MAKALAH MB.docx
-
Upload
trie-oktoviana-labagai -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of MAKALAH MB.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa bulan yang lalu, Indonesia sedang sering tertimpa bencana. Indonesia terletak
di “ring of fire” yang artinya Negara kita ini merupakan wilayah yang rawan bencana. Bencana
dapat terjadi kapan saja tanpa terduga, walaupun masih bisa kita prediksikan. Banyaknya
peristiwa bencana yang terjadi dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda yang
besar baik di Jawa Barat maupun di Indonesia, telah membuka mata kita bersama bahwa
manajemen bencana di negara kita masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Selama ini,
manajemen bencana dianggap bukan prioritas dan hanya datang sewaktu-waktu saja saat
bencana telah terjadi. Seharusnya manajemen bencana dilakukan secara continue membentuk
siklus.
Manajemen bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai
Siklus Manajemen Bencana.
Manajemen bencana bertujuan untuk (1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi
penderitaan manusia; (3) memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko,
serta (4) mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber
ekonomis.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana managemen situasi pada kasus gempa bumi.
2. Untuk menentukan Triase korban jumlah banyak dan tindakan Live-Saving.
3. Untuk mengetahui bagaimana stabilisasi dan evakuasi korban.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana managemen situasi pada kasud gempa bumi?
2. Bagaimana Triase korban jumlah banyak dan tindakan Live-saving?
3. Bagaimana stabilisasi dan evakuasi korban?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa
bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi
tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila
tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami
selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.
B. Jenis-jenis gempa bumi.
Gempa bumi ada beberapa tipe, yaitu:
1. gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa
di sekitar gunung api tersebut.
2. gempa bumi tektonik, Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik,
yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang
kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan
oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik
seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori
2
dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan
mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga
berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik.
C. Manajemen Situasi
a. Yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat ke daerah bencana yaitu :
meminta izin kepada keluarga atau kepada pihak
membawa identitas diri
menyiapkan alat pelindung diri ( perlengkapan )
b. Perencanaan setibanya di lokasi:
Melokalisasi
Memindahkan
TRIASE
Life-Saving
c. Melakukan assassement terhadap situasi secara umum dengan mempertimbangkan
keselamatan dan keamanan dengan cara menggunakan alat pelindung diri seperti
menggunakan helm sebagai alat pelindung kepala, sepatu boot, masker, celana
panjang kain, dan lain-lain.
d. Cara kita untuk melindungi korban dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi yaitu
dengan cara menyiapakan sanitasi air bersih.
D. TRIASE korban jumlah banyak dan tindakan Life-Saving
1. Berdasarkan kasus di wilayah X :
56 korban terluka parah, tidak sadar, respirasi dan nadi yang patologis, dan
dilatasi pupil mata yang bilateral,.
45 korban mengalami kesulitan bernapas, beberapa mendapat cedera dada dan
kesulitan bernapas yang cukup serius dan 5 korban dengan trauma abdomen ,
3
1 diantaranya dalam keadaan syok para korban ini masuk dalam kategori zona
merah ( pasien gawat darurat ) dan harus segera dilakukan pertolongan.
42 kasus dengan luka parah pada ekstremitas dan 305 diantaranya dengan
fraktur,
22 korban dengan deformitas anggota gerak tanpa adanya luka (fraktur
tertutup), 4 korban memiliki ekhimosis yang difus, pada daerah betis kanan,
paha kiri, lengan atas kiri dan lengan bawah kanan.
4 korban dengan cedera kepala dan leher dengan beberapa tingkat kesadaran , 4
di antaranya dengan hemiplegia dan 3 kasus dengan tetraplegia dan 6 kasus
dengan paraplegia.
7 anggota keluarga terbakar sebagai akibat kebocoran gas dan terbakar – 5
(termasuk 2 anak-anak) dengan luka bakar 5-9% luas permukaan tubuh , satu
dengan luka bakar 35% luas permukaan tubuh dan seorang anak dengan kulit
terbakar 14% luas permukaan tubuh.
Para korban ini masuk dalam kategori zona kuning ( luka berat tapi masih
dapat ditunda ).
Sekitar 1.000 korban luka ringan dengan luka gores pada kulit atau luka yang
superfisial. Korban ini masuk dalam kategori zona hijau ( korban luka ringan ).
25 korban meninggal masuk dalam kategori zona hitam ( korban meninggal ).
2. Korban yang memerlukan tindakan life saving yaitu korban yang masuk dalam
kategori zona Merah dengan cara melakukan tindakan A-B-C.
4
E. Stabilisasi dan evakuasi korban
Korban-korban dengan kasus berat dapat distabilkan dengan cara :
1. Pemberian O2 pada korban yang kekurangan O2
2. Memakaikan Bidai pada bagian tubuh yang tulangnya patah.
3. Apabila terjadi pendarahan tekanlah dengan keras pembuluh-pembuluh darah yang
sedang mengeluarkan darah, elevasi, immobolisasi.
4. Airway
5. Breathing
6. Circulation
F. Cara stabilisasi pada korban dan dalam tahap evakuasi
1. Kirim kerumah sakit atau puskesmas terdekat untuk memperoleh pengobatan
selanjutnya.
2. Melakukan yang terbaik untuk yang terbanyak dengan berdasarkan sumber daya
yang tersedia.
3. Dilakukan berulang pada setiap kegiatan rantai makanan.
5
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
2. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami
selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.
3. Jenis-jenis Gempa bumi: gempa bumi vulkanik dan gempa bumi tektonik.
B. Saran
1. Agar perawat mampu mengerti tentang langkah dan tindakan yang dapat
dilakukan bila sedang menghadapi bencana.
2. Agar perawat mampu mengerti tentang bahaya yang dapat timbulkan dari suatu
bencana.
6
DAFTAR PUSTAKA
Ardi.2012.trauma abdomen.(online)
http://ardivirgos.blogspot.com/2012/10/trauma-abdomen.html
Diakses 18 juni 2013
http://stunecity.wordpress.com/2011/03/12/langkah-langkah-menghadapi-gempa-bumi-dan-
bencana-alam/
Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Dorland,2002,Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC
Ignativicus, Donna D ; Workman. 2006. Medical Surgical Nursing Critical Thinking for
Collaborative Care. USA : Elsevier Saunders
Scheets,Lynda J.2002.Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
7