Makalah Labiokizis Dan Labiopalatokizis
-
Upload
nelly-iskandar -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of Makalah Labiokizis Dan Labiopalatokizis
MAKALAH LABIOKIZIS DAN LABIOPALATOKIZIS
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Banyak masalah yang dapat di alami selama proses kehamilan oleh ibu. Dan hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Salah satunya yaitu
perkembangan terhadap organ tubuh janin, diantaranya yaitu labioskiziz dan
labiopalatoskizis.
Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan
masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-
10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing..
Merupakan deformitas ( kelainan ) daerah mulut berupa celah atau sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian
kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Namun hal tersebut dapat di atasi dengan kecanggihan alat kedokteran. Bagi
penderita yang memiliki perekonomian di atas rata-rata, dapat dengan segera menjalani
tindakan operasi. Namun bagi penderita yang belum mampu untuk melakukan tindakan
operasi tidak perlu merasa khawatir, karena pemerintah sudah mulai mengadakan
bantuan operasi gratis bagi masyarakat yang kurang mampu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang labioskizis atau
labiopalatoskizis.
Agar mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab dari labioskizis atau
labiopalatoskizis.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah labioskizis atau
labiopalatoskizis.
1.3 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
Apa yang dimaksud dengan labioskizis atau labiopalatoskizis?
Apa Penyebab dari labioskizis atau labiopalatoskizis?
Bagaimana cara mengatasi labioskizis atau labiopalatoskizis?
BAB II
TINJAUAN TEORI
Labioschisis/CB/Celah Bibir/Cleft Lips adalah celah pada bibir atas, baik komplit,
tidak komplit, unilateral maupun bilateral dijumpai sejak lahir atau merupakan kelainan
bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas, lokasinya tepat dibawah hidung. Kelainan ini
dapat berupa celah kecil pada bagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Sedangkan Labiopalatoschisis/CBL/Celah Bibir dan Langitan/Cleft Lips and
Palate adalah celah yang melibatkan bibir dan palatum, baik satu sisi maupun dua sisi.
Bibir sumbing (labioschizis) biasanya timbul sebagai cacat bawaan sejak lahir. Kelainan
ini terjadi akibat gangguan dalam proses penyatuan bibir atas pada masa embrio awal.
Bibir sumbing yang ringan hanya tampak sebagai celah kecil di atas bibir atas dan tak
terlihat jelas. Sumbing yang berat dapat terjadi dikedua sisi bibir atas dan membentuk
celah sampai ke lubang hidung dan langit-langit (labiopalatoschizis). Keadaan ini jelas
mengganggu proses menghisap dan menelan, juga memudahkan terjadinya infeksi
saluran pernapasan. Karena itu, bibir sumbing berat perlu dioperasi untuk mengoreksi
kelainan.
Di Indonesia, jumlah tertinggi penderita kelainan ini terbanyak diNusa Tenggara
Timur yaitu enam sampai sembilan orang per 1.000 penduduk. Jumlah ini sangat tinggi
bila dibanding kasus di internasional yang hanya satu sampai dua orang per 1.000
penduduk. Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena kawin
dengan kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan
sedikit, tapi jika kekurangan, berbahaya. Makanan yang mengandung seng antara lain
daging, sayur-sayuran, dan air. Soal kawin antar kerabat atau saudara memang jadi
pemicu munculnya penyakit generatif (keturunan) yang sebelumnya resesif. Penelitian
epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun teknik
bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta
samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna. Merupakan
deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu. Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian
atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta
molle.
Suatu klasifikasi berguna membagi struktur-struktur yang terkena menjadi
palatum primer dan palatum sekunder. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung,
alveolus dan palatum durum dibelahan foramen incisivum.
Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang-kadang terlihat suatu belahan
submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan
jaringan otot palatum.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan
ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor
genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para
peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis
akan mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis
meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat
labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin
(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan
lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara lain :
a. Faktor genetik atau keturunan : dimana material genetik dalam khromosom
yang mempengaruhi. Dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan
khromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 khromosom yang terdiri dari 22
pasang khromosom non sex(kkhromosom 1 – 22) dan 1 pasang khromosom sex
(khromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing
terjadi trisomi 13 atau sindroma patau dimana ada 3 untai khromosom 13 pada setiap sel
penderita, sehingga jumlah total khromosom pada setiap selnya adalah 47. jika terjadi hal
seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan ganggguan berat pada
perkembangan otak, jantung dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan
frekuensi 1 dari 8000 – 10000 bayi yang lahir.
b. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin
C dan asam folat.
c. Radiasi
d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama
e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin
contohnya seperti infeksi rubella dan sifillis,
toksoplasmosis dan klamidia
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan
kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama
kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.
g. Multifaktorial dan mutasi genetik
h. Displasia ektodermal.
C. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu
(proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan priminen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole
terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu.
D. Klasifikasi
Bibir sumbing ada beberapa tingkatan juga istilahnya berdasarkan organ yang
terlibat diantaranya: celah di bibir (labioskizis), celah di gusi (gnatoskizis), celah di langit
(palatoskizis). Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan
langit-langit (labiopalatoskizis).
Bibir sumbing dikatagorikan berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
1) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya
disalah satu bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung.
2) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi
hanya disalah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
3) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
E. Tanda dan gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
Terjadi pemisahan langit – langit
Terjadi pemisahan bibir
Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.
Berat badan tidak bertambah
Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu
keluarny air susu dari hidung.
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena
pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak.
Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik, ibu hamil dapat memeriksakan
kandungannya dengan menggunakaan USG.
G. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenanya,
yaitu:
1) Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan
celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperi dot khusus, posisi makan yang
benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
2) Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka
akan kehilangan pendengaran.
3) Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena
adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4) Masalah gigi. Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
H. Penatalaksanaan
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan
setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi
oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk
melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat
badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar
leukosit minimal 10.000/ui.
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima
tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang
dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi
berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih
dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus
diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah
parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu
dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar
sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi
menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup
diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau
tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.
Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non
alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses
tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre
maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan
koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang
didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu
operasi tiba. (24)
2. Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh
seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3
bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan
sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir
sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap
menjadi kurang sempurna.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat
anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan
sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara
di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil
operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit
dicapai. (19) Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap
terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme
kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah
(gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan
pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
3. Tahap setelah operasi.
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-
tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan
memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka
bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk
memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia
sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan
kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu
seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech
teraphy pun tidak banyak bermanfaat.
I. Perawatan
1) Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir
sumbing tidak menghambat pengisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan susu dan memberikannya kepda bayi dengan menggunakan botol setelah
dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
2) Menggunakan alat khusus, seperti :
Dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar) yaitu suatu dot yang diberi
pegangan yang menutupi sumbing udara bocor disekitar sumbing dan makanan
dimuntahkan melalui hidung, atau hanya dot biasa dengan lubang besar.
Dapat juga diberikan dengan menggunakan botol peras, dengan cara memeras botol,
maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
Ortodonsi, yakni pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum
agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum
sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitif.
Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang
lidah bayi, kemudian bayi ditepuk-tepuk pada punggungnya berkali-kali secara lembut
untuk mengeluarkan udara/bayi disendawakan, dikarenakan bayi dengan sumbing pada
bibirnya cenderung untuk menelan banyak udara. Periksalah bagian bawah hidung
dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung, hal
ini suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini
terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang
lembut tersebut untuk sembuh.
J. Pengobatan
Pada bayi dengan bibir sumbing dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk
memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule often
yaitu umur > 10 minggu, BB > 10 pon/5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini
mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap sehingga tindakan operasi
penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi
mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang
muka mendeteksi selesai. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki
“kerusakan horseshoe” yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara
ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak
bicara yang lebih baik.
Anak dengan kondisi ini membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting
untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaiki,
dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen.
K. Prinsip Perawatan Secara Umum
Pada saat lahir diberikan bantuan pernapasan dan pernapasan NGT (Naso Gastric Tube)
bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung. Anak setelah berumur
1 minggu dibuatkan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan
mengarahkan pertumbuhan, atau dengan pemberian dot khusus. Setelah anak berusia 3
bulan dilakukan labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan
evaluasi telinga. Umur 18 bulan – 2 tahun dilakukan palathoplasty, tindakan operasi
langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit
L. Asuhan Kebidanan
1. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu beserta keluarga.
2. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat ini
adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang adekuat sampai
pembedahan yang dilakukan.
3. Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya
menyusu.
4. Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan
hospitalisasi, pulangkan bayi. Tindak lanjuti dalam satu minggu untuk memeriksa
pertumbuhan dan penambahan berat badan.
5. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan perasan
ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternatif (menggunakan sendok
atau cangkir).
6. Jika bayi memiliki celah palatum, berikan perasan ASI dengan menggunakan
metode pemberian makan alternatif (menggunakan sendok atau cangkir).
7. Ketika bayi makan dengan baik dan mengalami penambahan berat badan,rujuk bayi
ke rumah sakit tersier atau pusat spesialisasi, jika memungkinkan untuk pembedahan
guna memperbaiki celah tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping
muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna. Merupakan deformitas
daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna
semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing antara lain :
a. Faktor genetik atau keturunan
b. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C dan asam folat.
c. Radiasi
d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama
e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infelsi rubella
dan sifillis, toksoplasmosis dan klamidia
f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol.
g. Multifaktorial dan mutasi genetik
h. Displasia ektodrmal.
Bibir sumbing ada beberapa tingkatan juga istilahnya berdasarkan organ yang terlibat
diantaranya: celah di bibir (labioskizis), celah di gusi (gnatoskizis), celah di langit
(palatoskizis). Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan
langit-langit (labiopalatoskizis).
B. SARAN
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:
Tidak merokok dan menghindari asap rokok
Menghindari alkohol
Menghindari obat terlarang
Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
Mengkonsumsi suplemen asam folat
Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
Menghindari zat-zat yang berbahaya.