makalah limfadenopati.docx

25
BAB 1 KASUS I. IDENTITAS PENDERITA Nama : Nn. K Umur : 20 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Besole poncosari srandakan Agama : Islam No. CM : 6793553 Tanggal Periksa : 28 Desember 2014 II.DATA DASAR A. Anamnesis Keluhan Utama : benjolan di bawah dagu Riwayat Penyakit Sekarang : - Lokasi: dibawah dagu - Onset dan kronologis: ±4 bulan yang lalu timbul benjolan di bawah dagu pasien sebesar kelereng dan terasa nyeri, pasien berobat ke RSUD Panembahan Senopati Bantul. - Kualitas: Benjolan teraba keras, warna kemerahan, tidak timbul borok. - Kuantitas: Ukuran sebesar kelereng - Faktor yang memperberat: Tidak ada - Faktor yang memperingan: Tidak ada

Transcript of makalah limfadenopati.docx

BAB 1

KASUS

I.     IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn. K

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Besole poncosari srandakan

Agama : Islam

No. CM : 6793553

Tanggal Periksa : 28 Desember 2014

II.DATA DASAR

A. Anamnesis

Keluhan Utama : benjolan di bawah dagu

Riwayat Penyakit Sekarang :

-          Lokasi: dibawah dagu

-          Onset dan kronologis: ±4 bulan yang lalu timbul benjolan di bawah dagu pasien sebesar

kelereng dan terasa nyeri, pasien berobat ke RSUD Panembahan Senopati Bantul.

-          Kualitas: Benjolan teraba keras, warna kemerahan, tidak timbul borok.

-          Kuantitas: Ukuran sebesar kelereng

-          Faktor yang memperberat: Tidak ada

-          Faktor yang memperingan: Tidak ada

-          Gejala penyerta: Nyeri tekan (-), demam lama (-), nafsu makan berkurang (-), berat badan

turun (-), mudah lelah (-), batuk-batuk lama (-), suara serak (-), sulit menelan (-), telinga

gembrebeg (-), keluar cairan dari telinga (-), mimisan (-), hidung buntu (-), nyeri kepala (-),

pandangan kabur (-), benjolan di tempat lain (-), gigi berlubang (+).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-)

Riwayat terpapar radiasi disangkal.

Riwayat sakit darah tinggi disangkal

Riwayat sakit kencing manis disangkal

Riwayat sakit jantung.

Riwayat keganasan pada organ lain disangkal.

Riwayat batuk lama disangkal.

Riwayat alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat tumor dalam keluarga (-)

Riwayat sakit darah tinggi, sakit jantung dan kencing manis dalam keluarga disangkal.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : sadar, baik

Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg

N : 76 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 18 x/menit

Suhu: 36,30 C (axial)

Kepala : normosefal, turgor dahi cukup

Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), exopthalmus (-/-)

Telinga : discharge (-/-)

Hidung : discharge (-/-)

Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok : T1-1 hiperemis (-), faring hiperemis (-/-), massa (-)

Leher : pembesaran limfonodi (-/-), deviasi trachea (-)

Dada : retraksi (-)

Cor : Ictus cordis tak tampakAu: Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)

Pulmo : Simetris, statis, dinamis

Abdomen : benjolan di regio inguinal dextra (-), venektasi (-) Bising usus (+) normal

Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Ekstremitas : superior inferior

Edema -/- + pitting /-

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”

Status lokalis :

1. Regio trigonum submentale

a.       Inspeksi : tampak benjolan, warna kulit kemerahan, darah (-), ulkus (-),

venektasi (-)

b.      Palpasi : teraba benjolan ukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm, konsistensi padat,

permukaan licin, batas tegas, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (-)

IV. DIAGNOSIS KERJA

Limfadenitisi Submentale

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelenjar Getah Bening Normal

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB local (limfadenopati

lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati

lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan

limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang

berjauhan dan simetris.

Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB

pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut: 1,2,6

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher. 6

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai

(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening

eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui

lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di

dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel. 4,6-12 Jaringan ikat

trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan simpai dengan kerangka

retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf.

4,6-12 Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang

juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui

hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus

cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen. 4,6-12

Gambar 2. Skema kelenjar getah bening (KGB). 13

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan

sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel

plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit

berperan terutama pada cell-mediated immunity. 4,6-12,14 Terdapat tiga daerah pada KGB

yang berbeda: korteks, medula, parakorteks, ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus.

Korteks dan medulla merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah

parakorteks mengandung sel T. 4,6-12 Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik

(folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi

antigen, sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak

inti menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang

ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved

kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi

immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel plasma. 4,6

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme asing

dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme. 7-11

2.2. Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak

normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah

klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan

sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. 1,15 Studi yang dilakukan di Amerika Serikat,

pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati.

Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi

kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih

banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16 Dari studi

yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui

penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus

membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40

tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati

usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. 1-3,15,16

2.3. Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

1. Infeksi

a. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas

seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial

Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein

Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster

Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency

Virus (HIV). 1,2,16,17 Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis

yang merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau

akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau

minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan

sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like illness). 3 Segera

setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian

melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri

dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah.

Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. 3

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas

yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak.

Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan

tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma. 4

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized

lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB

yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi

HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan

PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. 3 PGL biasanya

dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500,

dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih

30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. 3

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:

Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm

dalam setiap kelompok

Berlangsung lebih dari satu bulan

Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya Pembengkakan

kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan

terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang

bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal.

Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV

tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit

dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya.

Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampai

sebesar buah anggur. 3

b. Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta

hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila

berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau

abses tubo-ovarian. 3,4,6

Tabel 1. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis Bacteria

Bacteria

Gram-positive cocci

—Staphylococcus aureus

—Streptococcus pyogenes (group A)

—Streptococcus agalactiae (group B)

—Anaerobic organisms

Peptococcus sp

Peptostreptococcus sp

Viruses

DNA enveloped viruses

—Cytomegalovirus

—Epstein-Barr virus

—Herpes simplex virus types 1 and 2

—Human herpesvirus 6

—Varicella-zoster virus

DNA nonenveloped viruses

Gram-positive rods

—Bacillus anthracis

—Corynebacterium diphtheriae

Gram-negative rods

—Bartonella henselae

—Calymmatobacterium granulomatis

—Haemophilus influenzae

—Serratia marcescens

—Associated with the enteric tract

Acinetobacter sp

Escherichia coli

Proteus sp

Pseudomonas aeruginosa

Salmonella typhi

Shigella sp

—Associated with zoonoses

Brucella sp

Francisella tularensis

Yersinia pestis

Yersinia enterocolitica

Yersinia pseudotuberculosis

—Anaerobic

Bacteroides sp

Mycobacteria and Actinomycetes

Actinomyces israelii

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium avium-intracellulare

Mycobacterium scrofulaceum

Nocardia asteroides

—Adenovirus

RNA enveloped viruses

—Human immunodeficiency virus

—Influenza virus

—Measles virus

—Mumps virus

—Parainfluenza virus

—Respiratory syncytial virus

—Rubella virus

RNA nonenveloped viruses

—Coxsackieviruses

—Rhinoviruses

F ungi

Aspergillus fumigatus

Candida sp

Cryptococcus neoformans

Dermatophytes

Histoplasma capsulatum

Paracoccidioides brasiliensis

Sporothrix schenckii

Protozoa

Leishmania sp

Toxoplasma gondii

Trypanosoma brucei gambiense

Trypanosoma brucei rhodesiense

Spirochetes

Leptospira interrogans

Treponema pallidum

Rickettsiae

Rickettsia tsutsugamushi

Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian

mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut

biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita

demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. 3-,6,18-22

Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel

epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk

poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang

seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin

halus. 3-,6,18-22

Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita

limfadenitis tuberkulosis. 4

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga

dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan

biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi

jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel

yang monoton dengan ukuran sel yang hamper sama.

Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. 1,2,4 Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin

umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar

belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar

dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 4 Metastasis

karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan

limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi

jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma. 2,4

Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar

belakang limfosit dan eosinofil. 4

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit

Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch,

penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus

(SLE). 1-3,15 17

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat

timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya

seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,

penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 1-3,15-17

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti

setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. 1-3,15-17

Gambar 5. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.

Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma

laring.4 Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari

pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB

tersebut. 1

2.4. Diagnosis

Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang apabila diperlukan. 1,2

2.4.1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat

penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan. 1,2,15,16 Lokasi Lokasi pembesaran

KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran

pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB

hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh

Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. 1,2,15,16 Gejala

penyerta Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran

pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan

kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah

dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum

(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

1,2,15,16

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,

mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-

tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi

juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat

mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 1,2,15,16

Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti

fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,

carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,

sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati

generalisata). 1,2,15,16

Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran

napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan

penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-

daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam

hutan dapat terkena Tularemia. 1,2,15,16

2.4.2. Pemeriksaan fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada

penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system kekebalan tubuh.

1,2,15,16 Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur

untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat

pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi,

konsistensi apakah keras atau kenyal. 1,2,15,16

Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.

Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet

mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif

mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan

bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan

mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan

lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior. 1,2,15,16 Pembesaran KGB leher yang

disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan,

penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB generalisata. 1,2,15,16

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat

digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu

sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih

panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan

terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada,

KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.

1,2,15,16

Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit

diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.

1,2,15,16

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintikbintik merah

pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada

dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah,

pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri

difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein

Barr Virus (EBV). 1,2,15,16

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan),

memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada

leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata,

peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak,

kemerahan pada tangan dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada

penyakit Kawasaki. 1,2,15,16

2.4.2. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati

servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran

mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. 15,23 USG dapat dikombinasi

dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih

memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%. 15,23

CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu

studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall

cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan

pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan. 15,23

Gambar 6. Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampakadanya hypoechoic, round,

tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah). 23

2.4. Pengobatan

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus

dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan

apapun selain observasi. 1 Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi

indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan

gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau

dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. 1 Antibiotik

perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh

Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).

Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon

positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis

dan penanganannya. 17 Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan

evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini. 17

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes. (http://www.mayoclinic.com/print/swollen-lymph-

nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26th, 2013.)

2.      Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

3.      Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit Erlangga,

Jakarta, Hal: 86

4.      Limfadenitis. Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter

%20II.pdf. Accessed on Mei 26th, 2013.

5.      Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition, Lippincott

Williams & Wilkins, from,

http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphadenopathy-M.htm,26

mei 2013

6.      Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. In site

http://www.scribd.com/doc/81071297/Limfadenitis-Tuberkulosis. Accessed on Mei 26th, 2013.

7.      M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2

Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika , Jakarta.

8.      Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858-

overview,26 mei 2013

9.      R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.465

10.  Sambandan et al. Cervical Lymphadenopathy- A Review. Department of Medicine, India.

11.  Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.

Jakarta: Salemba Medika. 2003