Makalah mankeb
-
Upload
satria-santoso -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
Transcript of Makalah mankeb
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber
pendapatan utama tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar
mendiami kawasan pedesaan di wilayah-wilayah terpencil. Selain itu, komoditas
ini juga berperan penting dalam penyediaan lapangan kerja di sektor industri hilir
dan perdagangan. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang
mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Pada tahun 2010 luas areal kebun
kopi mencapai 1.210.365 ha dengan produksi 686,92 ton dan volume ekspor
433.595 ton atau setara dengan US$ 814.311.000.
Komposisi kepemilikan perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh
Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 96 % dari total areal di Indonesia, dan yang
2 % sisanya merupakan Perkebunan Besar Negara (PBN) serta 2 % merupakan
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Posisi tersebut menunjukkan bahwa peranan
petani kopi dalam perekonomian nasional cukup signifikan. Hal ini juga berarti
bahwa keberhasilan perkopian Indonesia secara langsung akan memperbaiki
kesejahteraan petani. Pada tahun 2010 komposisi perkebunan kopi yang
diusahakan di Indonesia terdiri atas kopi Robusta seluas 958.782 hektar (79,21 %)
dan Arabika seluas 251.583 ha (21,78 %). Rata-rata produktivitas nasional kopi
Robusta dan kopi Arabika berturut-turut adalah 741 kg/ha dan 959 kg/ha. Sampai
dengan saat ini data luas areal dan produksi kopi Liberika dimasukkan ke dalam
kopi Robusta.
1
Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi Robusta dengan
pangsa sebesar 20 % dari ekspor kopi robusta dunia. Kawasan segitiga kopi
Indonesia yang meliputi provinsi-provinsi Lampung, Sumatera Selatan, dan
Bengkulu merupakan daerah penghasil kopi Robusta utama di Indonesia. Areal
kopi robusta tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia dengan urutan dan
persentasi areal sebagai berikut Sumatera (66 %), Jawa (12 %), Bali dan Nusa
Tenggara (8 %), Sulawesi (7%), Kalimantan (4%), serta Maluku dan Papua (1%).
Daerah penghasil kopi Arabika utama di Indonesia adalah Provinsi-provinsi
Aceh dan Sumatra Utara. Urutan dan persentase daerah penghasil kopi Arabika
adalah Sumatra (56 %), Sulawesi (22 %), Bali dan Nusa Tenggara (10 %), Jawa
(8 %), dan Papua (4 %). Kopi Liberika banyak ditanam petani di kawasan lahan
pasang surut yang sebagian besar berupa tanah gambut seperti di Jambi
(Kabupaten Tanjung Jabung Barat), Kalimantan Tengah (Kabupaten Pulang
Pisau), dan Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas). Karena kopi Liberika
memiliki daya adaptasi yang luas, kopi jenis ini juga ditanam secara sporadis pada
tanah mineral dan ketinggian yang berbeda-beda di beberapa daerah seperti
Sumatra Utara (Kabupaten Tapanuli Selatan), Jawa Timur (Kabupaten Malang
dan Blitar), dan Lampung (Kabupaten Tanggamus).
Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia
seharusnya tidak hanya menitikberatkan pada aspek ekonomi, akan tetapi juga
memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan
masyarakat sehingga diharapkan akan mampu meminimalkan terjadinya
kerusakan lingkungan hidup maupun permasalahan sosial. Pada dasarnya kegiatan
pembangunan pertanian berkelanjutan (berwawasan ekonomi, lingkungan, dan
2
sosial) berawal dari upaya mengelola sumberdaya alam secara bijaksana sehingga
dapat menopang kehidupan yang berkelanjutan, bagi peningkatan kualitas hidup
masyarakat dari generasi ke generasi. Bentuk pendekatan dan implementasinya
harus bersifat multi sektoral dan holistik yang berorientasi pada hasil nyata yakni :
(1) adanya peningkatan ekonomi masyarakat; (2) pemanfaatan sumberdaya lokal
dan pelestarian lingkungan hidup; (3) penerapan teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan; serta (4) pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari
generasi ke generasi. Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran pentingnya
mengelola perkebunan kopi secara berkelanjutan telah menjadi tuntutan global.
Adanya kepedulian yang tinggi terhadap pentingnya sebuah produk dihasilkan
dari suatu proses yang tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, namun juga
aspek sosial dan lingkungan.
3
II. TANAMAN KOPI dan PENGOLAHANNYA
II.1 Klasifikasi dan morfologi
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya
sangat berbeda dengan tanaman musiman, tanaman kopi adalah tanaman dari
ordo Rubiales, family Rubiaceae, genus : Coffea, species : Coffea Sp.
Morfologi tanaman kopi seperti: Akar, batang, daun, buah, dan bunga.
Kopi termasuk keluarga berkeping dua (dikotil).Susunan akarnya terdiri dari akar
tunggal dan akar lebar. Pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-
bulu akar, yang berguna untuk mengisap tanaman. Pohon kopi berbatang tegak
lurus dan beruas-ruas hamper pada tiap tumbuh kuncup-kuncup pada batang dan
cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh cabang yang
tegak lurus.
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat
tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada
ketiak. Bunga kopi tumbuh pada ketiak – ketiak cabang primer tersusun
berkelompok, tiap – tiap kelompok terdiri dari 4 – 6 kuntum bunga yang
bertangkai pendek. Pada tiap – tiap ketiak daun dapat tumbuh 3 – 4 kelompok
bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan pada
musim berbunga satu (1) pohon dapat keluar sampai ribuan kuncup. Kucup bunga
tersebut mempunyai susunan sebagai berikut:
- Kelompok berwarna hijau, berukuran kecil dan pendek.
- Daun bunga mahkota terdiri dari 3-8 helaian bunga (tergantung pada
jenisnya), Liberika 6-8 helai, Robusta 3-8 helai.
4
- Benang sari terdiri dari 5-7 helai berukurang pendek.
- Tangkai putik berukuran kecil panjang, kepala putik berseri 2 helai.
- Bekal buah susunan tengelam didalamnya terdiri-dari 2 butir biji dari
bakal buah hingga menjadi masak berlansung 7-12 bulan tergantung dari
jenis iklim dan letal geografinya.
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak
berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut
mempunyai bidang yang datar dan bidang yang cembung tetapi ada kalanya hanya
ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi
(lanang).
5
II.2 Syarat Tumbuh
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi mempunyai sifat yang
Sangat khusus dipengaruhi oleh linkungan, bahkan tanaman kopi mempunyai sifat
yang sangat khusus karena masing-masing jenis kopi menhendaki suhu dan
ketinggian tempat yang berbeda-beda. Tanaman kopi pada umumnya
menghendaki keadaan wilayah yang tinggi tempat 700-2000m dpl. Khususnya
pada tanaman kopi jenis arabika mempunyai keadaan wilayah atau ketinggian
tempat 1000-1700mdpl. Maka dari dari sini dapat diuraikan kelas-kelas lahan
yang dihendaki oleh tanaman kopi adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan pada lahan atau linkungan dan iklim sesuai dengan yang telah
ditentukan
- Dalam menentukan kelas suatu lahan harus ditentukan tasa faktor yang
mempunyai level yang paling rendah
Faktor iklim juga merupakan salah satu syarat utama dalam
pembudidayaan tanaman kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh baik pada kisaran
zona 20¬0 lintang utara dan 200 lintang selatan.Di antara faktor iklim yang
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kopi, dalam garis besarnya dapat di bagi
menjadi :
a. Tinggi Tempat Dan Derajat Panas Suhu.
Kopi arabika dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi,.
Tetapi didataran rendah kurang dari 1000 m dpl, mudah diserang oleh penyakit
“HV” begitu juga pada ketinggian melebihi 1700m, sudah tidak baik lagi, karena
sudah terlalu dingin, lebih-lebih pada malam hari. Kopi Arabika yang baik pada
6
ketinggian tempat 1000-1700m,dengan derajat panas 16-20o C. Derajat panas ini
penting karena mempengaruhi cepat atau lambatnya kopi itu mulai berhasil.
b. Curah Hujan.
Mengenai curah hujan yang penting bukan banyaknya dalam satu tahun
melainkan pembagian curah hujan dalam masa satu tahun. Batas minimal dalam
satu tahun adalah 1000-2000mm, sedangkan yang optimal adalah 2000-3000mm.
c. Sifat-Sifat Angin.
Pohon kopi tidak dapat tahan terhadap anggin yang kencang, lebih-lebih
dimusim kemarau, karena angina ini akan mempertinggi penguapan air di
permukaan tanah pada perkebunan. Selain mempertinggi penguapan dapat juga
mematahkan dan merebah pohon pelindung yang tinggi, sehingga dapat merusak
tanaman dibawahnya.Untuk mengurangi kerasnya guncangan angina ditepi-tepi
perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Selain itu pohon pelindung
dapat mengurangi derasnya guncangan angin.
d. Pengaruh Iklim Terhadap Produksi
Iklim besar sekali pengaruh terhadap produksi. Pengaruh ini sudah tampak
menjelang cabang-cabang yang dewasa itu akan berbunga samapai pada buah
yang masak. Dalam hal ini yang memegang peranan adalah curah hujan dan
pancaran sinar matahari. Pada akhir musim penghujan, pada cabang-cabang
produktif telah nampak tumbuh kuncup-kuncup bunga yang kecil sekali, kurang
lebih ada lima buah. Tiap-tiap lubang di selubangi oleh sepasang penampu, lambat
laun kuncup itu bertambah besar hingga mencapai ukuran 10 – 12mm. Pada tiap-
tiap kuncup terdapat 4 – 6 buah. Dasar bunga yang bertangkai pendek keuar dari
selubung penumpu daun pada permulaan berwarna hijau, kemudian berwarna
7
putih; bentuknya serupa lilin, maka bunga demikian disebut . Pada saaat
membentuk bunga lilin ini pertumbuhan bunga berhenti istirahat kurang lebih 7-8
hari.
e. Tanah.
Tanaman kopi menghendaki persyaratan kondisi tanah yang subur dan
mempunyai solum tanah yang cukup dalam (kurang lebih 1,5m).Jenis tanah yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi adalah mempunyai
struktur tanah yang baik, mengandung bahan organic paling sedikit 3%, memiliki
tata udara dan tata air yang baik.
II.3 Teknik Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Budidaya Kopi.
a. Pemangkasan Kopi.
Dalam rangka mencapai pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, maka
perlu dilakukan pemangkasan (prunning). Pemangkasan tanaman kopi pada
dasarnya ada dua sistem, yaitu pemangkasan batang tunggal (single stem) dan
pemangkasan batang ganda (multiple stem). Perbedaan pokok pada sistem
tersebut adalah pada banyaknya batang yang diperlihara dan cara penyediaan
cabang-cabang buah baru. Baik pada sistem pemangkasan batang tunggal maupun
pemangkasan batang ganda dilakukan tiga tahap pemangkasan, yaitu:
1. pemangkasan bentuk, yang bertujuan membentuk kerangka tajuk
tanaman yang kuat dan seimbang.
2. pemangkasan pemeliharaan/produksi, yang bertujuan
mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang telah
diperoleh pemangkasan bentuk; dan.
8
3. pemangkasan peremajaan, yang bertujuan mempermuda batang.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Jenis hama utama yang menyerang tanaman kopi. Pada fase pertumbuhan
vegetatif hama yang menyerang yaitu penggerek cabang, kutu putih (kutu
dompolan), kutu hijau, penggerek batang merah dan nematoda.
Penggerek cabang menyerang tanaman sejak di pembibitan sampai tanaman
dewasa. Bagian tanaman yang diserang (digerek) yaitu bagian batang dan cabang
yang dekat dengan permukaan tanah. Gejala serangan yang timbul yaitu daun
pada batang/cabang yang terserang layu dan pada serangan parah mengakibatkan
kematian. Cara pengendalian hama ini dilakukan dengan memotong cabang-
cabang yang terserang, sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan
meningkatkan toleransi tanaman melalui pemupukan berimbang, menjaga
pertanaman tidak terlalu lembab dan menghilangkan tanaman inang lainnya.
Kutu putih menyerang pucuk tanaman dan daun cabang muda hanya apabila
populasinya tinggi. Hama ini terutama menyerang bunga dan buah kopi sehingga
disebut kutu dompolan. Pengendalian dapat dilakukan secara kultur teknis melalui
pengaturan naungan dan penanaman tanaman kopi yang resisten; secara biologis
dengan melepaskan serangga predator; dan secara kimia dengan menyemprotkan
insektisida dengan konsentrasi 0,2 persen.
Kutu hijau menyerang seluruh bagian tanaman kopi yang muda, yaitu daun,
cabang dan batang yang masih muda. Gejala yang timbul akibat serangan hama
ini yaitu bagian yang terserang menjadi kuning akhirnya mengering, tanaman
menjadi kerdil, pertumbuhan tunas-tunas batang dan cabang menjadi pendek dan
tidak sehat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kultur teknis melalui
9
peningkatan pertumbuhan tanaman dan menjaga kelembaban dengan pengaturan
tanaman pelindung; secara biologis dengan menggunakan predator; dan secara
kimia dengan menggunakan insektisida.
Penggerek batang merah menyerang batang dan cabang tanaman kopi muda.
Akibatnya cabang atau batang di atas bagian yang digerek mati dan mudah patah.
Pengendaliannya dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan tanaman serta
memotong dan memusnahkan bagian yang terserang.
Nematoda utama yang menimbulkan kerusakan pada tanaman kopi, yaitu
Pratylenchus coffeae nematoda ini menyerang akar. Gejala umum dari serangan
nematoda ini adalah akar bibit membusuk, kerdil, daun menguning, dan akhirnya
mati. Pada pertanaman, daun-daun menguning, cabang primer kurang
berkembang dan pucuk tanaman mengalami stagnasi. Daun layu secara perlahan-
lahan, tanaman merana dan akhirnya tanaman akan mati. Pengendalian dilakukan
dengan cara menggunakan lahan yang bebas nematoda, melakukan fumigasi pada
media tumbuh untuk bibit, menanam varietas/klon yang resisten, dan
meningkatkan daya tahan tanaman dengan pemeliharaan yang intensif.
Penyakit penting pada tanaman kopi antara lain penyakit karat daun,
penyakit busuk batang dan cabang, penyakit jamur upas dan penyakit bercak
daun.
Penyakit karat daun menyerang tanaman kopi terutama dari jenis Arabika
yang ditanam pada ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Penyakit ini terutama
menyerang daun dengan gejala daun bercak kuning muda dengan garis tengah 2 –
4 mm kemudian meluas, bentuknya tidak teratur dan warnanya semakin tua.
Akhirnya warna daun menjadi kecoklatan atau hitam seperti karat. Serangan ini
10
menyebabkan daun-daun berguguran sehingga tanaman menjadi gundul, pucuk-
pucuk pada cabang mati dan akhirnya tanaman mati secara keseluruhan.
Pengendalian penyakit ini antara lain dengan menanam varietas yang resisten,
dengan menggunakan fungisida dan peningkatan daya tahan tanaman melalui
pemeliharaan yang intensif.
c. Pemeliharaan Tanaman Pelindung.
Pengaturan tanaman pelindung sangat penting artinya terutama untuk
meningkatkan rangsangan pembentukan bunga dan penyelamatan buah kopi.
Selama musim hujan cuaca sering berawan, sehingga intensitas cahaya berkurang,
karena itu keberadaan mahkota/tajuk tanaman pelindung kurang diperlukan.
Pengaturan tanaman pelindung bertujuan untuk memberikan cukup cahaya
matahari, memperlancar peredaran udara dan mengurangi kelembaban udara
selama musim hujan. Kegiatan pengaturan tanaman pelindung meliputi beberapa
aspek baik cara pengaturannya maupun waktu pelaksanaannya. Cara pengaturan
tanaman pelindung dilakukan melalui pemangkasan bentuk, pemangkasan
pengaturan dan penjarangan, sedangkan waktu pelaksanaannya bergantung pada
keadaan cuaca dan lingkungan tumbuh serta keadaan tanaman.
d. Pemeliharaan Jalan Produksi.
Pemeliharaan jalan produksi sebaiknya dilakukan secara berkala, untuk
memperlancar proses pengangkutan hasil panen baik dari kebun ke tempat
penampungan hasil (TPH) maupun dari TPH ke pabrik emplasemen.
Pemeliharaan jalan produksi meliputi pengerasan dan penimbunan jalan,
pengendalian gulma dan pendalaman saluran-saluran pembuangan air di
sepanjang jalan. Ukuran, letak dan panjang jalan ditentukan oleh ukuran, lokasi
11
dan topografi kebun. Kebun rakyat umumnya tidak memerlukan jalan yang
khusus karena luasnya yang relatif kecil.
II.4 Panen dan Pasca Panen Tanaman Kopi
Panen kopi, jika usianya sudah produktif, harus dilakukan secara benar dan
proses pasca panen harus juga mengikuti standar standar yang baik, sehingga kopi
yang dihasilkan tetap punya kualitas tersendiri. Tanaman kopi yang terawat
dengan baik dapat mulai berproduksi pada umur 2,5 – 3 tahun tergantung dari
lingkungan dan jenisnya. Tanaman kopi robusta dapat berproduksi mulai dari 2,5
tahun, sedangkan arabika pada umur 2,5 – 3 tahun.
Jumlah kopi yang dipetik pada panen pertama relatif masih sedikit dan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai
puncaknya pada umur 7 – 9 tahun. Pada umur puncak tersebut produksi kopi
dapat mencapai 9 – 15 kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi robusta dan 5 – 7
kuintal kopi beras/ha/tahun untuk kopi arabika. Namun demikian, bila tanaman
kopi dipelihara secara intensif dapat mencapai hasil 20 kuintal kopi
beras/ha/tahun.
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit
buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-
hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa
gula di dalam daging buah. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan
berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
12
Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis
karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir
pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena sebagian senyawa gula dan
pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.
Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada
beberapa cara pemetikan :
a. Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
b. Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
c. Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
d. Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi
yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
II.4.1 Proses Pasca Panen
Sortasi Buah
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak,
bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang,
karena dapat merusak mesin pengupas.
Biji merah (superior) diolah dengan metoda pengolahan basah atau semi-
basah, agar diperoleh biji kopi HS kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan
buah campuran hijau,kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering.
Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung
plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-
13
fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau
busuk (fermented).
Pengolahan Cara Kering
Metoda pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah
kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani.
a. Pengeringan
- Kopi yang sudah di petik dan disortasi harus sesegera mungkin
dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan
mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi
gemerisik.
- Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondang lalu
dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi
gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak
kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.
- Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering
mekanis.
- Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapai maksimal 12,5 %.
- Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara dijemur.
- Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskan karena
membutuhkan biaya mahal.
b. Pengupasan kulit ( Hulling).
14
Hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi
dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya. b. Hulling dilakukan dengan
menggunakan mesin pengupas (huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas
kulit dengan cara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yang
pecah. Beberapa tipe huller sederhana yang sering digunakan adalah huller
putar tangan (manual), huller dengan pengerak motor, dan hummermill.
Pengolahan Cara Basah (Fully Washed)
Pengupasan Kulit Buah Pengupasan kulit buah dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin pengupas kulit buah (pulper). Pulper dapat dipilih
dari bahan dasar yang terbuat dari kayu atau metal. Air dialirkan kedalam silinder
bersamaan dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas
dasar ukuran sebelum dikupas.
a. Fermentasi
Fermentasi umumnya dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika, bertujuan
untuk meluruhkan lapisan lendir yang ada dipermukaan kulit tanduk biji kopi.
Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan
“mild” pada citarasa seduhan kopi arabika. Fermentasi ini dapat dilakukan secara
basah dengan merendam biji kopi dalam genangan air, atau fermentasi cara kering
dengan cara menyimpan biji kopi HS basah di dalam wadah plastik yang bersih
dengan lubang penutup dibagian bawah atau dengan menumpuk biji kopi HS di
dalam bak semen dan ditutup dengan karung goni.
15
Agar fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan minimal satu
kali dalam sehari. Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu,
dan kelembaban lingkungan serta ketebalan tumpukan kopi di dalam bak. Akhir
fermentasi ditandai dengan meluruhnya lapisan lendir yang menyelimuti kulit
tanduk. Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam.
b. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang
menempel di kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara
manual di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin.
c. Pengeringan
Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari 60 – 65
% menjadi maksimum 12,5 %. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman
dikemas dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan
tropis.
Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis, dan kombinasi
keduanya. Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk
pengeringan biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-para atau lantai
jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5 – 7 o dengan sudut
pertemuan di bagian tengah lantai.
Ketebalan hamparan biji kopi HS dalam penjemuran sebaiknya 6 – 10 cm
lapisan biji. Pembalikan dilakukan setiap jam pada waktu kopi masih basah. Pada
16
areal kopi Arabika, yang umumnya didataran tinggi, untuk mencapai kadar air 15
-17 %, waktu penjemuran dapat berlangsung 2 – 3 minggu.
Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak memungkinkan
untuk melakukan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini sebaiknya dilakukan
secara berkelompok karena membutuhkan peralatan dan investasi yang cukup
besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Dengan mengoperasikan pengering
mekanis secara terus menerus siang dan malam dengan suhu 45 – 500 C,
dibutuhkan waktu 72 jam untuk mencapai kadar air 12,5 %. Penggunaan suhu
tinggi di atas 600 C untuk pengeringan kopi Arabika harus dihindari karena dapat
merusak cita rasanya. Sedangkan untuk kopi Robusta, biasanya diawali dengan
suhu lebih tinggi, yaitu sampai 90 – 1000C dengan waktu 20 – 24 jam untuk
mencapai kadar air maksimum 12,5 %, (pemanasan yang lebih singkat), karena
jika terlalu lama maka warna permukaan biji kopi cenderung menjadi kecoklatan
Untuk kopi Robusta dibutuhkan waktu 20-24 jam untuk mencapai kadar air
12,5%.
Proses pengeringan kombinasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20 – 25 %,
dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu dengan menggunakan mesin pengering.
Apabila biji kopi sudah dijemur terlebih dahulu hingga mencapai kadar air 20 –
25 %, maka untuk mencapai kadar air 12,5% diperlukan waktu pengeringan
dengan mesin pengering selama 24 – 36 jam dengan suhu 45-50 0C.
17
d. Pengupasan kulit kopi HS
Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk
yang menghasilkan biji kopi beras. Pengupasan dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pengupas (huller). Sebelum dimasukkan ke mesin pengupas
(huller), biji kopi hasil pengeringan didinginkan terlebih dahulu (tempering)
selama minimum 24 jam.
Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process)
Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan oleh petani kopi
arabika di NAD, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Cara pengolahan tersebut
menghasilkan kopi dengan citarasa yang sangat khas, dan berbeda dengan kopi
yang diolah secaara basah penuh (WP). Ciri khas kopi yang diolah secara semi-
basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung. Kopi
Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkat keasaman lebih rendah dengan
body lebih kuat dibanding dengan kopi olah basah penuh. Proses cara semi-basah
juga dapat diterapkan untuk kopi Robusta. Secara umum kopi yang diolah secara
semi-basah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara semi-basah lebih
singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh.
Untuk dapat menghasilkan biji kopi hasil olah semi-basah yang baik, maka harus
mengikuti prosedur pengolahan yang tepat, yaitu :
a. Pengupasan kulit buah
Proses pengupasan kulit buah (pulp) sama dengan pada cara basah-penuh.
Untuk dapat dikupas dengan baik, buah kopi harus tepat masak (merah) dan
18
dilakukan sortasi buah sebelum dikupas, yaitu secara manual dan menggunakan
air untuk memisahkan buah yang diserang hama.
Pengupasan dapat menggunakan pulper dari kayu atau metal. Jarak silinder
dengan silinder pengupas perlu diatur agar diperoleh hasil kupasan yang baik
(utuh, campuran kulit minuman) beberapa tipe pulper memerlukan air untuk
membantu proses pengupasan. Biji HS dibersihkan dari kotoran kulit dan lainnya
sebelum difermentasi.
b. Fermentasi dan Pencucian
Untuk memudahkan proses pencucian, biji kopi HS perlu difermentasi
selama semalam atau lebih. Apabila digunakan alat-mesin pencuci lendir, proses
fermentasi dapat dilalui. Proses fermentasi dilakukan secara kering dalam wadah
karung plastik atau tempat dari plastik yang bersih. Setelah difermentasi semalam
kopi HS dicuci secara manual atau menggunakan mesin pencuci (washer).
c. Pengeringan
Awal pengeringan awal dimaksudkan untuk mencapai kondisi tingkat
kekeringan tertentu dari bagian kulit tanduk/cangkang agar mudah dikupas
walaupun kondisi biji masih relatif basah.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran selama 1-2 hari
sampai kadar air mencapai sekitar ± 40 %, dengan tebal lapisan kopi kurang dari 3
cm (biasanya hanya satu lapis) dengan alas dari terpal atau lantai semen. Biji kopi
19
dibalik-balik setiap ± 1 jam agar tingkat kekeringannya seragam. Jaga kebersihan
kopi selama pengeringan.
d. Pengupasan kulit tanduk/cangkang
Pengupasan kulit tanduk/cangkang pada kondisi biji kopi masih relatif basah
dapat dilakukan dengan menggunakan huller yang didisain khusus untuk proses
tersebut. Agar kulit dapat dikupas maka kondisi kulit harus cukup kering
walaupun kondisi biji yang ada didalamnya masih basah:
- Pastikan kondisi huller bersih, berfungsi normal dan bebas dari bahan-
bahan yang dapat mengkonyimasi kopi sebelum digunakan,
- Lakukan pengupasan sesaat setelah pengeringan/penjemuran awal kopi
HS. Apabila sudah bermalam sebelum dikupas kopi HS harus dijemur lagi
sesaat sampai kulip cukup kering kembali,
- Atur aturan huller dan aliran bahan kopi agar diperoleh proses pengupasan
yang optimum. Sejumlah tertentu porsi kulit masih terikut bersama biji
kopi labu yang keluar dari lubang keluaran biji. Hal tersebut tidak begitu
masalah, karna porsi kulit tersebut mudah dipisahkan dengan tiupan udara
(aspirasi) setalah kopi dikeringkan,
- Biji kopi labu yang keluar harus segera dikeringkan, hindari penyimpanan
biji kopi yang masih basah karena akan terserang jamur yang dapat
merusak biji kopi baik secara fisik atau citarasa, serta dapat terkontiminasi
oleh mikotoksin (okhtratoksin A, aflatoksin dll),
- Bersihkan huller setelah digunakan, agar sisa-sisa kopi dan kulit yang
masih basah tidak tertinggal dan berjamur di dalam mesin.
20
e. Pengeringan biji kopi labu
- Keringkan biji kopi labu hasil pengupasan dengan penjemuran atau
menggunakan mesin pengering mekanis.
- Aturan tebal hamparan biji kopi kurang dari 5 cm, gunakan alas pelastik
atau terpal atau latai semen. Hindari penjemuran langsung diatas
permukaan tanah.
- Balik-balik massa kopi agar proses pengeringan seragam dan lebih cepat.
- Tuntaskan proses pengeringan sampai dicapai kadar air biji 11-12%
biasanya diperlukan waktu 3-5 hari dalam kondisi normal.
- Hindari penyimpanan biji kopi yang belum kering dalam waktu yang lebih
dari 12 jam, karena akan rusak akibat dari serangan jamur.
Sortasi Kopi Beras
- Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi dari kotoran-kotoran non
kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi.
- Biji kopi beras juga harus disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacat
biji. Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan ayakan mekanis maupun
dengan manual.
- Pisahkan biji-biji kopi cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat
sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-1999 3.7
21
DAFTAR PUSTAKA
http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/index.php?option=com_content&view=article&id=253%3Akopi-berkelanjutan&catid=34%3Aberita&Itemid=50
diakses 30 Mei 2013
http://blog.ub.ac.id/dessystoryline/2013/05/04/142/ diakses 30 Mei 2013
22