulang untuk

menghasilkan sel darah merah. Jika ginjal mengalami kerusakan berat, ginjal tidak mampu

membentuk eritropoietin dalam jumlah cukup sehingga mengakibatkan penurunan produksi

sel darah merah dan menimbulkan anemia.(15)

Refleks miksi adalah refleks otonom pada kauda spinalis yang dapat dihambat atau

dibantu oleh korteks serebri. Kontraksi ini dihasilkan oleh reflex regang yang dipicu oleh

reseptor regang sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra

posterior. Ketika area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung kemih yang lebih

Page 9: Makalah Mp5 Sesi 5

tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis

dari medulla spinalis melalui saraf pelvis, kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung

kemih melalui serabut saraf parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama. Jika

kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini akan berelaksasi secara spontan

dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi dan tekanan turun

kembali ke nilai dasar. Ketika kantung kemih terus terisi, reflek miksi menjadi semakin

sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.(16)

KESIMPULAN

Gangguan ginjal dapat menimbulkan berbagai macam penyakit antara lain hipertensi, oedem,

asidosis, dan anemia. Pada kasus ini, Tn Reno mengalami gangguan ginjal dimana adanya

batu disaluran ureter yang dapat menimbulkan infeksi dan terbentuk ketika konsentrasi

kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat tinggi yang disebut dengan urolithiasis.

Urolithiasis ini bias menyebabkan terjadinya gangguan pada ginjal dimana gangguan ginjal

ini bisa menyebabkan timbulnya hipertensi yang bisa juga menimbulkan penyakit-penyakit

lain seperti asidosis, anemia serta oedem. Penyakit tersebut dapat diketahui dengan

melakukan test-test fungsi ginjal, dimana fungsi ginjal yang normal adalah sebagai

homotasis, ekskresi, hormonal, dan metabolisme.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aryulina D. Sistem Ekskresi. In: Wijayanti E, editors. Biologi. 2nd ed. Jakarta: esis;

2004.p. 215

Page 10: Makalah Mp5 Sesi 5

2. Guyton, Hall. Pembentukan Urin oleh Ginjal. In: Rachman LY, editors. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;2006.p.324

3. Guyton, Hall. Pembentukan Urin oleh Ginjal. In: Rachman LY, editors. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;2006.p.325

4. Sherwood L. Sistem Kemih. In: Santoso BI, editors. Fisiologi Manusia. 2nd ed.

Jakarta: EGC;2001.p.502

5. Sherwood L. Sistem Kemih. In: Santoso BI, editors. Fisiologi Manusia. 2nd ed.

Jakarta: EGC;2001.p.502-4

6. Wahjudi K, Natakarman TS. Ginjal. Diktat Biokimia. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti;2010.p.18-9

7. Wahjudi K, Natakarman TS. Urin. Diktat Biokimia. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti;2010.p.23-4

8. Wahjudi K, Natakarman TS. Urin. Diktat Biokimia. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti;2010.p.24-5

9. Price SA, Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. In: Hartato, editors. Patofisiologi. 6 th ed.

Jakarta: EGC;2006.p.912-4

10. www.forbetterhealth.wordpress.com

11. Sherwood L. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. In: Santoso BI, editors. Fisiologi

Manusia. 2nd ed. Jakarta: EGC;2001.p.335

12. Sherwood L. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. In: Santoso BI, editors. Fisiologi

Manusia. 2nd ed. Jakarta: EGC;2001.p.335

13. Sherwood L. Keseimbangan Cairan dan Asam Basa. In: Santoso BI, editors. Fisiologi

Manusia. 2nd ed. Jakarta: EGC;2001.p.530-3

14. Wahjudi K, Natakarman TS. Ginjal. Diktat Biokimia. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti;2010.p.13

Page 11: Makalah Mp5 Sesi 5

15. Guyton, Hall. Penyakit Ginjal dan Diuretik. In: Rachman LY, editors. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;2006.p.432

16. Guyton, Hall. Pembentukan Urin oleh Ginjal. In: Rachman LY, editors. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;2006.p.330