makalah Komunikasi Terapeutik

16
PROJECT KOMUNIKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Komunikasi Koordinator Mata Kuliah : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep. Disusun Oleh: Ciptaningrum Marisa Prawarti NIM 22020110120011 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

description

makalah komunikasi terapeutik

Transcript of makalah Komunikasi Terapeutik

PROJECT KOMUNIKASIKOMUNIKASI TERAPEUTIKDisusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Komunikasi

Koordinator Mata Kuliah : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep.

Disusun Oleh:

Ciptaningrum Marisa Prawarti

NIM 22020110120011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2010I. PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Perawat harus mampu berkomunikasi dengan pasien atau klien. Salah satu bentuk komunikasinya adalah Komunikasi Terapeutik. Arti dari Komunikasi adalah alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien dan untuk mendapatkan keberhasilan dalam intervensi keperawatan (Stuart & Sundeen, 1995). Sedangkan Terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan (Hornby, 1974). Pengertian Komunikasi Terapeutik adalah proses penyampaian pesan, makna dan pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien (Mustikasari, 2006). Oleh karena itu Perawat harus menerapkan Komunikasi Terapeutik sebab mereka kelak dituntut menjadi Perawat yang Terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995).Komunikasi Terapeutik di implementasikan pertahap atau fase, mulai dari fase Preinteraksi, Orientasi, Kerja dan Terminasi. Dalam menjalankan setiap fase, perawat harus memperhatikan tujuan setiap fase komunikasi Terapeutik, tehknik dalam berkomunikasi, menguasai Komunikasi Verbal dan Non Verbal, menguasai Dimensi Respon. Jika hal tersebut perawat menguasai, maka Perawat dapat memfasilitasi kesembuhan pasien. Oleh karena itu, Saya sebagai calon perawat melakukan praktik Komunikasi Terapeutik secara langsung dengan orang lain. Dengan harapan saya mampu menguasai dan mengerti Komunikasi terapeutik. Dimana Komunikasi Terapeutik saya terapkan dalam bentuk wawancara kepada Klien. Saya Mewawancarai orang lain yang mempunyai riwayat kesehatan pernah dirawat di Rumah Sakit. Wawancara tersebut di dokumentasikan berupa video, kegiatan wawancara mencangkup proses fase Preinteraksi sampai Terminasi. B. TUJUANDalam kegiatan ini mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum Komunikasi Terapeutik dan tujuan khusus Komunikasi Terapeutik. Tujuan umum Komunikasi Terapeutik sebagai berikut :

a. Mengetahui pengertian Komunikasi Terapeutik

b. Mengetahui tujuan Komunikasi Terapeutik

c. Mengetahui jenis-jenis Komunikasi Terapeutik

d. Mengetahui Tahapan atau Fase Komunikasi Terapeutik

e. Sebagai tolak ukur menganalisis tentang Klien.

Tujuan khusus Komunikasi Terpeutik adalah Mengetahui gambaran teori dan pengaplikasian Komunikasi Terapeutik dalam kehidupan nyata.II. TINJUAN TEORI

Komunikasi Terapuetik adalah proses penyampaian pesan, makna dan pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien (Mustikasari, 2006). Komponen Komunikasi Terapeutik adalah Sender (Perawat), Receiver (Pasien), Massage (Pesan), Media, Respond (Umpan balik). Komunikasi Terapeutik bertujuan untuk kesembuhan Pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang perawat harus melakukan fase-fase Komunikasi Terapeutik secara bertahap. Berikut Fase Komunikasi Terapeutik, menurut Stuart G.W. 1998 ;1. Fase PreinteraksiFase ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan Klien. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini yaitu :

a) Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan perawat.

b) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok.

c) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi

d) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien.

2. Fase Orientasi

Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Dalam Fase ini perawat harus memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya.Tugas utama perawat pada tahap ini antara lain :

a) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien.

b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan.

c) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka.

d) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)

Hal yang dapat dilakukan pada fase ini antara lain

Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan dan tersenyum. Memperkenalkan diri perawat. Menanyakan nama Klien.

Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.

Melengkapi kontrak. Perawat memiliki tanggungjawab terhadap Pasien

Perawat Memiliki Tujuan. Dengan kontrak yang sudah disepakati maka tujuan antara Perawat dengan Klien akan tercapai

Evaluasi dan validasi. Berisikan keluhan, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.

Menjaga Kerahasiaan3.Fase kerja.

Fase ini merupakan inti dari keseluruhan proses Komunikasi Terapeutik. Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien. Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.

Tugas utama perawat dalam fase ini antara lain:

a) Meningkatkan interaksi Sosial.

Meningkatkan sikap penerimaan.

Menggunakan tehknik Komunikasi Terapeutik sebagai cara pemecahan masalah. Tekhnik tersebut antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).b) Meningkatkan faktor fungsional Komunikasi Terapeutik.

Melanjutkan pengkajian dan evaluasi.

Meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan pasien pada perawat.

Mempertahankan tujuan yang telah disepakati.Hal yang dapat dilakukan pada fase ini antara lain :

Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya.

Menayakan keluhan utama.

Memulai kegiatan dengan cara yang baik

Memulai kegiatan sesuai rencana.4. Fase terminasi

Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Fase ini merupakan persiapan membuat kesimpulan dan mempertahankan batas hubungan, mengantisipasi masalah, mempertahankan tujuan, Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:

1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.

2) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Hal yang dapat dilakukan pada fase ini antara lain :

Menyimpulkan wawancara.

Evaluasi Objektif

Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani, 2005).

Evaluasi Subyektif

Menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu Melakukan Reinforcement.

Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan (planning klien).Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Misal dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

Kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.

Mengakhiri wawancara dengan baik.

Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.

5. Dimensi ResponSuatu tahap yang penting, justru pada awal perhubungan dengan klien/ pasien karena pengaruh pada interaksi selanjutnya (Stuart, 1998). Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati, dan konkrit. Berikut lima sikap tubuh dalam dimensi respon :

1. Berhadapan.Artinya dari posisi ini adalah Saya siap untuk anda.2. Mempertahankan kontak mata. Menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi (Wiseman, 1996).3. Membungkuk ke arah klien.Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.

4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

5. Tersenyum disaat yang tepat

Tatap mata disertai senyum pada saat yang tepat, bisa menimbulkan rasa percaya pasien pada perawat (Suryani, 2006).III. PEMBAHASAN KASUS

III.a. Analisa Kasus

1. Fase Preinteraksi

Dalam tahap ini saya melakukan persiapan untuk kelancaran nanti berkomunikasi dengan klien. Persiapan saya antara lain, menguatkan mental karena saya mengetahui saya mempunyai kekurangan dalam percaya diri serta menyampaikan pesan tidak jelas. Oleh karena itu saya mencoba saat wawancara berlangsung tidak nervous, selalu positive thinking, berkata dengan bahasa yang mudah dimengerti serta penyampaian pesan jelas. Menyiapkan peralatan untuk mendukung wawancara berlangsung, misalnya Handphone untuk mendokumentasikan wawancar berlangsung, buku untuk menulis kesimpulan. Kemudian saya membuat kerangka pertanyaan, supaya alur wawancaranya urut dan pokok bahasan dapat tersampaikan. Mencari Klien sesuai dengan keinginan saya, yaitu klien yang pernah dirawat di Rumah Sakit sehingga Klien mampu menceritakan pelayanan perawat di Rumah Sakit tersebut. Kemudian saya menrencanakan lamanya wawancara, mungkin sekitar 3-5 menit wawancara berlangsung. Saya juga akan menyisipkan kata-kata motivasi kepada Klien. Misalnya cepat sembuh, semoga tidak kambuh lagi sakitnya dan lain-lain. Dan yang terakhir berharap semoga wawancaranya berlangsung dengan lancar, sukses. Mencatat data klien dengan bertanya terlebih dahulu sebelum syuting dimulai. Berikut hasilnya, NamaLengkap

: Mistalina Maulida Hafizh Nama Panggilan

: Mitsa Tempat, tanggal lahir

: Jakarta, 5 Oktober 1991 Umur

: 19 Tahun Jenis Kelamin

: Perempuan Sekolah

: Universitas Diponegoro Jurusan

: Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan

: 2009 Asal kota

: Kudus Alamat Kost

: Jl. Siwungu Anak ke

: Pertama dari 3 bersaudara

Riwayat pendidikan

SD

: SD 3 Demaan Kudus SMP

: SMP 2 Kudus SMA

: SMA 1 Kudus UNIVERISTAS

: Universitas DiponegoroRiwayat Kesehatan

Sakit Demam Berdarah

Sakit Bronkitis

2. Fase Orientasi

Pada tahap ini saya menerapkan hal-hal yang dapat dilakukan, seperti memberikan salam dan tersenyum pada klien, memperkenalkan diri serta berjabat tangan, menanyakan nama klien. Kegiatan diatas bertujuan untuk saling mengetahui satu sama lain, sehingga saat wawancara berlangsung situasinya kondusif dan saling percaya. Kemudian saya mengajukan kesepakatan kontrak, menyepakati kontrak tentang topik yang akan dibahas yaitu pengalaman klien tentang sakit yang pernah diderita dan pelayanan perawat terhadap klien. Hal tersebut bertujuan supaya perbincangan tidak terlampau jauh dari topik.3. Fase Kerja

Pada tahap ini saya membuka wawancara dengan baik, saya menyisipkan sedikit humor supaya suasana dapat kondusif tidak tegang. Setelah dirasa suasana mulai mencair dan akrab saya menanyakan tentang pengalaman klien dirawat di Rumah Sakit dan menanyakan bagaimana pelayanan perawat di Rumah Sakit tersebut. Kemudian saya mempersilahkan Klien untuk berceritaKlien bercerita, baru 2 minggu kemarin klien masuk Rumah Sakit Umum di Kudus. Beliau di diagnosa Dokter Bronkitis Kronis. Sebenarnya harus dirawat selama 7 hari, akan tetapi hanya menjalani rawat inap selam 3 hari di karenakan tidak nyaman dengan keadaan di Rumah Sakit. Beliau mengatakan ketidaknyamanan di Rumah Sakit bukan karena pelayanan Rumah Sakit tetapi ingin merasakan suasana luar Rumah Sakit, Dia ingin sehat kembali.Klien juga menceritakan bahwa perawat di Rumah Sakit Kudus sangat Profesional. Misalnya Perhatian di buktikan dengan Perawat yang merayakan Hari Ulang Tahun Klien, kemudian rasa kekeluargaan yang mendominasi dibuktikan salah seorang perawat hafal nama dengan klien. Waktu SD klien pernah dirawat di RSU Kudus dan dilayani oleh perawat. Dan saat kuliah ini klien masuk RSU Kudus lagi, dan perawat yang dulu merawat beliau saat SD masih hafal.Selain itu perawat di Kudus sudah mengalami inovasi salah satunya menggunakan pakaian selain warna putih-putih yang identik dengan seragam perawat. Jadi mereka menggunakan pakaian batik dan lain-lain. Selama Klien bercerita saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh, merespon apa yang dia bicarakan. Saya tunjukkan dengan komunikasi Non Verbal dan Verbal seperti Menganggukan kepala, menggerakan tangan, tersenyum, mimik wajah yang senang, mengomentari kisah yang diceritakan, memberikan humor, mengulangi perkataan klien untuk mempertegas statment beliau.4. Fase Terminasi

Pada tahap ini saya memberikan kesimpulan tentang cerita Klien. Setelah mendengarkan cerita dari klien, saya dapat menyimpulkan bahwa menjadi perawat selain profesional dalam menjalan tugasnya, Dia juga harus ikhlas, menjadikan pasien seperti keluarga sendiri, perhatian dan ramah terhadap pasien. Saat menjelang akhir wawancara, saya memberikan kata-kata motivasi untuk membangkitkan semangat untuk kesembuhan Klien. Kata-kata Motivasi seperti cepat sembuh, semoga sakitnya tidak kambuh lagi. Karena saya tidak memberikan kesepakatan untuk bertemu lagi, jadi saya menutup wawancara dengan mengatakan pada Klien terima kasih serta berjabat tangan kemudian saya tersenyum.

5. Dimensi Respon

Walaupun tahap ini bukan termasuk fase Komunikasi Terapeutik. Tapi Dimensi Respon ini sangat penting dalam kita berkomunikasi. Pada tahap ini saya mengatur tingkah laku saya saat wawancara berlangsung sesuai dengan etika dan teori dimensi respon. Yang saya lakukan adalah saya duduk berhadapan dengan Klien, tersenyum disaat yang tepat, berjabat tangan, melakukan kontak mata, memperhatikan, memahami apa yang diceritakan, melakukan komunikasi non verbal. Misal, gerakan tangan untuk mempertegas.III.b. Hambatan1. Fase PreinteraksiDalam tahap ini saya mengalami beberapa hambatan. Hambatan pertama yaitu kesulitan mencari Klien yang sesuai dengan keinginan saya. Karena tidak semua orang pernah dirawat di Rumah Sakit dan mau bercerita tentang pengalamannya. Setelah saya berusaha bertanya, membujuk untuk bercerita, dan lain-lain akhirnya hambatan tersebut dapat saya atasi. Hambatan yang kedua tentang peralatan dokumentasi. Di kegiatan ini saya menggunakan peralatan seadanya yaitu sebuah Handphone dengan kualitas video menengah. Jadi hasil dokumentasi sedikit tidak sempurna.

2. Fase Orientasi

Hambatan yang di temui adalah masih ada rasa canggung, belum percaya diri, sehingga suasana belum kondusif. Kemudian penataan tata bahasa yang masih kurang, karena masih belum terkontrol emosi pikiran saya untuk menyampaikan pesan. Kemudian, Suasana lingkungan saat itu ramai sehingga wawancara sedikit terganggu.3. Fase KerjaTerjadi sedikit hambatan saat berbicara dengan Klien, karena kondisi Klien yang masih belum sehat total pasca keluar dari Rumah Sakit. Jadi saya tidak dapat bertanya banyak tentang pengalaman beliau. 4. Fase Terminasi

Pada fase ini, tidak ada hambatan yang berarti. Saya dan Klien saling menerima, dan percaya sehingga saat menutup wawancara, kami menutupnya dengan saling tersenyum.

5. Dimensi ResponSelama wawancara berlangsung, posisi duduk saya tidak terlalu nyaman. Dikarenakan bentuk kursi yang memanjang, membatasi ruang gerak saya untuk duduk nyaman. Serta pengambilan gambar mengalami kesulita, karena bentuk kursi yang memanjang.IV. PENUTUPIV.a. Kesimpulana. Fase Komunikasi Terapeutik dapat berjalan dengan lancar jika Perawat mampu menguasai tehknik Komunikasi, komunikasi Verbal dan Non Verbal, menguasai Dimensi Respon.b. Melalui Komunikasi Terapeutik, dapat membina rasa percaya antara Pasien/Klien dengan Perawat.c. Komunikasi Terapeutik mendukung Perawat untuk dapat memfasilitasi kesembuhan Pasien.

d. Komunikasi Terapeutik mampu menjadikan perawat menjadi komunikator yanng interaktif.e. Komunikasti Terapeutik dapat meringankan beban, memberikan motivasi, mengurangi keraguan pasien.IV.b. SaranUntuk mensukseskan tujuan komunikasi terapeutik, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini :a. Memahami fase Komunikasi Terapeutik.b. Menguasai komunikasi Verbal maupun Non Verbal.c. Menguasai situasi kondisi.

d. Karena ketiga hal diatas sangat berpengaruh pada respon Klien terhadap komunikasi kita.e. Memiliki selera Humor, memiliki rasa empati, kejujuran, serta memperhatikan Klien

V. DAFTAR PUSTAKA1. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/komunikasi-terapeutik/.Komunikasi Terapeutik. Diakses pada tanggal 21 September 20102. Anita Murwani, Istichomah. 2009. Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat. Yogyakarta: Fitramaya.3. repository.ui.ac.id/.../2b484d541401dd5fcde12332a4c6b5303dd13a5a.pdf. Sikap Dan Tehkik Komunikasi Terapeutik. Diakses tanggal 24 Oktober 2010.4. Indrawati. 2003. Tentang Komunikasi Terapeutik5. Mundakir. 2006. Komponen Keperawatan Aplikasi dalam pelayanan. Graha ilmu: Yogyakarta.