makalah kista folikuler
-
Upload
eka-oktavia-r -
Category
Documents
-
view
395 -
download
32
Transcript of makalah kista folikuler
MAKALAH
KISTA FOLIKULER (KISTA DENTIGEROUS)
KELOMPOK 5 :
Najma Shofi I1D110031
Aizar Agi Syahrial I1D110032
Dina Fajriati I1D110034
Eka Oktavia Ruswanti I1D110035
Adib Muntasir I1D110036
Noor Hamidah I1D110201
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “KISTA FOLIKULER (KISTA DENTIGEROUS)”.
Penyajian makalah ini menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan mudah
dimengerti. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang
menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah dan pembahasan, serta
penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang menjelaskan secara singkat isi
dari makalah kami. Makalah ini juga kami lengkapi dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna bagi
pembaca. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini
akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.
Banjarmasin, Oktober 2012
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul ……………………………………………………………………………......1
Kata Pengantar …………………………...…………………………………........... 2
Daftar Isi …………………………………………………………………..…......... 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 4
1.2 Tujuan …………..…………………………………………………… 5
Bab II Isi
2.1 Definisi kista folikuler (kista dentigerous) .......................…………... 6
2.2 Etiologi kista folikuler (kista dentigerous)........................................... 6
2.3 Patofisiologi kista folikuler (kista dentigerous) ……..…………........ 7
2.4 Gambaran klinis kista folikuler (kista dentigerous)……...……………8
2.5 Gambaran radiografi kista folikuler (kista dentigerous) .................... 10
2.6 Gambaran histopatologi kista folikuler (kista dentigerous)................. 14
2.7 Tempat Predileksi kista folikuler (kista dentigerous) ………………...16
2.8 Klasifikasi kista folikuler (kista dentigerous) ......................................16
2.9 Terapi kista folikuler (kista dentigerous) ..............................................17
2.10 Diagnosa banding …………………………………………………... 18
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ………………………………………………….……..... 19
3.2 Saran ……………………………………………………….……...... 19
Daftar Pustaka ……………………………..………………………………….….. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan bahan setengah cair atau gas
biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid, dapat berada
dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang. Rongga kista di dalam rongga mulut
selalu dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan
pembuluh darah.1
Kista folikuler (kista dentigerus) merupakan salah satu kista yang menutupi mahkota
gigi yang belum erupsi dan melekat pada leher gigi. Kista dentigerus merupakan
pembesaran ruangan folikuler di sekitar gigi yang belum erupsi. Lesi ini umumnya
berkaitan dengan gigi molar ketiga bawah atau kaninus atas yang terpendam dan sering
terdiagnosis dengan pemeriksaan rontgen apabila gigi yang terlibat tidak erupsi atau bila
ada erupsi atau bila ada infeksi pada kista tersebut.2
Gambaran klinis dari kista ini adalah:2
a. Biasanya banyak terjadi pada usia dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki, dan 10-
20 tahun pada perempuan.
b. Banyak melibatkan premolar, molar tiga mandibular, serta pada kaninus, premolar,
molar tiga maksila.
c. Dapat terjadi pembekakan secara perlahan-lahan
d. Nyeri bisa terjadi jika terdapat adanya infeksi.
Ukuran kista folikuler (kista dentigerus) biasanya bisa mencapai ukuran yang
besar, sehingga mengakibatkan pergeseran gigi terpendam yang terlibat. Perpindahan dari
4
gigi yang terlibat bisa suborbital atau ke dalam proccessus coronoideus atau proccessus
condyloideus. Apabila hal ini terjadi pengambilan yang tergeser tersebut dilakukan
bersamaan dengan enukleasi kista. Apabila dikhawatirkan akan terjadi fraktur patologis
maka terkadang dapat diatasi dengan rekonstruksi graff tulang autologis dengan segera.
Marsupialisasi biasanya dipilih untuk kasus kista yang lebih besar dan untuk menangani
kista erupsi sehingga gigi yang terlibat (biasanya gigi molar pertama atau kedua) bisa
erupsi.2
1.2. Tujuan
Tujuan untuk mengetahui tentang kista folikuler (kista dentigerous) dan untuk
memenuhi tugas dari drg Bayu Indra Sukmana.
5
BAB II
ISI
2.1. Definisi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista folikuler biasa juga disebut sebagai kista dentigerous karena berasal dari
organ email atau folikel gigi. Kista folikuler mengelilingi mahkota gigi yang belum
erupsi dan melekat pada gigi sepanjang servikal, keadaan ini yang membedakan antara
kista folikuler dengan kista primordial.2
Kista folikuler biasanya terbentuk pada gigi yang impaksi dan gigi supernumerari
permanen, kemungkinan terjadi pada gigi susu sangat kecil dan biasanya terjadi pada gigi
yang sedang erupsi sehingga disebut juga kista erupsi.2
2.2. Etiologi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista folikular merupakan kista yang paling umum dari kista odontogenik
perkembangan dalam rahang yang mempunyai dinding sel epitel, asal mula kista ini tetap
belum diketahui dengan pasti. Diduga infeksi periapeks pada gigi sulung dapat
menstimulasi respon jaringan folikel gigi permanen yang belum erupsi untuk terlepas dari
mahkota gigi dan mengalami degenerasi kistik.2
Banyak pendapat mengatakan kista berasal dari intrafolikuler yaitu pembesaran
folikel serta mahkota gigi. Ada pula yang berpendapat kista berasal dari ekstra folikular
menginget kista pertama kali berkembangan dari sisa ekstrafolikular yang kemudian
bersatu dengan folikel gigi yang erupsi. Ada yang berpendapat bahwa kista folikular
berkembaang setelah mahkota gigi yang impaksi terbentuk seluruhnya. Ada pula yang
menyatakan bahwa kista folikular dapat muncul dari organ email setelah mahkota gigi
6
terbantuk setengan sempurna. Organ email yang mengelilingi mahkota gigi seutuhnya
atau yang melekat pada mahkota gigi.2
2.3. Patofisiologi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Beberapa orang peneliti telah menguraikan patogenesis dari kista folikular, namun
asal mula kista ini tetap belum diketahui secara pasti. Kista folikular tumbuh di antara
sisa epithelium email dan mahkota gigi impaksi pada beberapa individu dan tampaknya
faktor genetis juga mempengaruhi.2
Impaksi gigi menghambat aliran vena keluar dari folikel dan kemudian
menyebabkan transudasi cairan yang melintasi dinding kapiler. Tekanan hidrostatik
membuat folikel terpisah dari mahkota sehingga menyebabkan perluasan kista. Pada
dasarnya kista ini terjadi akibat dilatasi ruang folikular normal di sekitar mahkota gigi
yang sedang erupsi yang disebabkan akumulasi cairan jaringan atau darah.2
Kebanyakan kista folikular menunjukkan perkembangan lebih lanjut dari
beberapa elemen epitel yang terletak tepat diatas permukaan email. Pada keadaan seperti
ini, kista dapat terbnentuk secara baik mengikuti pola yang telah ada dan melibatkan
proliferasi epitel.2
Epitel yang membentuk sebagian besar dari kista folikular diduga berasal dari sisa
epithelium email, yang pada keadaan normal menyelubungi mahkota gigi yang belum
erupsi. Konsep ini didukung dengan kenyataan susunan epithel kebanyakan kista
folikular melekat pada daerah pertautan semento-email.2
Kista folikular relatif umum dijumpai karena kista jenis ini dapat terjadi pada 11%
anak selama erupsi insisif dan 30% pada anak yang sedang erupsi caninus dan molar.
Letak dari gigi memiliki peranan penting dalam terjadinya kista ini. Hal ini dibuktikan
7
dengan tingkat kejaian lebih tinggi pada molar ketiga rahang atas yang impaksi
dibandingkan dengan kaninus rahang atas yang impaksi. Molar ketiga mandibula dan
kaninus maksila merupakan gigi yang paling sering terkena kista ini.2
Perkembangan kista folikular mengikuti akumulasi cairan yang terdapat diantara
sisa organ email dan mahkota gigi. Sisa epithelium email akan membentuk suatu batasan
permukaan kista dan mahkota gigi yang telah terbentuk sempurna membentuk bagian
lainnya. Akumlasi cairan terdapat diantara sisa epithelium email dan mahkota gigi.
Biasanya ruang sekitar mahkota dengan ukuran 2,5 mm atau lebih merupakan suatu
ukuran minimal memungkinkan mendiagnosis sebagi kista folikular.2
Dinding epitel kisat folikular mempunyai potensi luas. Kista folikular berpotensi
menjadi ameloblastoma. Akibat yang ditimbulkan dari perubahan neoplastik adalah
pelebaran tulang wajah yang diikuti asimetris wajah, pergeseran gigi yang jelas, resorpsi
akar, dan rasa sakit. Bila kista folikular terjadi pada rahang bawah dapat menyebabkan
pergeseran molar tiga pada jarak tertentu sehingga tampak tertekan ke arah inferior
mandibula.2
2.4. Gambaran Klinis Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Seperti halnya dengan jenis kista lainnya, gejala kista folikuler tidak terlihat bila
masih pada tahap awal. Kista folikuler yang belum mengalami komplikasi seperti kista
lainnya tidak akan menyebabkan gejala sampai pembesarannya nyata terlihat. Meski
gejala biasa tidak ada, dengan terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula indikasi
terjadinya kista folikuler. Kista folikuler dapat dideteksi melalui pemeriksaan radiografis
atau pada saat dilakukan pemeriksaan gigi yang tidak erupsi. Infeksi dapat menyebabkan
gejala umum seperti bengkak yang membesar dan rasa sakit.2
8
Kista folikuler biasanya terdeteksi pada anak-anak, remaja atau dewasa, walaupun
terkadang dapat ditemukan pada orang yang lebih tua. Jenis kista folikuler yang
berhubungan dengan erupsi gigi sulung dan tetap pada anak dinamakan kista erupsi atau
kista hematoma. Secara klinis, lesi tampak sebagai pembengkakan lingir alveolar diatas
tempat gigi yang sedang erupsi. Saat rongga kista sirkumkoronal berisi darah,
pembengkakan tampak ungu atau sangat biru sehingga dinamakan erupsi hematoma.2
Kista folikuler biasanya lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding wanita
dan hampir 60% dari kista ini terjadi pada dekade dua hingga dekade tiga kehidupan.
Sekitar 70% dari lesi terjadi pada mandibula dan 30% terjadi pada maksila. Hampir 62%
terjadi pada gigi molar, 12% terjadi pada premolar, dan 12% terjadi pada gigi kaninus
dan sisa 14% muncul pada tempat lain dalam tulang rahang. Prevalensi kista dentigerous
pada populasi kulit putih lebih tinggi dibandingkan dengan populasi kulit hitam.2
Kadang-kadang mahkota gigi dapat masuk ke dalam lumen kista. Kista dapat
memiliki berbagai macam ukuran, dari yang pembesarannya berlangsung lambat pada
kantong perikoronal hingga yang meliputi seluruh badan dan ramus mandibula serta
sebagian tulang rahang. Mungkin karena pengarug faktor anatomi rahang atas dan rahang
bawah, kista yang dijumpai dirahang bawah biasanya lebih besar. Kista sebagian besar
mengenai mandibula, mungkin karena perbedaan anatomi rahang atas dan rahang bawah.
Kista umumnya berkembang pada satu gigi tetapi dapat juga meliputi beberapa gigi yang
berdekatan bila kista tersebut membesar. Selanjutnya akan menyebabkan pergeseran gigi
jauh dari posisinya yang normal terutama pada kista yang mengenai gigi-geligi dirahang
atas sehingga tidak mungkin menentukan gigi asal kista. Gigi yang “tidak bersalah”
biasanya tetap ada dalam folikel.2
9
Kista folikuler biasanya soliter, bila multipel mungkin terjadi bersamaan dengan
sindrom karsinoma sel basal nevoid. Infeksi sekunder sering terjadi. Kista dapat juga
ditemukan bersamaan dengan disostosis kleidokranial dan kadang-kadang bersamaan
dengan amelogenesis imperfekta tipe hipoplastik dan menyebabkan beberapa atau bahkan
banyak gigi menjadi nonvital. Umumnya tidak menyebabkan rasa sakit.2
Bila terjadi pada daerah sinus maksilaris, sulit didiagnosis, diperlukan teknik
radiografi yang stereoskopik. Meskipun demikian, konveksitas dinding lateral kista yang
kontras dengan dinding lateral sinus yang konkaf dapat membantu diagnosis.2
2.5. Gambaran Radiografi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista dentigerous dapat diidentifikasikan secara radiologis dengan mudah karena
gambaran radiografisnya sangat khas. Biasanya kista dentigerous tampak berupa
gambaran radiolusen simetris, unilokular, berbatas tegas, dan mengelilingi mahkota gigi
yang tidak erupsi (impaksi). Kecuali terinfeksi sehingga tepinya berbatas buruk,
pertumbuhan kista yang lambat dan teratur, membuat kista dentigerous mempunyai tepi
sklerotik yang berbatas tegas, dengan korteks yang jelas, dan ditandai dengan garis batas
radiopak yang tipis. Gambaran radiografis kista ini perlu dibedakan dengan gambaran
keadaan normal dari sirkum koronal atau ruang folikular. Pada kasus lain daerah
radiolusen dapat muncul menyusup kearah lateral dari mahkota gigi, terutama jika kista
relative besar ukurannya atau jika telah terjadi perubahan posisi gigi dari tempatnya.2
Pergerakan atau pepindahan dari gigi yang tidak erupsi dengan segala macam
posisi sering terjadi dan dapat ditemukan pada rahang atas atau rahang bawah. Pda daerah
mandubula, gambaran radiolusen terkait dapat meluas kesuperior dari region molar tiga
kedalam ramus atau secara anterior-inferior sepanjang badan mandibula. pada kista
10
dentigerous rahang atas yang melibatkan daerah kaninus, perluasan kedalam sinus
maksilaris atau kearah dinding orbita dapat ditemukan dan juga perluasan ke dalam fosa
nasalis. Kista dentigerous pada molar tiga rahang atas dapat meluas ke distal dan
superior, kadangkala berhubungan dengan ruang sinus maksilaris.2
Rongga kista dentigerous berbentuk bulat dan unilokular namun terkadang
ditemukan trabekula dari dinding tulang sebagai pseudoloculation. Pada kasus ini gigi
yang tidak erupsi biasanya tidak berada pada tempatnya. Trabekulasi ini dapat member
kesan yang salah tentang bahwa kista ini multilokular. Berbagai pvariasi dari kita
dentigerous disatukan oleh membrane kista yang bersambungan. Kista dentigerous yang
multiple harus dirawat secara adekuat untuk menghindari komplikasi seperti sidrom
odontogenic keratocyst cell nevus-bifid rib.2
Kista dentigerous memiliki potensi untuk membesar, menyebabkan kerusakan
medulla tula ng dan ekspansi rahang. Kista dentigerous juga dapat meluas ke prosesus
koronoideus dan leher kondil. Gigi yang terkena kista biasanya sering berpindah tempat
dengan jarak tertentu. Pada mandibula, molar tiga dapat tertekan ke inferiornya. Kista
juga dapat meresorbsi akar gigi didekatnya yan g sudah erupsi. Kista yang besar
ukurannya mungkin mungkin berhubungan denagan perluasan kista dalam tulang. Kista
dentogerous berukuran besar jarang terjadi, kebanyakan lesi yang secara raiografis
diduga sebagai kista dentigerous yang besar, sering kali terbukti merupakan suatu kista
keratosis odontogenik atau ameloblastoma.2
Kista dentigerous yang berukuran kecil biasanya secara klinis tidak terdeteksi
sama sekali dan hanya akan ditemukan pada pemeriksaan rdiografis rutin atau pada
11
pemerikasaan radiografis yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada gigi
yang akan erupsi.2
Perlu diingat bahwa gambaran radiologis bukan merupakan alat diagnosis
mengingat kista odontogenik lain seperti kista keratosis odontogenik, ameloblastam
unikistik dan lesi lainnya dapat memberikan gambaran radiologis yang menyerupai kista
dentierous. Di antra 37% gigi molar tiga yang impsksi pda mandibula dan 15% gigi
molar tiga yang impaksi pada maksila yang memperlihatkan radiolusen pada daerah
perikoronal, hanya 11% yang keungkinan besar diduga sebagai kista dentigerous.
Biasanya ruangan perikoronal yang mencapai 2,5 mm atau lebih dapat dipertimbangkan
sebagai jarak minimal untuk dapat didiagnosis sebagai kemungkinan kista dentigerous.
Kista dentigerous harus dapat dibedakan denngan pembesaran kantong folikel. Tidak ada
perbedaan nyata antara sebuah folikel gigi dan kista dentigerous yang berukuran kecil.
Namun gambaran radiolusensi berukuran 3-4 mm atau lebih mengindikasikan adanya
pembentukan suatu kista.2
Gambar 1 : Kista folikuler
sebelum dilakukan pengobatan3
12
Gambar 2 : Kista folikuler dalam poros
mandibula setelah dekompresi-proyeksi
aksial.3
Gambar 3 : Folikular sebelum kista
kistektomi.3
Gambar 4 : setelah
ekstirpasi kista folikuler,
ekstraksi bedah gigi 48.
Gigi 47 diperlakukan
endodontik.3
13
2.6. Gambaran Histopatologi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Tidak ada gambaran histopatologi yang khas dari kista dentigerous yang dapat
membedakannya dari kista odontogenik lainnya. Faktanya, dinding epitelnya merupakan
sisa epithelium email terdiri atas 2-3 lapisan sel gepeng atau kuboid. Permukaan epitel
dan jaringan penghubung berbentuk datar. Jaringan penghubung berupa jaringan fibrosa
tipis yang berasal dari folikel gigi, terdiri atas sel fibroblast muda yang terpisah lebar oleh
stroma yang senyawa dasarnya kaya akan asam mukopolisakarida.2
Gambaran histopatologi kista dentigerous bervariasi, umumnya terdiri atas lapisan
dinding jaringan ikat tipis, dilapisi epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang bersatu
dengan sisa epithelium email, meliputi atau melekat pada bagian leher mahkota gigi.2
Bila dinding epitel terlihat berkeratinisasi biasanya merupakan kista primordial.
Kista dentigerous terlihat jelas membentuk keratin oleh karena metaplasia. Dapat
ditemukan sejumlah variasi lapisan epitel odontogenik pada kista dentigerous, misalnya
transformasi neoplastik menjadi ameloblastoma.2
Pada kista dentigerous yang tidak meradang, lapisan epitelnya terdiri atas 2
sampai 4 lapisan sel epithelium tak berkeratin serta jaringan ikat dibawahnya menjadi
rata. Dinding jaringan ikat subepitel ini tidak tersusun dengan baik dan mengandung
bahan dasar glikosaminoglikan yang cukup banyak. Dinding jaringan ikat subepitel
berbentuk kapsul yang biasanya tersusun oleh jaringan kolagen yang agak padat, dengan
kadang-kadang ada sel datia benda asing. Biasanya sel radang kronis dapat dijumpai,
tetapi bila ada ulserasi, dapat dijumpai campuran sel radang kronis dan akut. Dinding
jaringan ikat kista ini kadang-kadang menebal dan terdiri atas jaringan penghubung rapuh
14
yang banyak mengandung jaringan kolagen yang menyebar sehingga banyak yang
mendiagnosa kista ini sebagai tumor odontogenik fibroma atau odontogenik miksoma.2
Pada kista dentigerous yang mengalami peradangan atau mengalami infeksi
sekunder, lapisan epitel mengalami hyperplasia, terjadi akatosis dengan perkembangan
rete peg dari epitel skuamosa. Pada kista dentigerous yang terinflamasi, dinding fibrosa
lebih padat kolagen sehingga lebih kenyal, dengan bermacam-macam infiltrasi dari sel
radang kronis. Pada lapisan epithelial juga terlihat bermacam-macam ukuran hyperplasia
dengan perkembangan dari rete ridges.2
Pada beberapa kasus ditemukan kista dentigerous yang mengandung pigmen
melanin dan melanosit pada lapisan dinding epitel. Gambaran permukaan epitel yang
berkeratin kadang dapat terlihat dan harus dibedakan dengan kista keratosis odontogenik.
Kadang-kadang tampak dinding epitel dengan atau tanpa permukaan keratinisasi yang
halus dan banyak granular dari pigmen melanin yang terdistribusi di sel basal pada
lapisan epitel. Sel mukus dapat tersebar dalam epitel kista dentigerous.2
Gambar A Gambar B
Keterangan :
Gambar A : Dinding kista yang menempel pada cervical gigi4
15
Gambar B : Terlihat lapisan epitel lining dengan dinding fibrous connective tissue tanpa
adanya infiltrasi sel-sel radang.4
2.7. Tempat Predilekdi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista dentigerous adalah kista yang menyelubungi mahkota dari gigi yang
umumnya belum mengalami erupsi atau pada gigi supernumerari. Kista dentigerous dapat
terjadi baik dirahang atas maupun di rahang bawah. Paling banyak ditemukan pada
daerah prosesus alveolaris, ramus asendens, molar tiga bawah, sudut mandibula, kaninus
atas, molar tiga atas dan premolar bawah serta daerah sinus maksilaris.2
Molar tiga merupakan tempat predileksi utama dari kista dentigerous, disusul oleh
kaninus tetap atas. Secara umum, tempat predileksi kista adalah pada : molar tiga bawah,
kaninus atas, molar tiga atas dan premolar dua bawah. Meskipun demikian, kista
dentigerous dapat terjadi pada setiap gigi yang tidak bererupsi, mahkota gigi tersebut
terdapat dalam lumen kista.2
Pada kasus yang sangat jarang, kista dentigerous dapat berkembang pada mahkota
gigi sulung yang belum erupsi. Juga pada gigi berlebih (supernumerari) yang tidak erupsi
dan odontoma. Seseorang dapat memiliki beberapa kista dentigerous dan paling sering
deteksi awal ditemukan pada usia remaja dan dewasa muda.2
2.8. Klasifikasi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista dentigerous adalah kista yang menyelubungi mahkota dari gigi yang
umumnya belum mengalami erupsi atau pada gigi supernumerari. Kista dentigerous dapat
terjadi baik dirahang atas maupun di rahang bawah. Paling banyak ditemukan pada
16
daerah prosesus alveolaris, ramus asendens, molar tiga bawah, sudut mandibula, kaninus
atas, molar tiga atas dan premolar bawah serta daerah sinus maksilaris.2
Molar tiga merupakan tempat predileksi utama dari kista dentigerous, disusul oleh
kaninus tetap atas. Secara umum, tempat predileksi kista adalah pada : molar tiga bawah,
kaninus atas, molar tiga atas dan premolar dua bawah. Meskipun demikian, kista
dentigerous dapat terjadi pada setiap gigi yang tidak bererupsi, mahkota gigi tersebut
terdapat dalam lumen kista.2
Pada kasus yang sangat jarang, kista dentigerous dapat berkembang pada mahkota
gigi sulung yang belum erupsi. Juga pada gigi berlebih (supernumerari) yang tidak erupsi
dan odontoma. Seseorang dapat memiliki beberapa kista dentigerous dan paling sering
deteksi awal ditemukan pada usia remaja dan dewasa muda.2
2.9. Terapi Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Mayoritas kista yang dibatasi epithelium pada rahang dapat dirawat dengan cara
yang serupa. Enukleasi terhadap keseluruhan kista, termasuk lapisan epithelial maupun
kapsul dengan penanganan yang sukses dari ruang yang mati adalah suatu usaha kuratif.
Drainase bebas dari cairan isi dari kista ini sedemikian rupa sehingga rongga kista kosong
dan dalam hubungan bebas dengan mulut, adalah juga suatu usaha kuratif. Kantung kista
akan menyusut ukurannya dan akan terbentuk tulang baru pada aspek kapsularnya.
Mekanisme yang mendasari penyembuhannya masih belum jelas diketahui. Dahulu
dianggap sebagai dekompresi dan pengangkatan dari isi kista yang memiliki osmolaritas
yang lebih besar dari pada jaringan di sekelilingnya dan yang kemudian menimbulkan
tekanan hidrostatik internal yang positif.5
17
2.10. Diagnosa Banding Kista Folikuler (Kista Dentigerous)
Kista folikular sering ditemukan secra kebetulan pada pemeriksaan radiografi dan
tidak jarang kista ini salah terdiagnosis. Gambaran lesi yang hampir mirip sering kali
menjadi kendala bagi seorang dokter gigi untuk dapat menentukan diagnosis secara
tepat.2
Salah satu diagnosis banding dari kista folikular adalah ameloblastoma pada gigi
impaksi yaitu ameloblastoma unikistik. Kista folikular memiliki gambaran lesi yang
mirip dengan ameloblastoma unikistik.2
Ameloblastoma unikistik digambarkan suatu rongga kistik tunggal yang
memperlihatkan suatu transformasi sel ameloblastik pada lapisan dinding kista. Pada
kista unilokular, ditemukan lapisan yang rata serta adanya sel ameloblastik pada lapisan
basal di beberapa area dan tidak terdapat infiltrasi sel neoplasma pada dinding penyokong
kista. Ada juga kemungkinan terdapat proliferasi intraluminal tanpa infiltrasi dari sel
neoplasma pada dinding kista. Akan tetapi pada beberapa kasus, terdapat ameloblastoma
pleksiform atau folikular yang menginfiltrasi dinding kista.2
Secara histopatologis, pada ameloblastoma unikistik terlihat ruang kistik yang
besar atau ruang yang dibatasi lapisan epitel tipis dengan sel-sel basal yang berjejer. Juga
terdapat invaginasi epitel ke jaringan ikat penyokong dan kadang-kadang terlihat pulau-
pulau mural yang berisi sael ameloblastoma. Selain itu, terjadi perubahan karakteristik
spongiosa pada lapisan epitel dan kadang-kadang hialinisasi epitel. Beberapa lesi
menunjukkan adanya komponen intraluminal, biasanya pada tipe pleksiform.2
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kista folikuler biasa juga disebut sebagai kista dentigerous karena berasal dari
organ email atau folikel gigi. Kista folikuler mengelilingi mahkota gigi yang belum
erupsi dan melekat pada gigi sepanjang servikal, keadaan ini yang membedakan antara
kista folikuler dengan kista primordial. Kista folikuler biasanya terbentuk pada gigi yang
impaksi dan gigi supernumerari permanen, kemungkinan terjadi pada gigi susu sangat
kecil dan biasanya terjadi pada gigi yang sedang erupsi sehingga disebut juga kista
erupsi.
Gambaran klinis dari kista ini adalah biasanya banyak terjadi pada usia dewasa yakni
usia 30 tahun pada laki-laki, dan 10-20 tahun pada perempuan, banyak melibatkan
premolar, molar tiga mandibular, serta pada kaninus, premolar, molar tiga maksila, dapat
terjadi pembekakan secara perlahan-lahan dan nyeri bisa terjadi jika terdapat adanya
infeksi. Terapi pada kista folikuler adalah dengan enukleasi terhadap keseluruhan kista.
Salah satu diagnosis banding dari kista folikular adalah ameloblastoma pada gigi impaksi
yaitu ameloblastoma unikistik.
3.2. Saran
Kami harap mahasiswa PSKG dapat memahami sepenuhnya isi dari makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Birnbaum W, Stephen M. Dunne. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. EGC. Jakarta.
2009. Hal. 218.
2. Sudiono, Janti. Kista Odontogenik. EGC. Jakarta. 2011. Hal. 22-37
3. Anna Gadewa, Ewa Jach, Tomasz Tomaszewski, Jolanta Wojciechowicz. Treatment
of the follicular cyst of the mandible in a pregnant woman. Journal of Pre-Clinical
and Clinical Research, 2011, Vol 5, No 1, 38-40
4. Syafriadi, Mei. Patologi Mulut. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2008. Hal 14
5. Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut edisi 3. EGC. Jakarta. 2012. Hal. 298
20