Makalah Modul 1 Gigi Ngilu
-
Upload
achmadbejamin -
Category
Documents
-
view
201 -
download
46
description
Transcript of Makalah Modul 1 Gigi Ngilu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak dan
perawatan kerusakan yang luas yang ditimbulkannya masih merupakan bagian utama dari
praktik kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak ialah mencegah
meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi secara sehat,
sehingga integritas lengkung geligi dan kesehatan jaringan mulut dapat dipertahankan. Untuk
mencapai tujuan ini, telah dikembangkan beberapa perawatan endodontic konservatif sebagai
perawatan alternative selain pencabutan, pada gigi sulung dan gigi permanen muda dengan
karies atau cedera yang membahayakan pulpa.
Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode grligi sulung dan geligi bercampur
dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat menimbulkan maloklusi,
menurunannya fungsi penguyahan (terutama gigi posterior), gangguan perkembangan bicara
(terutama gigi anterior), dan dapat menimbulkan trauma akibat pemberian anastesi dan tindakan
bedah.
Tujuan utama perawatan endodontic pada anak sama dengan pada orang dewasa, yaitu
pencegahan dan perawatan periodontitis apikalis, selain menghilangkan rasa sakit dan
mengontrol sepsis pada pulpa dan jaringan periradikular. Demikian pula prinsip umum dan
prosedur perawatan endodontic pada anak (endodontic pediatric). Umumnya sama seperti pada
orang dewasa. Namun ada beberapa perbedaan yang penting yang perlu diperhatikan, yang
merupakan salah satu focus pembahasan dalam makalah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang latar belakang yang telah dikemukakan, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana anamnesis pada kasus?
2. Bagaimana pemeriksaan Intra dan Ekstra oral?
3. Bagaimana diagnosis pada kasusu tersebut?
4. Apa yang dimaksud dengan rasa ngilu?
5. Apa faktor – faktor penyebab rasa ngilu?
6. Bagaimana mekanisme ngilu pada pasien?
7. Apa saja bahan – bahan yang digunakan pada kasus tersebut?
8. Bahan tambalan apa saja yang sesuai dengan restorasi pada kasus tersebut?
9. Jelaskan prosedur perawatan, indikasi dan kontraindikasi, serta keuntungan dan
kerugiaanya!
10. Apa saja dampak bila kasus tersebut tidak ditangani?
11. Bagaimana cara pencegahan yang tepat sesuai dengan kasus tersebut?
12. Jelaskan perbedaan rasa ngilu dan rasa sakit!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anamnesa pada kasus
Pasien perempuan berusia 6 tahun
Keluhan : Rasa ngilu pada gigi belakang bawahjika masuk makanan pada lubang
giginya
2.2. Pemeriksaan Intra dan Eksta Oral
a. Pemeriksaan intra oral : Adanya kavitas yang dalam pada gigi molar kiri bawah
b. Pemeriksaan ekstra oral : Tidak ada kelainan
Adapun dapat juga kita lakukan Pemeriksaan klinis, yaitu dengan:
Pembengkakan
Pembengkakan dapat timbul intra oral, terlokalisasi pada gigi yang infeksi atau
ekstra oral, dalam bentuk selulitis.pembengkakan ini disebabkan oleh eksudat
peradangan yang berhubungan dengan gigi non vital. Karena pembengkakan mungkin
tidak terlihat pada saat pemeriksaan, perlu diajukan pertanyaan dengan cermat kepada
anak maupun orang tuanya untuk menemukan adanya riwayat pembengkakan.
(Kennedy, 1976). Pembengkakan intra oral biasanya terlihat di sebelah bukal,
walaupun dalam keadaan yang jarang, dapat terlihat di lingual atau palatal.
Mobilitas
Mobilitas gigi sulung dapat terjadi sebagai akibat proses fisiologis maupun
patologis. Penilaian radiografis pada akar gigi sulung, kedudukan mahkota, dan
jumlah pembentukan akar gigi permanen pengganti di bawahnya membantu
menentukan apakah mobilitas itu fisiologis atau patologis.
Perkusi
Gejala ini dapat diperiksa secara klinis dengan menyuruh anak menggigit gagang
kaca mulut atau dengan tekanan jari. Rasa sakit disebabkan oleh tekanan eksudat
telah mendorong gigi dari soketnya. Rasa sakit waktu perkusi menunjukkan bahwa
radang pulpa telah meluas paling sedikit ke filamen radikular dan kemungkinan besar
gigi sudah mengalami nekrosis. Tes perkusi mempunyai nilai yang lebih berarti,
karena diterapkan pada anak yang lebih besar yang mampu memberikan reaksi yang
dapat dipercaya dengan pulpa vital yang meradang. Jadi, gigi dengan reaksi positif
pada perkusi tidak serta merta menunjukkan bahwa gigi tersebut nonvital.
Tes vitalitas
Tes vitalitas, baik secara termal maupun elektrik, sedikit sekali kegunaannya pada
gigi sulung. Nilai nyata tes vitalitas yaitunpada waktu membandingkan sebuah gigi
dengan pasangannya dalam periode waktu tertentu, misalnya pada gigi fraktur.
Pemeriksaan Radiografis
Pemeriksaan radiografis merupakan syarat penting untuk suatu perawatan pulpa
pada gigi sulung dan gigi permanen muda (kennedy,1976)
2.3. Penegakan diagnosis pada kasus.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis pada skenario dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami pulpitis reversible. Hal ini ditandai
dengan gigi belakang bawah atau gigi molar kiri bawah sering terasa ngilu jika masuk
makanan pada lubang giginya.
Pulpitis reversible dikategorikan untuk gigi yang merespon secara normal
pada test vitalitas pulpa. Gigi ini mungkin asimtomatik atau memiliki gejala ringan
seperti sensitif termal, kepekaan terhadap makanan/ minuman manis, nyeri rangsangan
stimulus taktil, atau nyeri pada saat mengunyah. Rasa sakit ini umumnya reda dengan
menghilangkan stimulus atau iritasi, menunjukkan aktivitas serabut saraf A-delta.
Etiologi umum yang dipertimbangkan adalah karies, kekurangan restorasi, atrisi, abrasi,
erosi, retak atau cacat perkembangan yang mengarah pada terbukanya dentin.
Hipersensitif dentin adalah bentuk dari pulpitis reversible. Perawatan dapat melibatkan
pembuangan jaringan karies, menempatkan atau mengganti restorasi, dan juga penutupan
dentin. Jika terjadi gejala setelah prosedur perawatan seperti penumpatan/ restorasi,
scaling dan root planning, maka diperlukan waktu agar gejala tersebut mereda. Jaringan
periradikuler tampak normal.
2.4. Definisi Rasa Ngilu
Nyeri adalah suatu fenomena fisiologik dan psikologik yang kompleks. Tingkat persepsi
nyeri tidak konstan, ambang rangsang nyeri seperti juga reaksi terhadap nyeri berubah secara
signifikan dalam berbagai keadaan. Komponen fisiologik dari persepsi nyeri dan reaksi nyeri
terdiri atas komponen kognitif, emosional, dan fakfor simbolik. Seperti nyeri pada permukaan
adalah nyeri yang tajam, sejenak, dan terbatas yang timbul bila reseptor pada permukaan tubuh
berkontak dengan stimulus noksius.
2.5. Faktor – faktor penyebab rasa ngilu
1. Karies
Penyebab utama karies adalah mikroorganisme, reaksi pulpa dapat terjadi pada les dini
dentin. dengan berlanjutnya proses karies, walaupun pulpa belum terkena, sel sel peradangan
akan mengadakan penetrasi ke pulpa melalui tubulus dentin yg terbuka sehingga jika karies sdh
meluas mengenai pupa , itu berarti telah terjadi peradangan kronis
2. Mekanis
Cedera pulpa karena atrisi, abrasi ataupun trauma. trauma dapat terjadi karena pukulan
pada wajah dengan atau tanpa di sertai fraktur, jika pulpa terbuka, kuman akan mengadakan
penetrasi ke dalam dan menyebabkan peradangan pulpa
3. Kimiawi
Kerusakan pulpa dapat di sebabkan oleh bahan bahan yang bersifat asam atapun uap
2.6. Mekanisme terjadinya rasa ngilu
2.7. Bahan yang digunakan dalam perawatan pada kasus
Zinc oxide dan eugenol
Pasta Zinc Oxide eugenol merupakan bahan pengisi saluran akar yang paling banyak
digunakan. Tingkat keberhasilan bahan ini cukup tinggi, baik digunakan sendiri atau
ditambahkan dengan bahan fiksatif lain. Zinc oxide eugenol cenderung akan di buang oleh tubuh
sebagai mekanisme pertahan benda asing. Pasta tersebut cenderung bergerak ke region apikal ke
region intraradikular yang lebih sedikit hambatannya. Gerakan ini disebabkan tekanan erupsi
benih gigi tetap dan mekanisme tubuh untuk membuang benda asing.
Iodoform
Merupakan bahan yang dicampur dengan camphor, parachlorophenol, dan menthol
membentuk pasta yang dikenal sebagai pasta Walkhoff. Pemakaian pasta tersebut dianjurkan
secara klinis dan radiografis perawatan pulpektomi dengan bahan tersebut memperlihatkan hasil
yang baik. Pasta iodoform memiliki efek bakterisid yang cukup baik dan mampu berpenetrasi ke
dalam jaringan dan mengontrol infeksi.
Calcium Hydroxide
Bahan ini digunakan dalam pengisian saluran akar gigi sulung. Karena bahan tersebut
menimbulkan resorbsi internal gigi sulung. Memiliki pH alkalin dan efek anti bakteri serta
mampu memperbaiki kondisi patologis lesi periapikal.
2.8. Bahan tambalan apa saja yang sesuai dengan restorasi pada kasus
Restorasi yang dapat digunakan, yaitu :
Restorasi amalgam, resin komposit, atau glass ionomer. Restorasi-restorasi ini dapat diberikan sebagai restorasi langsung (digunakan untuk tambalan sementara) ataupun sebagai restorasi akhir untuk gigi yang telah selesai di pulp caping dan juga gigi tersebut harus masih memiliki bentuk mahkota yang mendukung sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi dari setiap bahan restorasinya.
Berdasarkan kasus di atas, bahan restorasi yang paling tepat digunakan ialah restorasi resin komposit, oleh karena restorasi ini baik untuk anak kecil yang masih mementingkan estetik dan tidak akan terkena toksik dari bahan tersebut.
2.9. Prosedur – prosedur perawatan pada kasus
Perawatan pulpa gigi sulung dapat dikalsifikasikan dalam dua golongan yaitu : perawatan
pulpa konservatif, yang bertujuan untuk mempertahankan vitalitas pulpa dan perawatan pulpa
radikal, yaitu: pengambilan jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar, diikuti dengan
pengisian saluran akar.
1. Perawatan pulp capping indirek, yang bertujuan untuk mempertahankan vitalitas pulpa
dengan cara:
- Menghentikan proses karies.
- Meningkatkan sklerosis dentin (mengurangi permeabilitas).
- Merangsang pembentukan dentin rearatif.
- Meremineralisasi dentin yang karies.
Indikasi :
Lesi karies dalam yang tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) pada gigi sulung
tetapi tidak melibatkan pulpa.
Tanda-tanda mulut yang terabaikan (tak terpelihara) termaksud karies rampan,
kerusakan parah atau syndrome susu botol.
perforasipulpa secara mekanis ,ukuran kecil, kurang dari 1 mm , dikelilingi oleh
dentin sehat , pada gigi sebelum vital dan tanpa gejala dan gejala patologis
Kontraindikasi :
Sakit spontan, sakit pada malam hari
Pembengkakan
Fistula
Peka atau sakit pada perkusi
Mobilita spatologis
Resorpsi akar eksternal
Resorpsi akar internal
Radiolusensi di daerah periapikal atau inter radikuler
Kalsifikasi pulpa
Perforasi pulpa secara mekanis karena kurang hati-hati sehingga instrument
terdororong ke pulpa
Tehnik perawatan
Dilakukan anastesi lokal
Gigi diisolasi
Semua jaringan karies dibersihkan atau dibuang, kecuali yang berdekatan dengan
pulpa, yang menurut pengalaman operator dapat membuatr perforasi kepulpa.
Jaringan karies yang tertinggal tidak boleh lunak, basah,atau lembab.
Kavitas dibersihkan
Dasar pelindung oksida seng-eugenol atau Ca(OH)2 yang cepat mengeras
diletakkan sebelum restorasi ditempatkan
Keuntungan indirek pulpa capping
1. Proses karies ada setiap gigi yang dirawat dikendalikan atau paling tidak sedikit
dihentikan, sehingga terbuka kesempatan bagi pulpa untuk menjadi sembuh.
2. Jumlah bakteri dalam mulut sangat berkurang karena kavitas yang dibiarkan terbuka
banyak sekali mengandung bakteri. Dengan mengurangi jumlah bakteri, lingkungan
mulut kurang bermanfaat untuk metabolism plak yang aktif.
3. Dengan menutup semua lesi karies, tersedia waktu untuk memberikan pandangan atau
falsafah tentang pencegahan dan untuk menilai respons pasien dan orang tua tentang hal
tersebut.
4. Fungsi mulutpun diperbaiki dan ancaman sakit gigi dikurangi atau dihilangkan.
5. Terbukanya pulpa dapat dicegah dengan perawatan pulpa indirek yang berhasil.
6. Dapat memicu terbentuknya dentin sekunder
7. Barier terhadap bakteri yang akan menyerang pulpa.
Kekurangan indirek pulpa capping
1. Kalsium hidroksida yang digunakan pada pH 12,5 menyebabkan terjadinya nekrosis
likuidasiterutama pada lapisan superfisial pulpa.
2. Bisa terjadi “tunnel defect” pada pembentukan jembatan dentin yang akan memudahkan
masuknya bakteri dan memperlambat proses kesembuhan
2.10. Dampak yang timbul bila kasus tidak ditangani
Bila tidak ditangani karies akan meluas sampai mencapai pulpa dan akan timbul
inflamasi moderet yang apabila kronis akan menjadi pulpitis irreversible dan berakhir dengan
nekrosis pulpa.
2.11. Pencegahan yang dapat dilakukan
Untuk mencegah rasa ngilu pada gigi, kita dapat melihat etiologinya terlebih dahulu.
Pada kasus rasa ngil timbul karena adanya karies. Jadi agar gigi tidak ngilu dapat dilakukan
pencegah karies.
Cara-cara dalam mencegah karies yaitu:
a. Hilangkan substrat karbohidrat
Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita.
yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pda
saat makan saja. Hal ini dianggap cara pencegahan yang paling efektif.
b. Tingkatan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan
memaparkannya terhadap fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalam dapat dikurangi
kerentanannya dengan menutupnya dengan memakai resin. Mengingat bahwa dalam
prosedur karies ini terliput kuman yang spesifik, tidaklah mustahil dalam waktu yang
akan dating dilakukan pencegahan dengan imunisasi.
c. Hilangkan plak bakteri
Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies. Tetapi
penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untunglah tidak semua
kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mecegah
karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogenik saja
d. Penyuluhan diet
Diet merupakan salah satu factor yang penting dalam melakukan pencegahan karies.
Dokter harus bekerja sama dengan orang tua untuk memperhatikan pola makan anak.
Setiap makanan yang mengandung karbohidrat terutama yang dapt melengket pad
apermukaan gigi dan dapat melarut perlahan-lahan, akan memproduksi asam didalam dan
sekitar plak gigi. Jika itu terjadi dapat dilakukan latihan modifikasi diet.
e. Pemeliharaan oral hygiene
Usaha pemeliharaan oral hygiene yaitu melakukan penyikatan minimal dua kali sehari
dam melakukan dental flossing setiap hari, serta kunjungan ke dokter gigi tiap 6 bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sakit merupakan mekanisme pertahanan tubuh dengan mengenali iritan melalui reseptor
nyeri di perifer yang kemudian diolah di dalam susunan saraf pusat.nyeri gigi dapat disebabkan
oleh aktivasi reseptor nyeri pada pulpa gigi oleh rangsang termal, mekanik, kimia, ataupun
elektrik. Selain itu, pengeluaran mediator inflamasi juga dapat merangsang reseptor nyeri pada
serabut yang menghantarkan rasa nyeri (serabut aferen nosiseptif).
Rasa sakit didefinisikan sebagai suatu persepsi dan pengalaman emosi yang tidak
menyenangkan berkaitan adanya kerusakan jaringan yang potensial dan nyata. Rasa sakit
merupakan respon subyektif. Hal ini tergantung pada factor-faktor antara lain umur, jenis
kelamin, ambang rasa sakit individual, besar gaya yang digunakan, keadaan emosional dan
stress, perbedaan cultural dan pengalaman sebelumnya. Respon rasa sakit dipengaruhi factor-
faktor psikologi, emosional, minat, dan pengertian yang akan memodifikasi sensasi dan
mempengaruhi ambang rasa sakit.
Tujuannya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
penderita agar secepatnya mengkoreksi sebelum terjadinya kerusakan yang menetap.2
Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan periodic untuk
mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher gigi
dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan pernis kavitas atau semen dasar sebelum
penumpatan, dan perhatian pada preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah
pulpitis.
3.2 SARAN
Orang tua harus aktif dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut anak, karena anak umur
5 tahun belum tahu tentang kebersihan gigi dan dan jaringan pendukungnya. Untuk kasus
kali ini anak bisa merasakan sakitpada giginya karena kariesnya sudah sampe atap pulpa
sehingga pasien merasakan sakit. Bila tidak ditangani maka akan mengganggu sistem
mastikasi dan pasien akan merasakanrasa sakit yang sangat hebat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanti E Arlia. 2006. Perawatan Endodontik Pada Anak. EGC: Jakarta
2. Color atlas of Endodontics by William T. johnson, DDS, MS. Page 9-10.
3. Karies dan perawatan pulpa pada anak secara komprehensif , 2010
4. Mathewson, R.J, etc. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry 3rd Edition. USA : Quintessence Publishing Co.
5. Perawatan pulpa gigi , edisi 3 , 2013
6. Walton R.E, Torabinejad M. 2008. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Jakarta.
EGC. Pg 333, 586.S