Makalah Lawatan Sejarah Muh. Idris
-
Upload
muhammad-idris -
Category
Documents
-
view
638 -
download
14
Transcript of Makalah Lawatan Sejarah Muh. Idris
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melalui perjuangan panjang yang sarat dengan penderitaan, bangsa
Indonesia kemudian menyatakan kemerdekaannya melalui proklamasi pada
tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia.
Berita tersebut disambut dengan suka cita dan kemudian disebarkan ke seluruh
wilayah Republik Indonesi.
Pasca proklamasi kemerdekaan, timbullah masalah-masalah yang
mendesak. Kesibukan selanjutnya para pemimpin sesudah proklamasi adalah
menyusun tatanan kehidupan kenegaraan yang menjadi tugas utama dan pertama
mereka. Disamping itu dipihak pemuda kemudian terjadi pertempuran dan
bentrokan melawan aparat kekuasaan Jepang. Tujuannya adalah untuk merebut
kekuasaan guna menegakkan kedaulatan republik serta untuk memperoleh senjata.
Disamping itu, masalah lain yang timbul kemudian adalah mengenai para
tentara Jepang yang kalah perang, yang segera diikuti oleh Sekutu. Sebagai pihak
yang menang perang, Sekutu berhak atas wilayah pendudukan Jepang. Pasukan
Sekutu mendarat di Tanjung Priok Jakarta pada tanggal 15 September 1945,
disusul daerah-daerah lain di Indonesia. Di Sulawesi Selatan, pihak Sekutu
mendaratkan pasukannya pada tanggal 21 September 1945. Akan tetapi
kedatangan pasukan Sekutu tersebut yang hendak melucuti tentara Jepang dan
mengembalikan ke negerinya, ternyata membonceng NICA (Netherlands Indies
Civil Administration) sebagai bagian dari Sekutu yang bermaksud untuk
menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
Kedatangan Sekutu tersebut yang diboncengi oleh NICA, kemudian
membuat lembaran baru dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Dimana
beberapa daerah di Indonesia dan bisa dikatakan di seluruh wilayah Indonesia,
terjadi perlawanan terhadap Sekutu dan NICA dan salah satu pertempuran yang
dashyat adalah Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sulawesi Selatan
1
1
umumnya dan daerah Mandar khususnya terjadi hal serupa, yang dilakukan oleh
rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di daerah
Mandar, maka para pemuda pejuang kemudian membentuk wadah perjuangan
untuk menyatukan tekad mereka, dibentuklah Kebaktian Rahasia Islam Muda
(KRIS MUDA), yang merupakan penjelmaan dari organisasi yang ada
sebelumnya yaitu “Islam Muda”. Pembentukan KRIS MUDA sebagai organisasi
perjuangan mendapat dukungan dari berbagai kalangan di wilayah Mandar seperti;
para Bangsawan, Ulama, Politisi, Cendekiawan, Usahawan dan tokoh-tokoh
masyarakat untuk memperkuat posisi dan eksistensi KRIS MUDA.
Pembentukan organisasi ini dipelopori oleh Riri Amin Daud dan
A.R. Tamma sebagai generasi muda Mandar, kemudian dalam perkembangan
selanjutnya organisasi ini dipimpin oleh Ibu Depu sebagai panglima. Keterlibatan
Ibu Depu ini sangat berpengaruh dalam perjuangan selanjutnya, sebab setelah
bergabungnya beliau, ternyata membawa pengaruh psikologis dalam
membangkitkan semangat perjuangan anggota KRIS MUDA. Selain itu banyak
rakyat yang bersimpati dalam perjuangan, termasuk kaum bangsawan Mandar
lainnya, diantaranya putra Ibu Andi Depu sendiri yaitu Andi Parenrengi, saudara
kandung Ibu Andi Depu yakni Andi Abdul Malik, R. A. Daud, A.R. Tamma, Andi
Razak, dan lain-lain. Selain itu bergabung juga M. Saleh Puangnga I Sudding yang
merupakan salah satu tokoh pada masa pendudukan Jepang, menjadi buronan
karena tidak tunduk pada kekuasaan asing yang juga masih berdarah biru.
Keterlibatan Andi Depu dalam perjuangan rakyat Mandar, ternyata sangat
membawa pengaruh yang begitu besar, dimana keterlibatan Andi Depu, bagaikan
minyak yang menambah kobaran api perjuangan rakyat Mandar. Sehingga rakyat
bahu membahu dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Andi Depu merupakan sosok perempuan yang telah memperlihatkan
dedikasi dan loyalitas yang sangat tinggi dalam perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia, hal itu telah dibuktikan dengan diberikannya beberapa tanda jasa yang
salah satunya adalah Bintang Mahaputra oleh Presiden RI Soekarno, dan pada
tahun 2011 Andi Depu dikukuhkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Oleh
2
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Nama Andi Depu, dikalangan
masyarakat Indonesia merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang belum
begitu dikenal. Bahkan, dalam beberapa goresan sejarah tentang tokoh pejuang
kemerdekaan, tulisan yang membahas tentang nama beliau masih sangat jarang
ditemukan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dalam makalah ini akan
mengkaji “Bagaimana Perjuangan Andi Depu (1945-1949) dalam
Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Mandar”. Dimana makalah
ini merupakan salah satu upaya dalam mempublikasikan nama beliau dikalangan
masyarakt Indonesia secara umum dan khusunya masyarakat Sulawesi, sekaligus
sebagai salah satu bentuk ucapan terimakasih dalam mengenang perjuangan
beliau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan pokok yang akan
dikaji dalam makalah ini adalah “Bagaimana perjuangan Andi Depu dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia” dengan batasan temporal
1945 – 1949. Permasalahan pokok tersebut dirinci menjadi beberapa sub masalah
sebagai berikut :
a. Terbentuknya badan Perjuangan dan Kelasykaran di Mandar
b. Proklamasi Kemerdekaan dan Kedatangan NICA di Tanah Mandar
c. Perjuangan rakyat Mandar menentang pendudukan Belanda
d. Merah Putih Tetap Berkibar
3
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH MANDAR
A. Sejarah Singkat Daerah Mandar
Pada bagian sebelah barat jazirah Sulawesi Selatan, terletak suatu daerah
yang dihuni oleh salah satu suku/etnis yang disebut daerah Mandar, sekaligus
sebutan untuk suku yang mendiaminya disebut orang Mandar. Sudah menjadi
kebiasaan bagi orang-orang terdahulu, dalam memberikan nama terhadap sesuatu,
selalu mempunyai arti atau makna tersendiri sesuai dengan ciri-ciri atau tanda
bahkan boleh jadi sesuatu yang sifatnya kebetulan semata. Begitupun dengan kata
Mandar mempunyai arti atau makna tersendiri yang pemakaiannya telah ada jauh
sebelumnya.
kosakata mandaq yang sering disebut-sebut dalam memaknai istilah
Mandar yang berarti kuat dan nama sebuah sungai yang aliran airnya kuat dan
deras. Kosakata mandaq ini diambil dari sebutan istilah yang digunakan oleh
penduduk yang berdiam di bagian hulu sungai yang sekarang disebut Sungai
Mandar. Tentu saja penduduk yang ada di sekitar sungai itu yang memberikan
nama kepada sungai yang sebelumnya tidak dikenal namanya. Itu diambil dari
sifat air yang amat kuat, dapat menghanyutkan sesuatu yang cukup berat dan kalau
banjir dapat meruntuhkan pohon dan sebagainya. Jadi kata Mandar secara
etimologi dapat diartikan “kuat”.
Seperti halnya dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan yang
meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari To Manurung orang Mandar
pun demikian adanya. Di dalam lontarak Mandar disebutkan bahwa To Manurung
tidak turun di daerah Mandar akan tetapi turun di hulu Sungai Sa’dang yang
kemudian memiliki keturunan - tujuh orang yang menyebar ke seluruh daerah
sulawesi selatan. Salah satu anaknya yang bernama Pongka Padang datang di
daerah Mandar, menurunkan anak sebelas orang di mana salah satu dari sebelas
orang ini bernama Tabittoeng, kawin dengan salah seorang anak Tomakaka Napo
dari hasil perkawinan mereka lahirlah Taurra-urra yang merupakan ayah I Weapas.
44
Selanjutnya lahirlah I Manyambungi yang kelak menjadi Arajang/Mara’dia I
kerajaan Balanipa yang lebih dikenal dengan Todilaling.
Andi Depu sebagai tokoh sentral dalam makalah ini adalah keturunan
Arajang Balanipa yang ke 50, Laju Kanna Doro dan Samaturu yang kemudian
diangkat sebagai Arajang Balanipa ke 52, beliau kemudian dipersunting dengan
seorang Maradia (Raja) Tomadsio, Andi Baso Pawiaseng yang kemudian
dikaruniai seorang putra yang diberi nama Andi Bau Baso Parenrengi.
B. Keadaan Geografis
Secara astronomis daerah Mandar terletak pada posisi antara 118o dan 119o
BT dan antara 1o dan 3o LS. Adapun batas-batasnya meliputi :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan
Kabupaten Luwu.- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan Kabupaten
Tana Toraja. - Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah.
(Abbas, 1999:16)
Batas-batas yang populer bagi masyarakat Mandar yaitu: “Desa Suremana
di ujung utara, Desa Paku di ujung selatan, pulau Salissingan di ujung barat dan
Desa Bosokang di ujung timur”. (Sinrang, 1994:1-2).
Daerah Mandar dikenal sebagai daerah agraris juga daerah maritim.
Karena letaknya sejajar dengan Selat Makassar, lautnya membentang luas
sehingga daerah ini terdiri dari daratan dan lautan. Daratan yang terpisah dari laut
yaitu pulau tidak ada yang besar dan yang dihuni orang hanyalah beberapa saja.
C. Keadaan Penduduk
Asal mula penduduk suku Mandar yang berada di bagian pantai (Pitu
Babana Binanga), menurut lontar dan cerita rakyat, ada dua versi yang
berkembang. Versi yang pertama mengatakan bahwa keturunan raja-raja yang
asalnya orang Toraja dan rakyat biasa berasal dari golongan lain. Sedangkan versi
yang kedua menyatakan sebaliknya bahwa baik golongan raja-raja maupun rakyat
5
biasa adalah berasal dari Toraja, hanya golongan raja-raja sudah mengadakan
percampuran darah dengan orang-orang Bone (Bugis) dan Gowa (Makassar).
Seiring dengan perkembangan zaman, di mana sekarang ini berada dalam
tatanan negara Republik Indonesia, penduduk yang mendiami daerah Mandar
terdiri dari beberapa suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan dan daerah di luar
Sulawesi Selatan. Suku-suku yang mendiami daerah Mandar sekarang ini terdiri
dari suku asli Mandar, Bugis, Makassar, Toraja, Jawa, Bali dan lain-lain. Khusus
untuk dua suku terakhir yang disebut menempati daerah-daerah tertentu, akibat
adanya kebijakan pemerintah yakni program transmigrasi. Seperti suku Jawa yang
banyak berdomisili di kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polmas dan orang-orang
Bali di Kabupaten Mamuju.
Kondisi daerah Mandar yang plural, tidak hanya menunjukkan pluralitas
dalam hal suku bangsa, tetapi juga menunjukkan keragaman agama. Di mana suku
asli Mandar dan suku-suku lain yang berasal dari Sulawesi Selatan seperti Bugis
dan Makassar, mayoritas beragama Islam, sedangkan suku Toraja mayoritas
beragama Kristen. Suku pendatang seperti suku Jawa, juga mayoritas beragama
Islam dan sebagian agama Kristen, demikian pula orang Bali menganut agama
Hindu-Budha sebagaimana agama yang berkembang di daerah asalnya.
Pekerjaan/mata pencaharian utama penduduk daerah Mandar adalah
bergerak di bidang pertanian (perkebunan dan persawahan) dan selebihnya
pegawai, pedagang, dan nelayan. Banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai
petani menyebabkan daerah Mandar dikenal sebagai daerah agraris.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Terbentuknya Badan Perjuangan dan Kelasykaran di Mandar
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa perang pasifik berakhir dengan
menyerahnya Jepang kepada Sekutu, pada tanggal 14 Agustus 1945. Peristiwa
besar itu kemudian didengar dan dimanfaatkan para tokoh-tokoh bangsa yang
berjuang. Oleh Soekarno-Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia kemudian
mengumandangkan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. sebuah jalan yang ditempuh oleh rakyat Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan yang sudah lama di idam-idamkan yaitu “revolusi”.
Mengenai tersiarnya berita tentang proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia di Mandar, pada awalnya diceritakan oleh Kapten Miyasto Taitjo
kepada Ibu Depu dan Riri Amin Daud pada hari minggu 19 Agustus 1945. Hal ini
dimungkinkan karena Ibu Depu sangat dekat dan akrab dengan Kapten Miyasto
Taitjo, seorang Kapten AD Jepang untuk daerah Afdeling Mandar.
Kemudian berita tersebut tersebar dari mulut ke mulut sampai kepelosok
pelosok daerah Mandar dan disambut dengan kobaran semangat patriotik para
pemuda yang menyala-nyala untuk mempertahankan eksistensi kemerdekaan
tersebut. Oleh para tokoh-tokoh pemuda kemudian memobilisasi para pemuda dan
rakyat untuk membentuk wadah-wadah perjuangan, sambil berusaha memberi
penerangan terhadap masyarakat tentang arti kemerdekaan dan upaya-upaya untuk
mempertahankannya dengan berbagai cara.
Penjelasan-penjelasan tersebut membuat rakyat dan para pemuda dapat
merasakan dan memahami arti kemerdekaan secara hakiki. Kemudian hal tersebut
yang membuat semangat patriotik dan nasionalisme tumbuh semakin subur,
sehingga pekikan merdeka pada saat itu, bagaikan sebuah Virus yang mewabah
dan menyerang seluruh rakyat pada saat itu. Hal ini dapat diketahui dalam tulisan
A.R.Tamma sebagai berikut:
Seluruh rakyat Mandar merasa (dan memang sebenarnya) akan kemerdekaan itu. yang memerintah rajanya sendiri, yang menjadi petor dan pegawai-pegawai yang lain semuanya bangsanya, bangsa Indonesia. Pekik
77
merdeka terdengar dimana-mana, sang merah putih berkibar dikota-kota dan didesa-desa. Partai-partai pemuda tumbuh bagai cendawan di musim hujan. Dimana-mana di tempat-tempat yang penting, dipasar-pasar, kita lihat dan dapat baca semboyan-semboyan tentang perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan. Umpamanya: “Kita bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu”. “Kemerdekaan itu adalah hak mutlak kita” dan lain-lain lagi.(Rahman 2004:15).
Kesibukan-kesibukan para tokoh pemuda dan masyarakat pejuang pada
saat itu, dalam menyebarkan berita proklamasi dan memberi penjelasan-penjelasan
kepada masyarakat dan arti pentingnya kemerdekaan, membawa suatu dampak
yang positif dalam masa-masa perjuangan setelah kedatangan Belanda. Disamping
itu, pembentukan badan-badan perjuangan dilakukan, sehingga di daerah Mandar
pada saat itu berdiri beberapa organisasi perjuangan politik yang kemudian pada
saat keadaan semakin genting berubah menjadi kelasykaran yang berjuang secara
fisik melalui jalan berdarah.
Di daerah Mandar, seperti halnya di Makassar dan ditempat-tempat lain
telah ada organisasi pemuda juang yang disebut API (Angkatan Pemuda Islam)
yang berpusat di Campalagian dan sebenarnya merupakan organisasi selubung dari
organisasi bawah tanah “Islam Muda”. Yang terbentuk sejak April 1945.
sebagaimana yang dikemukakan oleh A.R.Tamma dalam Nur Alim (1994:25-26)
berikut:
Islam Muda adalah organisasi persiapan kekuatan untuk menghadapi kekejaman pemerintah militer Jepang. Organisasi inilah yang menjelma menjadi Kebaktian Rahasia Islam Muda pada tanggal 29 Agustus 1945 di Lantora Polewali berdasarkan nasionalisme dan agama.
Islam Muda pada awal terbentuknya merupakan organisasi yang
dipersiapkan untuk menghadapi kekejaman Jepang, inilah yang menjadi cikal
bakal lahirnya KRIS MUDA sebagai organisasi perjuangan yang gigih dalam
mempertahankan kemerdekaan di tanah Mandar. Akan tetapi belum lagi Islam
Muda menampakkan pergerakannya, Jepang telah menyerah kalah kepada Sekutu,
sehingga gema perjuangannya baru nampak jelas setelah proklamasi kemerdekaan.
Organisasi ini, menampung kader-kader pemuda yang sangat potensial dalam
mempertahankan kemerdekaan bangsa, yang dirongrong oleh Belanda.
8
pembentukan organisasi ini, dipelopori oleh R.A.Daud dan A.R.Tamma sebagai
pimpinan generasi muda Mandar. Organisasi ini bermarkas di Balanipa
(Tinambung sekarang ini). Adapun struktur organisasi ini, seperti yang
dikemukakan oleh Nur Alim (1994:26) sebagai berikut :
Susunan pengurus organisasi Kebaktian Rahasia Islam Muda (KRIS MUDA) terdiri dari: Riri Amin Daud sebagai ketua, A.Rachman Tamma sebagai wakil ketua, Lappas Bali sebagai sekretaris, Said Husein sebagai bendahara I, Andi Razak sebagai bendahara II dan M.Badwie bersama St.Ruaidah sebagai anggota.
Pembentukan KRIS MUDA sebagai organisasi perjuangan mendapat
dukungan dari berbagai kalangan diwilayah atau daerah Mandar seperti: para
bangsawan, ulama, politisi, cendekiawan, usahawan dan tokoh-tokoh masyarakat
untuk memperkuat posisi dan eksistensi KRIS MUDA dalam kancah perjuangan.
Dukungan ini amatlah penting sebagai bukti bahwa bersatu padunya rakyat dalam
perjuangan.
Melihat perkembangan KRIS MUDA Mandar dalam aktifitasnya
mengalami kemajuan, maka pada bulan Oktober 1945, A.Rachman Tamma
berangkat ke Makassar, karena situasi dalam keadaan tegang akibat kedatangan
Sekutu. A.R.Tamma tidak sempat bertemu gubernur Sulawesi, tapi diterima oleh
Mr.Tajuddin Noer.
Dalam pertemuan itu Rachman Tamma melaporkan situasi perjuangan di
daerah Mandar, khususnya tentang terbentuknya badan perjuangan KRIS MUDA.
Organisasi tersebut dibenarkan dan disetujui berdirinya oleh Mr.Tajuddin Noer
untuk tujuan-tujuan mempersiapkan kekuatan-kekuatan pertahanan terhadap
segala kemungkinan secara teratur.
Ketika Sekutu datang dan dibelakangnya membonceng NICA yang
kemudian melakukan tekanan-tekanan yang menyebabkan daerah Mandar menjadi
tegang. Untuk menghadapi tekanan tersebut diadakanlah pertemuan untuk
9
membahas situasi dan masalah yang sedang terjadi dengan pihak kerajaan yang
dalam hal ini diwakili oleh Ibu Depu, A.R.Tamma, Abd.Malik, Lappas Bali,
M.Amin Badawi, A.Rauf dan St.Ruaidah pada bulan Nopember 1945. Pertemuan
yang dilakukan itu, kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam struktur
organisasi KRIS MUDA dan sifat gerakannya semula pergerakan politik,
menjelma menjadi suatu kekuatan kelasykaran. Sehingga dengan perubahan
tersebut, KRIS MUDA semakin terarah dalam tujuan perjuangannya dan lebih
terorganisir.
Adapun susunan organisasi kelasykaran KRIS MUDA yang baru, seperti
yang dikemukakan oleh Nur Alim (1994:42) sebagai berikut:
Ibu Depu sebagai panglima, H.Abd.Malik sebagai wakil panglima, A.Rachman Tamma sebagai wakil kepala staf, M.Amin Badawi sebagai anggota staf, A.Razak sebagai anggota staf, Lappas Bali sebagai anggota staf, A.Kataing sebagai anggota staf, A.Rauf sebagai anggota staf, Riri Amin Daud sebagai ajudan panglima dan wakil berkuasa penuh, St.Ruaidah sebagai ajudan khusus Ibu Depu dan Abd.Rauf sebagai ajudan panglima.
Pergerakan kelasykaran di daerah Mandar, bertambah lagi setelah para
pelopor Angkatan Laut Republik Indonesia Penyelidik Seberang (ALRI-PS) yang
datang dari Jawa di Bababulo Pamboang, Majene. Mereka adalah Letkol ALRI
Suaib Pasang bersama dengan Kapten ALRI Muh.Judpance pada tanggal 25
Pebruari 1946 dan menganjurkan agar kelasykaran Angkatan Laut ada di
Pamboang. Kemudian pada tanggal 17 Nopember 1946 mendaratlah Letnan Muda
Abdul Hae dan Letnan Muda Buraera yang terdiri dari rombongan kedua ekspedisi
pelopor pertama pimpinan Letnan II Amir. Dipantai Palipi Soreang (Pamboang).
B. Kedatangan NICA di Daerah Mandar
Kembalinya Belanda ke Indonesia Timur lebih cepat dari dugaan. Para
pejabat NICA menyertai pasukan-pasukan Sekutu termasuk pasukan pelopor
tentara Australia, yang mendarat di Makassar pada tanggal 21 September 1945”.
10
Kedatangan pasukan tersebut di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal Ivan Dougherty, Maksud kedatangan pasukan Sekutu di Sulawesi-Selatan
adalah melaksanakan tugas. Diantaranya ialah :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang;2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran serikat ;3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian di
pulangkan ;4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian di
serahkan kepada pemerintah sipil;5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka
di depan pengadilan serikat .(Notosusanto dkk, 1992:122).
Melihat tujuan Sekutu datang ke Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan
memberi harapan bagi bangsa Indonesia untuk lepas dari cengkeraman penjajahan
dan merdeka sebenar-benarnya. Namun demikian keikut sertaan NICA yang
membonceng dibelakangnya, rakyat menyambutnya dengan sikap curiga dan
bertanya-tanya. Kecurigaan semakin bertambah ketika Sekutu memberikan jalan
yang mulus kepada NICA untuk mengambil alih pemerintahan sipil. Mayor
Wegner pimpinan NICA dengan terang-terangan melakukan usaha-usaha untuk
menanamkan kekuasaan NICA termasuk mempersenjatai kembali anggota KNIL
yang pernah ditawan oleh pihak Jepang. Seperti yang dikemukakan oleh Pawiloy
(1987:104) berikut;
Usaha-usaha Wegner, pimpinan NICA pada awal kekuasaannya pada bulan Oktober 1945, ialah : (1) penukaran wang Jepang kepada wang NICA; (2) mengangkat kembali bekas-bekas pegawai Hindia Belanda, menggantikan pegawai-pegawai masa Jepang; dan (3) mempersenjatai bekas KNIL yang pernah disekap Jepang; terdiri dari orang-orang Belanda, Indo Belanda, Ambon dan amat sedikit orang-orang asal Minahasa.
Usaha-usaha NICA dalam memperkuat kedudukannya, telah nampak jelas
bahwa ada indikasi yang kuat untuk mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda
di Indonesia Khusunya di daerah Mandar. Ini terlihat ketika NICA melanjutkan
operasinya untuk menduduki gedung-gedung perkantoran sebagai tempat untuk
melanjutkan administrasi pemerintahannya. Selain itu, juga mengisi tangsi-tangsi
dengan serdadu-serdadunya. Dari tempat inilah mereka mengeluarkan dan
menjalankan siasat politik Devide et Impera (memecah belah) dengan operasi-
11
operasi fisik guna memperkokoh kedudukannya di wilayah etnis Mandar. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Mandra dalam Rahman (2004:30) sebagai berikut:
Patut diketahui bahwa begitu NICA masuk kesuatu daerah langsung memainkan politik Devide Et Imperanya pada para Zelfbestuur (Swapraja/pemerintahan adat) setempat, sebagai orang terkemuka dalam masyarakat itu dan kepada mereka dijanjikan status berpemerintahan sendiri seperti di zaman seperti Jepang.
Siasat politik dan operasi ini bagi Belanda bertujuan untuk menanamkan
pengaruhnya guna melumpuhkan semangat perjuangan bagi pejuang-pejuang
Mandar.
Pada saat-saat NICA meningkatkan aksinya secara fisik juga mengajak
Raja-raja dan berbagai pihak untuk bekerja sama dengan NICA, dengan janji akan
mendapat penghidupan yang lebih baik jika bekerja sama dengan NICA. Maka
banyak diantara mereka yang terpengaruh. Seperti yang dikemukakan oleh Mandra
(2002: 178-179) berikut:
Banyak dikalangan zelfbestuur yang terpengaruh dengan janji muluk NICA yang akhirnya memihak pada NICA. Walau masih ada juga Zelfbestuur yang masih setia hingga rela mengorbankan kekuasaan atau kedudukannya demi kemerdekaan bangsa.
Salah seorang diantara mereka yang terpengaruh adalah raja Balanipa
sendiri yang bernama Andi Baso Pabiseang suami Ibu Depu. Karena penghianatan
suaminya itu, maka Ibu Depu memilih bercerai dan meninggalkan istana beserta
harta bendanya, hanya karena persoalan perbedaan prinsip dengan suaminya. Ibu
Depu bergabung dengan pemuda-pemuda KRIS MUDA. Mulailah Ibu Depu
dengan siasat bergerilya masuk kehutan bersama dengan pemuda-pemuda lainnya.
Kegigihan Ibu Depu memimpin perjuangan dengan cara bergerilya, banyak
mendapat simpatik dari berbagai kalangan masyarakat. Taktik gerilya yang dipakai
oleh lasykar KRIS MUDA dalam menghadapi tentara Belanda sangat tepat, karena
kondisi alam atau daerah Mandar memiliki banyak hutan dan bergunung-gunung.
Disamping itu juga untuk mengimbangi kekuatan Belanda yang memiliki
peralatan militer yang lebih lengkap. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk
mendapatkan senjata ditingkatkan, kurir-kurir khususnya dikirim ke Pare-pare,
12
Makassar, Balik Papan dan dalam daerah Mandar sendiri untuk mendapatkan bala
bantuan.
Melihat sifat perjuangan lasykar KRIS MUDA dengan bergerilya, maka
kedudukan markas KRIS MUDA selalu berpindah pindah dari satu tempat
ketempat yang lain. Praktis daerah-daerah pedalaman dikuasai oleh lasykar KRIS
MUDA, dan Belanda hanya menguasai kota-kota. Dengan demikian Ibu Depu
bersama anggota lainnya dalam wadah lasykar KRIS MUDA secara leluasa
melakukan aktifitas-aktifitas didaearah pedalaman guna memperkuat
kedudukannya dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan Indonesia.
Karena pengaruh Ibu Depu bagi masyarakat Mandar cukup kuat, maka
dimata NICA, Ibu Depu dan pasukannya harus dihancurkan. Untuk itu Belanda
mulai mengadakan penekanan-penekanan terhadap aktifitas gerilya. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Nur Alim (1994:40-41) sebagai berikut:
Memasuki tahun 1946, tekanan itu semakin berat dan semakin dirasakan. Untuk mengimbangi tekanan tersebut para pemuda menyebarkan pamflet-pamflet dan mengadakan penculikan terhadap orang-orang Belanda, sebagai taktik perang urat syaraf terhadap Belanda.
Pamflet-pamflet yang disebarkan tersebut isinya adalah mengajak
masyarakat untuk tetap setia pada negara kesatuan yang telah diproklamasikan.
Selain itu ada juga pamflet-pamflet yang disebarkan dalam bunyi mengancam
pihak tentara KNIL (Belanda) dan orang-orang pribumi yang bekerja sama dengan
pihak Belanda.
C. Perjuangan Rakyat Mandar Menentang Pendudukan Belanda.
Kedatangan Belanda pada periode setelah proklamasi kemerdekaan,
disambut oleh rakyat dengan perjuangan yang gigih untuk menentang
pendudukannya dan mempertahankan integritas bangsa. Perjuangan rakyat pasca
proklamasi memang berlainan sifatnya dibandingkan sebelum proklamasi, dimana
hampir setiap unsur dalam masyarakat ikut bergerak dalam perjuangan pada
periode ini. Seperti yang dikemukakan oleh Sinrang (1994:309) sebagai berikut:13
Perjuangan rakyat Mandar melawan Belanda pada periode ini (1945-1949) sangat berlainan sifatnya dengan perjuangan sebelumnya. Periode ini sifatnya adalah perjuangan rakyat semesta, artinya hampir 100% rakyat didaerah Mandar, tua-muda, laki-wanita, anak-anak, nelayan, petani, sopir bendi, sopir mobil bahkan pegawai Hindia Belanda II, semuanya turut berjuang sesuai kemampuan/keahlian masing-masing.
KRIS MUDA yang pada awalnya merupakan organisasi perjuangan yang
menjalankan strategi bergerak di bawah tanah, kemudian berkembang secara
terang-terangan setelah NICA (Belanda) menduduki daerah Mandar yang ditandai
dengan perubahan menjadi badan kelasykaran. “Dengan demikian strategi
perlawanan terhadap Belanda pada mulanya bergerak political force berubah
menjadi gerakan kelasykaran (militer).” (Nur Alim dalam Rahman 2004: 35).
Perubahan itu merupakan strategi untuk menghadapi pengaruh Belanda yang
semakin luas dan sangat mengkhawatirkan.
Untuk menghadapi pendudukan Belanda, KRIS MUDA dengan memiliki
kekuatan persenjataan yang tidak seimbang, berjuang dengan sistem gerilya.
Walaupun tekanan dari NICA semakin terasakan, para pejuang tidak pantang
mundur dari perjuangannya untuk menegakkan keberadaan proklamasi
kemerdekaan. Gerakan perjuangan di Mandar sangat hebat karena tokoh-tokoh
dalam pemerintahan kerajaan sangat mendukung aktifitas perjuangan para
pemuda. Ini menunjukkan bahwa antara pemuda dan tokoh-tokoh kerajaan dan
rakyat luas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
membangun suatu pemerintahan/kerajaan. Mandar bagi Belanda lebih berbahaya,
karena pemimpin pemerintahan kerajaan merupakan suatu kekuasaan yang
bersumber dari bawah (rakyat). “Menurut hukum adat Mandar bahwa kekuasaan
merupakan suatu hasil dari kontrak sosial yang cenderung menganut kekuasaan
yang bersumber dari bawah.” (Nur Alim, 1994:42). Sehingga setiap bentuk
perjuangan masyarakatnya yang bertujuan untuk kepentingan kerajaan selalu
mendapat dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat. Walaupun harus diakui bahwa
diantaranya ada juga tokoh-tokoh kerajaan yang mendapat pengaruh dari pihak
Belanda untuk mempertahankan kedudukannya.
14
Ketika gerakan gerilya pasukan KRIS MUDA yang bermarkas di gunung
Balanipa rupanya ada seorang anggota hadat kerajaan Balanipa yang menghianat
dan menyebabkan markas ini tiba-tiba mendapat serangan dari berbagai penjuru.
Kontak senjata ini terjadi pada saat Ibu Depu bersama anggotanya sedang
memusatkan kekuatannya dihutan-hutan pada bulan April 1946. karena kekuatan
senjata tidak seimbang, akhirnya pasukan pengawal Ibu Depu menjadi terdesak.
Untungnya pimpinan pasukan yaitu Ibu Depu masih bisa diselamatkan. Kontak
senjata pun sering terjadi. Untuk mengimbangi kekuatan tentara NICA, pasukan
lasykar KRIS MUDA Mandar mengadakan penculikan-penculikan. Perkembangan
dari gerakan perjuangan semakin dirasakan akibatnya oleh Belanda. Pemerintahan
Hindia Belanda menganggap bahwa perjuangan di daerah Mandar sulit untuk di
redam.
Kekuatan gerakan gerilya semakin kuat ketika pendukung perjuangan
semakin banyak, dengan munculnya lasykar GAPRI 5.3.1 yang berpusat didaerah
Majene. Kelasykaran ini sebenarnya merupakan bagian dari KRIS MUDA. Seperti
yang dikemukakan oleh Pawilloy dalam Rahman (1994:40) sebagai berikut:
Lasykar GAPRI termasuk pula dalam KRIS MUDA, yang diberikan kelonggaran untuk mengatur gerakan operasi sendiri (otonom). Wilayah operasinya meliputi Majene sampai Mamuju. Sedangkan KRIS MUDA, induk badan perjuangan di Mandar, bergerak disekitar Tinambung, kemudian kearah selatan hingga perbatasan Sawitto/Pinrang.
Dengan demikian daerah Mandar sepanjang tahun 1946 telah menjadi
ajang bagi perjuangan kemerdekaan dalam menentang pendudukan Belanda.
Pada tanggal 2 Juli 1946, kedudukan tentara Sekutu dinyatakan berakhir
dan dibubarkan. Akan tetapi NICA tetap melakukan kegiatan-kegiatannya dalam
upaya menanamkan kembali kekuasaannya. Hal ini dipertegas oleh Kadir
(1984:197) sebagai berikut :
Walaupun demikian tentara KNIL masih terus melakukan kegiatannya menjelang penyerahan kekuasaan kepada pemerintah Hindia Belanda oleh pihak Sekutu. Tepat pada tanggal 14 Juli 1946, kedudukan tentara Sekutu di Makassar telah beralih kepada pemerintah Belanda.
15
Penyerahan itu merupakan era baru bagi pendudukan Belanda di Sulawesi
Selatan khususnya di daerah Mandar. Berkaitan dengan penyerahan kekuasaan itu,
menurut Ricklefs (1995:318), bahwa:
Sebenarnya inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukkan Indonesia. Usaha mereka yang pertama, pada abad XVII dan XVIII, telah berakhir dengan penarikan mundur dipihak mereka dalam menghadapi perlawanan bangsa Indonesia serta ketidak cakapan mereka sendiri, dan akhirnya dengan kekalahannya oleh pihak Inggris, yang kedua, yaitu pada abad XIX dan awal abad XX, telah berakhir dengan dikalahkannya mereka oleh pihak Jepang. Mereka kini akan mencoba untuk ketiga kalinya, dan masalah yang kini mereka hadapi ialah menaklukkan seluruh nusantara sekaligus.
Adanya peralihan kekuasaan tersebut berarti kekuasaan Sekutu di
Sulawesi Selatan dam Mandar secara khusus telah berakhir. Peralihan kekuasaan
tersebut secara implisit mengandung makna bahwa kekuasaan Sekutu selama ini
merupakan suatu proses mempercepat kembalinya kekuasaan Belanda di
Indonesia. Berkenaan dengan ini di daerah Mandar menjadi tegang. Gerakan-
gerakan perjuangan semakin meningkat. Kesadaran bahwa Belanda telah berkuasa
kembali di bumi pertiwi setelah mengambil alih kekuasaan atau kedudukan
Sekutu.
Gerakan perjuangan dilaksanakan secara serentak dibawah Komando
Gabungan Kelaykaran Sulawesi Selatan yang bermarkas di Polong Bangkeng
dimana KRIS MUDA Mandar termasuk didalamnya. Menghadapi gerakan-
gerakan tersebut Belanda dengan tentaranya menjadi kewalahan dan terancam
kedudukannya.
Dalam situasi seperti itu, Belanda melihat bahwa dengan terkoordinirnya
gerakan perjuangan rakyat dalam satu komando, maka sangat sulit untuk
meredamnya melalui pertempuran-pertempuran atau kontak senjata. Apalagi
perjuangan rakyat tersebut mendapat dukungan dari berbagai kalangan
masyarakat. Keadaan tersebut sangat berbeda dengan keberadaan mereka sebelum
proklamasi kemerdekaan. Bagi Belanda, para pejuang yang tergabung dalam
lasykar KRIS MUDA dan GAPRI 5.3.1. di Mandar dianggap sebagai ekstremis-
ekstremis atau pengacau keamanan, begitupun untuk kelasykaran diluar Mandar.
16
Sesungguhnya taktik Belanda yang menganggap para pejuang sebagai ekstremis,
merupakan manuver politik dalam melakukan tindakannya. Hal ini bertujuan
untuk mempengaruhi opini dunia luar bahwa segala tindakan Belanda berada
dalam jalur kebenaran. Walaupun sebenarnya kenyataan yang ada di daerah
tidaklah demikian. Para pejuang dalam melakukan gerakan-gerakan perjuangan
tidak lain hanyalah untuk menentang pendudukan Belanda. untuk
mempertahankan negara RI yang telah diproklamasikan.
D. Merah Putih Tetap Berkibar
Pada tanggal 28 oktober 1946 suatu peristiwa yang sangat berkesan dihati
masyarakat Mandar bahkan sangat sukar untuk terlupakan yaitu peristiwa
penurunan Bendera Merah Putih di depan istana kerajaan Balanipa yang gagal
dilakukan oleh pasukan Belanda. Hal ini disebabkan atas kegigihan dan
keberanian Andi Depu yang tidak rela kalau Merah Putih diturunkan semena-
mena, maka tiang bendera didekapnya dan belaiu rela mati dari pada hidup ketika
itu, kalu bendera terpaksa harus diturunkan dari tiang yang sementara berkibar,
beliau dipagari oleh para abdi dan rakyat serta para pejuang lainnya termasuk
permepuan dan anak-anak yang bertekad akan lebih dahulu terkapar bersimbah
darah kalau pasukan Belanda berani dan mau menyentuh tiang bendera. Dari
beberapa pendukung yang memagarinya, kemudian menentang pasukan Belanda
lewat sidiran dan ungkapan pantun Pattoroala (Pantun Kasatria) yatu:
1. “India tia tommuane matembaga dzaraddanna melo di pae’ melo’ di sumambui” (Akulah lelaki perkas pilih tanding berani menentang kebatilan dan siap bersimab darah).
2. “India tia batuanna mar’dia, melo member di baona lita’ oh… Daeng basepa anna tada mating diolana mara’dia” (Aku adalah abdi setia raja, rela terkapar bermandikan darah di atas tanah nanti hambar berkalang tanah barulah musuh sampai kehadapan Mara’dia).
3. “India tau manu’ sapparayabersenjata bambu tak masalana Balanipa ditayi bassi occongannami” (Aku adalah ayam jantan dari Balanipa bersenjata bambu tak jadi soal, apatah lagi kalau bersenjatakan besi atau Pusaka).
Pasukan Belanda yang menyaksikan ini semua, dan mungkin telah
memperhitungkanakan akan terjadi korban dipihaknya ditambah lagi rakyat yang
17
telah mengurung pasukan Belanda, harus terpaksa menurunkan niatnya dan
kembali menuju Banggae (Ahmad Asdy 2007:115).
Perlawanan-perlawanan rakyat yang semakin meningkat dan merepotkan
Belanda. Kemudian melatar belakangi di datangkannya pasukan khusus. Seperti
yang di kemukakan oleh Agung (1985:129-130) sebagai berikut:
Bertalian dengan perkembangan ini Van Mook dan Jenderal Spoors memutuskan untuk mengirim ke Sulawesi Selatan pasukan khusus (rode Baretten) yang ditempatkan atas komando seorang kapten muda bernama Raimond Pierre Westerling atau terkenal dengan nama julukan “de Turk” (mungkin disebabkan karena dia beribu seorang warga negara Turki).
Kedatangan pasukan khusus ini, bertujuan untuk menumpas gerakan-
gerakan perjuangan yang menentang pendudukan dan gagasan pembentukan
Negara Indonesia Timur (NIT) yang akan dibahas dalam konferensi Denpasar
(Bali).
Pasukan khusus ini diberi kebebasan dalam menjalankan tugasnya untuk
mengamankan daerah Sulawesi Selatan, dengan menggunakan teknik yang
diperintahkan sendiri oleh Westerling. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nur
Alim (1994:46) sebagai berikut :
Teknik yang digunakan dan dianjurkan oleh Westerling, ialah mengumpulkan orang-orang disuatu tempat dan menyuruh mereka menunjuk “orang-orang ekstremis” diantara mereka, kemudian pasukan komando menembak orang yang ditunjuk itu. Dan jikalau tidak ada informasi yang diberikan, pasukan komando memilih beberapa orang desa secara acak dan menembak mereka.
Pasukan khusus yang dikomandoi oleh Westerling tersebut, tiba di
Makassar pada tanggal 5 Desember 1946.
Melihat keadaan dibeberapa daerah Sulawesi Selatan yang semakin
bergolak termasuk daerah Mandar, maka Van Mook memberlakukan keadaan
darurat perang (S.O.B) untuk beberapa daerah. Sebagaimana yang di kemukakan
oleh Agung (1985:130) sebagai berikut:
Pada tanggal 11 Desember 1946 Letnan Jenderal Van Mook menyatakan keadaan darurat perang dibeberapa daerah Sulawesi Selatan seperti kotapraja Makassar, afdeling Makassar, Bantaeng, Pare-Pare, Mandar dan Majene.
18
Berdasarkan undang-undang SOB (keadaan darurat perang) itu, maka pada
tanggal 11 Desember 1946 itu pula, Westerling bersama pasukannya mulai
mengadakan aksi milter dengan cara pembantaian yang tidak mengenal
perikemanusiaan. Yang dimulai di kota Makassar kemudian merambat ke daerah-
daerah lain. Pasukan Westerling tiba di daerah Mandar, tepatnya di Majene pada
pertengahan Januari 1947, dan memulai aksinya. Seperti yang dikemukakan oleh
A.R. Tamma (Arsip pribadi, No.reg.174) sebagai berikut:
Pada bulan itu juga Westerling dan NICA alias Baret merah telah berada di Majene dan mulai menangkapi anggota-anggota pejuang yang khusus bertugas di kota-kota. Tepat pada tanggal 1 Februari 1947 hari sabtu, tentara Westerling telah bertindak tanpa perikemanusiaan yaitu mengadakan pembersihan di Galung Lombok dengan puluhan ribu rakyat Mandar dan anggota menjadi korban.
Peristiwa pembantaian massal rakyat Sulawesi Selatan itu, kemudian
dikenal dengan “Korban 40.000 jiwa”. Secara psikologis harapan Belanda setelah
aksi Westerling berakhir adalah para pejuang yang tergabung dalam organisasi
kelasykaran tidak berani lagi melakukan gerakan-gerakan menentang terhadap
pendudukan Belanda. Akan tetapi peristiwa pembantaian itu tidak menyurutkan
kobaran api perlawanan rakyat terhadap Belanda, walaupun banyak pimpinan-
pimpinan kelasykaran yang tertangkap, namun perlawanan tidak terhenti sebab
pemimpin-pemimpin perjuangan yang lain masih tetap melakukan perlawanan.
Pada bulan Februari 1949, para pemimpin perlawanan dapat tertangkap dan
perlawanan rakyat pun semakin surut kekuatannya, namun organisasi perjuangan
politik masih tetap melakukan pergerakan politik, untuk menentang Belanda.
pemimpin kelasykaran yang ditahan salah satu di antaranya adalah Andi Depu
kemudian dibebaskan pada tanggal 27 Desember 1949 setelah Konferensi Meja
Bundar (KMB).
19
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
2. Berdirinya badan perjuangan dan kelasykaran di daerah Mandar, dilatar
belakangi oleh keinginan dan tekad yang bulat rakyat Mandar dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah
diproklamasikan. Setelah kedatangan Sekutu yang diboncengi oleh NICA,
kemudian mengadakan aksi untuk menduduki kembali dan mengancam
eksistensi proklamasi kemerdekaan, maka para pemuda Mandar dengan
perasaan nasionalismenya, kemudian membentuk kelasykaran. Kelasykaran
yang ada di daerah Mandar pada saat revolusi adalah KRIS MUDA, GAPRI
5.3.1 dan ALRI-PS.
3. Kedatangan Belanda yang membonceng pada sekutu yang kemudian ingin
menduduki kembali daerah Mandar khususnya, disambut oleh rakyat dengan
perjuangan yang gigih. Perjuangan rakyat Mandar pada periode ini sudah
terorganisir dan rakyat yang bersatu padu. Perjuangan rakyat dikoordinir
dibawah wadah kelasykaran yang ada di daerah Mandar.
4. Berita proklamasi di daerah Mandar pertama kali diketahui oleh Ibu Depu
yang kemudian menyebarkan berita tersebut keseluruh rakyat Mandar. Setelah
Belanda memulai aksi-aksinya untuk menduduki kembali daerah Mandar,
kemudian kaum bangsawan berjuang bersama-sama dengan rakyat dengan
membentuk wadah kelasykaran. Pemimpin-pemimpin kelasykaran di
daerah Mandar adalah para bangsawan dan orang-orang terpelajar.
Keterlibatan kaum bangsawan dalam wadah kelasykaran memberikan
sumbangsih yang sangat besar dalam perjuangan rakyat dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
2121
5. Pengaruh keterlibatan kaum Andi Depu dalam perjuangan rakyat Mandar
adalah memberikan dampak yang sangat besar dalam menggalang kekuatan
rakyat untuk berjuang menentang pendudukan Belanda. Keterlibatan para
bangsawan dalam kelasykaran membawa dampak psikologis dikalangan
masyarakat, dimana dengan keterlibatan mereka, mendorong rakyat untuk
ambil bagian dalam perjuangan menentang Belanda.
B. Saran-Saran
1. Penulis menyadari, bahwa pembahasan dalam Makalah ini belum mendalam,
yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan kemampuan penulis untuk
mendapatkan data-data yang lebih lengkap dan valid. Olehnya itu penulis
mengharapkan agar diadakan penelitian lanjutan dan lebih mendalam oleh
kalangan akademisi, terutama di jurusan Sejarah.
2. Perlu kiranya penelitian tentang sejarah perjuangan mempertahankan
kemerdekaan ditinjau ulang kembali, terutama sejarah perjuangan di daerah
Mandar.
3. Kegiatan Lawatan Sejarah yang gelar oleh BPNP agar kedepan senantiasa
tetap dipertahankan dan dikembangkan, dengan harapan bahwa fakta-fakta
sejarah local yang diangkat dan diseminarkan dapat terpublikasikan dan
menjadi komsumsi khalayak umum, yang dapat memperkaya khsana sejarah
Nasional, bukan hanya sebatas seminar saja.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ibrahim. 1999. Pendekatan Budaya Mandar. Makassar : UD. Hijrah Grafika.
Asdy, Ahmad. 2000. Balanipa dalam Kenangan, Tentang Latar Belakang Keberadaan Arajang ke-52. Polmas : Yayasan Mahaputra Mandar.
Asdy, Ahmad. 2007. Mandar Dalam Kenangan, Srikandi Jasirah Tipalayo. Polmas : Yayasan Mahaputra Mandar.
Hamzah, Aminah., dkk. 1991. Biografi Pahlawan Hajjah Andi Depu Maraddia Balanipa. Ujung Pandang.
Mandra, A. M. 2002. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Di Mandar. Majene : Pemkab Majene.
Rahman Abdul. 2004. Kepemimpinan Kaum bangsawan Dalam Mempertahankan Kerdekaan RI di Tanah Mandar. Skripsi Jurusan Sejarah UNM.
23
MAKALAH
“Perjuangan Srikandi Jazirah Mandar (Andi Depu) Dalam Mempertahankan Kemerdekan RI di Tanah Mandar (1945-1949)”
Oleh :Muhammad Idris, S.PdLawatan Sejarah ke-9Bau-Bau, 18-20 Mei 2012
24
PERJUANGAN SRIKANDI JAZIRAH MANDAR (ANDI DEPU)DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI
DI TANAH MANDAR (1945-1949)
AKBSTARK
“Mua” sawa namaradekai tau anna iyya sawa namebwabwa tama dinaraka oh.... Puang Mala’bi’u buaiyyammi naraka batuammu, anna iyaupa Puang meondong tama dinarakamu,, E....Luluare iyanasanna iyyamo tu’u dio pendiriannu” Artinya : “Kalaupun berjuang untuk kemerdekaan ini akan membawa kita kedalama neraka, maka wahai Tuhanku yang sangat mulia tolong buka neraka itu, karena akulah yang akan melompat kedalam neraka itu dan wahai saudaraku sekalian itulah pendirianku”. (Asdy 2007:75).
Kutipan di atas merupakan inti pidato Andi Depu dalam membakar semangat para pejuang pendukung kemerdekaan di tanah Mandar. yang dalam makalah ini degalar sebagai Srikandi Jazirah Tipalayo.
Makalah ini akan membahas tentang Perjuangan Andi Depu dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia menghadapi kekuatan kolonial Belanda (NICA) di tanah Mandar dengan batasan temporal 1945-1949 dimana dekade ini merupakan titik puncak perlawanan bersenjata masyarakat Mandar terhadap pengaruh kolonial di daerah Mandar.
Andi Depu adalah seorang tokoh pejuang/pahlawan melawan penjajah yang paling dikenal dan dipuja oleh rakyat Sulawesi Barat. Saat perang mempertahankan kemerdekaan, di seluruh Sulawesi Selatan haya wilayah Tinambung Polewali Mandar, yang tidak bisa dikuasai pasukan Belanda, Ibu Depu adalah sosok yang memimpin perjuangan Merah Putih di Mandar, saat belanda ingin menancapkan kembali kekuasaannya di tanah Mandar Andi Depu adalah sosok yang berdiri paling depan mempertahankan Merah Putih beliau juga seorang perempuan yang meninggalkan istana kerajaan demi membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Mandar. Belanda sendiri menyatakan dialah musuh besar.
Dalam menentang aksi-aski yang dilakukan oleh pihak Belanda (NICA), Andi Depu berserta Rakyat Mandar yang mendukung Kemerdekan RI kemudian menyatukan gerakan perlawan yang lebih terarah melalui wadah kelasykaran KRIS MUDA. Konsep dan strategi perjuangan yang ditempuh adalah taktik Grilya. Dalam perjuangannya, Andi Depu sebagai seorang perempuan dan juga merupakan seorang bangsawan yang rela berkorban demi kemerdekaan telah menjadi spririt dan semangat juang bagi masyarakat Mandar untuk senantiasa berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan . Kegigihan dan ketabahan beliau kemudia di anugerahi Bintang Mahaputra oleh Presiden RI Ir. Soekarno dan dianggap sebagai pahlawan Revolusi, dan pada tahun 2011 Andi Depu dicetuskan sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
25
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
ABSTRAK.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
26
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH MANDAR.......................................... 4
A. Sejarah Singkat Daerah Mandar................................................................. 4
B. Keadaan Geografis...................................................................................... 5
C. Keadaan Demografis................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 7
A. Terbentuknya Badan Perjuangan dan Kelasykaran di Mandar................... 7
B. Kedatangan NICA di Daerah Mandar........................................................ 11
C. Perjuangan Rakyat Mandar Menentang Pendudukan Belanda................... 14
D. Merah Putih Tetap Berkibar........................................................................ 17
BABIV PENUTUP................................................................................................. 21
A. Kesimpulan................................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................................ 22
DAFTRA PUSTAKA
KATA PENGANTARA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan Rahmat dan taupiqnya sehingga penulis dapat merampungkan
pembuatan makalah ini dengan judul “Perjuangan Srikandi Jazirah Mandar (Andi
Depu) Dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI di Tanah Mandar (1945-1949).
27
Salawat dan Taslim senantiasa kita curahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi seluruh ummat.
Makalah ini penulis susun sesuai petunjuk teknis dari panita pelaksana lawatan
sejarah ke-9 di kota Bau-bau Sulawesi Tenggara dengan berdasar pada sumber-sumber
referensi yang relepan. Makalah ini penulis susun dengan harapan selain sebagai
bahan persentase, dapat menjadi bahan referensi bagi penulisan-penulisan sejarah
perjuangan kedepan.
Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu
dan berpartisipasi terhadap penyelesaian makalah ini. Semoga apa yang diberikan
dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan, penulis
menyadari bahwa makalah yang di tulis ini masih terdapat banyak kekurangan-
kekurangan, olehnya itu, penulis sangat mengarapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi penyempurnaan penulisan makalah kedepan.
Polewali, Mei 2012
Penulis
28