Makalah Sistem Koloid
-
Upload
apni-safitri -
Category
Documents
-
view
288 -
download
18
Transcript of Makalah Sistem Koloid
9
A. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKKAN SISTEM KOLOID
1. Sistem Koloid
Istilah “koloid” pertama kali diusulkan oleh Thomas Graham (1805-1869) dari
Inggris sewaktu mempelajari sifat difusi bebrepa larutan yang berdifusi melalui
membran kertas perkamen. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut dinamakan
koloid (bahasa Yunani : kolla= perekat atau lem).
Tahun 1907, Ostwald mengemukakan sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi
dalam suatu medium mendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah
zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Tahun 1912,
Richard Esignondi (Jerman), mendesain mikroskop ultra untuk mengamati
partikel-partikel terlarut termasuk koloid.
Campuran terdapat tiga jenis, yaitu:
Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen dan terdispersi,
tetapi tidak dipengaruhi oleh gravitasi atau gaya lainnya, sehingga tidak
terjadi pengendapan.
Koloid adalah suatu campuran antara dua zat yang satu disebut fase
terdispersi tersebar secara seragam dalam bentuk patikel halus dalam zat
lain yang disebut zat pendispersi.
Suspensi adalah partikel-partikel yang tidak mudah mengendap karena
kecil ukurannya dan tidak mudah menggumpal karena saling menolak.
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
9
Perbedaan larutan, koloid dan suspensi
NO Larutan Koloid Suspensi
1. 1 fase 2 fase 2 fase
2. Jernih Keruh keruh
3. Homogen antara homogen dan
heterogen
heterogen
4.diameter partikel
< 1 nm
diameter partikel:
1 nm < d < 100 nm
diameter partikel:
> 100 nm
5. tidak dapat disaring tidak dapat disaring
dengan penyaring
biasa
dapat disaring
6. tidak memisah jika
didiamkan
tidak memisah jika
didiamkan
memisah jika
didiamkan
7. Contoh: larutan gula,
larutan garam, larutan
alkohol, larutan cuka,
larutan gas dalam
udara, larutan zat yang
digunakan dalam
laboratorium dan
industri
Contoh: susu, kanji,
cat, asap, kabut, buih
sabun, dan busa
Contoh: campuran
pasir dengan air, air
dengan kopi, minyak
dengan air, tanah liat
dengan air
2. Jenis-jenis Koloid
Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang
kita akan mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid
terdiri atas dua fase (bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid .
9
1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang
dicampur mempunyai fase yang sama.
2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap
pada sistem koloidnya.
Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh
suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang
dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase
pendispersi dan fase terdispersinya .
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu
sebagai berikut.
a. Koloid sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
b. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
c. Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa
jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Koloid Sol
Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
padat. Contoh: logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.
9
2) Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi
dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi
(medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
CAT
3) Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)
berfase gas. Contoh: asap dan debu.
b. Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase
padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
9
MENTEGA
2) Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase
cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
3) Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase
gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray .
c. Koloid Buih
Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Buih padat (gas-padat)
Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.
2) Buih cair (gas-cair)
9
Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
BUIH SABUN
Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid,
melainkan merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih.
3. Koloid Dalam Industri
Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya
(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya,
produk industri untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat
diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta,
kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun,
obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-
produk industri lainnya.
Jenis Industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan
tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, detergen
Industri pertanian Pestisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, penisilin untuk
9
suntikan
B. SIFAT- SIFAT KOLOID
1. Efek Tindall Dan Gerak Brown
a. Efek Tyndall
Ialah gejala penghamburan berkas sinar
(cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu
cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan pada sistem
koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati atau suspensi,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
EFEK TYNDALL
9
b. Gerak Brown
Gerak Brown ditemukan oleh
seorang ahli biologi
berkebangsaan Inggris, Robert
Brown ( 1773 – 1858), pada
tahun 1827. Gerak Brown ialah
gerakan partikel-partikel koloid
yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.
Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Gerak Brown inilah sebagai bukti teori kinetik molekul.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown
dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.
9
GERAK BROWN
2. Partikel – Partikel Koloid Bermuatan
a. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana
mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid
bermuatan listrik? Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan
listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang
elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran
positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-
partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut
elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis
dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
ELEKTROFORESIS
9
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya
dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk
menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam
industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan
sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan
secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi
pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini
pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari
Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap
pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa
lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan
partikel-partikel koloid dalam asap buangan.
b. Adsorpsi
Adalah proses atau kemampuan suatu bahan untuk mengkonsentrasikan gas,
cairan, atau zat terlarut pada permukaannya secara adhesi, akibatnya terjadi
selisih konsntrasi. Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi
penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid
Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif,
sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa
peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut
absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya
sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid
mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid
tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-
partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara
absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan
melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang tulang. Kotoran
9
gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang tulang sehingga
diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu
dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena
A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3
) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan
mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam
air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila
diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus,
norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi
dan membunuh bakteri-bakteri
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada
prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga
mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-
tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
g. Deodoran dan antiperspiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau
badan. Antiperspiran mengandung senyawa Al3+ seperti aluminium
klorohidrat, Al2(OH)5Cl.2H2O, seng peroksida, parfum, dan zat antiseptik yang
9
dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak
sedap.
c. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses
koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil
bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan
pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya,
maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).
Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu sebagai berikut.
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid
tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah
asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat
elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu
sebagai berikut.
a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid
bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang
muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid
bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid
tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling
menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3
dengan koloid As 2 S 3 .
9
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di
atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan
pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem
kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em
kanji.
Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam industri.
a) Pembentukan delta di muara sungai.
Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur
dengan elektrolit dalam air laut.
b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat
ke dalam lateks.
c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi
keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan
menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
d) saat bagian dari tubuh kita mengalami luka, maka ion Fe3+ atau Al3+ segera
menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi
pengumpalan yang menutup luka.
3. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob
Sistem koloid dimana fase terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid liofob
yang bersifat kurang stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan sedikit
penambahan larutan elektrolit.
Koloid liofil (suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup
besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji,
sabun, dan deterjen.
9
Koloid liofob (tidak suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara
fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada
sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.
4. Dialisis
Dialisis adalah penyaringan renik dengan selaput semipermeabel sehingga parikel
koloid dan molekul atau ion dapat dipisahkan. Proses dialisis tersebut adalah
sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air
dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi
koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir,
9
maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air.
Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya
(alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung melindungi muatan koloid itu dengan membentuk pelapisan di
sekeliling partikel. Koloid pelindung pada suatu emulsi disebut emulgator.
Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar
dan nonpolar sehingga ia mampu mengikat zat polar (air) dan nonpolar (minyak).
Salah satu contoh emulgator adalah sabun (garam karboksilat). Molekul sabun
terdiri dari “ekor” alkil yang nonpolar (larut dalam minyak) dan “kepala” ion
karboksilat yang polar (larut dalam air). Ekor nonpolar sabun menempel pada
kotoran, sedangkan kepalanya menempel pada air. Akibatnya tegangan
permukaan air berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran. Prinsip
inilah yang dimiliki oleh sabun dan detergen dalam proses mandi atau mencuci
pakaian.
Contoh lain penggunaan koloid pelindung:
a. Gelatin pada es krim untik mencegah pengkristalan es.
b. Cat atau yinta menggunakan koloid pelindung agar awet.
9
C. PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Larutan koloid suspensi
1. Cara Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi
partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui
reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan
reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
kondensasi dispersi
9
Contoh
a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3
AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan
air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang
2. Cara Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan
koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan
ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau
penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat
cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid,
kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol
belerang.
2) Peptisasi
9
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat
elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh,
proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan
nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan
menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam,
yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang
dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung
kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam.
Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan
sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara
ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas
20.000 Hz.
D. PROSES PENJERNIHAN AIR
Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak
stabilnya sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem
koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid
menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang keruh mungkin mengandung
lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain.
Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4
A1 2 (SO 4 ) 3, pasir, kapur tohor, klorin, dan karbon aktif. Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air
akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3 . Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan
mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh.
Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan
negatif. Di samping itu, koloid Al(OH) 3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat
9
warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut.
Tawas berfungsi untuk mempermudah proses penyaringan dengan menggumpalkan
partikel koloid serta mengabsorpsi zat pencemar dan zat warna dalam bentuk
Al(OH)3. Pasir berfungsi sebagai penyaring, klorin berfungsi sebagai disinfektan
(membasmi hama), sedangkan kapur tohor digunakan untuk menaikkan pH, yaitu
untuk menetralkan keasaman yang terjadi akibat penggunaan tawas. Karbon aktif
digunakan jika tingkat kekeruhan air yang di proses terlalu tinggi.
PROSES PENJERNIHAN AIR
E. JENIS KOLOID YANG MENCEMARI LINGKUNGAN
Jenis koloid yang mencemari udara dalah pencemaran butiran berupa aerosol padat
daya pand(partikel padatan terdispersi dalam gas atau udara). Pencemaran butira ini
berasal dari asap kendaran bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup angin.
Pencemaran butiran ini dapat mengganggu daya pandang( visibilitas), dan gangguan
pernafasan. Selain itu, juga dapat mempengaruhi cuaca yaitu menimbulkan
saeringnya hujan karena butiran merupakan salah satu komponen pembentuk awan.
Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti
logam berat (misal logam Pb dan Hg) dan limbah yang berasal dari pemukiman,
9
seperti limbah detergen. Jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian,
seperti peptisida dan pupuk.
PENCEMARAN UDARA
9
DAFTAR PUSTAKA
Priambodo, Erfan dkk. 2007. Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas SMA Dan MA Kelas XI. Surakarta: Mediatama
Parning dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI SMA Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira
Rodhi, Mahfud dkk. 2010. 11 IPA SMA Panduan Belajar Kimia. Yogyakarta: Primagama
http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan.oh85101.html
http://www.psb-psma.org/forum/bahan-ajar/kimia/koloid