makalah koloid rifky

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industry cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi system koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia. B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian koloid ? 2. Apa jenis-jenis koloid ? 3. Bagaimana sifat-sifat koloid ? 4. Perbedaan koloid liofil dan liofob ? 5. Bagaimana pembuatan koloid ? 6. Bagaimana peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari ? C. Tujuan Penulisan

description

Tugas kimia

Transcript of makalah koloid rifky

Page 1: makalah koloid rifky

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan

sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh,

hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran

koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga

termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga

berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.

Dalam industry cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban

semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk

serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah

juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan

sebagai koloid. Jadi system koloid sangat berguna bagi kehidupan

manusia.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian koloid ?

2. Apa jenis-jenis koloid ?

3. Bagaimana sifat-sifat koloid ?

4. Perbedaan koloid liofil dan liofob ?

5. Bagaimana pembuatan koloid ?

6. Bagaimana peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu koloid

2. Untuk mengetahui jenis-jenis koloid

3. Untuk mengetahui sifat-sifat koloid

4. Untuk mengetahui perbedaan Antara koloid liofil dan liofob

5. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan koloid

6. Untuk menetahui peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari

Page 2: makalah koloid rifky

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua

zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase

terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain

(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara

1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,

lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid

adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat)

dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid

yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.  

1. Disperse koloid

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi

penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang

disebut dengan sistem dispersi.Tepung kanji bila dimasuk- kan ke

dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air

sebagai medium pen-dispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.

Berdasarkan ukuran partikel hasil pendispersian dapat digolongkan

menjadi tiga macam sistem dispersi, yaitu: larutan sejati, sistem

koloid, dan suspensi.

a. Dispersi kasar (suspensi)

Dispersi kasar atau Suspensi merupakan campuran heterogen

antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi. Fasa terdispersi

biasanya berupa padatan sedangkan medium pendispersinya berupa

zat cair. Fasa terdispersi dan medium pendispersinya dapat

dibedakan dengan jelas karena merupakan campuran yang

heterogen. Fasa terdispersinya memiliki ukuran partikel lebih besar

Page 3: makalah koloid rifky

dari 10– 5  sehingga akan terlihat sebagai endapan. Contohnya :

campuran tepung dengan air.

b. Dispersi halus (larutan sejati/dispersi molekuler)

Larutan sejati adalah campuran antara fasa terdispersi dengan

medium pendispersi. Fasa terdispersi biasanya berupa padatan atau

cair, sedangkan medium pendispersinya berupa zat cair. Pada

larutan sejati fasa terdispersi larut sempurna kedalam medium

pendispersi sehingga terbentuk campuran yang homogen.

Contohnya larutan garam dalam air. Fasa terdispersi dan medium

pendispersinya tidak dapat dibedakan. Oleh karena ukuran partikel

fasa terdispersi antara 10– 7 – 10– 5 cm, maka fasa terdispersi dapat

larut dalam medium pendispersi.

c. Dispersi koloid

Dispersi koloida merupakan campuran antara system dispersi

kasar dan dispersi halus. Dalam system koloid antara fasa

terdispersi dan medium pendispersi tampak homogen. Namun

sesungguhnya, disperse koloid merupakan campuran yang

heterogen. Hal ini akan tampak dengan jelas saat dispersi koloid

diaamati menggunakan mikroskop ultra. Contoh dispersi koloid yaitu

campuran antara air dan tinta.

Secara garis besar, perbandingan antara Larutan, Koloid dan

Suspensi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

N

oLarutan Koloid Suspensi

1Ukuran partikelnya <

1 nm

Ukuran partikelnya

antara 1 – 100 nm

Ukuran

partikelnya >

100 nm

2 Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 faseTerdiri dari 2

fase

3 Stabil (tidak

mengendap)

Pada umumnya stabil Tidak stabil

(mudah

Page 4: makalah koloid rifky

mengendap)

4 Tidak dapat disaringDapat disaring dengan

penyaring ultra

Dapat

disaring

5

Homogen (tidak dapat

dibedakan walaupun

menggunakan

mikroskop ultra)

Secara makroskopis

bersifat homogen tetapi

jika diamati dengan

mikroskop ultra, bersifat

heterogen

Heterogen

6 Jernih Tidak jernih Tidak jernih

7

Contoh : larutan gula,

udara bersih, etanol

70 %

Contoh : air sabun, susu,

mentega

Contoh : air

kopi, air

sungai yang

kotor,

campuran air

dan pasir.

B. Jenis-jenis Koloid

Koloid merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua fase yaitu fase

terdispersi dan fase pendispersi (medium pendispersi). Berdasarkan 

fase terdispersi dan fase pendispersinya, koloid dikelompokkan menjadi

8 jenis koloid, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.    

NoFase

Terdispersi

Medium

PendispersiNama Kolid Contoh

1. Padat Padat Sol padat

Gelas berwarna,

intan hitam, paduan

logam

2. Padat Cair Sol

Sol emas, sol

belerang, tinta, cat,

tanah liat

3. Padat GasAerosol

PadatAsap (smoke), debu

4. Cair Gas Aerosol Cair Kabut (fog), awan,

Page 5: makalah koloid rifky

embun

5. Cair Cair Emulsi

Susu, santan,

minyak ikan,

mayonnaise

6. Cair Padat Emulsi PadatJelly, mutiara, keju,

mentega, nasi

7. Gas Cair Buih/busaBuih sabun, krim

kocok, pasta

8. Gas Padat Buih padat

Karet busa, batu

apung, styrofoam,

kerupuk

Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan

fase terdispersi

1. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam

gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut

aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot.

Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair.

Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot. 

Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong

(propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan

yaitu CFC dan CO2.

2. Sol

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair

disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain.

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat

disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata

(gem).

3. Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain

disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi

dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair

Page 6: makalah koloid rifky

yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya

emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan. 

Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam

air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air :

santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise,

minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal. 

Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator).

Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka

akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.

4. Buih

Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih,

sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat

disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam

dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped

cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit. 

Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang

mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan

protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh

zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.

5. Gel

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan

bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol

yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga

terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu,

mutiara, mentega.

Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi

suatu larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen

dalam segala perbandingan.

C. Sifat-Sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Page 7: makalah koloid rifky

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh

partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul

koloid yang cukup besar.

Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh

sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila

suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas

cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama

dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi

tidak akan tampak. Singkat kata efek Tyndall merupakan efek

penghamburan cahaya oleh sistem koloid.

Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat dilihat pada gambar

berikut.

                                           

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa

bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika

kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat

bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.

Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu

zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti

pada zat cair dan gas ( dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat

padat hanya beroszillasidi tempat (tidak termasuk gerak Brown).

Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,

pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan

partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari

segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan

yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu

resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel

Page 8: makalah koloid rifky

sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran

partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian

pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak

Brown yang terjadi.

Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam

larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair

dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.

Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik

yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya,

gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka

gerak Brown semakin lambat

3. Adsorpsi

Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat

listrik pada permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals

bahkan ikatan valensi yang dapat mengikat partikel-partikel zat asing.

Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel koloid disebut

adsorpsi Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan

yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.

Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka

koloid akan bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid

mengadsorpsi suatu kation maka koloid akan bermuatan positif. Jika

yang diadsorpsi partikel netral, koloid akan bersifat netral.

Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel

lain maka system koloid dapat membentuk agregat sangat besar

Page 9: makalah koloid rifky

berupa jaringan, seperti pada jel. Sebaliknya,agregat yang besar dapat

dipecah menjadi agregat kecil-kecil seperti pada sol.

4. Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi

membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti

pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti

penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

5. Koloid Pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat

melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

6. Dialisis

Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada

perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan

cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari

membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen.

Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir.

Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari

partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui membran

dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan tetap berada

didalam kantung membran.

                  

7. Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan

koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh

medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat

bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus

Page 10: makalah koloid rifky

searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak

menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan

terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu

sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka

koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga

sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid

yang dianalisa mempunyai muatan positif.. Contoh percobaan

elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid

diperlihatkan pada gambar berikut ini.                                    

                                          

                     

D. Koloid Liofil dan Liofob

Koloid ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid yang fase

terdispersinya suka (dapat mengikat) pada cairan (fase pendispersinya).

Sol liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka paca cairan

(fase pendispersinya) pada koloid liofil pengikatan medium pendispersi

disebabkan oleh gaya tarik menarik (berupa gaya elektrostatik) pada

setiap ujung gugus molekul terdispersi. 

Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan

elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung

yaiut koloid liofil.

Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan

liofob:

Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-

menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium

pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen

Page 11: makalah koloid rifky

Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya

tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar

fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas,

belerang dalam air

Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob

Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan

mencampurkan fase terdispersi

dengan medium terdispersinya

Tidak dapat dibuat

hanya dengan

mencampur fase

terdispersi dan medium

pendisperinya

Muatan

partikel

Mempunyai muatan yang kecil

atau tidak bermuatan

Memiliki muatan positif

atau negative

Adsorpsi

medium

pendispersi

Partikel-partikel sol liofil

mengadsorpsi medium

pendispersinya. Terdapat

proses solvasi/ hidrasi, yaitu

terbentuknya lapisan medium

pendispersi yang teradsorpsi di

sekeliling partikel sehingga

menyebabkan partikel sol liofil

tidak saling bergabung

Partikel-partikel sol

liofob tidak

mengadsorpsi medium

pendispersinya. Muatan

partikel diperoleh dari

adsorpsi partikel-

partikel ion yang

bermuatan listrik

Viskositas

(kekentalan)

Viskositas sol liofil > viskositas

medium pendispersi

Viskositas sol hidrofob

hampir sama dengan

viskositas medium

pendispersi

Penggumpal

an

Tidak mudah menggumpal

dengan penambahan elektrolit

Mudah menggumpal

dengan penambahan

elektrolit karena

mempunyai muatan

Page 12: makalah koloid rifky

Sifat

reversibel

Reversibel, artinya fase

terdispersi sol liofil dapat

dipisahkan dengan koagulasi,

kemudian dapat diubah

kembali menjadi sol dengan

penambahan medium

pendispersinya

Irreversibel artinya sol

liofob yang telah

menggumpal tidak

dapat diubah menjadi

sol

Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang

lemah

Memberikan efek

Tyndall yang jelas

Migrasi

dalam

medan listrik

Dapat bermigrasi ke anode,

katode, atau tidak bermigrasi

sama sekali

Akan bergerak ke anode

atau katode, tergantung

jenis muatan partikel

E. Pembuatan Koloid

Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi dapat

dilakukan dengan berbagai reaksi. Perhatikan uraian berikut.

1. Cara Kondensasi

Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan

reaksi hidrolisis, reaksi oksidasi, reaksi reduksi, kesetimbangan ion,

dan mengubah pelarut.

a. Reaksi Hidrolisis

Pembuatan koloid dengan cara reaksi hidrolisis, contohnya

pembuatan sol Fe(OH)3. Reaksi:

FeCl3(aq) + 3 H2O(l)           Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

b. Reaksi Oksidasi

Pembuatan sol dengan cara oksidasi, misalnya pembuatan sol

belerang. Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke

dalam larutan SO2.

Reaksi: 2 H2S(g) + SO2(g)         3 S(s) + 2 H2O(l)

Pada reaksi di atas S2– dioksidasi menjadi S.

Page 13: makalah koloid rifky

c. Reaksi Reduksi

Sol dari logam Pt, Ag, dan Au dapat dibuat dengan cara

mereaksikan larutan encer ion logam dengan zat pereduksi misalnya

FeSO4, formaldehida, dan timah klorida. Contohnya pembuatan sol

emas.

Reaksi:  2 AuCl3(aq) + 3 SnCl2(aq)        2 SnCl4(aq) + 2 Au(s)

Pada reaksi tersebut ion Au3+ direduksi menjadi logam emas.

d. Kesetimbangan Ion

Pembuatan sol dengan kesetimbangan ion misalnya pembuatan

sol AgCl dan sol As2S3.

1) Pembuatan sol AgCl

Sol AgCl dapat dibuat dengan menambahkan larutan HCl yang

sangat encer kepada larutan AgNO3.

     Reaksi:       Ag+(aq) + Cl–(aq)         AgCl(s)

2) Pembuatan sol As2S3

Pada larutan H2S encer ditambahkan oksida arsen (As2O3)

Reaksi: As2O3(s) + 3 H2S(aq)       As2S3(s) + 3 H2O(l)

Sol As2O3 berwarna kuning, bermuatan negatif, dan termasuk

koloid liofob, yaitu sol yang tidak menarik medium pendispersi.

e. Mengubah Pelarut

Cara kondensasi ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu

zat terlarut.

Contohnya:

1) Belerang larut dalam etanol tetapi tidak larut dalam air.

Bila larutan jenuh belerang dalam etanol dituangkan ke dalam air,

maka akan terbentuk sol belerang. Hal ini terjadi akibat

menurunnya kelarutan belerang di dalam campuran tersebut.

2) Indikator fenolftalein larut dalam etanol tapi tidak larut dalam air.

Bila air ditambahkan ke dalam larutan fenolftalein dalam etanol

akan terbentuk cairan seperti susu.

3) Kalsium asetat mudah larut dalam air, tetapi sukar larut dalam

alkohol.

Page 14: makalah koloid rifky

Bila larutan jenuh kalsium asetat ditambahkan alkohol maka akan

terbentuk jelly.

2. Cara Dispersi

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik (pemecahan dan

penggilingan) serta peptisasi.

a. Cara Mekanik

Dengan cara mekanik, partikel kasar dipecah sampai halus. Dalam

laboratorium kimia pemecahan partikel ini dilakukan dengan

menggunakan lumpang dan alu kecil, sedangkan dalam industri

digunakan mesin penggiling koloid. Zat yang sudah halus

dimasukkan ke dalam cairan sampai terbentuk koloid.

Contoh: Pembuatan sol belerang

Mula-mula belerang dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam air

sehingga

terbentuk suatu koloid.

b. Cara Peptisasi

Cara ini dilakukan dengan menambahkan ion sejenis pada suatu

endapan sehingga endapan terpecah menjadi partikel-partikel

koloid. Contohnya endapan Agl dapat dipeptisasi dengan

menambahkan larutan elektrolit dari ion sejenis, misalnya kalium

iodida (Kl) atau perak nitrat (AgNO3).Agar-agar yang biasa kita

konsumsi berbentuk padat itu adalah koloid yang dibuat dengan

cara peptisasi. Agar-agar tersebut dibuat dengan cara

mencampurkan tepung agar-agar dengan air.

F. Peranan Koloid dalam Kehidupan

1. Mengurangi polusi udara

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya

dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap

cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan

penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah

bebas dari asap dan partikel berbahaya

Page 15: makalah koloid rifky

Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua

tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan

memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

2. Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet

merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet

alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer).

Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah

karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan

agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya.

Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya digunakan asam

formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu

akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.

Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet

sehingga karet akan menggumpal.

Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan

larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi

partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam

sehingga sol tidak menggumpal.

3. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat

terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan

dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita

gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput

semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung

hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang

memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea

dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan.

Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh

pasien.

4. Penjernihan air

Page 16: makalah koloid rifky

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air.

Kadang-kadang air  dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor

tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan

perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat

dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti

yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada

dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula

mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan

saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia,

misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran

menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor

untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari

penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus

dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Sebagai contohnya adalah penjernihan air.

Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum

diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap

pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan

sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini 

memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda

yang berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu.

Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang

mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan

yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,

besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian

koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga

untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara

5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan

untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.

Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses

pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan

mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring

Page 17: makalah koloid rifky

melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di

dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.

Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air

kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan

kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

5. Sebagai deodorant

Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat

mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan

protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga

keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.

6. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas

dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam

bentuk kapsul.

7. Sebagai bahan kosmetik

Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih

baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa

koloid dengan tertentu.

8. Sebagai bahan pencuci

Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun

dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/

detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan

mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa

lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan

air.

BAB III

Page 18: makalah koloid rifky

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya

terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid

memiliki ukuran diantara larutan dan suspensi , tidak jernih tetapi tidak

memisah jika didiamkan, dan tidak dapat dipisahkan dengan cara

penyaringan. 

Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain akan terjadi penyebaran

secara merat dari zat satu ke zat yang lain yang disebut debgan sistem

dispersi. 

Sistem dispersi adalah pencampuran secara merata antara dua zat

atau lebih. Sistem disperse terdiri dari dua bagian, yaitu fase terdispersi

(komponen yang jumlahnya lebih sedikit) dan pendispersi (komponen

yang jumlahnya banyak).

B. Saran

Sebaiknya kita sebagai manusia harus paham tentang sistem

koloid, mempelajari tentang kolid bisa sangat berguna bagi kehidupan

sehari hari dan snagt lah mudah untuk diterapkan.

Page 19: makalah koloid rifky

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm

http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid

http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/

koloid/