Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting dalam kehidupan ini terutama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh. Tubuh dapat memperoleh protein dari berbagai sumber makanan seperti ikan, telur, kacang-kacangan, susu dan lain sebagainya. Makan makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh terpenuhi. Anjuran makan makanan yang bergizi tersebut disebutkan oleh Allah dalam surat An-Nahl ayat 14: Dan Dia yang menguasai laut supaya kamu makan daging(ikan) yang lembut (segar) (An-Nahl(16) :14) Protein pada bayi bisa diperoleh dari ASI (Air Susu Ibu). Ibu dianjurkan untuk menyusui anaknya agar tidak terjadi penyakit dan kekurangan gizi terutama kekurangan protein.Urgensi ASI untuk bayi ini juga disebutkan dalam Al- Qur’an yaitu: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. 1

description

saya hanya share pengetahuan yang saya ketahui lewat makalah ini, jadi apabila kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk menyempurnakan ilmu yang saya pelajari.

Transcript of Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Page 1: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting dalam kehidupan ini

terutama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme

sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh. Tubuh

dapat memperoleh protein dari berbagai sumber makanan seperti ikan, telur, kacang-

kacangan, susu dan lain sebagainya. Makan makanan bergizi termasuk protein sangat

dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh terpenuhi. Anjuran makan makanan yang

bergizi tersebut disebutkan oleh Allah dalam surat An-Nahl ayat 14:

Dan Dia yang menguasai laut supaya kamu makan daging(ikan) yang lembut (segar) (An-Nahl(16) :14)

Protein pada bayi bisa diperoleh dari ASI (Air Susu Ibu). Ibu dianjurkan untuk

menyusui anaknya agar tidak terjadi penyakit dan kekurangan gizi terutama kekurangan

protein.Urgensi ASI untuk bayi ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Albaqarah [2]: 233)

Ayat diatas menganjurkan agar ibu menganjurkan untuk menyusui selama dua tahun.

Banyak masyarakat yang menggangap menyusui di atas satu tahun membuat anaknya manja

dan tidak mandiri, serta anggapan ASI sudah menjadi turun kandungan gizinya. Mitos

tersebut ternyata salah. Banyak manfaat jika bayi disusui selama dua tahun,

karena kandungan ASI  > 1 tahun memiliki kandungan yang luar biasa bermanfaat untuk

anak. Yang jelas, ASI tetap memiliki zat imun yang melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Bahkan satu penelitian menunjukkan bahwa beberapa zat imun meningkat jumlahnya dalam

ASI di tahun kedua sehingga memberikan perlindungan yang lebih besar bagi anak.  Belum

1

Page 2: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

lagi kandungan gizinya. Pada tahun kedua (12-23 bulan), setiap 448 ml ASI memenuhi

kebutuhan anak. Kebutuhan anak akan ASI harus tercukupi. Karena kekurangan ASI

merupakan salah satu penyebab gizi buruk ataupun Kurang Energi Protein (KEP) yang

terjadi pada balita.

Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

KEP disebabkan karena defisiensi makronutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini

terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makronutrient kepada defisiensi mikronutrient,

tetapi beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga

memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP.

Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus, dan marasmik

kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan karena

kurang energi dan marasmik kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein.

Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang

dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga

rumah tangga miskin oleh karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata

pencaharian. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa pernah dikenal sebagai

penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).

Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu

masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I dengan banyaknya kasus HO dan

kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan

pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk merupakan tulang punggung

pembangunan nasional kita. Bahkan sejak Repelita III pembangunan pertanian tidak hanya

ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi

secara eksplisit juga untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat.

Sebagai contoh, sekitar 8 juta balita terancam tumbuh kembangnya akibat kekurangan

gizi (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009). Di Jawa Barat dengan jumlah penduduk 42,3

juta jiwa dengan jumlah anak balita mencapai 5,1 jiwa dianalogikan sebagai penyuplai kasus

gizi buruk dibanding daerah lain di Indonesia. Di beberapa Daerah Tingkat II seperti di Kota

Madya Bogor kasus gizi buruk  dilaporkan sebanyak 16 kasus, lima di antara meninggal

dunia dan 9 penderita lagi dirawat intensif. Sedangkan di Kabupaten Sukabumi ada 4 balita

menderita kekurangan gizi yang parah. Secara keseluruhan Kekurangan Energi Protein (KEP)

2

Page 3: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

murni sebanyak 940 balita, marasmus 66, kwashiorkor 15, marasmus dan kwashiorkor 12

orang balita. Bahkan di Kabupaten Cirebon balita yang menderita KEP mencatat angka yang

fantastis hingga mencapai 46.637 balita. Dari jumlah itu, 13.725 balita menderita gizi buruk

dan berada di bawah garis merah di dalam kartu menuju sehat (KMS). Namun ada sekitar 50

bayi yang kondisinya sudah parah dan perlu dirawat di rumah sakit.

Salah satu kasus KEP yang telah disebutkan di atas adalah kasus kwashiorkor yang

merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena defisiensi protein. Hal ini berkaitan

dengan proses metabolisme protein dalam tubuh. Oleh karena itu untuk lebih mengetahui

penyakit kwashiorkor ini, penulis mengambil kasus kwashiorkor dalam penulisan makalah

Metabolisme Protein sebagai bentuk nyata dari penyakit akibat defisiensi protein.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Kurang Energi Protein (KEP) ?

2. Apa yang dimaksud Kwashiorkor sebagai salah satu penyakit KEP?

3. Apa penyebab Kwashiorkor?

4. Bagaimana gejala penderita Kwashiorkor?

5. Apa upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyaki Kwashiorkor?

6. Bagaimana pengobatan penyakit Kwashiorkor?

7. Bagaimana proses metabolisme protein pada penderita Kwashiorkor?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit Kurang Energi Protein

2. Untuk mengetahui pengertian penyakit Kwashiorkor

3. Untuk mengetahui penyebab penyakit Kwashiorkor

4. Untuk mengetahui gejala penyakit Kwashiorkor

5. Untuk mengetahui upya pencegahan penyakit Kwashiorkor

6. Untuk mengetahui pengobatan penyakit Kwashiorkor

7. Untuk mengetahui proses metabolisme protein pada penderita Kwashiorkor

3

Page 4: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan

makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam

pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme

sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.

Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H, O,

kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989).

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini

disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam

amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau

karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada jenis protein yang

mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2001).

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga

beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain dalam

ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan

nitrogen ; beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium,

dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua

protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan

16% dari berat protein. Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak

dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya

(Almatsier, 2004).

2.2 Struktur Protein

Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-asam

amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi gugusan

karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga

terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini merupakan ikatan tingkat primer.

Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian disebut ikatan

4

Page 5: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut

polypeptida. Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino

disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-

asam aminonya saling dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut (Gaman, 1992).

Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang

terdapat sebagai komponen, protein mempunyai gugus −NH2 pada atom karbon α dari posisi

gugus −COOH. Rumus umum untuk asam amino adalah:

R-CH-COOH

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non

polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam

karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang

terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut

organik. Demikian amina pula umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut

organik (Poejiadi, 1994).

Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil

(−COOH) dan satu atau lebih gugus amino (−NH2) yang salah satunya terletak pada atom C

tepat disebelah gugus karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung melalui ikatan

peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan gugus amino dari asam

amino yang disampingnya (Sudarmadji, 1989).

2.3 Sifat Protein

Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami

perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan

perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam,

logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati

adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 1989).

Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua

protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan

berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila

protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini

5

NH2

Page 6: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Adanya

gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan

protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam

maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga

protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul protein akan

bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan

bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak

menuju anoda (Winarno, 1992).

2.4 Jenis-jenis Protein

Klasifikasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara (Budianto, 2009). :

Berdasarkan bentuknya :

a. Protein fibriler (skleroprotein)

Adalah protein yang berbentuk serabut. Protein ini tidak larut dalam pelarut-

pelarut encer, baik larutan garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen

yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin

pada gumpalan darah.

b. Protein globuler atau steroprotein

Adalah protein yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan

asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam,

pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi,

yaitu susunan molekulnya berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan

fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon.

c. Protein Gabungan

Yang dimaksud dengan protein gabungan adalah protein yang berikatan dengan

senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut gugus prostetik.

Beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein

dan nukleoprotein.

Berdasarkan kelarutannya, protein globuler dapat dibagi dalam beberapa grup yaitu :

a. Albumin yaitu larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya albumin telur,

albumin serum, dan laktalbumin dalam susu.

6

Page 7: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

b. Globulin yaitu tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan

garam encer, mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi.Contohnya adalah

legumin dalam kacang-kacangan.

c. Glutelin yaitu tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam atau basa encer.

Contohnya glutelin gandum.

d. Prolamin atau gliadin yaitu larut dalam alkohol 70-80% dan tak larut dalam air

maupun alkohol absolut. Contohnya prolamin dalam gandum.

e. Histon yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Contohnya adalah

histon dalam hemoglobin.

f. Protamin yaitu protein paling sederhana dibandingkan protein-protein lainnya, tetapi

lebih kompleks dari pada protein dan peptida, larut dalam air dan tidak terkoagulasi

oleh panas.Contohnya salmin dalam ikan salmon.

Berdasarkan hasil hidrolisa total suatu protein dikelompokkan sebagai berikut :

a. Asam amino esensial Yaitu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh dan

harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Seperti Lisin, Threonin, Leusin,

Phenylalanin, Isoleusin, Methionin, Valin, dan Tryptophan.

b. Asam amino non esensial Yaitu asam amino yang dapat disintesa oleh tubuh. Seperti

Alanin, Tirosin, Asparagin, Sistein, Asam aspartat, Glisin, asam glutamat, Glutamin,

Serin, dan Prolin.

2.5 Sumber Protein

Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui protein hewani

dan protein nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti

hati, pankreas, ginjal, paru, jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso (usus

halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani yang berkualitas

tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang

baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada yang alergis terhadap beberapa jenis

sumber protein hasil laut ini. Jenis kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit

lemak, sehingga baik bagi komponen susunan hidangan rendah lemak. Namun kerang-

kerangan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet

rendah kolesterol. Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein

hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya mengandung

7

Page 8: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet rendah kolesterol

(Sediaoetama, 1985).

Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui protein hewani

dan protein nabati. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat dalam seperti

hati, pankreas, ginjal, paru, jantung , jerohan. Yang terakhir ini terdiri atas babat dan iso (usus

halus dan usus besar). Susu dan telur termasuk pula sumber protein hewani yang berkualitas

tinggi. Ikan, kerang-kerangan dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang

baik, karena mengandung sedikit lemak, tetapi ada yang alergis terhadap beberapa jenis

sumber protein hasil laut ini. Jenis kelompok sumber protein hewani ini mengandung sedikit

lemak, sehingga baik bagi komponen susunan hidangan rendah lemak. Namun kerang-

kerangan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak baik untuk dipergunakan dalam diet

rendah kolesterol. Ayam dan jenis burung lain serta telurnya, juga merupakan sumber protein

hewani yang berkualitas baik. Harus diperhatikan bahwa telur bagian merahnya mengandung

banyak kolesterol, sehingga sebaiknya ditinggalkan pada diet rendah kolesterol

(Sediaoetama, 1985).

2.6 Metabolisme Protein

Katabolisme Protein

Dalam sel eukariot, degradasi protein terjadi dalam dua tahap. Pertama adalah

protein mengalami modifikasi oksidatif untuk menghilangkan aktivitas enzimatis. Dan

kedua adalah penyerangan protease yaitu enzim yang berfungsi untuk mengkatalis

degradasi protein.Protein yang terdapat didalam sel dan makanan didegradasi menjadi

monomer penyusunnya (asam amino) oleh enzim protease yang khas. Protease tersebut

dapat berada didalam lisosom maupun dalam lambung dan usus (Hamid, 2005).

Katabolisme protein, makanan pertama kali berlangsung di dalam lambung.

Ditempat itu protease khas (pepsin) mendegradasi protein dengan memutuskan ikatan

peptida yang ada disisi NH2 bebas dari asam amino aromatik, hidrofobik atau

dikarboksilat. Kemudian didalam usus protein juga didegradasi oleh protease khas seperti

tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase dan elastase. Hasil pemecahan ini adalah bagian-

bagian kecil polipeptida. Selanjutnya senyawa ini dipecah kembali oleh aktivitas

aminopeptidase menjadi asam-asam amino bebas. Produk ini kemudian melalui dinding

usus halus masuk kedalam aliran darah menuju keberbagai organ termasuk ke dalam sel

(Hamid, 2005).

8

Page 9: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Biosintesis protein

Proses biosintesis ini merupakan penerjemahan rangkaian polinukleutida empat

jenis monomer mRNA yang berjumlah ratusan, ribuan bahkan jutaan (tergantung jenis

protein yang dikode) menjadi rangkaian asam amino suatu protein tertentu. Prosesnya

sangat kompleks. Berikut beberapa komponen yang ikut serta didalam proses biosintesis

protein (Hamid,2005) :

Tahap Komponen

Aktivitas asam amino tRNA

ATP

Mg2+

Asam amino

Amino asil-tRNA sintetase

Inisiasi rantai polipeptida 30S unit Ribosom

50S unit ribosom

mRNA dengan kodon inisiator AUG

Faktor inisiasi (FI)1, FI 2, dan FI 3

tRNA inisiator = fMet-tRNAf

Asam Formil Tetrahidrofolat

GTP, Mg2+

Elongnasi (pemanjangan) Faktor Elognasi (EFTs)

Faktor Elognasi (EFTu)

Faktor Elognasi (EFG)

Amino asil tRNA

Terminasi (Penghentian) Kodon terminasi=UUA,UAG,UGA

Faktor pelepas 1 (RF-1)

Faktor pelepas 2 (RF-2)

Faktor pengenal pembantu (s)

Faktor TR

Deformilmetionilasi Deformilase

Amino peptidase

9

Page 10: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Aktivasi asam amino merupakan proses perubahan asam amino menjadi

aminoasil –tRNA dengan bantuan ATP. Proses pembentukan aminoasil –tRNA

berlangsung dalam dua tahap yaitu:

1. Asam amino + ATP Enzim-Aminoasil-AMP + Ppi

2. Aminoasil-AMP + tRNA Aminoasil-tRNA + AMP

Tahap inisiasi rantai polipeptida bermula dengan pengikatan bagian 18 S

rRNA dan bagian mRNA. Proses ini memerlukan faktor inisiasi 3 (FI-3). Aminoasil

tRNA untuk kodon pertama kemudian berinteraksi dengan GTP dan FI-2. Kompleks

yang terbentuk akan mengikatkan antikodon tRNA-nya pada kodon yang

bersangkutan sehingga membentuk kompleks inisiasi dengan subunit 40 S. Proses ini

terjadi dengan adanya FI-1. Dengan melepaskan FI-1, FI-2 dan FI-3, subunit 60 S

ribosom terikat dan GTP terhidrolisa sehingga terbentuk 80 S ribosom sempurna yang

mempunyai 2 sisi untuk tRNA yaitu: sisi peptidil dan sisi aminoasil.

Tahap perpanjangan rantai polipeptida meliputi pengikatan aminoasil-tRNA

yang datang, pembentukan ikatan peptida dan translokasi. Pengikatan aminoasil-

tRNA pada sisi aminoasil kosong dilakukan dengan adanya pengenalan kodon, EF-

1(elongation faktor 1) dan GTP. Setelah proses pengikatan, EF-1,GDP

(guanosindifosfat) dan fosfat akan dilepas dengan bantuan faktor protein lain dan

GTP akan menghasilkan EF-1(elongation faktor 1) dan GTP kembali. Proses

pembentukan ikatan peptida terjadi pada sisi aminoasil. Proses tersebut terjadi dengan

adanya protein peptidil transferase dari subunit ribosom 60S yang mengkatalis reaksi

antar gugus alfa amino dari aminoasil-tRNA baru pada sisi aminoasil dengan gugus

karboksil peptidil-tRNA pada sisi peptidil. Translokasi peptidil tRNA yang baru

terbentuk pada sisi aminoasil ke sisi peptidil yang masih kosong. Proses ini terjadi

dengan adanya EF-2 dan GTP. Selama proses ini terjadi titik GTP yang dibutuhkan

EF-2 kemudian dihidrolisa menjadi GDP dan fosfat. Setelah translokasi peptidil

tRNA tadi mengisi sisi peptidil dan akan terdapat sisi aminoasil kosong untuk proses

selanjutnya.

10

Enzim + Mg2+

Enzim + Mg2+

Page 11: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Tahap terminasi merupakan tahap penghentian perpanjangan rantai

polipeptida yang terbentuk. Tahap ini terjadi setelah protein yang di inginkan

terbentuk dan terjadi pada saat tRNA menemukan sisi aminoasil kodon nonsense

(UAA,UAG,UGA) dari mRNA. tRNA tidak mempunyai antikodon untuk ketiga jenis

antikodon nonsense mRNA tersebut. Isyarat ini hanya dikenali oleh faktor-faktor

pelepas yang menghidrolisa ikatan antara peptida dan tRNA yang menepati sisi

peptidil, sehingga molekul protein dan tRNA terlepas. Ada dua jenis faktor pelepas

yaitu RF-1 yang berfungsi menghidrolisa ikatan peptida bila kodon UAA dan UAG

menempati sisi aminoasil dan RF-2 berfungsi berikatan dengan ikatan peptida bila

kodon UAA atau UGA menempati sisi aminoasil.

Setelah tahap terminasi dilanjutkan dengan tahap pelipatan dan pengolahan

yang bertujuan untuk memperoleh sifat aktif dari polipeptida (protein) yang terbentuk.

2.7 Macam-macam Penyakit yang Disebabkan oleh Kekurangan Protein

Penyakit kekurangan protein mungkin lebih tepat disebut penyakit kurang gizi.

Kekurangan konsumsi protein atau kekurangan gizi pada anak-anak dapat menyebabkan

terganggunya pertumbuhan badan pada anak. Pada orang dewasa kekurangan protein

mempunyai gejala yang kurang spesifik, kecuali pada keadaan yang telah sangat parah seperti

busung lapar. Busung lapar yang banyak di derita oleh kelompok rawan gizi terutama bayi

dan balita sungguh memprihatinkan. Pemerintah dengan beberapa program gizi telah

berupaya untuk mengatasi masalah gizi tersebut. Hasil penelitian di berbagai tempat dan di

banyak negara menunjukkan bahwa penyakit gangguan gizi yang paling banyak ditemukan

adalah gangguan gizi akibat kekurangan energi dan protein (KEP).

Ada dua bentuk KEP yaitu marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun

kwashiorkor keduanya disebabkan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada marasmus di

samping kekurangan protein terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada kwashiorkor

yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup. Marasmus terjadi pada anak usia yang

sangat muda yaitu pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya

ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.

Istilah marasmus berasal dari bahasa yunani yang sejak lama digunakan sebagai

istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya

sangat kurang dari berat badan seharusnya. Ciri utama penderita marasmus adalah sebagai

berikut :

11

Page 12: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas

sekali apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang

dari 60% dari berat badan seharusnya menurut umur.

Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang

tampak pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan

cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena

tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika

dibandingkan dengan badannya.

Pada penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang

lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga anak

menderita diare.

Sedangkan pada penderita kwashiorkor ditemukan ciri-ciri sebagai berikut :

Adanya oedema pada kaki, tumit dan bagian tubuh lain seperti bengkak karena ada

cairan tertumpuk.

Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai

berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.

Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak

ada selera makan.

Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak

adanya lapisan lemak di bawah kulit.

12

Page 13: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kurang Energi Protei (KEP) / Kurang Kalori Protein (KKP)

Penyakit Kurang Kalori Protein pada dasarnya terjadi karena defisiensi energi dan

defisiensi protein, disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit KKP terutama

menyerang anak-anak yang sedang tumbuh, dan dapat pula menyerang orang dewasa yang

biasanya kekurangan makan secara menyeluruh.

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat

terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara sedang

berkembang. Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk

kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus. Pada

kenyataannya sebagian besar penyakit KEP terdapat dalam bentuk ringan. Gejala penyakit

KEP ringan ini tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika

dibandingkan dengan anak seumurnya. Berdasarkan hasil penyelidikan di 254 desa di seluruh

Indonesia, Tarwotjo, dkk (1978), memperkirakan bahwa 30 % atau 9 juta diantara anak-anak

balita menderita gizi kurang, sedangkan 3 % atau 0,9 juta anak-anak balita menderita gizi

buruk.

Defisensi potein hampir selalu, atau praktis selalu bergandengan dengan defisiensi

kalori. Asosiasi kedua penyakit ini dapat dipahami melalui berbagai hubungan antara protein

dan energi (kalori). Hubungan metabolisme terdapat antara energi dan protein, yaitu bahwa

protein merupakan slah satu penghasil utama energi. Jadi bila energi kurang cukup di dalam

hidangan, maka protein lebih banyak yng dikatabolisme menjadi energi. Ini berarti semakin

kurang protein yang tersedia untuk keperluan lain, termasuk untuk sintesa protein tubuh.

Hubungan lain melalui bhan makanannya. Di Indonesia, baik energi maupun protein

sebagian besar diberikan olh bahan makan-makanan pokok, dalam hal ini ialah beras. Beras

memberikan 70-90% kalori maupun protein, jadi bila konsumsi kalori maupun protein, jadi

bila konsumsi beras (nasi) beras (nasi) tidak mencukupi, maka akan terjadi defisiensi energi

maupun protein.

Tetapi adakalanya defisiensi kalori terjadi secara ekstrim, sehingga penyakit menjadi

gejala-gejala yang dapat dikatakan khusus karena kurang kalori. Gambaran defisiensi kalori

secara ekstrim disebut marasmus. Sebaliknya dapat pula terjadi defisiensi protein secara

13

Page 14: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

ekstrim dengan kalori yang relatif mencukupi. Dalam hal ini akan terjadi penyakit dengan

gambaran klinik yang disebut kwashiorkor.

Jika diet mengandung sejumlah besar karbohidrat dan lemak, maka hampir semua

energi tubuh dihasilkan dari kedua jenis zat ini dan sedikit yang dihasilkan dari protein. Oleh

karena itu, baik karbohidrat maupun lemak dianggap sebagai penghemat protein. Sebaliknya,

pada saat kelaparan, setelah karbohidrat dan lemak menjadi berkurang, maka cadangan

protein tubuh lalu digunakan dengan cepat untuk menghasilkan energi, kadang-kadang

dengan kecepatan yang mendekati beberapa ratus gram per hari, bukan seperti kecepatan

normal sehari-harinya yaitu 30-55 gram (Guyton,1997).

Vitamin disimpan dalam jumlah kecil di dalam semua sel. Sebagian vitamin disimpan

dalam jumlah besar di hepar. Penyimpanan vitamin larut air relatif sangat kecil. Cadangan

beberapa vitamin, terutama vitamin yang larut air-kelompok vitamin B dan vitamin C- tidak

berlangsung lama selama kelaparan. Akibatnya, setelah kelaparan selama satu minggu atau

lebih, biasanya akan terjadi defisiensi vitamin ringan dan setelah beberapa minggu dapat

terjadi defisiensi vitamin berat (Guyton, 1997).

3.2 Pengertian Kwashiorkor

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang

kekurangan kasih sayang ibu”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams

pada rangkaian saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935. Beliau pada tahun

1933 melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari suatu nutrien.

Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya. Walaupun sebab utama

penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu

juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi kalori

sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun marasmus.

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh

defisiensi protein yang berat. Ini ditandai dengan hambatan pertumbuhan, perubahan pada

pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut, imunodefisiensi, dan perubahan

patologik pada hati termasuk infiltrasi lemak, nekrosis dan fibrosis. Temuan lainnya adalah

apati secara mental, atrofi pankreas, gangguan saluran pencernaan, anemia, kadar albumin

serum yang rendah, dermatosis. Timbul bercak gelap yang menebal pada kulit ekstremitas

14

Page 15: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

dan punggung yang dapat terkelupas, membentuk permukaan kulit merah muda yang hampir

telanjang (Dorland, 2002).

Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein

(Indrawati,1994). Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya

yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah, 1995).

3.3 Penyebab Kwashiorkor

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent

(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang

peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.

Penyebab kwashiorkor antara lain dalah :

1.      Intake protein yang buruk.

2.      Infeksi suatu penyakit.

3.      Masalah penyapihan.

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap

kejadian malnutrisi umumnya, dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein,

hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar,

penyakit hati.

3.4 Gejala dan Tanda- Tanda Kwashiorkor

Gejala Kwashiorkor (Guyton,1997):

1. Pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang

dibandingkan anak sehat

2. Perubahan mental. Biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi

apatis

3. Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik yang ringan maupun yang berat.

4. Gejala gastrointestinal, anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala

pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan lewat sonde

lambung. Adakalanya tiap makanan yang diberikan dengan susah payah dimuntahkan

lagi. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini mengkin karena gangguan

15

Page 16: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

fungsi hati, pankreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan,

sehingga pemberian susu sapi dapat memperhebat diare.

5. Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun

warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor adalah rambut kepala yang

mudah dicabut. Tarikan ringan di daerah temporal dengan mudah dapat mencabut

seberkas rambut tanpa reaksi penderita. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut

penderita akan tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah warnanya menjadi

putih. Perubahan bangun rambut kelopak mata tidak begitu nyata, bahkan sering bulu

mata menjadi lebih panjang.

6. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih

mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada

sebagian penderita ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor

yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah

muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat

tekanan, terutama bila tekanan tersebut terus menerus dan disertai kelembaban oleh

keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat

paha dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak merah

kecil yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk kemudian menjadi

hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam akibat hiperpigmentasi.

Crazy pavement dermatosis ditemukan terutama pada kasus dengan edema dan

mempunyai prognosis buruk. Jarang ditemukan luka bundar atau bujur dengan dasar

dalam dan batas jelas, sedangkan daerah sekitarnya tidak menunjukkan reaksi radang.

Kadang-kadang dijumpai perdarahan kulit (petekie) yang juga merupakan tanda

prognosis buruk.

7. Pembesaran hati merupakan gejala yang juga sering ditemukan. Kadang-kadang batas

hati terdapat setinggi pusat. Hati yang dapat diraba umumnya kenyal, permukaannya

licin dan pinggir tajam. Biasanya pada hati yang membesarkan ini terjadi perlemakan

hebat. Walaupun demikian hati yang tidak membesar juga dapat mengalami

perlemakan heabat.

8. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bila kwashiorkor disertai

penyakit lain, terutama ankilostomiasis, maka dapat dijumpai anemia berat. Jenis

anemia pada kwashiorkor bermacam-macam, yang terbanya normositik-normokrom.

Berkurangnya jumlah sel sistim eritropoietik dalam sumsum tulang merupakan suatu

16

Page 17: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

keadaan yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab terpenting. Hipoplasi

atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan teruatama oleh defisiensi protein dan

infeksi menahun. Akan tetapi faktor lainpun mempengaruhi anemia pada seorang

penderita kwashiorkor, misalnya defisiensi besi, defisiensi faktor hati, kerusakan hati,

defisiensi vitamin B kompleks dan insufisiensi hormon.

9. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,

disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan

albumin dengan globulin menjadi kurang dari satu.

10. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya

sehingga hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga

ditemukan tanda fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.

11. Hasil autopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ

mengalami perubahan, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan

sebagainya.

Gambar penderita Kwashiorkor (Anonimous, 2008) :

Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah

edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh

kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi,

maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel,

karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi

17

Page 18: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita

kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka

plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan

mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema

biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik

dan onkotik (Sadewa, 2008).

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya

sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat

dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa

kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ

secara permanen. Komplikasi lainnya bisa terjadi shock dan cacat permanen.

3.5 Pencegahan Kwashiorkor

Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi

seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung),

makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging, tahu, tempe, dll), makanan yang

mengandung vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Setelah anak

disapih (berhenti menyusu), sebaiknya anak diperhatikan benar-benar asupan gizinya.

Apalagi protein adalah zat pembangun jaringan tubuh, di mana anak masih sangat

membutuhkannya karena masih dalam masa pertumbuhan. Kwashiorkor memerlukan diet

yang berisi jumlah cukup protein yang kulitas biologiknya baik. Usaha-usaha tersebut

memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan

penyuluhan gizi.

1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang

paling baik untuk bayi.

2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke

atas.

3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

4. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan

usaha pencegahan jangka panjang.

18

Page 19: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

5. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis

kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

6. Pemberian imunisasi.

3.6 Pengobatan Kwashiorkor

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.

Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan

mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula

sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

memberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan. Dikarenakan anak

telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per

oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas

kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak

penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan

untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase. Penatalaksaan gizi buruk

menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter anak Indonesia)

adalah dengan penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil

yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status

kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen

dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan

atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibat yang fatal.

Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal,

dan syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang

atau berat, infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia

berat, hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa,

anoreksia dan hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan

diberikan oral atau dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena

diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang

belakang) atau intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktatsetengah kuat untuk

menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.

19

Page 20: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit

sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama

5 hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali

makan. Susu sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L.

Pada masa penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang

diperlukan. Susu skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan

untuk menambah cairan dasar dan regimen nutrisi.

Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat

menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat.

Lemak sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang

terganggu dapat diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg

kromium klorida. Vitamin dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium

diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.

Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan

infestasi parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.

Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama

beberapa minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum

dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,

fase transisi, dan fase rehabilitasi.  Petugas kesehatan harus terampil memilih langkah

mana yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,

Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

20

Page 21: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

3.7 Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor

Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme

protein dalam hati, dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Proses anabolik

maupun katabolik juga terjadi dalam jaringan di luar hati. Asam amino yang terdapat dalam

darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorbsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein

dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Banyaknya asam amino dalam darah

tergantung keseimbangnan antara pembentukan asam amino dan penggunaannya. Hati

berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.

Dalam tubuh, protein mengalami perubahan-perubahan tertentu dengan kecepatan

yang berbeda untuk tiap protein. Protein dalam darah, hati dan organ tubuh lain mempunyai

waktu paruh (half-time) antara 2,5 sampai 10 hari. Rata-rata tiap hari 1,2 gram protein per

kilogram berat badan diubah menjadi senyawa lain. Ada tiga kemungkinan mekanisme

pengubahan protein , yaitu (Poejdiadi, 1994):

1. Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme dan

dibentuk sel-sel baru

2. Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein baru,

tanpa ada sel yang mati

3. Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sinteis protein baru

Protein dalam makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino yang akan

digunakan untuk memproduksi senyawa nitrogen yang lain, untuk mengganti protein dalam

jaringan yang mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang telah

21

Page 22: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urea. Ada beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh

tubuh dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itu asam amino tersebut yang dinamakan

asam amino yang esensial, harus diperoleh dari makanan. Asam-asam amino esensial yang

dibutuhkan oleh manusia ialah histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, arginin, fenilalanin,

treonin, triptofan, dan valin. Kebutuhan akan asam amino esensial tersebut bagi anak-anak

relatif lebih besar daripada orang dewasa. Makanan yang mengandung protein hewani,

misalnya daging, susu, keju, telur, ikan dan lain-lain, merupakan sumber asam amino

esensial.

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat

berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.

Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan

edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan

berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme.

Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan

sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan

kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan

kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.

Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport

lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

Pada kwashiorkor, terjadi kekurangan asupan protein dimana katabolisme protein

tidak dapat mengkompensasi. Akhirnya, terjadilah penurunan sintesis enzim dan protein

struktural serta kadar albumin serum. Penurunan sintesis protein struktural mengakibatkan

atropi pada otot. Selain itu, pembentukan rambut menjadi terganggu sehingga rambut

menjadi mudah rontok. Penurunan produksi enzim pencernaan dalam usus disertai atropi otot

usus halus mengakibatkan kegagalan penyerapan makanan dan menjadikan anak sulit makan.

Penurunan kadar albumin serum akan menurunkan tekanan osmotik pembuluh darah

sehingga cairan pada pembuluh darah akan tertarik keluar dan tertimbun dalam ruangan

jaringan ekstravaskular sehingga menimbulkan edema. Kekurangan protein pengangkut

seperti apoprotein yang mengikat lemak, mengakibatkan lemak tertimbun di dalam hati.

Penimbunan / perlemakan hati membuat hati menjadi besar / hepatomegali.

22

Page 23: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat

terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara sedang

berkembang. Bentuk KEP berat memberi gambaran klinis yang khas, misalnya bentuk

kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk campuran kwashiorkor marasmus.

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh

defisiensi protein yang berat. Ini ditandai dengan hambatan pertumbuhan, perubahan pada

pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut, imunodefisiensi, dan perubahan

patologik pada hati termasuk infiltrasi lemak, nekrosis dan fibrosis. Temuan lainnya adalah

apati secara mental, atrofi pankreas, gangguan saluran pencernaan, anemia, kadar albumin

serum yang rendah, dermatosis. Timbul bercak gelap yang menebal pada kulit ekstremitas

dan punggung yang dapat terkelupas, membentuk permukaan kulit merah muda yang hampir

telanjang.

Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi

seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung),

makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging, tahu, tempe, dll), makanan yang

mengandung vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Setelah anak

disapih (berhenti menyusu), sebaiknya anak diperhatikan benar-benar asupan gizinya.

Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.

Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan

mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula

sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat

memberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan. Dikarenakan anak

telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per

oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas

kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan.

4.2 Saran

----------

23

Page 24: Makalah kwashiorkor, kimia pangan, kuliah semester 7

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anonymous . 2008 . Gangguan Kesehatan Akibat Kurang Gizi. http://www.smallcrab.com/anak-anak/530-gangguan-kesehatan-akibat-kurang-gizi (Diakses tanggal 9 Maret 2012)

Anonymous. 2010 . Penyakit Disebabkan Kurang Protein . http://forum.detik.com/penyakit-disebabkan-dari-kekurangan-protein-t199178.html (Diakses tanggal 9 Maret 2012)

Anonymous. 2010 . Akibat Kekurangan Protein. http://kuliahdi.blogspot.com/2010/06/akibat-kekurangan-protein.html (diakses tanggal 9 Maret 2012)

Budianto. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta: Kedokteran EGC

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan et al. Jakarta : EGC

Gaman. 1994 . Ilmu Pangan . Bandung : ITB Press

Guyton, Hall, 1997. Metabolisme dan Pengaturan Suhu Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Jakarta : EGC

Hamid, Abdul . 2005 . Biokimia Metabolisme Biomolekul . Bandung : Alfabeta

Indrawati, Ratna. 1982. Ilmu Kesehatan Anak. Modisco :Bull

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Sadewa, A.L. 2008.Makalah KEP. http://ayahaja.wordress.com diakses 9 Maret 2012

Sediaoetama, Ahmad Djaeni . 1985 . Faktor Gizi . Jakarta : Bhatara Karya

Sudarmaji, S . 1989 . Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Jakarta : Kedokteran EGC

Winarno, F.G . 1993 . Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jakarta : Departemen Pendidikan

24