makalah mioma uteri.docx

19
Pengertian Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Dikenal juga dengan istilah mioma atau myom atau tumor otot rahim. Jumlah penderita mioma uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15. Epidemiologi Mioma terjadi pada kira kira 5 persen wanita selama masa reproduksi. Tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan decade keempat. Pada dekade ke empat ini insidennya mencapai kira kira 20%. Mioma lebih sering pada wanita nulipara atau wanita yang mempunya 1 anak. Mioma pada kehamilan menurut perkiraan frekuensi dalam kehamilan dan persalinan berkisar sekitar 1 persen, banyak mioma kecil tidak di kenal. Dalam banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa apa. Di pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetric yang besar artinya. Hal itu tergantung besarnya dan lokalisasinya.

Transcript of makalah mioma uteri.docx

Page 1: makalah mioma uteri.docx

Pengertian

Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Dikenal juga

dengan istilah mioma atau myom atau tumor otot rahim. Jumlah penderita mioma uteri ini

sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak menimbulkan keluhan sehingga

penderita tidak memeriksakan dirinya ke dokter.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit

multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang

dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai

abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15. 

Epidemiologi

Mioma terjadi pada kira kira 5 persen wanita selama masa reproduksi. Tumor ini tumbuh

dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan decade keempat.

Pada dekade ke empat ini insidennya mencapai kira kira 20%. Mioma lebih sering pada

wanita nulipara atau wanita yang mempunya 1 anak. 

Mioma pada kehamilan menurut perkiraan frekuensi  dalam kehamilan dan persalinan

berkisar sekitar 1 persen, banyak mioma kecil tidak di kenal. Dalam banyak kasus kombinasi

mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa apa. Di pihak lain kombinasi itu dapat

menyebabkan komplikasi  obstetric yang besar artinya. Hal itu tergantung besarnya dan

lokalisasinya. Secara umum angka kejadian mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi

pada wanita berusia di atas 35 tahun.

Etiologi

Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan

pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma

jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium)

sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan

(membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause

(mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim

dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt

berasal dari bahasa German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh

lebih dari satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan

berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram

saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.

Page 2: makalah mioma uteri.docx

Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

1. Lokasi

  Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

  Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.

  Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

             a. Mioma Uteri Subserosa

  Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai

satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. 

  Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai

mioma intraligamenter. 

  Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan

dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah

diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,

sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

b. Mioma Uteri Intramural

  Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak

merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus

bertambah besar dan berubah bentuknya. 

  Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena

adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. 

Page 3: makalah mioma uteri.docx

  Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma

submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan

otot rahim dominan).

c. Mioma Uteri Submukosa

  Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat

menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi.

Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.

  Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan

dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan

cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. 

  Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan

perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya

dilakukan histerektomi.

Manifestasi Klinik

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik

rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa

mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :

Besarnya mioma uteri.

Lokalisasi mioma uteri.

Perubahan-perubahan pada mioma uteri.

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala

klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:

a. Perdarahan abnormal

Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang

ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat

menyebabkan anemia defisiensi Fe. 

Page 4: makalah mioma uteri.docx

7Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area

permukaaan dari  endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,

distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan

endometrium.

b. Penekanan rahim yang membesar 

Terasa berat di abdomen bagian bawah.

c. Gejala traktus urinarius

urine frequency,

 retensi urine, 

obstruksi ureter dan hidronefrosis.

d. Gejala intestinal:

konstipasi obstruksi intestinal.

e. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Nyeri, dapat disebabkan oleh Penekanan saraf, Torsi bertangkai, Submukosa mioma

terlahir.

Patofisiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit

multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang

dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai

abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi

genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

1. Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke.

Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi

estrogen eksogen. 

Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium 

Page 5: makalah mioma uteri.docx

Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti

endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis

(16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).

Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita

dengan sterilitas.

17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat)

menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan

miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak

daripada miometrium normal.

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat

pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase

dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor

3. Hormon pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang

mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,

memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan

mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen

Diagnosis

Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

  Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.

  Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.

  Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

2. Pemeriksaan fisik

  Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

  Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut  menyatu

dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.

  Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

Gejala klinis

Page 6: makalah mioma uteri.docx

  Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.

  Adanya perdarahan abnormal.

  Nyeri, terutama saat menstruasi.

  Infertilitas dan abortus.

Pemeriksaan luar

  Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau

bebas.

  Pemeriksaan dalam

  Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan ini

biasanya ditemukan secara kebetulan.

3. Pemeriksaan penunjang

  USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan

adnexa dalam rongga pelvis. 

  Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih

mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat

jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya

membutuhkan diagnosa jaringan.

  Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa

bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus

membesar dan berbentuk tak teratur.

  Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai

fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

  Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan

infertilitas.

  Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

Komplikasi

  Perdarahan sampai terjadi anemia.

  Torsi tangkai mioma dari  : mioma uteri subserosa dan mioma uteri submukosa.

  Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.

Page 7: makalah mioma uteri.docx

  Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan.

  Infertilitas.

  Abortus.

  Persalinan prematuritas dan kelainan letak.

  Inersia uteri.

  Gangguan jalan persalinan.

  Perdarahan post partum.

  Retensi plasenta.

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri

  Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.

  Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai. 2,3,8,9,10

  Diagnosis Banding

  Tumor solid ovarium.

  Uterus gravid.

  Kelainan bawaan rahim.

  Endometriosis, adenomiosis.

  Perdarahan uterus disfungsional.

Faktor Predisposisi

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai

faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

  Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada

wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara

35-45 tahun.

  Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai

saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma

uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

  Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka

kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita

dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

Page 8: makalah mioma uteri.docx

  Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan

mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan

mengalami regresi setelah menopause.

Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat

mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan

dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.

Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal

dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah

mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma

daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun

bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang

bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini

kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada

usia dini.

Diagnosis Banding

1. Kehamilan

Uterus membesar merata. Tes Kehamilan positif

2. Pseudosiesis

Terdapat Amonorhea, perut membesar tetapi uterus sebesar biasa, tanda tanda kehamilan dan

reaksi kehamilan negatif.

3. Kistoma Ovarii

Mungkin ada amenorrhea , perut penderita membesar tetapi ukuran uterus biasa.

4. Vesica Urinariae dengan retensio urinae

Uterus biasanya membesar

Page 9: makalah mioma uteri.docx

5. Menopause

Terdapat Amenorrhea. Umur wanita kira kira di atas 43 tahun. Uterus sebesar biasa, tanda

tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.

Pencegahan

1. Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi

rutin.

Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih

massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah

bagian dari uterus.

2. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat

untuk mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik

diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan

gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran

uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan)

perkembangan mioma uteri.

b. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk

penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)  Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan

lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI

dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

Penatalaksanaan

Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor, dan terbagi

atas

1.Penanganan konservatif.

 Bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa   gejala.

Cara penanganan konservatif sebagai berikut :

Page 10: makalah mioma uteri.docx

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

Pemberian zat besi.

Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi

setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan

menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan

keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause.

Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. 

Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena

memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan,

dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. 

Baru-baru ini, progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik.

Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan

levonorgestrol intrauterin.

2. Penanganan operatif, bila :

Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.

Pertumbuhan tumor cepat.

Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

Hipermenorea pada mioma submukosa.

Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa

a) Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan

uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi

pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya

karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan

ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit

dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan

dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.

Page 11: makalah mioma uteri.docx

Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG)

adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan

keguguran yang berulang.

b) Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki

leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi

adalah sebagai berikut:

Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan

dikeluhkan olah pasien.

Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8

hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. 

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi

Nyeri hebat dan akut.

Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.

Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan

infeksi   saluran kemih.

c) Penanganan Radioterapi

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

Bukan jenis submukosa.

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.

Page 12: makalah mioma uteri.docx

Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan

d). Miomektomi

Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih miomektomi. Operasi

ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan dan membentuk kembali uterus. Pasien

harus menerima jika timbul masalah sewaktu melakukan miomektomi, ahli bedah dapat

melanjutkan dengan histerektomi. Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang

berkesempatan hamil akan hamil. Yang bertentangan dengan fakta ini adalah pada 5 persen

pasien. Mioma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia

sehingga memerlukan penggunaan hormone, reseksi histeroskopik atau histerektomi.

Prognosis

Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung membesar dan tidak

memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali

termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu

pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma

uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan,

akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat

membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala

penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi

sebaiknya dilakukan. 

Kesimpulan

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia lebih dari

35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan

secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai

keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.

Karenanya sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk menghindari

dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya genetik pada keluarga paling

tidak dapat di deteksi secara dini sebelum penyakit ini bertambah hebat dan menyebabkan

komplikasi yang serius bagi organ organ disekelilingnya yakni dengan melakukan

pemeriksaan ginekologis rutin dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan

Page 13: makalah mioma uteri.docx

pilihan lain untuk hasil lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma

yang berkembang pada rahim seseorang

Faktor Risiko

a. Faktor yang meningkatkan risiko

Diantara faktor risiko mioma uteri antara lain:

menarche dini –> meningkatnya lama paparan estrogen obesitas –> meningkatnya konversi androgen menjadi estrogen ras afrika-amerika –> genetik riwayat keluarga

b. Faktor yang menurunkan risiko

Post menopause –> terjadinya hipoestrogenisme kehamilan –> adanya jeda paparan estrogen dan adanya remodeling uterus selama

involusi post partum obat kontrasepsi oral kombinasi –> paparan estrogen dilawan oleh progesteron merokok –> mengurangi kadar estrogen dalam darah