Makalah Koloid

37
MAKALAH PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Koloid Dosen Mata Kuliah : Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si Disusun oleh: Kelompok 1 NAMA NIM AHMAD IQBAL RENDY JUNARDI ANAJ ARIF M SATRIA RAMDHANI K MEGA PURNAMA ACHMAD TAUFAN 3212111005 3212111015 3212111018 3212111032 3212111042 3212111060 YAYASAN KARTIKA EKA PAKSI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI) Kampus Cimahi : Jl. Terusan Jend. Sudirman PO. Box 148 Cimahi Telp. (022) 6631861-6656190 Fax. (022) 6652069 Kampus Bandung : Jl. Gatot Subroto PO. Box 807 Bandung Telp. (022) 7312741 Fax. (022) 7312741 i

description

MKALAH KOLOID OKEHH

Transcript of Makalah Koloid

MAKALAH PROSES PEMBUATAN SABUN MANDI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Kimia Koloid

Dosen Mata Kuliah :

Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si

Disusun oleh:Kelompok 1

NAMA NIM

AHMAD IQBALRENDY JUNARDIANAJ ARIF MSATRIA RAMDHANI KMEGA PURNAMAACHMAD TAUFAN

321211100532121110153212111018321211103232121110423212111060

YAYASAN KARTIKA EKA PAKSIUNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

(UNJANI)

Kampus Cimahi : Jl. Terusan Jend. Sudirman PO. Box 148 Cimahi Telp. (022) 6631861-6656190 Fax. (022) 6652069

Kampus Bandung : Jl. Gatot Subroto PO. Box 807 Bandung Telp. (022) 7312741Fax. (022) 7312741

OKTOBER 2014

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahim,

Assalamualaikum WR. WB.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia Koloid dengan judul

“Proses Pembuatan Sabun Mandi ”.

Alhamdulillah, dengan segala ketekunan, kesabaran, dan bantuan baik

berupa bimbingan, saran, serta bantuan moril maupun materiil dari berbagai

pihak, akhirnya kendala dan tantangan dalam menyelesaikan Makalah ini dapat

kami atasi.

Demikianlah, ketika kami bangga mempersembahkan Makalah ini,

sesungguhnya ketika itu pula kami sedang membanggakan orang-orang yang telah

berjasa dalam penyusunan laporan ini. Karena itu dalam kesempatan ini, kami

ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Muhammad Yusuf, S.Si., M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia Koloid

yang telah memberikan ilmu, motivasi, pengarahan dan berbagi pengalaman

kepada kami.

2. Ibunda dan Ayahanda tercinta atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan

sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.

3. Rekan-rekan di Kimia Ekstensi 2011 yang telah mendukung kami dalam

penyusunan Makalah ini.

4. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna baik dari

pemahaman materi, pemakaian bahasa, maupun dari segi pengkajiannya. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif dan mendidik sangat kami

harapkan dari semua pihak untuk lebih meningkatkan kemampuan kami dalam

menyusun sebuah Makalah.

i

Akhir kata, kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak apabila terdapat kesalahan dan segala sesuatu yang kurang berkenan dihati.

Kami berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum WR. WB.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Prinsip Pembuatan..........................................................................................1

1.2 Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Tinjauan Pustaka.............................................................................................3

2.1.1 Cara Pembuatan Sabun............................................................................5

2.1.2 Macam - Macam Sabun...........................................................................8

2.1.3 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun....................................................9

2.1.4 Bahan Pendukung Pembuatan Sabun....................................................11

2.1.5  Sifat Sifat Sabun...................................................................................13

2.2 Prospek Bisnis..............................................................................................14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................16

3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................16

3.2 Prosedur........................................................................................................16

3.3 Flowsheet Prosedur......................................................................................18

3.4 Reaksi...........................................................................................................19

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................20

4.1 Kesimpulan...................................................................................................20

4.2 Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pembuatan

Prinsip dalam proses saponifikasi yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa

(digunakan basa NaOH karena tujuannya adalah pembuatan sabun padat)

menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan

alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut

dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl.

Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol

sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari

gliserol.

1.2 Latar BelakangSabun mandi padat sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian

besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk membersihkan badan.

Hal ini karena sabun mandi padat harganya relatif lebih murah. Sabun mandi

padat memiliki kelemahan dari sisi keamanan jika dipakai bersama dan sulit untuk

dibawa kemana-mana. Tetapi untuk pemakaian pribadi di rumah, sabun mandi

padat sangat tepat untuk digunakan. Kemudian dengan adanya penawaran produk

sabun mandi cair yang sangat menggiurkan dengan berbagai macam merek dan

harga yang cukup bervariasi.

Syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan Standard Nasional Indonesia

(SNI) untuk sabun yang beredar di pasaran hanya mencakup sifat kimiawi dari

sabun mandi, yaitu jumlah asam lemak minimum 71%, asam lemak bebas

maksimum 2,5%, alkali bebas dihitung sebagai NaOH maksimum 0,1%, bagian

zat yang tak terlarut dalam alkohol maksimum 2,5%, kadar air maksimum 15%,

dan minyak mineral (negatif). Sementara sifat fisik sabun seperti daya

membersihkan, kestabilan busa, kekerasan, dan warna belum memiliki standard.

(pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2006-3532- 1994.pdf)

Kriteria pemilihan minyak dan lemak sangat mungkin untuk mendapatkan

sifat sabun yang optimum dari minyak yang diformulasikan. Faktor-faktor yang

1

diharapkan oleh pembuatan sabun ketika pemilihan bahan-bahan yaitu : kualitas

sabun yang diharuskan dalam hal warna, busa, kekerasan, kemampuan

membersihkan, kelarutan. (Iftikhar Ahmad, 1981).

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi

dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam

lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam lauric) hingga C18 (asam

stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran

trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan

natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun yang dihasilkan

ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam-asam lemak yang

digunakan. Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun

dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai

yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat

iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon

membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu

besar bagian asam-asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah

teroksidasi

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Molekul sabun berbentuk rantai panjang dan satu gugus ionik yang besifat

sangat polar. Pada seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan

molekul minyak sehingga memiliki keakraban dengan molekul minyak (bersifat

hidrofilik). Sementara pada bagian kepala, ada sepasang atom yang bermuatan

listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air (bersifat hidrofobik).

Kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun

sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan

campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun

terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam

pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan

pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk

sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum

dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium

karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna

Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan

minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak /

Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.

Sabun Mandi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika

minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan

dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur

berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap /

sabun.

Kandungan utama sabun adalah Na-karboksilat (RCOONa), sabun mandi

dibuat dari campuran basa dengan minyak. Umumnya basa yang digunakan

adalah kalium hidroksida (KOH). Pada beberapa sabun mandi ditambahkan sulfur

yang berfungsi sebagai antiseptik. Garam mandi merupakan zat aditif yang

3

berfungsi memberi nilai tambah bagi sebuah peran sabun mandi. Garam mandi

umumnya mengandung garam-garam anorganik, minyak esensial dan

pewangi. Sodium Lauryl Sulfate (SLS), Paraben dan Balsam Peru (myroxylon) zat

lain yang terkandung dalam sabun.

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah

adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan

sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai

produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk

samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari

asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah

larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan

yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,

melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun

padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan

dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium

hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium

hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga

mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan

sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji

katun.

Adapun keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun

padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah

kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena itu,

sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan

penyembuhan lambat ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun

padat pun mulai diproduksi yang mengandung pH netral sehingga tak

mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran yang

lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada

di selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalr ke satu

4

tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian

digunakan untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang

menyebabkan PDAM mengalami kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada

akhirnya banyak air di banyak kota sekarang menjadi tidak layak untuk diminum.

2.1.1 Cara Pembuatan Sabun

a. Berdasarkan tulisan karya Neo Alfiannoer tentang proses pembuatan sabun

padat sebagai berikut :

Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak (nabati) atau asam lemak (fatty

acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble.

Biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida)

juga alternatif yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang

diinginkan. Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih

keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH).

Reaksi ini biasa disebut reaksi penyabunan (saponifikasi) / (saponification

reaction).

Oil + 3 NaOH  —> 3 Soap + Glycerol

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi

Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin

(Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan

tersendiri.

FA + NaOH —> Soap + Water

Pada awalnya, proses saponifikasi ini masih dilakukan dengan metoda

pemasakan/pendidihan per batch ketel (tidak berkesinambungan), namun setelah

perang dunia II pengembangan proses secara kontinyu terus dilakukan. Dan

proses kontinyu ini sekarang lebih banyak digunakan, karena selain lebih

fleksibel, dan cepat juga lebih ekonomis.

Kedua proses diatas masih menghasilkan sabun masih mentah berbentuk

cair (panas), biasa disebut neat soap, disamping menghasilkan produk samping

lain berupa glycerol dalam bentuk spent lye yang kemudian diolah lebih lanjut di

unit glycerol. Glycerol adalah material utama dalam industri makanan, kosmetik,

obat-obatan dll. 

5

Neat soap ini kemudian dikeringkan di drier unit sampai mencapai bentuk

pellet (butiran padat), dimana besarnya kandungan air dalam bentuk pellet ini

diatur sesuai kebutuhan spesifikasi sabun yang di inginkan. Butiran ini kemudian

di campur di mixer (amalgamator) dengan bahan tambahan lainnya seperti

pewarna, perfume, softener, dll. Campuran kemudian di extrude (ditekan) melalui

plodder menghasilkan batangan sabun yang kemudian di potong di mesin

pemotong dan menuju proses pencetakan di mesin stamping/press menjadi

bentuk-bentuk tertentu, baru kemudian di bungkus di unit packaging.

Proses tersebut biasanya untuk jenis sabun toilet soap, namun untuk

laundry soap tahapnya lebih singkat, hanya sampai mesin pemotong, dimana di

cutter unit ini biasanya dilengkapi dengan cetakan untuk membuat brand sabun

dan kemudian di pack.

b. Ada 3 cara umum dalam proses pembuatan sabun mandi padat, yaitu:

1. Membuat Sabun Mandi dengan “Hot Proses”

Pembuatan sabun dengan proses pemanasan membutuhkan ketepatan

dalam mempersiapkan semua hal. Begitu anda mulai membuat sabun dengan

proses pemanasan, maka pastikan bahwa semua hal telah siap, antara lain

peralatan seperti wadah, sendok, cetakan, timbangan, pisau dan lain-lain.

Demikian juga dengan perlengkapan keselamatan seperti sarung tangan, masker,

alas meja dan bahan-bahan lainnya.

Bahan-bahan sabun harus diukur sesuai dengan resepnya. Mungkin

sebagai pemula, anda dapat menggunakan sedikit bahan tambahan, tetapi setelah

anda menguasai teknik ini, maka anda dapat menambahkan bahan tambahan  lebih

banyak lagi. Kenakan perlengkapan keselamatan yaitu masker, sarung tangan dan

kacamata, anda dapat menggunakan baju lengan panjang untuk melindungi tubuh

anda. Kemudian anda dapat menimbang kaustik soda kemudian menuangkannya

ke air dan mengaduknya hingga benar-benar larut. Ingat, selalu masukkan kaustik

sodanya ke dalam air dan bukan sebaliknya.

Masukkan minyak yang telah ditimbang ke dalam panci dan lelehkan.

Setelah meleleh, tuangkan larutan kaustik soda ke dalam panci minyak dan aduk

terus. Pengadukannyapun harus stabil. Campuran yang terus diaduk ini akan

berubah warna menjadi krem dan keruh. Campuran ini harus terus diaduk hingga

6

mengental atau trace. Jika sudah mengental, tutup pancinya dan kemudian

panaskan sebentar. Sabun akan berubah warna menjadi bening seperti vaselin.

Dengan demikian tiba waktunya untuk melihat apakah campuran ini siap diolah.

Tambahkan warna dan pewangi ke dalam larutan sabun. Kemudian

tambahkan minyak esensial sesuai selera anda. Untuk tahap ini anda perlu

melakukannya secepat mungkin sebelum larutan sabun mengeras dan sulit untuk

dituangkan ke dalam cetakan. Jika sudah masuk dalam cetakan, ketuk cetakan

beberapa kali sehingga udara yang terperangkap didalamnya bisa keluar.

Dinginkan dan kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai dengan ukuran

dan bentuk yang anda inginkan. Proses ini membutuhkan kecermatan dan

kecepatan sehingga tidaklah mungkin mengajarkannya pada anak-anak. Akan

tetapi jika anda menggunakan cara ini, maka anda akan mendapatkan sabun yang

siap pakai karena kelebihan airnya akan diuapkan dengan cepat.

2. Membuat Sabun Mandi dengan “Cold Proses”

Untuk membuat sabun mandi dengan cara “cold Proses” anda tidak

memerlukan kompor untuk membuat sabun mandi dengan cara ini. Karena proses

pembuatan sabun mandi dapat dilakukan dengan cara mencampurkan semua

bahan dalam suhu ruangan.

Panduannya seperti dibawah ini :

Takar semua bahan sesuai dengan resep sabun yang akan dibuat

Siapkan wadah cetakan sabun, jika bentuknya kotak anda bisa gunakan alat

yang bisa anda buat sendiri, jika bentuk sabun bulat  bisa menggunakan pipa PVC

(ukuran 2 dim), pipa disemprot dulu dengan minyak atau alkohol.

Masukkan kaustik soda ke dalam air secara bertahap sambil diaduk. Ukur

suhunya dengan termometer.

Masukkan pula beberapa minyak yang akan digunakan kedalam satu wadah

Setelah larutan kaustik soda suhunya berkisar 50 derajat masukkan kedalam

wadah yang berisi minyak sambil diaduk.

Selama proses pengadukan sampai kondisi trace masukkan bahan tambahan

(seperti susu, coklat, strawberry, dsb-sesuai dengan keinginan) kedalam larutan

sambil terus diaduk

7

Kemudian masukkan pewangi yang dikehendaki secara bertahap kedalam

larutan, jika sudah mulai mengental tuangkan kedalam cetakan.

Tutup cetakan dengan handuk atau kain lainnya dan diamkan selama 24-28

jam.

Jika sudah lebih dari 24 jam keluarkan dari cetakan dan potong-potong sesuai

dengan ukuran yang diinginkan

Simpan sabun yang telah dipotong dan baru gunakan setelah 2 minggu setelah

pembuatan.

3. Membuat Sabun Mandi dengan "Melt and Pour" (Lelehkan dan Tuangkan)

Secara teknis, semua sabun adalah “Sabun Gliserin”. Dalam sabun

produksi pabrik, gliserin yang berlebihan pada sabun akan dibuang. Sehingga

pada sabun buatan sendiri kaya akan gliserin karena tidak ada pembuangan

gliserin.

Di pasaran, istilah Sabun Gliserin menunjuk pada sabun bening. Biasanya,

sabun yang bening mempunyai ekstra gliserin yang ditambahkan untuk

menghasilkan sabun yang berkhasiat melembabkan kulit. Gliserin adalah

“pelembab”. Senyawa ini membawa kelembaban sendiri; berdasarkan teorinya,

jika anda membasuh tangan dengan sabun gliserin, maka akan tersisa lapisan tipis

gliserin yang memberi kelembaban di kulit.

Sabun dasar yang bening dapat dibeli dalam bentuk balok besar dan dapat

dilelehkan, diwarnai dan diberi pewangi dan kemudian dicetak. Jenis sabun ini

diberi nama “Lelehkan dan Tuangkan” sedangkan seni melelehkan dan

menuangkan sabun ini disebut “Penuangan Sabun”. Cara ini sangat popular

karena mudah dilakukan, karena tidak memerlukan perlengkapan keselematan,

bahkan anak-anakpun dapat mengerjakannya.

2.1.2 Macam - Macam Sabun

a. Shaving Cream

Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah

campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.

8

b. Sabun Cair

Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan

minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan

sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.

c.    Sabun Kesehatan

Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar

parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari

bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil

anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.

d.  Sabun Chip

Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam

menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa

pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu

melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk

batangan.

e.    Sabun Bubuk untuk mecuci

Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk

mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium

metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

2.1.3 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah

trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi

dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam

lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam

stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran

trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan

natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan

ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang

digunakan. Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun

dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai

yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat

iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon

9

membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar

bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi

bila ter kena udara.

Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya

lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap,

sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada

temperatur tinggi

2.1.3.1 Jenis-jenis Minyak atau Lemak

Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan

sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,

spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah

larut), dan lain-lain.

Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses

pembuatan sabun di antaranya :

a. Palm Oil (minyak kelapa sawit)

Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow.

Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak

kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna

karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun

harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa

sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur

dengan bahan lainnya.

b. Coconut Oil (minyak kelapa)

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam

industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh

melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki

kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak

kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga

memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat

10

c. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)

Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti

sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa

sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit

memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai

pendek lebih rendah, daripada minyak kelapa.

d. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)

Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-

asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan

asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

2.1.3.2 Bahan Baku Utama

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah

NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa

dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling

banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam

pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu

soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan

asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).

Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa

tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang

dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan

kesadahan air.

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan

sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun

industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali

yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk

mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.1.4 Bahan Pendukung Pembuatan Sabun

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses

penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pengendapan sabun dan pengambilan

11

gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan

tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

a. NaCl

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.

Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang

terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang

digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl

digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak

mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan

sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar

diperoleh sabun yang berkualitas.

b. Bahan aditif.

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun

yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik

konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti

oksidan, Pewarna,dan parfum.

1. Builders (Bahan Penguat)

Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat

mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi

untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada

fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang

tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu

mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering

digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium

sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.

2. Fillers Inert (Bahan Pengisi)

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.

Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.

Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau

dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan

sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu

12

tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih,

berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

3. Pewarna

Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan

agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun

ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna

sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

4. Parfum

Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang

peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya,

walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi

parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk

cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan,

berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1

g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam

dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai

aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma

kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang

ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen

lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan

harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang

digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan

spring flower.

2.1.5  Sifat Sifat Sabun

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan

dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O   --->   CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa

ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih

setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

2CH3(CH2)16COONa + CaSO4    --->   Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

13

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia

koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran

yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan

non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak

sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik,

sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut

dalam air.

2.2 Prospek Bisnis

Sabun padat sudah ada sejak dahulu bahkan sampai sekarang yang masih

dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat bahkan semua lapisan dan

golongan, walaupun kurang praktis tetapi cukup ekonomis. Ini artinya sabun

mandi padat masih menjadi pilihan masyarakat pada umumnya, dan semakin

bervariasinya aroma yang membuat konsumen tertarik. Selain itu keunggulan dari

sabun padat antara lain :

Keunggulan Sabun Padat

1. Lebih ekonomis

2. Lebih cocok untuk kulit berminyak

3. Kadar pH lebih tinggi dibanding sabun cair

4. Lebih mudah membuat kulit kering

5. Sabun padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka

yang punya masalah kulit eksim

Sabun mandi padat merupakan kebutuhan sehari-hari setiap orang. Semua

orang yang mandi pastinya menggunakan sabun baik itu sabun padat maupun

sabun cair tapi sebagian besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat

untuk membersihkan badan. Hal ini karena sabun mandi padat harganya relatif

lebih murah dan mudah dipakai. Untuk kepentingan pribadi sabun padat lebih

ekonomis daripada sabun cair hanya saja sabun padat sulit untuk dibawa kemana-

mana. Namun pemakaian produk sabun mandi cair harganya cukup tinggi

sehingga tidak bisa di jangkau oleh semua lapisan masyarakat, walaupun memiliki

nilai manfaat yang cukup praktis untuk bisa di bawa kemana-mana, tetapi hal ini

hanya di manfaatkan untuk kalangan tertentu saja. Sehingga peluang bisnis usaha

sabun padat ini sangat terbuka lebar, dengan modal dan biaya produksi yang

14

relatif sedikit dan proses pembuatan yang mudah, sabun mandi padat akan

menjadi peluang usaha yang menggiurkan dan mendapatkan keuntungan yang

besar.

15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

Blender

Timbangan

Ember (wadah lainnya)

Gelas Beaker

Alat Pengaduk

Lap

Cetakan

Bahan :

Minyak Zaitun

Tepung Mayzena

Minyak Kelapa

Minyak Sawit

NaOH

Air

Pewarna Makanan

Parfum

NaCl jenuh

16

3.2 Prosedur

1. Timbang air dan NaOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH ke dalam air

sejuk/dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel,

gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH.

Tuangkan NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-

tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya,

simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan

didapatkan larutan yang jernih.

2. Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak

Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep.

3. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.

4. Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH ke dalam minyak.

5. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan

dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka

atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap

“trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan

akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai

mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas

sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.

6. Pada saat “trace” tadi tambahkan NaCl jenuh, bisa juga menambahkan

pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan

putaran blender.

7. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi.

Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian

keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3

minggu sebelum dipakai.

17

3.3 Flowsheet Prosedur

18

Asam Stearat

Bahan Baku

Penimbangan

Pemanasan/pelelehan

Penyiapan stock sabun

Pencampuran

Pencampuran

Sediaan 1

Pencampuran

Sediaan 2

Pencampuran

Minyak (kelapa, sawit,jarak, jagung ,kedelai)

NaOH

Etanol, coco-DEA, NaCl, gula, asam sitrat, air

Pewarna

Pewangi

3.4 Reaksi

19

Pencetakan

Pengemasan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. Sabun mandi adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan

membersihkan tubuh dari kotoran-kotoran yang menempel.

b. Berdasarkan jenisnya, sabun mandi digolongkan menjadi dua, yaitu sabun

padat dan sabun cair.

c. Keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun padat

memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah

kulit eksim.

d. Kekurangan sabun padat yaitu memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena

itu, sabun padat lebih mudah membuat kulit kering.

e. Ada 3 macam proses pembuatan sabun padat, yaitu:

Hot Process

Cold Process

Melt and Pour Process

f. Reaksi kimia yang terjadi pada reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan

menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau

KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis

sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

4.2 Saran

Agar membuat sabun yang lebih variatif lagi dengan penambahan pewarna

alami, essential alami, dan scrub alami (dari biji-biji buah yang dikeringkan atau

beras yang dihaluskan).

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.http://5ca7t3r.blogspot.com/2013/05/membuat-sabun-mandi-padat.html. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Anonim.2014.http://berandagustinjuna.blogspot.com/2013/11/makalah

pembuatan-sabun-padat.html. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Anonim.2014.http://kholilmudlofar17.blogspot.com/2014/03/makalah-pembuatan-sabun.html. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Anonim.2014.http://tonimpa.wordpress.com/2013/04/25/laporan-pembuatan-sabun-saponifikasi/. Diakses tanggal 02 Oktober 2014

Anonim.2014.http://velahumaira.blogspot.com/2014/03/laporan-kimia-organik-reaksi.html Diakses tanggal 02 Oktober 2014

21