Makalah Sistem Koloid

29
9 A. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKKAN SISTEM KOLOID 1. Sistem Koloid Istilah “koloid” pertama kali diusulkan oleh Thomas Graham (1805-1869) dari Inggris sewaktu mempelajari sifat difusi bebrepa larutan yang berdifusi melalui membran kertas perkamen. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut dinamakan koloid (bahasa Yunani : kolla= perekat atau lem). Tahun 1907, Ostwald mengemukakan sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam suatu medium mendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Tahun 1912, Richard Esignondi (Jerman), mendesain mikroskop ultra untuk mengamati partikel-partikel terlarut termasuk koloid. Campuran terdapat tiga jenis, yaitu: Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen dan terdispersi, tetapi tidak dipengaruhi oleh gravitasi atau gaya lainnya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Koloid adalah suatu campuran antara dua zat yang satu disebut fase terdispersi tersebar secara seragam dalam bentuk patikel halus dalam zat lain yang disebut zat pendispersi. Suspensi adalah partikel-partikel yang tidak mudah mengendap karena kecil ukurannya dan tidak mudah menggumpal karena saling menolak.

Transcript of Makalah Sistem Koloid

Page 1: Makalah Sistem Koloid

9

A. KOMPONEN DAN PENGELOMPOKKAN SISTEM KOLOID

1. Sistem Koloid

Istilah “koloid” pertama kali diusulkan oleh Thomas Graham (1805-1869) dari

Inggris sewaktu mempelajari sifat difusi bebrepa larutan yang berdifusi melalui

membran kertas perkamen. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut dinamakan

koloid (bahasa Yunani : kolla= perekat atau lem).

Tahun 1907, Ostwald mengemukakan sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi

dalam suatu medium mendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah

zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Tahun 1912,

Richard Esignondi (Jerman), mendesain mikroskop ultra untuk mengamati

partikel-partikel terlarut termasuk koloid.

Campuran terdapat tiga jenis, yaitu:

Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen dan terdispersi,

tetapi tidak dipengaruhi oleh gravitasi atau gaya lainnya, sehingga tidak

terjadi pengendapan.

Koloid adalah suatu campuran antara dua zat yang satu disebut fase

terdispersi tersebar secara seragam dalam bentuk patikel halus dalam zat

lain yang disebut zat pendispersi.

Suspensi adalah partikel-partikel yang tidak mudah mengendap karena

kecil ukurannya dan tidak mudah menggumpal karena saling menolak.

LARUTAN KOLOID SUSPENSI

Page 2: Makalah Sistem Koloid

9

Perbedaan larutan, koloid dan suspensi

NO Larutan Koloid Suspensi

1. 1 fase 2 fase 2 fase

2. Jernih Keruh keruh

3. Homogen antara homogen dan

heterogen

heterogen

4.diameter partikel

< 1 nm

diameter partikel:

1 nm < d < 100 nm

diameter partikel:

> 100 nm

5. tidak dapat disaring tidak dapat disaring

dengan penyaring

biasa

dapat disaring

6. tidak memisah jika

didiamkan

tidak memisah jika

didiamkan

memisah jika

didiamkan

7. Contoh: larutan gula,

larutan garam, larutan

alkohol, larutan cuka,

larutan gas dalam

udara, larutan zat yang

digunakan dalam

laboratorium dan

industri

Contoh: susu, kanji,

cat, asap, kabut, buih

sabun, dan busa

Contoh: campuran

pasir dengan air, air

dengan kopi, minyak

dengan air, tanah liat

dengan air

2. Jenis-jenis Koloid

Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang

kita akan mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid

terdiri atas dua fase (bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid .

Page 3: Makalah Sistem Koloid

9

1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang

dicampur mempunyai fase yang sama.

2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap

pada sistem koloidnya.

Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh

suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang

dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase

pendispersi dan fase terdispersinya .

Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu

sebagai berikut.

a. Koloid sol

Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.

b. Emulsi

Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.

c. Buih

Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.

Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa

jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Koloid Sol

Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Sol padat (padat-padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase

padat. Contoh: logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

Page 4: Makalah Sistem Koloid

9

2) Sol cair (padat-cair)

Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi

dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi

(medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.

CAT

3) Sol gas (padat-gas)

Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat

fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)

berfase gas. Contoh: asap dan debu.

b. Koloid Emulsi

Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Emulsi padat (cair-padat)

Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase

padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase

padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.

Page 5: Makalah Sistem Koloid

9

MENTEGA

2) Emulsi cair (cair-cair)

Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase

cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase

cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.

3) Emulsi gas (cair-gas)

Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat

fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase

gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray .

c. Koloid Buih

Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Buih padat (gas-padat)

Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat.

Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.

Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.

2) Buih cair (gas-cair)

Page 6: Makalah Sistem Koloid

9

Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.

Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.

Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.

BUIH SABUN

Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid,

melainkan merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih.

3. Koloid Dalam Industri

Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya

(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya,

produk industri untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat

diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta,

kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun,

obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-

produk industri lainnya.

Jenis Industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan

tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, detergen

Industri pertanian Pestisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, penisilin untuk

Page 7: Makalah Sistem Koloid

9

suntikan

B. SIFAT- SIFAT KOLOID

1. Efek Tindall Dan Gerak Brown

a. Efek Tyndall

Ialah gejala penghamburan berkas sinar

(cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal

ini disebabkan karena ukuran molekul

koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini

ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),

seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu

sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu

cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan

larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan pada sistem

koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel

koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat

menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati atau suspensi,

partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit

dan sangat sulit diamati.

EFEK TYNDALL

Page 8: Makalah Sistem Koloid

9

b. Gerak Brown

Gerak Brown ditemukan oleh

seorang ahli biologi

berkebangsaan Inggris, Robert

Brown ( 1773 – 1858), pada

tahun 1827. Gerak Brown ialah

gerakan partikel-partikel koloid

yang senantiasa bergerak lurus

tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid

dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel

tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan

gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut

dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),

sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak

brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,

pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-

partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah.

Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi

cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang

menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau

gerak Brown. Gerak Brown inilah sebagai bukti teori kinetik molekul.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang

terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat

gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit

diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair

dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.

Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang

dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown

dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula

sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin

lambat.

Page 9: Makalah Sistem Koloid

9

GERAK BROWN

2. Partikel – Partikel Koloid Bermuatan

a. Elektroforesis

Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana

mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid

bermuatan listrik? Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan

listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang

elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran

positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang

bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-

partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut

elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis

dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

ELEKTROFORESIS

Page 10: Makalah Sistem Koloid

9

Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya

dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk

menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam

industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan

sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan

secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi

pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini

pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari

Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap

pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa

lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan

partikel-partikel koloid dalam asap buangan.

b. Adsorpsi

Adalah proses atau kemampuan suatu bahan untuk mengkonsentrasikan gas,

cairan, atau zat terlarut pada permukaannya secara adhesi, akibatnya terjadi

selisih konsntrasi. Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi

penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid

Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan positif,

sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa

peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut

absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya

sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid

mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid

tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-

partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.

a. Pemutihan gula pasir

Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara

absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan

melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang tulang. Kotoran

Page 11: Makalah Sistem Koloid

9

gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang tulang sehingga

diperoleh gula berwarna putih.

b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera

Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu

dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena

A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat warna.

c. Penjernihan air

Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3

) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan

mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam

air.

d. Obat

Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila

diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus,

norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi

dan membunuh bakteri-bakteri

e. Alat Pembersih (sabun)

Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada

prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga

mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.

f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus

Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-

tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.

g. Deodoran dan antiperspiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau

badan. Antiperspiran mengandung senyawa Al3+ seperti aluminium

klorohidrat, Al2(OH)5Cl.2H2O, seng peroksida, parfum, dan zat antiseptik yang

Page 12: Makalah Sistem Koloid

9

dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak

sedap.

c. Koagulasi

Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses

koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil

bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan

pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya,

maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).

Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu sebagai berikut.

1) Penambahan Zat Elektrolit

Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid

tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah

asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat

elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu

sebagai berikut.

a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang

muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid

bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.

b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang

muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid

bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl

2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan

Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid

tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling

menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3

dengan koloid As 2 S 3 .

Page 13: Makalah Sistem Koloid

9

Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di

atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan

pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem

kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em

kanji.

Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam industri.

a) Pembentukan delta di muara sungai.

Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur

dengan elektrolit dalam air laut.

b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat

ke dalam lateks.

c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi

keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan

menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.

d) saat bagian dari tubuh kita mengalami luka, maka ion Fe3+ atau Al3+ segera

menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi

pengumpalan yang menutup luka.

3. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob

Sistem koloid dimana fase terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih

besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel

terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid liofob

yang bersifat kurang stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan sedikit

penambahan larutan elektrolit.

Koloid liofil (suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup

besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji,

sabun, dan deterjen.

Page 14: Makalah Sistem Koloid

9

Koloid liofob (tidak suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara

fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada

sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.

4. Dialisis

Dialisis adalah penyaringan renik dengan selaput semipermeabel sehingga parikel

koloid dan molekul atau ion dapat dipisahkan. Proses dialisis tersebut adalah

sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari

selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air

dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi

koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir,

Page 15: Makalah Sistem Koloid

9

maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air.

Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya

(alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.

5. Koloid Pelindung

Koloid pelindung melindungi muatan koloid itu dengan membentuk pelapisan di

sekeliling partikel. Koloid pelindung pada suatu emulsi disebut emulgator.

Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar

dan nonpolar sehingga ia mampu mengikat zat polar (air) dan nonpolar (minyak).

Salah satu contoh emulgator adalah sabun (garam karboksilat). Molekul sabun

terdiri dari “ekor” alkil yang nonpolar (larut dalam minyak) dan “kepala” ion

karboksilat yang polar (larut dalam air). Ekor nonpolar sabun menempel pada

kotoran, sedangkan kepalanya menempel pada air. Akibatnya tegangan

permukaan air berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran. Prinsip

inilah yang dimiliki oleh sabun dan detergen dalam proses mandi atau mencuci

pakaian.

Contoh lain penggunaan koloid pelindung:

a. Gelatin pada es krim untik mencegah pengkristalan es.

b. Cat atau yinta menggunakan koloid pelindung agar awet.

Page 16: Makalah Sistem Koloid

9

C. PEMBUATAN SISTEM KOLOID

Larutan koloid suspensi

1. Cara Kondensasi

Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi

partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui

reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.

1) Reaksi Redoks

Contoh

a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .

Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)

sol belerang

b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).

Persamaan reaksinya:

2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)

sol emas

2) Reaksi Hidrolisis

Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan

reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.

FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)

sol Fe(OH) 3

3) Reaksi Dekomposisi Rangkap

kondensasi dispersi

Page 17: Makalah Sistem Koloid

9

Contoh

a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3

AsO 3 ) yang encer.

Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)

sol As 2 S 3

b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.

Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)

Sol AgCl

4) Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan

air. Persamaan reaksinya:

S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang

2. Cara Dispersi

Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan

koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan

ultrasonik.

1) Proses Mekanik

Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau

penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat

cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid,

kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol

belerang.

2) Peptisasi

Page 18: Makalah Sistem Koloid

9

Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat

elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh,

proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan

nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.

3) Busur Bredig

Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan

menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam,

yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang

dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung

kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam.

Contoh, pembuatan sol logam.

4) Suara Ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan

sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara

ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas

20.000 Hz.

D. PROSES PENJERNIHAN AIR

Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak

stabilnya sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem

koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid

menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang keruh mungkin mengandung

lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain.

Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4

A1 2 (SO 4 ) 3, pasir, kapur tohor, klorin, dan karbon aktif. Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air

akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3 . Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan

mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh.

Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan

negatif. Di samping itu, koloid Al(OH) 3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat

Page 19: Makalah Sistem Koloid

9

warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut.

Tawas berfungsi untuk mempermudah proses penyaringan dengan menggumpalkan

partikel koloid serta mengabsorpsi zat pencemar dan zat warna dalam bentuk

Al(OH)3. Pasir berfungsi sebagai penyaring, klorin berfungsi sebagai disinfektan

(membasmi hama), sedangkan kapur tohor digunakan untuk menaikkan pH, yaitu

untuk menetralkan keasaman yang terjadi akibat penggunaan tawas. Karbon aktif

digunakan jika tingkat kekeruhan air yang di proses terlalu tinggi.

PROSES PENJERNIHAN AIR

E. JENIS KOLOID YANG MENCEMARI LINGKUNGAN

Jenis koloid yang mencemari udara dalah pencemaran butiran berupa aerosol padat

daya pand(partikel padatan terdispersi dalam gas atau udara). Pencemaran butira ini

berasal dari asap kendaran bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup angin.

Pencemaran butiran ini dapat mengganggu daya pandang( visibilitas), dan gangguan

pernafasan. Selain itu, juga dapat mempengaruhi cuaca yaitu menimbulkan

saeringnya hujan karena butiran merupakan salah satu komponen pembentuk awan.

Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti

logam berat (misal logam Pb dan Hg) dan limbah yang berasal dari pemukiman,

Page 20: Makalah Sistem Koloid

9

seperti limbah detergen. Jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian,

seperti peptisida dan pupuk.

PENCEMARAN UDARA

Page 21: Makalah Sistem Koloid

9

DAFTAR PUSTAKA

Priambodo, Erfan dkk. 2007. Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas SMA Dan MA Kelas XI. Surakarta: Mediatama

Parning dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI SMA Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira

Rodhi, Mahfud dkk. 2010. 11 IPA SMA Panduan Belajar Kimia. Yogyakarta: Primagama

http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan.oh85101.html

http://www.psb-psma.org/forum/bahan-ajar/kimia/koloid