Makalah Konseling Behavioral.docx

44
Makalah Konseling Behavioral Posted on 2 Juli 2015 by nurkhomisahhh S tandar Makalah Konseling Behavioral BAB I PENDAHULUAN 1. Tujuan Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum konseling individual, selain itu juga bertujuan agar bisa mengetahui dan memahami isi materi yang ada di dalam konseling behavioral seperti konsep dasar pendekatan konseling behavioral, asumsi perilaku bermasalah konseling behavioral, tujuan konseling behavioral, peran konseling behavioral, dan juga teknik-teknik di dalam konseling behavioral. 2. Pengambilan Sumber : Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi . Refika Aditama. Bandung. Corey, Gerald. (2003). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi . Bandung : PT Refika Aditama Fauzan, Lutfi. (2004). Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual . Malang : Elang Mas Pujosuwarno Sayekti, (1993), Berbagai Pendekatan Dalam Konseling, Yogyakarta : Menara Mas Offset. http://ajunknia90.blogspot.com/2012/01/konseling-behavioral.html (di poskan oleh nia sabtu 14 januari 2012 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.00) https://yuni99.wordpress.com/2011/04/13/teknik-konseling- behavioral/ (di poskan oleh yuni tanggal 13 april 2011 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.05) http://ferryguidance.blogspot.com/2013/05/teori-konseling- behavioral.html (di poskan oleh ferry mei 2013 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.12)

Transcript of Makalah Konseling Behavioral.docx

Page 1: Makalah Konseling Behavioral.docx

Makalah Konseling BehavioralPosted on 2 Juli 2015 by nurkhomisahhh

StandarMakalah Konseling Behavioral

BAB IPENDAHULUAN

1. TujuanMakalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum konseling individual, selain itu juga bertujuan agar bisa mengetahui dan memahami isi materi yang ada di dalam konseling behavioral seperti konsep dasar pendekatan konseling behavioral, asumsi perilaku bermasalah konseling behavioral, tujuan konseling behavioral, peran konseling behavioral, dan juga teknik-teknik di dalam konseling behavioral.

2. Pengambilan Sumber :Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Refika Aditama. Bandung.

Corey, Gerald. (2003). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT Refika Aditama

Fauzan, Lutfi. (2004). Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual.Malang : Elang Mas

Pujosuwarno Sayekti, (1993), Berbagai Pendekatan DalamKonseling, Yogyakarta :   Menara Mas Offset.http://ajunknia90.blogspot.com/2012/01/konseling-behavioral.html(di poskan oleh nia sabtu 14 januari 2012 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.00)

https://yuni99.wordpress.com/2011/04/13/teknik-konseling-behavioral/(di poskan oleh yuni tanggal 13 april 2011 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.05)

http://ferryguidance.blogspot.com/2013/05/teori-konseling-behavioral.html(di poskan oleh ferry mei 2013 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.12)

http://ikanoviyasari.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html(di poskan oleh ikanoviasari minggu 7 april 2013 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.12)

http://juergenkollink.blogspot.com/2013/05/konseling-pendekatan-behavior-part-1.htmldi poskan oleh juergenkolink minggu 12 mei 2013 dan di unduh tanggal 12 mei 20015 pukul 14.15)

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/di poskan oleh akhmad sudrajat tanggal 23 januari 2008 dan di unduh tanggal 14 mei 20015 pukul 15.00)

http://adeksaputrablog.blogspot.com/2012/11/konseling-behavioristik-konbe.html

Page 2: Makalah Konseling Behavioral.docx

di poskan oleh adek saputra pada november 2012 dan di unduh tanggal 14 mei 20015 pukul 15.05)

http://fitrika1127.blogspot.com/2012/05/konseling-perilaku.htmldi poskan oleh fitrika1127 pada selasa 1 mei 2012 dan di unduh tanggal 14 mei 20015 pukul 15.10)

http://adipsi.blogspot.com/2011/04/pendekatan-konseling-behavioristik.htmldi poskan oleh adi farman pada 1 april 2011 dan di unduh tanggal 17mei 20015 pukul 20.10)

3. Tokoh dan riwayat konseling     Sejarah konseling behavioral bermula pada Ivan Sechenov (1829-1905), bapak psikologi Rusia. Struktur hipotetiknya, dikembangkan sekitar 1863, yang memandang fungsi-fungsi otak sebagai pancaran refleks, yang mempunyai tiga komponen : input sensorik, proses dan “efferent out flow”.menurut Sechenov, semua tingkah laku terdiri atas respon-respon kepada stimulasi-stimulasi, dengan interaksi-interaksi dari rangsangan dan hambatan yang beroperasi pada bagian sentral dari pencaran refleks. Dengan menggunakan model ini, Pavlov (1849-1936) memulai serangkaian eksperimen klasik dimana respon-respon air liur anjing dirangsang dengan berbagai stimulasi. Pada eksperimen ini ia mendomonstrasikanist banyak fenomena yang kemudian diperluas kepada semua tipe belajar. Penerjemah karya pavlov ke dalam bahasa inggris tahun 1927 mendorong pengambil alihan pendekatan behavioristik dalam mempelajari psikologi di Amerika Serikat juga buku J.B Watson, “psychology from the stand point of a behavioris” (1919), mempunyai pengaruh penting pada teori dan eksperimen psikologi di Amerika.

     Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.

     Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi.Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pandangan tersendiri mengenai perilaku,Perkembangan pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh behavioral yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :

Classical ConditioningIvan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada Stimulus (rangasangan).

2). Operant Conditioning

Page 3: Makalah Konseling Behavioral.docx

Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.

Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.

Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan, telah mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian operan, pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil pendekatan behavioral membantu konseli untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan. Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif (Gladding, 2004).

Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan bahwa, antara lain :

Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan (reinforcement).

Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi kecenderungan kelompok.

Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku dibandingkan motivasi di dalam diri.

Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.

BAB IIPEMBAHASAN 

1. Konsep dasar pendekatan konseling behavioral            Konseling Behavioral adalah salah satu  dari teori-teori konseling yang ada pada saat  ini. Konseling  behavioral  merupakan  bentuk  adaptasi  dari  aliran  psikologi behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak.

            Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah yang tidak tampak.  Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada perilaku saat ini daripada masa lampau. Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan ( Rakhmat, 1994:21).

Page 4: Makalah Konseling Behavioral.docx

            Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak memiliki bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan di sekitarnya. Tingkah laku ., pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya.

             Istilah behavioral conseling pertama sekali dikemukakan oleh Krumboltz.Ciri-ciri utama behavioral conseling ini adalah

1. Proses pendidikan :Konseling membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya.

2. Teknik rakit secara individual: Dalam proses konseling, menentukan tujuan konseling, proses asesmen,dan teknik-teknik dibangun oleh klien dengan bantuan konselor.

3. Metodologi ilmiah: Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan assesmen dan evaluasi konseling.

                          Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Pandangan ini melihat individu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikitsekali melihat potensi individu sebagai prosedur lingkungan. Pada awal pendekatan ini hanya mempercayai hal yang dapat diamati dan diukur sebagaisesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian (radical behaviorism), dan dikembangkan lebih lanjut yang mulai menerima fenomena yang abstrak seperti id, ego, super ego dan ilusi. Pendekatan ini memandang perilaku yang malajustru sebagai hasil belajar dari lingkungan secara keliru.

                          Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.Modifikasi perilaku memiliki kelebihan dalam menangani masalah-masalah yang di alami oleh individu, yaitu :

1. Langkah-langkah dalam memodifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu.2. Perincian pelaksanaan dapat diubah selama treatmen disesuaikan dengan kebutuhan

konseling.3. Bila berdasarkan evaluasi sebuah teknik gagal memberikan perubahan pada klien, teknik

tersebut dapat diganti dengan teknik lain.4. Teknik-teknik konseling dapat dijelaskan dan diatur secara rasional sertadapat diprediksi

dan dievaluasi secara objektif.5. Waktu yang dibutuhkan lebih singkat

                         Dalam memahami tingkah laku, terdapat beberapa model tingkah laku yang dipengaruhi oleh teori-teori psikologi. Model-model tersebut antara lain:

1. Model psikodinamika yaitu tingkah laku manusia ditentukan kehidupandinamika intra-psikis individu (id, ego, superego).

2. Model biofisik yaitu tingkah laku ditentukan oleh organisasi neurologi,belajar perseptual motor, kesiapan fisiologis, integrasi dan perkembangansensori.

3. Model lingkungan yaitu tingkah laku ditentukan oleh interaksi antaraindividu dan lingkungan.

4. Model tingkah laku yaitu tingkah laku dapat diobservasi dan diukur.            Konselor behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang di kemukakan oleh Freud.

Page 5: Makalah Konseling Behavioral.docx

            Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar, sehinga dapat diubah dengan manupulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu memngubah perilakunya agar dapat memecahkan masalah.

            Menurut Pavlov, Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar

            Thoresen (shertzer & Stone, 1980, 188) memberi ciri konseling Behavioral sebagai berikut:

1. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari dan karna itu dapat di ubah.2. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individu dapat membantu dalam

mengubah perilaku-perilaaku yang relevan. Prosedur-prosedur konseling beerusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan mengubah lingkungan.

3. Prinsip-prinsip belajar sepesial seperti “reinforcement” dan “social modelling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.

4. Keefektifan konselingdan hasil konseling dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku khusus diluar wawancara prosedur-prosedur konseling.

5. Posedur-prosedur konseling tidak statis , tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus di disain untuk klien dalam memecahkan masalah khusus.

Selanjutnya dikatakan bahwa terapi Behavioral berusaha menerapkan metode dan prosedur eksperimental ke dalam praktek klinis. Oleh karena itu maka terapi yang baik adalah dari ilmu yang baik.

Hal yang mendasar dalam konseling Behavioral adalah prinsip penguatan (rainforcement) sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau mendukung suatu perilaku yang dikendaki. Konsep penguatan ini berasal dari percobaan Pavlov (teori classical conditioning), dan Skinner (teori intrumental conditioning). Ada tiga macam hal yang yang dapat memberi pengguatan yaitu (1) posistive reinvorcer. (2) negative reinvorcer. (3) no consequence and neutral stimuli.

Pendangan tentang manusiaDalam pandangan behavioral manusia pada hakikatnya bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.

Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

Page 6: Makalah Konseling Behavioral.docx

Manusia cenderung akan mengambil stimulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga dapat menimbulkan tingkah laku yang salah atau tidak sesuai. Banyak tingkah laku yang menyimpang karena individu hanya mengambil sesuatu yang disenangi dan menghindar dari yang tidak disenangi.

Menurut Corey (2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap manusia dipandang  memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkahlaku manusia itu dipelajari.

Sementara itu, Winkel (2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian bersifat psikologis, yaitu:

Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkahlakunya sendiri, menangkap apa yang

dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkahlaku yang

baru melalui proses belajar. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh

perilaku orang lain.Berdasarkan dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia pada pandangan behavioris yaitu pada dasarnya manusia tidak memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar. Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya. Manusia dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.

Hakikat manusia menurut pandekatan konseling behavioral adalah pasif dan mekanistik, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Manusia merespon lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministik dan memiliki sedikit peran aktif dalam memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.

Dalam pandangan behavioristik, kepribadian manusia merupakan perilaku yang terbentuk berdasarkan hasil pengalaman yang diperoleh dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Kepribadian merupakan pengalaman seseorang akibat proses belajar. Aliran behavioristik memiliki asumsi-asumsi dasar terhadap perilaku manusia sebagai berikut; (1)manusia memiliki potensi untuk segala jenis perilaku, (2)manusia mampu mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya,(3)manusia mampu mendapatkan perilaku baru, (4)manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi oleh orang lain.

Pandangan tentang Kepribadian        Hakikat kepribadian menurut pendekatan behavioral adalah tingkah laku. Selanjutnya diasumsikan bahwa tingkah laku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya yang berupa interaksi invidu dengan lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Merujuk asumsi ini maka untuk memahami kepribadian manusia tidak lain adalah mempelajari dan memahami bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.

Page 7: Makalah Konseling Behavioral.docx

1. Teori Pengkondisian  Klasik              Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan fungsi dari stimulus. Eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap anjing telah menunjukkan bahwa tingkah laku belajar terjadi karena adanya asosiasi antara tingkah laku dengan lingkungannya. Belajar dengan asosiasi ini biasanya disebut classical conditioning. Pavlov mengklasifikasikan lingkungan menjadi dua jenis, yaitu Unconditioning Stimulus(UCS) dan Conditioning Stimulus (CS). UCS adalah lingkungan yang secara alamiah menimbulkan respon tertentu yang disebut sebagai Unconditionting Respone (UCR), sedangkan CS tidak otomatis menimbulkan respon bagi individu, kecuali ada pengkondisian tertentu. Respon yang terjadi akibat pengkondisian CS disebut Conditioning Respone (CR).              Dalam eksperimen tersebut ditemukan bahwa tingkah laku tertentu dapat terbentuk dengan suatu CR, dan UCR dapat memperkuat hubungan CS dengan CR. Hubungan CS dengan CR dapat saja terus berlangsung dan dipertahankan meskipun individu tidak disertai oleh UCS dan dalam keadaan lain asosiasi ini dapat melamah tanpa diikuti oleh UCS.

              Eksperimen yang dilakukan Pavlov ini dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan tingkah laku manusia. Gangguan tingkah laku neurosis khususnya gangguan kecemasan dan phobia banyak terjadi karena aosiasi antara stimulus dengan respon individu. Pada mulanya lingkungan yang menjadi sumber itu bersifat netral bagi individu, tetapi karene terkondisikan bersamaan dengan UCS tertentu, maka dapat memunculkan tingkah laku penyesuaian diri yang salah. Dalam pembentukan tingkah laku yang normal dapat terjadi dalam perilaku rajin belajar misalnya, yang terbentuk karena adanya asosiasi.

1. Teori Pengkondisian Operan              Teori pengkondian yang dikembangkan oleh Skinner ini menekankan pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu tingkah laku.              Menurut teori ini, tingkah laku individu terbentuk atau dipertahankan sangat ditentukan oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika konsekuensinya menyenangkan maka tingkah lakunya cenderung dipertahankan dan diulang, sebaliknya jika konsekuensinya tidak menyenangkan maka tingkah lakunya akan dikurangi atau dihilangkan.                    Dari prinsip ini dapat dipahami bahwa tingkah laku bermasalah dapat terjadi dan dipertahankan oleh individu di antaranya karena memperoleh konsekuensi yang menyenangkan yang berupa ganjaran dari lingkungan.  Konsekuensi yang tidak tidak menyenangkan yang berupa hukuman tidak cukup kuat untuk mengurangi atau melawan ganjaran yang diperoleh dari lingkungan lainnya. Dipertegas oleh Skinner bahwa tingkah laku operan sebagai tingkah laku belajar merupakan tingkah laku yang non reflektif, yang memiliki prinsip-prinsip yang lebih aktif dibandingkan dengan pengkondisian klasik.

1. Teori Peniruan              Asumsi dasar teori yang dikembangkan oleh Bandura ini adalah bahwa tingkah laku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung yang disebut denganvicarious conditioning. Tingkah laku yang terbentuk karena mencontoh langsung maupun mencontoh tidak langsung akan menjadi kuat kalau mendapat ganjaran.              Paparan kerangka teori behavioral di atas menunjukkan bahwa tingkah laku yang tampak lebih diutamakan dibadingkan dengan sikap atau perasaan individu.

Page 8: Makalah Konseling Behavioral.docx

              Pandangan para behavioris juga menganggap manusia sama saja, tidak ada yang baik dan tidak ada yang jahat. Semasa lahirnya mereka adalah sama, masing-masing mempunyai potensi seimbang ke arah menjadi sama ada baik ataupun jahat. Hasilnya, ahli-ahli teori tingkah laku tidak sepenuhnya memberikan definisi tabiat asas kemanusiaan itu yang boleh membantu teori-teori mereka sendiri. Bagaimanapun, Dustin dan George menyenaraikan empat andaian berhubung dengan tabiat kemanusiaan dan bagaimana manusia berubah yang menjadi inti kepada konseling tingkah laku itu sendiri, diantaranya adalah :

Manusia itu dilihat sebagai manusia biasa, tidak ada yang sepenuh-penuhnya jahat atau sepenuh-penuhnya baik, tetapi adalah sebagai organisme berpengalaman yang mempunyai potensi kepada semua jenis tingkah laku.

Manusia berupaya memahami konsep serta mengawal tingkah lakunya sendiri. Manusia berupaya memperoleh tingkah lakunya yang baru. Manusia mempunyai keupayaan untuk mempengaruhi tingkah laku lain sebagaimana ia

dipengaruhi oleh orang lain terhadap tingkah lakunya sendiri.              Bagi konselor tingkah laku, individu adalah hasil daripada pengalaman. Ahli-ahli tingkah laku melihat tingkah laku yang salah terima itu sebagai makhluk yang mempelajari tingkah lakunya, perkembangan dan pembaikannya adalah sama dengan sebarang tingkah laku lain. Satu implikasi daripada pandangan ini ialah tidak adanya tingkah laku yang salah terima bagi diri mereka itu. Selain itu sesuatu tingkah laku itu menjadi wajar disebabkan seseorang itu menganggapnya tidak begitu. Setengah-setengah tingkah laku mungkin dianggap wajar di rumah, tetapi tidak wajar di sekolah, begitu juga sebaliknya.

2. Asumsi Perilaku BermasalahTingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungan.

Tingkah laku maladaftif terjadi karena kesalah pahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

Perilaku yang bermasalah dalam pandangan Behavioris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah suai terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa perilaku individu itu meskipun secara social adalah tidak tepat, dalam beberapa saat memperoleh ganjaran dari pihak tertentu Dari cara demikian akhirnya perilaku yang tidak diharapkan secara sosial atau perilaku yang tidak tepat itu menguat pada individu

Perilaku yang salah suai dalam penyesuaian dengan demikian berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya yaitu tidak wajar dipandang. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang bukan sekedar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam jangka yang lebih panjang.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi

Page 9: Makalah Konseling Behavioral.docx

lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

Dilihat dari sudut pandang behavioris, perilaku bermasalah dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan yang negatif atau dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.     Masalah perilaku yang biasanya sering terjadi pada konseli meliputi serangan panik, membantu anak untuk mengatasi rasa takut terhadap gelap, meningkatkan produktivitas kreatif, mengelola kecemasan dalam situasi sosial, mendorong berbicara di depan kelas, pengendalian merokok, dan berurusan dengan depresi

Munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

adanya salah penyesuaian melalui proses interaksi dengan lingkungan. adanya pembelajaran yang salah dalam keluarga, lingkungan sekolah, tempat bermain

dan lain-lain. Seperti halnya kehidupan di kota-kota besar pada saat ini begitu kompleks dan bervariasi. Sikap hidup menjadi individualistis, egois, apatis dan hubungan sosial menjadi renggang.

Dalam suasana hidup seperti di atas, banyak orang menggunakan mekanisme pelarian dan mekanisme pertahanan diri yang negatif. Untuk dapat bertahan dan menghindari kesulitan hidup tidak sedikit terjadi tindakan kriminal. Bentuk mekanisme yang negatif menyebabkan timbulnya tingkah laku yang tidak normal (patologis).

Menurut pandangan behavioral, perilaku bermasalah adalah kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku bermasalah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah adanya salah suai dalam proses interaksi dengan lingkungan, adanya pembelajaran yang salah dalam rumah tangga, tempat bermain, lingkungan sekolah, dan lingkungan lainnya. Perilaku dikatakan salah suai jika perilaku tersebut tidak membawa kepuasan bagi individu, atau membawa individu kepada konflik dengan lingkungannya.

Terbentuknya suatu perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, perilaku itu akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi yang menyertai perilaku tersebut. Misalnya perilaku merusak (destructif) di kelas dapat bertahan karena adanya ganjaran (reinforcement) berupa pujian dan dukungan dari sebagian teman-temannya dan merasa puas dengan ganjaran itu, sedangkan hukuman (punishment) yang diberikan oleh guru tidak cukup kuat untuk melawan kekuatan ganjaran yang diperolehnya. Perubahan perilaku yang diharapkan dapat terjadi jika pemberian ganjaran atau hukuman dapat diberikan secara tepat.

Terbentuknya perilaku yang dicontohkan di atas disebabkan karena adanya peran lingkungan dalam bentuk konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti dari suatu perilaku dan hal itu termasuk dalam teori belajar perilaku operan dari Skinner. Selain teori belajar Skinner, Bandura juga mencontohkan perilaku agresif di kalangan anak-anak.

Timbulnya perilaku bermasalah yang ditandai dengan tindakan melukai atau menyerang baik secara fisik maupun verbal, dikarenakan adanya proses mencontoh atau modeling baik secara langsung yang disebut imitasi atau melalui pengamatan tidak langsung (vicarious). Misalnya anak bersikap agresif karena sering dipukuli atau anak sering melihat orang tuanya bertengkar bahkan lewat media televisi anak dapat mencontoh adegan-adegan yang bersifat kekerasan.

Page 10: Makalah Konseling Behavioral.docx

Perilaku yang salah dalam penyesuaian berbeda dengan perilaku normal. Perbedaan ini tidak terletak pada cara mempelajarinya, tetapi pada tingkatannya, yaitu tidak wajar dipandang, dengan kata lain perilaku dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa kepuasan bagi individu atau akhirnya membawa individu pada konflik dengan lingkunganya. Rasa puas yang dirasakan bukanlah ukuran bahwa perilaku itu harus dipertahankan, karena boleh jadi perilaku itu akan menimbulkan kesulitan di kemudian hari. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan yang lebih luas dan dalam jangka yang lebih panjang.

Menurut Latipun (2008: 135) menyatakan bahwa perilaku yang bermasalah dalam pandangan behavioris dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Konsleing behavioral digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan perilaku-perilaku maladaptif. perilaku yang bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. konseling behavioral juga dapat menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala neurosis Sedangkan menurut Feist & Feist (2008: 398) menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat meliputi:

1. Perilaku terlalu bersemangat yang tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi, tetapi mungkin cocok jika dilihat berdasarkan sejarah masa lalunya.

2. Perilaku yang terlalu kaku, digunakan untuk menghindari stimuli yang tidak diinginkan terkait dengan hukuman.

3. Perilaku yang memblokir realitas, yaitu mengabaikan begitu saja stimuli yang tidak diinginkan.

4. Pengetahuan akan kelemahan diri yang termanifestasikan dalam respon-respon-respon menipu diri.

Bagi individu tingkah laku yang tidak tepat akan menimbulkan berbagai kesulitan baik bagi diri individu itu sendiri, maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut aliran behavioral tingkah laku yang tidak tepat dipelajari dengan cara yang sama dengan tingkah laku yang tepat. Tingkah laku ini dipelajari karena pada perkembangan tertentu pernah menjadi jalan untuk memperoleh kepuasan.

Misalnya siswa berbuat kenakalan dikelas karena mereka belajar bahwa cara itulah yang perlu efektif untuk menarik perhatian guru. Hukuman guru diterima anak sebagai hadist yang memberi kepuasan kebutuhan perhatian. Walaupun orang lain memandang tingkah laku itu tidak tepat, namun bagi siswa dapat memberi reinforcement yang diharapkannya. Sama halnya, orang yang menarik diri, yang di pandang terisolir secara sosial. Hadiah dari tingkah laku menarik diri adalah tidak perlu berpartisipasi dengan situasi yang menakutkan, dimana takut ini juga dipelajari melalui pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu.

Contoh lain : seorang anak yang tidak mengerjakan soal-soal mata pelajaran matematika, bagi siswa lain tentu keadaan ini merugikan, karena tidak boleh mengikuti mata pelajaran. Namun bagi siswa tersebut merasa puas karena ia tidak senang dengan mata pelajaran matematika sebagai pekerjaan rumah. Guru menyuruhnya keluar tidak mengikuti pelajaran matematika, ia merasa puas karena dapat memberikan reinforcement yang diharapkan.

Page 11: Makalah Konseling Behavioral.docx

Tingkah laku yang tidak tepat berbeda dengan yang tepat, hanya dalam derajat tingkah laku itu mengecewakan individu dan lingkungannya. secara luas, kebudingayaan ikut menentukan mana tingkah laku yang tepat dan tidak tepat.dariinteraksi dengan kebudayaan impuls individu belajar merangsang apa saja yang dapat memuaskan dan tidak dapat memuaskan diri dan lingkungannya, dan menyususnnya dalam hirarki khasanah tingkah laku.Tingkah laku manusia dapat dilihat dari aspek kondisi yang menyertai atau akibat yang menyertai tingkah laku setelah terbentuk dengan anticedent yang disebut dengan consequence.

            Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (Alwisol, 2011 : 322)

1. Pembiasaan klasik, yang ditandai dengan satu stimulus yang menghasilkan satu respon. Misalnya bayi merespon suara keras dengan takut.

2. Pembiasaan operan, ditandai dengan adanya satu stimulus yang menghasilkan banyak respon. Pengondisian operan memberikan penguatan positif yang bisa memperkuat tingkah laku. Sebaliknya penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Munculnya perilaku akan semakin kuat apabila diberikan penguatan positif dan akan menghilang apabila dikenai hukuman.

3. Peniruan, yaitu orang tidak memerlukan reinforcement agar bisa memiliki tingkah laku melainkan ia meniru. Syarat dalam meniru tingkah laku yaitu:Tingkah laku yang ditiru memang mampu untuk ditiru oleh individu yang bersangkutan dan tingkah laku yang ditiru adalah perbuatan yang dinilai publik positif.

Konseling Behavioral sebagai model konseling yang memiliki pendekatan yang berorientas pada perubahan perilaku menyimpang dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Perilaku manusia termasuk perilaku yang menyimpang terbentuk karena belajar dan perilaku itu dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Belajar yang dimaksud disini adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

Teoritisi belajar berpendapat, tingkah laku yang tidak tepat dapat diterangkan dengan prinsip yang sama dengan pola tingkah laku yang tidak tepat, karena pada dasarnya semua tingkah laku adalah usaha individu untuk memodifikasi situasi sehingga dapat memberikan kepuasan setiggi-tingginya.

Semua tingkah laku dibentuk melalui proses belajar, tetapi tidak peduli hasilnya nanti adaptif dan maladaptif. Individu memantapkan pola tingkah lakunya karena dapat memperoleh kepuasan-kepuasan. Ini yang akan menjadi salah satu kunci proses konseling behavioral, yakni kemampuan konselor membantu klien menentukan kepuasan bagaimana yang bakal diperolehnya dari suatu tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa tingkah laku yang tidak dapat diperoleh dan dikembangkan oleh seseorang karena ia belajar dengan salah, sehingga tingkah lakunya tidak tepat, kurang, dan berlebihan. Misalnya menyendiri, belajar hanya dengan waktu yang paling minimal, merokok berlebihan, pobia, tidur berlebihan, ngeluyur, tidsk ksruan dan sebagainya

Banyak tingkah laku yang menyimpang karena individu itu hanya mengambil sesuatu yang disenangi, dan menghindari yang tidak disenangi. Psikoterapi melatih klien untuk dapat bertingkah laku yang menurut pendapatnya tidak menyenangkan. Bila seorang klien datang pada seorang psikoterapis bahwa ia mengalami suatu kecemasan. Salah satu cara untuk

Page 12: Makalah Konseling Behavioral.docx

menghindarkan kecemasan itu dengan memanipulasi stimulus sehingga menimbulkan respon yang mendatangkan suatu ganjaran, maka terapis itu menolong klien mengurangi kecemasan.

Hal ini terjadi karena stimulus yang tidak menyenangkan (menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki (simtomatik) tersebut terhambat kemunculannya. Stimulus yang tidak menyenangkan disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

Perilaku bermasalah adalah perilaku individu yang negative dan / atau perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, perilaku yang tidak membawa kepuasaan bagi individu, atau perilaku yang menyebabkan konflik antara individu dengan lingkungannya. Perilaku bermasalah terjadi karena adanya salah suai dalam proses interaksi individu dengan lingkungannya. Perilaku bermasalah terjadi karena proses belajar, terbentuk oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

Perilaku bermasalah juga dapat terbentuk karena modeling, perilaku mencontoh, baik berupa pengamatan langsung (imitasi), atau secara tidak langsung (vicarious). Teori belajar dengan mencontoh ini dapat dilakukan dengan modeling dan vicarious. Modeling merupakan proses belajar individu dengan menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan oleh orang lain sebagai model dengan melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang diamati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif. Vicarious classical conditioning merupakan modeling yang digabung dengan conditioning classic. Modeling ini digunakan untuk mempelajari respon emosional. Proses vicarious classical conditioning ini dapat dilihat dari kemunculan respon emosional yang sama dalam diri seseorang dan respon tersebut ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model ituAnak yang sering dihukum fisik, ditampar, dipukul, menyaksikan kedua orangtuanya bertengkar, maka anak akan belajar dan mencontoh perilaku agresif tersebut. Perilaku bermasalah dapat juga terjadi karena mencontoh adegan-adengan dalam games, TV, atau film.Perilaku bermasalah ini akan tetap atau berubah tergantung pada konsekuensi-konsekuensi yang menyertai perilaku tersebut dalam lingkungan dimana individu berada. Seorang anak yang membuat gaduh di kelas, akan terus berulah jika lingkungan, guru dan teman sekelas, melakukan pembiaran, pujian atau bahkan dukungan (reinforcement), sebaliknya jika lingkungan memberikan punishment (hukuman) maka perilaku tersebut akan berhenti. Perubahan perilaku terjadi jikapunishment dan reinforcement diberikan dengan tepat. Punishment yang diberikan menjadi tidak efektif jika tidak mampu meredam kekuatan reinforcement.Perilaku bermasalah adalah perilaku individu yang negative dan / atau perilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, perilaku yang tidak membawa kepuasaan bagi individu, atau perilaku yang menyebabkan konflik antara individu dengan lingkungannya.

Perilaku bermasalah terjadi karena adanya salah suai dalam proses interaksi individu dengan lingkungannya. Perilaku bermasalah terjadi karena proses belajar, terbentuk oleh peristiwa-

Page 13: Makalah Konseling Behavioral.docx

peristiwa yang terjadi sebelumnya. Perilaku akan terbentuk dan dipertahankan jika diberi ganjaran. Sebaliknya perilaku akan berkurang dan hilang jika diberi hukuman.

Secara general menurut Skinner bahwa pribadi manusia dapat mempengaruhi tingkah lakunya melalui manipulasi lingkungan. Asumsi yang mendasari pendekatan behavioral ini adalah bahwa karena individu yang terganggu oleh berbagai masalah spesifik maka dibutuhkan banyak strategi untuk menghasilkan perubahan

Konseling behavioral berasusmsi bahwa perilaku yang salah akibat dari pembelajaran dan pendidikan yang salah, baik sebagai akibat dari pengaruh lingkungan maupun aspek sosial lainya. Sebagai contoh, ketika menangani anak yang senang minum-minuman keras, maka yang akan dilakukan adalah memberikan terapi yang realistis dengan permasalahan yang ada. Seperti memberikan tahap-tahap dalam mengatasi kecenderungan minuman keras, disamping itu dengan merubah kebiasaan yang dari klien.

Dari penjelasan mengenai asumsi perilaku bermasalah yang telah di jelaskan tersebut dapat disimpulkan bahwa

1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

2. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

3. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

4. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belaj

3. Tujuan KonselingTujuan  konseling behavioral  adalah membantu klien untuk mendapatkan tingkah laku baru. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku maladaptive (salah usai). Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan)Konseling behavioral pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya respon-respon yang layak yang belum dipelajari. (Corey, 2010 : 199)Dari tujuan diatas dapat dibagi menjadi beberapa sub tujuan yang lebih konkrit yaitu:

1. Membantu klien untuk menjadi asertif dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan hasrat-hasrat ke dalam situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif (mempunyai ketegasan dalam bertingkah laku).

2. Membantu klien menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak realistis yang menghambat dirinya dari keterlibatan peristiwa-peristiwa sosial.

3. Membantu untuk menyelesaikan konflik batin yang menghambat klien dari pembuatan pemutusan yang penting bagi hidupnya.

Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah membantu klien menolong diri sendiri, mengembalikan klien ke dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial, memperbaiki tingkah laku yang menyimpang, membantu klien mengembangkan sistem self management dan

Page 14: Makalah Konseling Behavioral.docx

self control. (Sutarno, 2003 : 8) Sehingga tujuan dari konseling behavioral adalah membentuk perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan.

Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Adapun karakteristik konseling behavioral menurut Corey (1997) dan George dan Cristiani (1990) adalah :

1. berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien4. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Berdasarkan karakteristik ini dapat dipahami bahwa tujuan dari terapi tingkah laku dalam konseling adalah :

1. Mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang dan/atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.

2. Mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.

Ada tiga fungsi tujuan konseling behavioral, yaitu : (1) sebagai refleksi masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi proses konseling,  (2) sebagai dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling, dan (3) sebagai kerangka untuk menilai konseling.

Secara operasional tujuan konseling behavioral dirumuskan dalam bentuk dan istilah-istilah yang khusus, melalui : (1) definisi masalah, (2) sejarah perkembangan klien, untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya, (3) merumuskan tujuan-tujuan khusus, (4) menentukan metode untuk mencapai perubahan tingkah laku.

Sedangkan tujuan konseling menurut Krumboltz harus memperhatikan criteria berikut : (1) tujuan harus diinginkan oleh klien , (2) konselor harus berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan dan (3) tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien .

Tujuan konseling dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu (1) memperbaiki perilaku salah sesui, (2) belajar tentang proses pembuatan keputusan, dan (3) Pencegahan timbulnya masalah-masalah.

Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling behavioral ini adalah :

Untuk mengetahui sejarah, konsep, dan teknik pelaksanaan konseling behavioral dengan baik dan benar.

Memahami metode dan ciri khas yang terdapat dalam pelaksanaan konsep teori behavioral dalam format konseling kelompok.

Menjelaskan kajian-kajian dan peranan konselor dan konseli dalam proses konseling kelompok behavioral.

Page 15: Makalah Konseling Behavioral.docx

Menurut Corey (1986, 178) ada tiga tujuan dalam konseling behavioral yaitu (1) sebagai refleksi masalah klien dan dengan demi dan sebagai arah bagi konseling , (2) sebagai dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling , dan (3) sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling. Urutan pemilihan dan penetapan tujuan yang digambarkan oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986,178) sebagai salah satu bentuk kerja sama antara konselor dengan klien , adalah sebagi berikut :

1. Konselor menjelaskan hakekat dan maksud dari tujuan .2. Klien mengkhususkan perubahan –perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil

konseling3. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan

perubahan yang dimiliki oleh klien .4. Bersama-sama menjajagi apakah tujuan-tujuan itu5. Mereka mendiskusikan kemungkinan manfaat –manfaat tujuan .6. Mereka mendiskusikan kemungkinan kerugian-kerugian tujuan.7. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan klien membuat

salah satu keputusan berikut untuk melanjutkan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.

Mereka mendiskusikan kemungkinan kerugian-kerugian tujuan atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien ,konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut: untuk melanjutkan konseling ,atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referral,

Bila pemilihan tujuan di atas dapat diselesaikan, maka proses penentuan tujuan dimiliki. Proses ini mencakup usaha bersama dimana konselor dan klien membahas tingkah laku yang dihubungkan dengan tujuan-tujuan tersebut, kondisi-kondisi perubahan, tingkat perubahan tingkah laku, hakikat sub-sub tujuan dan rencana tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Setelah tujuan ditetapkan dan ditentukan, tugas terapis adalah untuk memilih strategi terapeutik yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam poin itulah klien dan terapis melakukan kesepakatan terapeutik. Gotman dan Laiblum (1973) menyatakan bahwa kesepakatan/persetujuan tertulis dan ditandatangani dapat digunakan untuk menegaskan kesepakatan tujuan dan aturan-aturan prosedural treatment. Dalam pandangan mereka, ada implikasi penting dari memiliki kesepakatan seperti :

Kesepakatan terapeutik meningkatkan kesepalatan-kesepakatan membuat konselor/klien alliance operational.

Kesepakatan terapeutik menekankan pada klien pentingnya partisipasi aktif dalam proses terapeutik dan bukan membantu perkembangan sikap spektator pasif.

Kesepakatan terapeutik adalah hubungan dasar antara prosedur-prosedur atau teknik-teknik yang digunakan dengan tujuan kongkrit klien.

Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di antaranya :

1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar2. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif3. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari

Page 16: Makalah Konseling Behavioral.docx

4. Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).

5. Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.

6. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.

7. Peran Konseling Behavioral                        Menurut Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia, para kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, ahli dalam mendiagnosis tingkahlaku yang maladatif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.

Hakikatnya  fungsi dan peranan  konselor  terhadap  konseli  dalam  teori  behavioral  ini adalah  :

1. Mengaplikasikan  prinsip  dari  mempelajari  manusia  untuk  memberi fasilitas  pada  penggantian  perilaku  maladaptif  dengan  perilaku  yang  lebih adaptif.

2. Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.

            Perubahan dalam perilaku itu harus di usahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali, yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu ,proses konseling di pandang sebagai suatu proses pendidikan yang berpusat pada usaha membantu dan kesediaan di bantu untuk belajar perilaku baru dan dengan demikian mengatasi berbagai macam permasalah. Perhatian di fokuskan pada perilaku-perilaku tertentu yang dapat di amati ,yang selam aproses konseling melalui berbagai prosedur dan aneka teknik tertentu akhirnya menghasilkan perubahan yang nyata, yang juga dapat di saksikan dengan jelas. Semua usaha untuk mendatangkan perubahan dalam tingkah laku di dasar kanpadateori belajar yang di kenal dengan nama Behaviorism dan sudah di kembangkan sebelum lahirnya aliran Behavioral dalam konseling. Konselor behavioral memiliki peran yang sangat penting dalam membantu konseling. Wol pemengemukakan peran yang harus di lakukan konselor, yaitu bersikap menerima, mencoba memahami konseli dan apa yang di kemukakantan pamenilai atau mengkritiknya. Dalam hal menciptakan iklim yang baik adalah sangat penting untuk mempermudah melakukan modifikasi perilaku. Konselor lebih berperan sebagai guru yang membantu konseli melakukan teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah, tujuan yang hendak dicapai

            Terapi behavior memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga konselor dan konseli memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan terapi sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli. Adapun sikap, peran dan tugas konseli dalam proses terapi ialah meliputi :

Memiliki motivasi untuk berubah Kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses terapi, baik selama sesi terapi maupun

dalam kehidupan sehari-hari

Page 17: Makalah Konseling Behavioral.docx

Klien terlibat dalam latihan perilaku baru dan umumnya menerima pekerjaan rumah yang aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi terapi.

Terus menerapkan perilaku baru setelah pengobatan resmi telah berakhir. Peran Konselor

            Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam proses konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan konseli dalam setiap fase konseling (Gladding, 2004).

            Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor. Tugas utama terapis adalah untuk melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu

            Fungsi dan tugas konselor juga dijelaskan untuk mengaplikasikan  prinsip  dari  mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif  dengan perilaku yang lebih adaptif. Kemudian menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.

            Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling kelompok ini, antara lain adalah :

1. Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang ditunjukan oleh konseli.

2. Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.3. Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan

kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.4. Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk

melakukan perubahan.5. Konselor harus memberikan reinforcement.6. Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan nyata. Peran Konseli

            Keberadaan konseli dalam konseling kelompok khususnya behavioral tidak harus berasal dari konseli yang mempunyai permasalahan yang sama. Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk menanggapi persoalan yang sedang dihadapi oleh salah seorang anggota kelompok. Di sini, ada semacam sharing pendapat di antara teman sebaya dalam memecahkan sebuah persoalan.            Terapi behavior memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga konselor dan konseli memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan terapi sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli. Adapun sikap, peran dan tugas konseli dalam proses terapi ialah meliputi :

Page 18: Makalah Konseling Behavioral.docx

Memiliki motivasi untuk berubah Kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses terapi, baik selama sesi terapi maupun

dalam kehidupan sehari-hari Klien terlibat dalam latihan perilaku baru dan umumnya menerima pekerjaan rumah yang

aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi terapi.

Terus menerapkan perilaku baru setelah pengobatan resmi telah berakhir.            Adapun peranan atau hak seorang konseli dalam proses konseling kelompok behavioral, antara lain adalah :

1. Setiap anggota mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti variabel eksternal dan internal yang mungkin menstimulasi dan menguatkan perilakunya dan lebih lanjut membuat pernyataan perilaku baru yang diharapkan.

2. Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi dalam terapeutik.3. Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral sangat terdefinisikan, juga demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.

Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.Dalamhubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :

Konselor memahami dan menerima konseli. Antara konselor dan konseli saling bekerjasama dalam satu kelompok. Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.5. Teknik Konseling Behavioral

            Teknik-teknik konseling yang bisa dan biasa digunakan dalam Konseling behavioral adalah :

1. Latihan Asertif (Assertive training)            Latihan asertif merupakan latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan. Klien yang menunjukkan rasa cemas, diberi tahu bahwa dirinya mempunyai hak untuk mempertahankandiri.Ia silatih untuk memelihara harga dirinya dengan berulang kali diberi latihan mempertahankan diri. Lathian seperti ini memungkinkan klien dapat mengendalikan lingkungannya. Apabila rangsangan dari lingkungan tersebut terlalu kuat sehingga berat untuk mengendalikannya dapat dilakukan dengan desensitisasi.Menurut Corey, (2011:213) latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang (1) tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, (2) menunjukkan kesopanan berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya (3) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak” (4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-repons positif lainnya (5) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran. Suatu masalah yang khas yang bisa dikemukakan sebagai contoh adalah kesulitan klien dalam menghadapi atasannya di kantor.

Page 19: Makalah Konseling Behavioral.docx

Terapi kelompok latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal.Fokusnya adalah memprakterkan melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehinggal individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketakmemadainya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih luas dan terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka. (Corey, 2010: 215)

Sehingga dapat disimpulkan untuk latihan asertif ini lebih membentuk tingkah laku baru dalam menghadapi hubungan dengan orang lain dan menghapus tingkah laku yang lama yang memuat klien merasa cemas.

Contohnya, seorang siswa yang takut kalau dimarahi gurunya, pertama-tama klien memainkan peran sebagai gurunya dan konselor sebagai siswanya, lalu konselor meniru cara siswa dalam berpikir dan cara menghadapi gurunya. Lalu antara keduanya saling bertukar peran, konselor sebagai gurunya dengan arahan klien untuk menunjukkan peran guru secara realistis, sambil konselor melatih dan mengarahkan klien dalam menghadapi gurunya. Maka secara perlahan akan terbentuk tingkah laku baru pada diri klien.

1. Desensitisasi sistematis            Desensititasi berarti menenangkan ketegangan klien dengan jalan mengajri/melatih klien untuk santai/rileks. Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks

            Latihan rileks ini bisa dilakukan dalam lima atau enam sesi. Apabila klien telah mampu melakukan rileks, klien dibantu untuk menyusun urutan stimulus yang mencemaskan.Dalam hal ini, klien diminta secara bertahap membayangkan stimulus mulai dari yang paling kurang menemaskan hingga yang paling mencemaskan; klien dilatih untuk tetap rileks disaat mengahadapi stimulus yang mencemaskan itu. Demikian seterusnya hingga ia dapat membayangkan stimulus itu tanpa adanya kecemasan lagi. Jadi, dengan teknik ini dimaksudkan agar klien dapat mengganti perasaan cemas terhadap stimulus tertentu dengan perasaan rileks terhadap stimulus tertentu.            Menurut Gerald Corey dalam bukunya Konseling dan Psikoterapi hlm 210 bahwa Desentisisasi sistematik adalah teknik yang cocok untuk menangani fobia-fobia, tetapi keliru apabila menganggap teknik ini hanya bisa diterapkan pada penanganan ketakutan-ketakutan. Desentisisasi sistematik bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang digeneralisasi.

            Sehingga dapat disimpulkan teknik desentisisasi sistemik ini lebih membantu klien dalam terapi penyembuhan kecemasan dalam diri klien yang lebih disebabkan oleh fobia-fobia maupun ketakutan klien dengan mengajak klien untuk rileks membayangkan hal-hal yang membuat takut dari hal yang paling mengerikan sampai hal yang kurang mengerikan.

            Contohnya, klien fobia dengan balon, selalu ketakutan kalau melihat balon, lalu klien diajak rileks membayangkan bentuk balon, kecemasan ditingkatkan yaitu dengan klien diajak melihat balon dari kejauhan, ditingkatkan lagi dengan mengajak klien memegang balon disini

Page 20: Makalah Konseling Behavioral.docx

kecemasan klien meningkat tajam sampai akhirnya klien diajak untuk meletuskan balon disini tingkat kecemasan klien sampai pada puncaknya dengan memberikan klien stimulus yang berupa motivasi, musik atau air minum.

1. Pengkondisian AversiTeknik ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk, dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respons pada stimulus yang disenangi dengan kebalikan respons terhadap stimulus tersebut, dibarengi stimulus yang merugikan atau tidak mengenakan dirinya.

Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan (menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya. Stimulus yang tidak menyenangkan disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

Contoh, untuk menyembuhkan pria homoseks. Kepada pria homoseks diperlihatkan foto pria telanjang sambil mengalitkan setrum listrik pada kakinya yang tidak beralas.Dalam terapi ini, setiap kali kepada klien diperlihatkan stimulus yang disenangi (foto pria telanjang) diikuti dengan rasa sakit akibat di setrum listrik.Begitu terus setiap melihat foto pria telanjang selalu dibarengi rasa sakit dan lama kelamaan tidak tertarik lagi pada pria.Teknik- teknik pengkondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral spesifik, melibatkan pengasosian tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculan.Stimulus-situmulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramua yang membuat mual.Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.

Contoh pelaksanaan penarikan pemerkuat positif adalah mengabaikan ledakan kemarahan anak guna menghapus kebiasaan mengungkapkan ledakan kemarahan pada si anak.Jika perkuatan ditarik, tingkah laku yang tidak diharapkan cenderung berkurang frekuensinya.Contoh penggunaan hukuman sebagai cara pengendalian adalah pemberian kejutan listrik kepada anak autistik ketika tingkah laku spesifik yang tidak diinginkan muncul. Butir yang penting adalah bahwa prosedur-prosedur aversif ialah menyajikan cara-cara menahan respons-respons maladaptif dalam suatu periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternatif yang adaptif dan yang akan terbukti memperkuat dirinya (Corey, 2010:216-217)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi aversif ini lebih membentuk tingkah laku baru yang lebih spesifik yang adaptif dari yang semula maladaptif, atau tingkah laku yang sesuai aturan.

1. Pembentukan Tingkah laku ModelTeknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

6. Naskah dialog pelaksamaan konseling BehavioristikNaskah Dialog Behavioristik

Page 21: Makalah Konseling Behavioral.docx

Tema : Phobia Ritme Cerita1. Pemeran : Nurmadita Sari sebagai konselor

                                  Sofah Marwah sebagai konseli

           Ade Peni Afifah sebagai sutradara

           Enci Ranyu sebagai kameramen

             Nur Khomisah sebagai editor

1. Permasalahan : Sofah marwah memiliki phobia terhadap ulat                                     yang berlebihan

2. Latar             : Tempat : Universitas Pancasakti Tegal           Waktu   : Siang jam 11.00 WIB

1. AttendingKonseli            : (Mengetuk pintu), “Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Berjabat                             tangan dengan konselor.

Konselor          : Wa’alaikum Salam, menghampiri klien dan mempersilahkan

                                       duduk.

1. Opening            Konseli            : (Duduk di kursi yang telah dipersiapkan) maaf bu, siang-iang gini sudah mengganggu.

            Konselor          : Oh…, tidak apa-apa mb sofah, oya bagaimana kabarnya mb ? (senyum dan mulai percakapan).

            Konseli            :” Alhamdulillah baik bu”.

            Konselor          : Syukurlah kalau begitu, bagamana dengan kuliahnya?

            Konseli            : Alhamdulillah lancar bu,

            Konselor          : Oya, ada yang bisa ibu bantu.

1. Acceptance            Konseli            :Hmm… gini bu, saya itu pobia dengan ulat, dan pobia                                             itu sangat mengganggu saya.

            Konselor          : Iya…ibu dapat memahami perasaan mb sofah (sambil mengangguhkan kepala).

            Konseli            : Iya bu, bagaimana tidak mengganggu, saya terkadang di bully oleh teman- teman saya, itu membuat saya ketakutan                                   bu.

            Konselor          : Konselor mengangguk kepala dan memandangi konseli)                                         hmm…iya..iya..

1. Restatement

Page 22: Makalah Konseling Behavioral.docx

Konseli            :Saya benar-benar merasa takut terhadap ulat bu. Yang hal              tersebut membuat saya sering dibully.

            Konselor          : Mba sofah merasa takut.

1. Reflection of feelingKonseli            : Bu.. saya sudah berusaha mencoba agar tidak takut terhadap                                  ulat tapi tetap saja.

            Konselor          : Sepertinya anda merasa kecewa terhadap usaha anda.

1. ClarificationKonseli            : Dulu saya pernah kejatuhan ulat di pundaknya, muka ulat                                        tersebut menghadap kemuka.hal tersebut membuat saya                                               takut dan trauma hingga sekarang.            Konselor          : Dengan kata lain, anda takut karena pernah kejatuhan ulat.

1. ParaphrashingKonseli            : Hal ini membuat saya merasa takut dan trauma yang                                                 berkepanjangan.

            Konselor          : “Tampaknya anda merasa tertekan”

1. Structuring            Konseli            : Saya sulit sekali menyesuaikan diri dengan teman-teman yang membully saya.

            Konselor          : Anda kemari untuk membahas masalah anda dengan saya. Marilah kita manfaatkan waktu 45 menit itu dengan sebaik-                          baiknya, saya tidak dapat memberikan nasihat sebagaimana                               yang anda minta. tetapi, marilah kita bicarakan masalah ini                                       bersama.

            Konseli            : Bu. Saya sulit sekali untuk menghilangkan pobia ini, karena pobia ini saya sering di bully oleh teman-teman, jadinya saya                             terganggu.

            Konselor          : Dalam masalah yang anda kemukakan tadi setidaknya ada 3 masalah yaitu pobia, di bully teman, dan terganggu.

            Konseli            : Bu, bagaimana cara penanganannya agar pobia ini sembuh?

            Konselor          : Coba anda tenangkan dulu, tarik nafas dan relaksasikan pikiran anda.

            Konseli            : (Diam) saya bingung bu harus bagaimana lagi.

Teknik Konseling Thought Stopping            Konselor          : Coba anda tutup mata, bayangkan di depan anda ada sebuah ulat. Kemudian katakan dalam hati “Saya tidak takut ulat”                                  berkali-kali (beberapa menit).

            Konseli            : “(Diam dan membayangkan)”.

Page 23: Makalah Konseling Behavioral.docx

            Konselor          : Bagaimana perasaanmu? Apakah lebih baik?

            Konseli            : Saya masih merasa takut bu.

            Konselor          :Kalau begitu, ini ada sebuah gambar. Coba anda lihat gambar ini (sambil menunjukkan gambar ulat yang sebelumnya sudah                             di browsing).

            Konseli            : (Histeris)

            Konselor          : (mencoba menenangkan klien)

            Konseli            : (mulai tenang)

            Konselor          : Bagaimana mba sofah apakah ingin berhenti sampai sini saja atau di lanjut dilain hari?

            Konseli            : Saya rasa cukup untuk hari ini dan diganti dilain hari saja                             bagaimana bu?

            Konselor          : Iya saya bisa.

Hari kedua            Konseli            : (Mengetuk pintu), “Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Berjabat tangan dengan konselor.

            Konselor          : Wa’alaikum Salam, menghampiri klien dan mempersilahkan duduk.

            Konseli            : (Duduk di kursi yang telah dipersiapkan) maaf bu, siang-                                         siang gini sudah mengganggu.

            Konselor          : Bagaimana mba sudah siap untuk melanjutkan konseling?

            Konseli            : Ya saya sudah siap bu

            Konselor          : Disini saya akan menunjukan gambar ulat kembali, apakah anda sudah siap?

            Konseli            : Iya bu saya sudah siap

            Konselor          : (menunjukan gambar ulat kepada konseli)

            Konseli            : (histeris yang sudah mulai berkurang)

            Konselor          : coba anda pegang foto ulat ini.

            Konseli            : (sudah berani memegang gambar ulat)

            Konselor          : Anda untuk saat ini sudah ada perubahan.

                                     Saya memiliki mainan ulat, apakah anda berani untuk memegangnya?

            Konseli            : (ekspresi ragu) baik saya akan mencoba bu

Page 24: Makalah Konseling Behavioral.docx

            Konselor          : Baik saya akan mengambil mainan ulat dulu

            Konseli            : Silahkan bu

            Konselor          : (menyodorkan mainan ulat kepada konseli) coba anda sentuh ulat ini

            Konseli            : (agak ragu sambil menyentuh ulat secara perlahan-lahan)

            Konselor          : Coba anda tenang dulu (sambil mengelus pundak klien).

                                    Coba sekali lagi anda coba untuk memegang ini

            Konseli            : Baiklah Bu… (sambil memegang ulat dan berkurang histerisnya)

            Konselor          : sejauh ini anda sudah ada perubahan mengenai phobianya dari melihat ulat sampai memegang ulat

            Konseli            : Terima kasih bu sudah membuat saya untuk menghilangkan phobia ulat

            Konselor          : Iya sama-sama bu. Jangan sungkan-sungkan lagi ketika meminta bantuan lagi.

            Konseli            : (bersalaman dengan konselor dan meninggalkan ruang.

BAB IIIPENUTUP 

1. SaranDemikianlah makalah yang sederhana yang telah tersusun jika masih ada banyak kekurangan di sana sini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

2. Simpulan       Sejarah konseling behavioral bermula pada Ivan Sechenov (1829-1905), bapak psikologi Rusia. Struktur hipotetiknya, dikembangkan sekitar 1863.

         Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.

       Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku

       Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar, sehinga dapat diubah dengan manupulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu memngubah perilakunya agar dapat memecahkan masalah.

Page 25: Makalah Konseling Behavioral.docx

       Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

       Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah membantu klien menolong diri sendiri, mengembalikan klien ke dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial, memperbaiki tingkah laku yang menyimpang, membantu klien mengembangkan sistem self management dan self control. Sehingga tujuan dari konseling behavioral adalah membentuk perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan.

       Menurut Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan bagi masalah manusia, para kliennya. Terapis tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, ahli dalam mendiagnosis tingkahlaku yang maladatif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah pada tingkah laku yang baru dan adjustive.

       Teknik-teknik konseling yang bisa dan biasa digunakan dalam Konseling behavioral adalah :

1. Latihan Asertif (Assertive training)2. Desensitisasi sistematis3. Pengkondisian Aversi4. Pembentukan Tingkah laku Model

KONSELING BEHAVIOR

A.  PENDAHULUANPendekatan behavior didasari oleh hasil eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip-

prinsip tingkah laku manusia. Eksperimen-eksperimen tersebut menghasilkan teknik-teknik spesifik dalam pendekatan ini yang dipelopori oleh beberapa tokoh behaviorisme yang terpercaya. Tokoh behaviorisme yang melahirkan teknik-teknik konseling anatara lain : Skinner, Watson, Pavlov dan Bandura. Pendekatan tingkah laku atau behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku. Istilah modifikasi perilaku (behavior modification) dan pendekatan (behavior approach) banyak digunakan secara bersamaan dengan makna yang sama. Konseling behavior memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tetap atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refreksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain (Walker & Shea, 1988, p. 36).

B.  SEJARAHPerkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal

radikal menentang perspektif psikoanalisis dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorst yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavioral

Page 26: Makalah Konseling Behavioral.docx

terdiri dari trend utama, yaitu : trend I : kondisioning klasik (classical conditioning), tred II : kondisioning operan (operant conditioning), dan trend III : terapi kognitif (cognitive therapy) (Corey, 1986, p. 174)

Adapun menurut Franks (1969) yang dikutip oleh Masters (1987) ada tiga hal yang sangat berpengaruh terhadap munculnya terapi perilaku, ialah :

1.      Hasil penelitian dan tulisan dari I.P Pavlov (1927, 1928) mengenai percobaan-percobaan dan hasilnya yang telah dilakukan dengan mempergunakan hewan percobaannya (anjing), yang sekarang dikenal dengan kondisioning klasik.

2.      Hasil penelitian dan tulisan dari E.L Thorndike mengenai proses belajar dengan hadiah yang menghasilkan hokum efek (law of efek) (1898, 1911, 1913) dan yang sekarang dikenal dengan kondisioning aktif (operant) dan perilaku instrumental.

3.      Hasil penelitian dan tulisan dari J.B Watson dengan rekan-rekannya (Jones, 1924; Watson 1916; Watson & Rayner, 1920), yang mengamalkan teknik dasar dari apa yang telah dilakukan oleh Pavlov, diamalkan untuk menghadapi seseorang dengan kelainan kejiwaan. Dari Watson & Rayner ini dikenal percobaan klasik mengenai kondisioning operan atau kondisioning aktif. Terhadap anak kecil bernama Albert kecil yang ketakutan setiap kali mendengar suara keras, sehingga Albert kemudian takut setiap kali melihat tikus tersebut. Percobaan yang kemudian bervariasi, antara perangsangan yang diberikan dan jawaban yang diharapkan akan muncul,termasuk menghilangkan ketakutan karena jenis perangsangannya lain dan dilakukan pembiasaan.

C.  TUJUAN KONSELINGSebagai bagian yang integral dari system konseling behavioral selain berdasarkan asumsi-asumsi

di atas terdapat karakteristik yang dapat membedakan dengan pendekatan yang lain. Corey (1977), George dan Cristiani (1990) mengemukakan bahwa konseling behavioral itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1.      Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik2.      Memerlukan kecermatan dalam perumusan terapeutik3.      Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien4.      Penaksiran objektif atas tujuan terapeutik

Berdasarkan karakteristik ini sangat jelas bahwa konseling behavioral secara konsisten menaruh perhatian pada perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak dan bersifat umum harus dirumuskan lebih spesifik. Tujuan konseling harus cermat, jelas dan dapat dicapai dengan prosedur tertentu. Kecermatan penentuan tujuan sangat membantu konselor dan klien dalam memilih prosedur perlakuaan yang tepat, dan sekaligus mempermudah mengevaluasi keberhasilan konseling, perumusan tujuan secara spesifik dianggap lebih penting dibandingkan dengan proses hubungan konseling. Perumusan tujuan secara spesifik dianggap lebih penting dibandingkan dengan proses hubungan konseling (George dan Cristiani 1990).

Berdasarkan uraian diatas secara singkat dapat dipahami bahwa tujuan konseling behavior adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yaitu dapat membuat ketidak puasan dalam jangka panjang dan/mengalami konflik dengan kehidupan social.

Secara khusus, tujuan konseling behavioral mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang diharapakan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat. 

D.  PROSEDUR KONSELINGUntuk para ahli behavioris, konseling dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan

sistematis yang disengaja secara kghusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama konselor dank lien. Tokoh aliran psikologi behavioral John D.Krumboltz dan Carl Thoresen (Gibson dan Mitchell, 1981) menempatkan prosedur belajar dalam empat kategori, sebagai berikut:

1.      Belajar operan (operan learning), adalah belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran (reinforcement) untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan. Ganjaran dapat diberikan dalam bentuk dorongan dan penerimaan sebagai persetujuan, pembenaran atau perhatian konselor terhadap perilaku yang dilakukan klien.

2.      Belajar mencontoh (imitative learning), yaitu cara dalam memberikan respon baru melalui menunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang di inginkan sehingga dapat dilakukan oleh klien.

3.      Belajar kognitif (cognitive learning), yaitu belajar memelihara respon yang diharapkan dan boleh mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana.

Page 27: Makalah Konseling Behavioral.docx

4.      Belajar emosi (emotional learning), yaitu cara yang digunakan untuk mengganti respon-respon emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respon emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks classical conditioning.Teori behavioral berasumsi bahwa perilaku klien adalah hasil kondisi konselor. Oleh karena itu, konselor dalam setiap menyelenggarakan konseling harus beranggapan bahwa setiap reaksi klien adalah akibat dari situasi (stimulus) yang diberikannya.

E.   PERANAN KONSELORKonselor behavioral memiliki peran yang sangat penting dalam membantu klien, wolpe mengemukakan

peran yang harus dilakukan konselor, yaitu bersikap menerima, mencoba memahami klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai atau mengkritiknya.

Dalam hal ini menciptakan iklim yang baik adalah sangat penting untuk mempermudah melakukan modifikasi perilaku. Konselor lebih berperan senagai guru yang membantu klien melakukan teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah, tujuan yang hendak dicapai.

F.   TEKNIK SPESIFIKKonseling behavioral memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan untuk melakukan pengubahan

perilaku berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Teknik-teknik spesifik tersebut sebenarnya sangat banyak, lebih dari 30 teknik (Goldenberg,1983), yang di antaranya adalah : desensitisasi sistematis, terapi implosive, latihan perilaku asertif, terapi aversi, pembentukan perilaku model, dan kontrak perilaku.

1.      Desensitisasi SistematisMerupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara

negative biasanya berupa kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan mengkondisian klasik, respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.

Cara yang digunakan dalam keadaan santai stimulus yang menimbulkan kecemasan dipasangkan dengan stimulus yang menimbulkan keadaan santai. Dipasangkan secara berulang-ulang sehingga stimulus yang semula menimbulkan kecemasan hilang secara berangsur-angsur.

2.      Terapi ImplosifDikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada

suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan menghilang. Atas dasar asumsi ini, klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan. Dalam situasi konseling, secara berulang-ulang membayangkan stimulus sumber kecemasan dan konsekuensi yang diharapkan ternyata tidak muncul, akhirnya stimulus yang mengancam tidak memiliki kekuatan dan neurotiknya menjadi hilang.

3.       Latihan AsertifDigunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa

tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, menggunkapkan afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok diterapkan untuk latihan asertif ini.

4.      Teknik Pengkondisian AversiDilakukan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak

menyenangkan (menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki (simptomatik) tersebut terhambat kemunculannya. Stimulus dapat berupa sengatan listrik atau ramuan-ramuan yang membuat mual.

Stimulus yang tidak menyenagkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

5.      Perilaku ModelDigunakan untuk: (1) membentuk perilaku baru pada klien, dan (2) memperkuat perilaku yang sudah

terbentuk dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan audio, model fisisk, model hidup, atau lainnya yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran social.

6.      Kontrak Perilaku

Page 28: Makalah Konseling Behavioral.docx

Didasarkan atas pandangan bahwa membantu klien untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku mereka atas dasar persetujuan bahwa beberapa konsekuensi akan muncul.

G.  APLIKASI KONSELINGKonseling behavioral ini dalam berbagai eksperimen mampu mengatasi masalah-masalah klien yang

mengalami berbagai hambatan perilaku seperti: pobia, cemas, gangguan kepribadian, serta sejumlah gangguan pada anak (Hackmann, 1993). Lebih dari itu sebagai sanggahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada pendekatan ini, Rachman (1963) dan Wolpe (1963) menegaskan bahwa konseling behavioral tidak hanya mengatasi symptom yang bersifat permukaan saja, tetapi juga mengatasi masalah-masalah yang mendalam, bahkan dapat mengubah perilaku dalam jangka panjang

Pengertian BehaviorismeBehaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati. Dalam pembahasannya, Burrhus Frederic Skinner (1904-1990), menyebutkan bahwa para behvioist radikal menekankan manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministik mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola tingkah laku yang dapat diamati. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. 

Teori Belajar Behavioristik (photo from http://image.slidesharecdn.com/)

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Terapi behavioral berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai dengan:

1. pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, 2. kecermatan dan penguraian-penguraian tujuan treatment, 

Page 29: Makalah Konseling Behavioral.docx

3. perumusan prosedur treatment yang spesifik dan sesuai dengan masalah, 4. penaksiran objektif atas hasil terapi. 

Karakteristik Perilaku Bermasalah Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya.

Behaviorist memandang perilaku yang bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. 2. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. 3. Manusia yang bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. 4. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar da juga tingkah laku tersebut juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar Tujuan Pendekatan Behavioristik Tujuan umum terapi behaviorist ini menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik “learned”, maka ia bisa “unlearned” (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari. 

Prosedur Konseling Behavioristik Tokoh aliran psikologi behavior John D. Krumboltz dan Carl Thoresen menempatkan dalam empat kategori, diantaranya:

1. Belajar operan (operant learning), adalah belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran (reinforcement) untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. 2. Belajar mencontoh (imitative learning), yaitu cara dalam memberikan respons baru melalui menunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang diinginkan sehingga dapat dilakukan oleh klien. 3. Belajar kognitif (cognitive learning), yaitu belajar memelihara respons yang diharapkan dan boleh mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana. 4. Belajar emosi (emotional learning), yaitu cara yang digunakan untuk mengganti respons-respons emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respons emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks (clasical conditioning). 

Page 30: Makalah Konseling Behavioral.docx

Deskripsi Langkah-Langkah Konseling 1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkap kesuksesan atau kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya). Konselor mendodrong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.assesment diperlukan untuk mengidentifiasi metode atau tehnik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah. 2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. 3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan tehnik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. 4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan koonseling. 5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling. 

Teknik-Teknik Spesifik Konseling BehavioralTeknik-teknik utamanya yang pertama adalah desentisisasi sistematik. Desentisisasi sistematik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskannya itu. Yang kedua adalah terapi implosif. Terapi implosif ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Terapi ini berasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Yang ketiga adalah latihan asertif. Terapi latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal.

Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang:1. tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, 2. menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 3. memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, 4. mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya, dan 5. merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikirannya sendiri. Yang keempat terapi aversi. Terapi ini menggunakan prosedur-prosedur aversif untuk mengendalikan anggotanya dan untuk membentuk tingkah laku individu agar sesui dengan yang telah digariskan. Dan yang kelima adalah pengondisian operan. Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.

DAFTAR PUSTAKABrennan, James F., Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006 Burhanuddin, PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI, Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004Corey, Gerald, Teori Dan Praktek KONSELING DAN PSIKOTERAPI, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007  Latipun, Psikologi Konseling, Malang: Umm Press, 2006Pihasniwati, PSIKOLOGI KONSELING Upaya Pendekatan Integrasi Interkoneksi, Yogyakarta: Sukses Offset, 2008 

Page 31: Makalah Konseling Behavioral.docx