Makalah Klinis Tonsilitis
-
Upload
reginalisa -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
Transcript of Makalah Klinis Tonsilitis
LAPORAN PENGELOLAAN KASUS TONSILITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGAPuskesmas Kampar Kiri Kec. Kampar Kiri , Kab. Kampar
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Nn. RZ
Umur 12 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Alamat Sungai Paku
Agama Islam
Status perkawinan Belum Menikah
Pekerjaan Pelajar
Tanggal Pemeriksaan 15 Februari 2014
Medical Record -
II. ANAMNESIS (autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ayah kandung
pasien)
Keluhan Utama
Nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang :
- Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluhkan nyeri menelan, batuk (+)
berdahak, dahak berwarna putih, pilek (+), ingus encer berwarna bening,
demam (+) turun naik. Mengorok saat tidur (+), nafas berbau (+), sering
bernafas menggunakan mulut, nyeri sendi (-), nyeri telinga (-), keluar
cairan dari telinga (-).
Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sejak 2 tahun yang
lalu dan sudah kambuh sebanyak 2x, kambuh terakhir ± 3 bulan yang lalu.
- Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)
Riwayat pemakaian obat :
Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluhan keluarga dengan keluhan yang sama
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/i
T : 37,2oC
Status gizi : BB = 29 kg
TB = 132 cm
Pembesaran KGB submandibula tidak teraba
PEMERIKSAAN SISTEMIK
KepalaMata : Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Toraks : Jantung : dalam batas normal Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-)
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun Telinga
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -
Liang Telinga
Lapang / sempit Lapang Lapang
Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Sekret/Serumen
Bau - -
Warna - Coklat kekuningan
Jumlah - Sedikit
Membran Tympani
Utuh
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya Normal Normal
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Perforasi
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Kuadran - -
Pinggir - -
Warna mukosa telinga tengah - -
Gambar
Mastoid
Tanda radang/abses - -
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes Garpu Tala
Rinne + +
Weber Tidak terdapat lateralisasi
Schwabach Sama dengan
pemeriksa
Sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan Normal
Audiometri Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Hidung Luar
Deformitas - -
Kelainan
congenital
- -
Trauma - -
Radang - -
Massa - -
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainana Dekstra Sinistra
Vestibulum Vibrise (+) (+)
Radang - -
Cavum Nasi Lapang/cukup lapang/sempit Lapang Lapang
Sekret
Radang - -
Massa - -
Jumlah Sedikit Sedikit
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Konkha inferior
Ukuran Eutropi Eutropi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konkha media
Ukuran Eutropi Eutropi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum
Cukup lurus / deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh konstriktor - -
Gambar
Rinoskopi posterior tidak dilakukan
Orofaring / Mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum Mole +
Arkus Faring
Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Kemerahan Kemerahan
Edema - -
Bercak / eksudat - -
Dinding FaringWarna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T3 T3
Warna Kemerahan Kemerahan
Permukaan Licin Licin
Muara kripti - -
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan dengan pilar - -
Peritonsil
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies / radiks - -
Kesan Normal Normal
Lidah
Deviasi - -
Bentuk Simetris Simetris
Tumor - -
Gambar
Laringoskopi indirek tidak dilakukan
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada submandibula
RESUME (DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
Keluhan Utama : Nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluhkan nyeri menelan, batuk (+) berdahak,
dahak berwarna putih, pilek (+), ingus encer berwarna bening, demam (+). Mengorok saat tidur (+), sering bernafas melalui mulut.
- Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sejak 2 tahun yang
lalu dan sudah kambuh sebanyak 2x.
Pemeriksaan Fisik
Telinga Kanan Kiri
Daun telinga Dalam batas normal Dalam batas normal
Liang telinga Lapang Lapang
Membran Tympani Intak, reflek cahaya normal Intak, reflek cahaya normal
Gambar
Hidung Kanan Kiri
Rinoskopi anterior
Vestibulum Deformitas (-) Deformitas (-)
Cavum nasi Lapang Lapang
Konkha inferior Eutrofi Eutrofi
Sekret - -
Massa - -
Gambar
Faring
Palatum mole Dalam batas normal Dalam batas normal
Dinding faring Licin Licin
Tonsil T1 T1
Gambar
Lidah
Deviasi - -
Bentuk Simetris Simetris
Tumor - -
Gambar
Diagnosis Kerja : Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
Pemeriksaan penunjang : -
Diagnosis pasti : Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
Terapi :
Non medikamentosa : - Istirahat yang cukup- Menghindari makanan berminyak, pedas dan merangsang/penyedap- Menghindari minuman dingin (es)
Medikamentosa :- Amoxicilin 3 x 250 mg- Paracetamol 3 x 250 mg-
Terapi Anjuran :
Prognosis : Quo ad Vitam : Bonam Quo ad Sanam : Bonam
Nasehat : - Istirahat yang cukup- Menghindari makanan berminyak dan merangsang, dan mengganti dengan
makanan yang direbus- Menghindari minuman dingin (es)
Riwayat Penyakit Keluarga
S
Riwayat Pekerjaan, sosial ekonomi, dan kebiasaan
o Pasien merupakan siswi sekolah dasar
o Tinggal dengan ayah, ibu dan kedua adiknya
o Sumber keuangan keluarga berasal dari penghasilan ayah pasien
yang bekerja sebagai pegawai pabrik, dengan gaji per bulan ± Rp.
2.500.000,-.
o Jarak rumah – puskesmas ± 3 km, 10 menit menggunakan motor.
o Transportasi yang dapat digunakan untuk pergi ke RS pusat
rujukan tedekat (RSUD Bangkinang) antara lain motor, angkutan
umum, atau ambulance milik puskesmas Kampar Kiri, menempuh
perjalanan selama satu setegah jam.
o Kondisi rumah
Jarak rumah pasien ke rumah warga terdekat ± 2,5 m.
Rumah berdinding batu dan setengah papan, tidak terdapat
pagar pembatas rumah dengan rumah disekitarnya.
Lantai rumah dari marmer.
Lantai dapur dari marmer, pencahayaan kurang, makanan
tidak tertutup rapat.
Kamar mandi berlantai marmer, wc berupa wc jongkok,
sumber air berasal dari air sumur.
o Kebiasaan :
Menurut ibu pasien, pasien senang jajan di warung dekat
rumah, pasien senang makan mie instant, gorengan dan
minum es yang dijual diwarung.
Lauk yang sering dimasak dirumah yaitu yang berjenis
gorengan sedang masakan rebusan jarang.
Pasien jarang menggosok gigi.
Data – data diatas dapat memberikan arahan tindakan apa saja yang dapat
diberikan kepada pasien, baik tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Tatalaksana (P):
Promotif
Tindakan promotif yang dapat diberikan untuk pasien dan keluarga
adalah edukasi kepada keluarga pasien mengenai tonsilitis. Pasien harus
diberika edukasi bahwa ia menderita tonsillitis yang proses kekambuhan
penyakitnya sangat dipengaruhi oleh pola hidup dan kebiasaan makan pasien.
Preventif
Tindakan preventif yang dapat dilakukan berupa mengontrol
menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan kekambuhan peradangan tonsil
seperti menjaga makanan dengan mengurangi konsumsi makanan
berminyak/gorengan, minum es, menjaga kebersihan mulut dan istirahat yang
cukup.
Screening di keluara pasien yaitu pada saudara kandung pasien
apakah juga memiliki pola makan yang sama yang dapat menyebabkan
peradangan tonsil. Dan disarankan untuk tidak terlalu lelah. Apabila keluhan
sudah muncul lebih dari 3 x dalam setahun atau menyebabkan gangguan
pernafasan, nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan, terdapat
keluhan telinga seperti keluar cairan dari telinga ataupun ingus yang kental
dan berbau yang menyebabkan sakit kepala hebat maka disarankan untuk
melakukan operasi.
Kebiasaan masak ibu yaitu sebaiknya mengurangi memasak jenis
gorengan dan lebih banyak memasak rebusan akan membantu mengurangi
kekambuhan peradangan tonsil pada pasien.
Kuratif
Obat yang sebaiknya diberikan kepada pasien berupa antibiotika
golongan penisilin, antipiretik, dan obat kumur.
Rehabilitatif
Tindakan rehabilitatif berupa modifikasi kebiasaan makan dan minum
guna mencegah kekambuhan peradangan tonsil karena juga dapat
mengganggu aktivitas sekolah.
PEMBAHASAN
A. Dasar Diagnosis.
Pasien didiagnosis tonsillitis kronis eksaserbasi akut oleh Dokter Muda
berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik. Data anamnesis terdapat
keluhan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu, disertai demam dan batuk pilek.
Keluhan ini sudah mulai dirasakan sejak lama yaitu sejak 2 tahun yang lalu dan
sudah kambuh sebanyak 2x. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran
tonsil yaitu T3/T3, permukaan tidak rata, kriptus melebar, hiperemis, nafas
berbau.
Dasar Terapi Poliklinik Puskesmas.
Dokter Muda memberikan terapi medikamentosa berupa obat antibiotika
golongan penicillin yaitu amoxicillin, dan paracetamol sebagai antipiretik, pada
pasien ini sebaiknya juga diberikan obat kumur namun dikarenakan tidak
tersedia dipuskesmas sehingga tidak diberikan. Dan edukasi pada pasien untuk
mengatur pola makan dengan menghindari makannan berminyak, mimun es,
dan istirahat yang cukup dan disarankan jika kekambuhan sudah 3 x dalam
setahun dan muncul komplikasi maka pasien akan dirujuk ke Dokter spesialis
THT untuk dipertimbangkan menjalani operasi pengangkatan tonsil. Pasien
yang didiagnosis tonsillitis harus mendapat tatalaksana yang tepat karena jika
tonsil sudah terlalu besar maka akan mulai menyumbat jalan nafas, dan
menurut beberapa penelitian dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar
karena akan menurunkan daya konsentrasi dan meningkatkan frekuensi absen
disekolah.
E. Cara memperlambat progresivitas Tonsilitis
Pasien harus disiplin mengatur pola makan dan kebersihan mulut agar
frekuensi kekambuhan dapat dikurangi. Obat antibiotika harus dimakan secara
teratur dan dihabiskan.
F. Pengendalian Faktor Resiko untuk Keluarga
Terkait dengan adanya diabetes mellitus dan katarak yang dialami oleh
pasien diharapkan agar keluarga pasien seperti saudara dan anak-anak pasien
tidak mengalami penyakit yang sama seperti pasien. Sehingga dibutuhkan
pengendalian faktor risiko di keluarga pasien. Riwayat diabetes mellitus dan
hipertensi di keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang lebih besar
untuk terkena penyakit katarak dibanding orang yang tanpa riwayat DM,
hipertensi dan katarak pada keluarganya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah agar saudara dan
anak-anak pasien dapat menerapkan pola hidup sehat, antara lain :
a. Pencegahan primer
Penerapkan gaya hidup sehat seperti :
Menghindari rokok, stres mental, alkohol, obesitas, konsumsi gula dan
garam berlebihan.
Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak dalam
makanan.
Mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung (fibrilasi
atrium, infark miokard akut, penyakit jantung rematik), penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya.
Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan olahraga teratur.
b. Pencegahan sekunder
Modifikasi gaya hidup berisiko katarak dan diabetes mellitus antara lain:
Diabetes mellitus : diet, obat hipoglikemik oral teratur
G. Peran Keluarga untuk Pasien.
Peranan keluarga sangat penting dalam pengobatan tonsillitis pasien,
dimana dukungan dan kedisiplinan yang baik dari keluarga akan sangat
mempengaruhi frekuensi kekambuhan penyakit pasien. Pasien yang merupakan
pelajar dan suka jajan sehingga dibutuhkan ketegasan orang tua dalam
mengawasi dan mengatur pola makan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan
oleh pasien, dan untuk ibu pasien juga harus merubah pola masak yaitu dengan
mengurangi masak masakan gorengan.
H. Peran Dokter Keluarga.
Edukasi kepada pasien dan seluruh keluarga bahwa penyakit pasien dapat
bertambah parah hingga menyebabkan kebutaan dikarenakan faktor resiko
yang diderita pasien berupa diabetes mellitus. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan gula darah rutin, minimal satu kali seminggu serta
pemberian obat anti hiperglikemia oral yang adekuat dan teratur.
Faktor-faktor resiko lain tetap perlu dipantau seperti hipertensi dan
kolesterol. Terapi adekuat diberikan bila tekanan darah ataupun kadar
kolesterol dalam darah sudah melebihi normal. Pola diet rendah garam,
lemak dan kolesterol serta makan makanan yang mengandung vitamin dan
antioksidan merupakan menu makanan untuk pasien.
Keluarga khususnya saudara dan anak pasien perlu diberikan pengetahuan
bahwa mereka memiliki resiko tinggi terkena katarak di kemudian hari
sehingga sebaiknya mereka menjalankan pola hidup sehat sejak dini dan
dilakukan skrining faktor resiko lainnya.
Keluarga pasien diberi saran agar rumah pasien dibuat minim kecelakaan,
dengan cara membuat lantai tidak licin dan basah. Bila memungkinkan
dibuatkan pegangan pada jalan menaiki rumah.
Warga sekitar juga diberikan penyuluhan mengenai katarak, baik
mengenai faktor resiko, gejala serta penanganan.
I. Pembiayaan Pasien.
Pengobatan pada pasien ini menggunakan pembiayaan secara pribadi
sehingga biaya pengobatan perlu dipikirkan.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami
katarak senilis immatur OD.
2. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan secara komprehensif untuk
menangani penyakit katarak pasien dan penanganan faktor resiko yang
dimiliki keluarga dan masyarakat di sekitar pasien.
Saran
a. Pasien
Diharapkan agar dapat mematuhi saran dari dokter untuk menjalani
pengobatan dan modifikasi gaya hidup.
b. Keluarga
Memberikan motivasi dan memahami kondisi pasien saat ini.
c. Puskesmas
Diharapkan pada pihak Puskesmas untuk melakukan skrining dan
pendataan faktor resiko katarak di masyarakat, mengenali gejala awal dari
pasien katarak dan dapat melakukan penangan awal pada pasien.
d. Dekanat
Diharapkan adanya persamaan persepsi dari setiap pembimbing klinis
(kampus) maupun pembimbing lapangan (puskesmas) dalam memahami
konsep COME yaitu aplikasi dari Community Oriented ataupun Family
Oriented bukan Clinical Oriented agar tercapai target untuk menghasilkan
Dokter Pelayanan Primer ataupun Dokter Keluarga yang berpotensi.