MAKALAH KEUANGAN

45
31 MAKALAH PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN KEUANGAN DAERAH DISUSUN OLEH : EKA KURNIAWATI 25.0718 A1

description

makalah tentang keuangan

Transcript of MAKALAH KEUANGAN

Page 1: MAKALAH KEUANGAN

MAKALAH

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN

KEUANGAN DAERAH

DISUSUN OLEH :

EKA KURNIAWATI

25.0718

A1

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2016

1

Page 2: MAKALAH KEUANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan

negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarkat adil, makmur dan

merata berdasrkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi terdiri atas

daerah-daerah kabupaten kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan

kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk

meningkatkanj efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 18A ayat (2) UUD RI 1945 mengamanatkan agar hubungan

keuangan,pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan

secara adil dan selaras berdasarkan UU.

Dengan demikian, UUD 1945 menjadi landasan filosofis dan landasan

konstitusional pembentukan UU tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjadi acuan bagi pemerintah

untuk mengatur dan menyelenggarakan program keuangan agar bisa dilaksanakan

tepat sasaran yakni menyentuh kebutuhan rakyat.

1.1 Konsep Keuangan Daerah

Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, keuangan

daerah adalah “Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,

demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dijadikan milik

daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut”.Dari

uraian di atas, dapat diambil kata kunci dari keuangan daerah adalah hak dan

2

Page 3: MAKALAH KEUANGAN

kewajiban. Hak merupakan hak daerah untuk mencari sumber pendapatan daerah

berupa pungutan pajak daerah, retribusi daerah atau sumber penerimaan lain-lain

yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan

kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang dalam rangka

melaksanakan semua urusan pemerintah di daerah (Mamesah, 1995:5).

Salah satu faktor penting untuk melaksanakan urusan rumah tangga daerah

adalah kemampuan keuangan daerah. Dengan kata lain faktor keuangan

merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan daerah dalam

melaksanakan otonomi. Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan daerah

ini Pamudji dalam Kaho (2007:138-139) menegaskan:

“Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan

efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan

Dan keuangan inilah merupakan dalam satu dasar kriteria untuk mengetahui

secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri”.

Sementara itu, untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan

sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Lains dalam

Kaho (2007:139-140) merinci ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh daerah

untuk memperoleh keuangannya, antara lain:

1)    Daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah

direstui oleh Pemerintah Pusat;

2)    Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar

uang atau Bank atau melalui pemerintah pusat;

3)    Daerah dapat ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang

dipungut daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan sentral tersebut (melalui

bagi hasil);

4)     Pemerintah daerah dapat menambah tarif pajak setral tertentu; dan

3

Page 4: MAKALAH KEUANGAN

5)    Pemerintah daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari

Pemerintah Pusat.

Dalam melaksanakan keuangan daerah perlu dibuatkan suatu perencanaan

agar seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Bentuk

perencanaan keuangan daerah inilah yang dikenal dengan istilah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagaimana telah digariskan dalam

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. APBD adalah suatu rencana

keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.Seperti

halnya dalam kebijakan APBN, jika Pemerintah daerah menetapkan bahwa

kebijakan anggarannya bersifat ekspansif, artinya APBD akan diprioritaskan

untuk menstimulasi perekonomian daerah melalui pengeluaran pembangunan

(development budget). Sebaliknya, jika pemerintah daerah menetapkan kebijakan

APBD bersifat kontraksi, maka APBD kurang dapat diharapkan untuk

menggerakkan perekonomian daerah, karena anggaran pembangunan jumlahnya

relatif kecil dibandingkan dengan belanja rutin daerah (Saragih, 2003:82).

Menurut Mamesah (1995:16) APBD sebagai sarana atau alat utama dalam

menjalankan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, karena fungsi

APBD adalah sebagai berikut:

1)    Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada rakyat dari daerah

yang bersangkutan;

2)    Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi;

3)    Memberikan isi dan arti tanggung jawab pemerintah daerah umumnya

dan kepala daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh

kebijaksanaan pemerintah daerah;

4)    Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap

daerah dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna; dan

4

Page 5: MAKALAH KEUANGAN

5)    Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah dalam batas-

batas tertentu.

Pengelolaan keuangan daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan

desentralisasi diatur secara mendetail dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 (yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan

desentralisasi daerah, pemerintah daerah berhak menyelenggarakan pengelolaan

keuangan daerah, yang komponen-komponennya sebagaimana tertuang dalam

struktur APBD antara lain terdiri dari:

1.2 Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan

Daerah bersumber dari:

1.2.1 Pendapatan Asli Daerah;

Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar Pemerintah Daerah

dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah (Widjaja,

1998:42). Definisi lain seperti dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004,

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari sumber-

sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan tentunya

pendapatan tersebut diperoleh dari hasil yang berada dalam wilayahnya sendiri.

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber PAD antara lain terdiri

dari:

1)    Hasil pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah

Daerah kepada semua obyek pajak, seperti orang/badan, benda bergerak/tidak

bergerak;

5

Page 6: MAKALAH KEUANGAN

2)    Hasil retribusi daerah, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan

dengan suatu jasa/fasilitas yang berlaku oleh Pemerintah Daerah secara langsung

dan nyata;

3)    Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain:

a)     Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;

b)     Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN;

c)     Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat;

4)    Lain-lain PAD yang sah, antara lain:

a)     Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b)     Jasa giro;

c)     Pendapatan bunga;

d)     Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;

e)     Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;

f)      Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing;

g)     Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

h)     Pendapatan denda pajak;

i)       Pendapatan denda retribusi;

6

Page 7: MAKALAH KEUANGAN

j)       Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

k)     Pendapatan dari pengembalian;

l)       Fasilitas sosial dan fasilitas umum;

m)    Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan

n)     Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Pemberian sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan

kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi

daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

Menurut Mahi (2000:58), pendapatan asli daerah belum bisa diandalkan sebagai

sumber pembiayaan utama otonomi daerah kabupaten/kota disebabkan oleh

beberapa hal berikut.

1)    Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah.

2)    Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.

3)    Kemampuan administrasi pemungutan di daerah masih rendah.

4)    Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.

1.2.2 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan dikeluarkan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan

fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah.

Pasal 10, UU No. 33 Tahun 2004 mengatur tentang Dana Perimbangan yang

setiap tahun ditetapkan untuk menjadi hak Pemerintah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota terdiri dari:

7

Page 8: MAKALAH KEUANGAN

1)    Dana Bagi Hasil, bagian Daerah bersumber dari penerimaan pajak dan

penerimaan dari sumber daya alam;

a)     Dana Bagi Hasil Pajak yang bersumber dari:

-       Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

-       Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

-       Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

b)     Dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang bersumber dari sumber daya alam,

berasal dari:

-       kehutanan;

-       pertambangan umum;

-       perikanan;

-       pertambangan minyak bumi;

-       pertambangan gas bumi; dan

-       pertambangan panas bumi.

Pembagian Dana Bagi Hasil dibagi menurut persentase yang berbeda-beda pada

setiap sumber Dana Bagi Hasil yang diatur dalam pasal 12 sampai dengan pasal

21.

2)    Dana Alokasi Umum;

Besarnya Persentasi Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan sekurang-

kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam

8

Page 9: MAKALAH KEUANGAN

APBN. DAU tersebut dibagi atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal

adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Alokasi dasar

dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

3)    Dana Alokasi Khusus.

Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) ditetapkan setiap tahun dalam

APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan Daerah. Pemerintah menetapkan kriteria DAK

yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum

ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam

APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-

undangan dan karakteristik Daerah. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian

negara/departemen teknis.

1.2.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah bertujuan memberi

peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah. Lain-lain pendapatan daerah

yang sah ini terdiri atas:

1)    Hibah, adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara

asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, badan/lembaga dalam

negeri/perorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah, maupun barang dan/atau

jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali dan

bersifat tidak mengikat.

2)    Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam.

3)    Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.

9

Page 10: MAKALAH KEUANGAN

4)    Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh

pemerintah.

5)    Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

1.2.4 Belanja

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum

daerah yang mengurangi ekuitas dana, dan merupakan kewajiban daerah dalam

satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

daerah.

Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan terdiri atas belanja urusan wajib

dan belanja urusan pilihan. Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup:

1)    Pendidikan;

2)    Kesehatan;

3)    Pekerjaan umum;

4)    Perumahan rakyat;

5)    Penataan ruang;

6)    Perencanaan pembangunan;

7)    Perhubungan;

8)    Lingkungan hidup;

9)    Pertanahan;

10) Kependudukan dan catatan sipil;

11) Pemberdayaan perempuan;

10

Page 11: MAKALAH KEUANGAN

12) Keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

13) Sosial;

14) Tenaga kerja;

15) Koperasi dan usaha kecil menengah;

16) Penanaman modal;

17) Kebudayaan;

18) Pemuda dan oleh raga;

19) Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

20) Pemerintahan umum;

21) Kepegawaian;

22) Pemberdayaan masyarakat dan desa;

23) Statistik;

24) Arsip; dan

25) Komunikasi dan informatika.

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:

1)    Pertanian;

2)    Kehutanan;

3)    Energi dan sumber daya mineral;

4)    Pariwisata;

11

Page 12: MAKALAH KEUANGAN

5)    Kelautan dan perikanan;

6)    Perdagangan;

7)    Perindustrian; dan

8)    Transmigrasi.

Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan

organisasi pada masing-masing pemerintah daerah dan klasifikasi belanja menurut

program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah. Sedangkan belanja menurut kelompok belanja, terdiri dari:

1)    Belanja tidak langsung. Kelompok belanja tidak langsung ini tidak

terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja

tidak langsung terbagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a)      Belanja pegawai;

b)      Bunga;

c)      Subsidi;

d)      Hibah;

e)      Bantuan sosial;

f)       Belanja bagi hasil;

g)      Bantuan keuangan; dan

h)      Belanja tidak terduga.

2)    Belanja langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja

yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

12

Page 13: MAKALAH KEUANGAN

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang

terdiri atas:

a)      Belanja pegawai;

b)      Belanja barang dan jasa; dan

c)      Belanja modal.

1.2.5 Pembiayaan

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah

meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk

memanfaatkan surplus.

Apabila APBD diperkirakan surplus diutamakan untuk membayar pokok utang,

penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah

pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan

sosial. Sementara itu, jika APBD diperkirakan defisit maka ditetapkan

pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari

sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana

cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan

pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:

1)    Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah;

2)    Penerimaan pinjaman Daerah;

13

Page 14: MAKALAH KEUANGAN

Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka

penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah. Pinjaman Daerah bersumber dari:

a)  Pemerintah;

b)  Pemerintah Daerah lain;

c)  Lembaga keuangan bank;

d)  Lembaga keuangan bukan bank; dan

e)  Masyarakat berupa Obligasi Daerah.

3)    Penerimaan kembali pemberian pinjaman;

4)    Pencairan dana cadangan daerah;

5)    Penerimaan piutang; dan

6)    Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:

1)    Pembentukan dana cadangan;

2)    Penanaman modal (investasi) pemerintah daerah;

3)    Pembayaran pokok utang; dan

4)    Pemberian pinjaman daerah.

Menurut Saragih (2003:82), apapun komposisi dari APBD suatu daerah

tentu harus disesuaikan dengan perkembangan keuangan pemerintah daerah yang

bersangkutan. Setiap daerah tidak harus memaksakan diri untuk menggenjot

pengeluaran tanpa diimbangi dengan kemampuan pendapatannya, khususnya

kapasitas PAD. Dikhawatirkan jika pemerintah daerah menetapkan kebijakan

14

Page 15: MAKALAH KEUANGAN

defisit pada APBD-nya, maka sumber pembiayaan untuk menutupi sebagian atau

seluruh defisit anggaran berasal dari pinjaman atau utang.

Oleh sebab itu, masih menurut Saragih (2003:82), yang lebih aman adalah

tidak mendesain anggaran daerah yang ekspansif tanpa diimbangi dengan

kemampuan pendapatannya. Bisa-bisa keuangan pemerintah daerah bangkrut

hanya karena mengikuti ambisi untuk menggenjot pengeluaran, baik rutin maupun

pembangunan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan struktur APBD

yang baik adalah dengan memperkecil (didasari efisiensi dan efektivitas) belanja

rutin daerah pada pos-pos yang tidak perlu dan mendesak. Hal inilah yang

mendorong perubahan paradigma penganggaran dari yang berbasis line item

(tradisional) ke arah penganggaran berbasis kinerja. Artinya, penganggaran

berbais kinerja ini melihat penilaian kinerja lembaga berdasarkan besarnya dana

yang terserap dari suatu program atau kegiatan. Setiap rupiah yang dikeluarkan

harus dapat menghasilkan (yield) nilai tambah bagi perekonomian daerah atau

kemakmuran masyarakat yang diindikasikan melalui target yang bersifat

kuantitatif. Selanjutnya dalam proses penganggarannya, sistem ini juga

menghendaki dipertimbangkannya beberapa fungsi, yakni fungsi alokasi,

distribusi, dan stabilisasi.

 

15

Page 16: MAKALAH KEUANGAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajban negara yag dapat di

nilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban.

Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan keuangan dari sisi objek,

subjek, proses, dan tujuan dijelaskan sebagai berikut. Pengertian keuangan dilihat

dairi susut pandang.

1) Objek : semua hak, kewajiban, negera yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kebijkan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan

pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan serta segala sesuatu baik

yang berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik negara

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2) Subjek : seluruh objek keuangan di atas yang dimiliki negara dan/ atau

dikuasai pemerintah, negara/daerah dan badan lain yang ada kaitannya

dengan keuangan negara.

3) Proses : seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan

objek tersebut, di atas mulai dari pemurusan kebijakan dan pengambilan

keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.

4) Tujuan : seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkatian

dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka.

5) Penjelasan UU No. 17 tahun 2003 butir 3):”semua hak dan kewajiban

negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. (Pasal 1

huruf 1 UU No. 172003)

Dengan demikian pengertian keuangan negara meliputi hal-hal sebagai berikut:

16

Page 17: MAKALAH KEUANGAN

1) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan pajak, mengeluarkan

dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman.

2) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum

pemerintah negara dan membayar tagihan pihak ketiga.

3) Penerimaan negara

4) Pengeluaran negara

5) Penerimaan negara

6) Pengeluaran daerah

7) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang

dapat di nilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan negara/perusahaan negara.

8) Kekayaan pihak lain yang dkuasai oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintah dan atau kepentingan umum.

9) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang

diberikan pemerintah.

Bidang pegelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan

dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter dan sub

bidang penglolaan kekayaan negera yang dipisahkan.

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelenggaraan, pengelolaan kuangan negara perlu diselanggarakan secara

profesional, terbuka, dan tanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang telah

ditetapkan dalam undang-undang dasar.

Sesuai dengan amanat pasal 23 C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-

Undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah

ditetapkan dalam undang-undang dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang

meliputi baik asas-asas yang telah lama dekenal dalam pengelolaan keuangan

negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas

maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practice (penerapan kaidah-

kaidah yang baik) dalam pengelolaan kuangan negara, antara lain

17

Page 18: MAKALAH KEUANGAN

2.2 PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA

2.2.1 Hak-Hak Negara

Hak-hak negara dalam hal ini adalah segala hak atau usaha yang dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka mengisi kas negara. Hak-hak itu antara lain meliputi :

a) Hak Mencetak Uang

Pelaksanaan hak ini, sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Pokok

Perbankan, diselanggarakan oleh Bank Indonesia, yang dalam hal ini

bertindak selaku Bank Sentral. Sedang proses pencetakan uangnya

dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik

Indonesia (Perum Peruri).

b) Hak Mengadakan Pinjaman

Hak pemeritah untuk mengadakan pinjaman ini meliputi baik pinjaman

dalam negeri maupun pinjaman luar negeri. Pinjaman dalam negeri dalam

hal ini dapat dibedakan atas pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka

pendek.

c) Hak Menarik Pajak

Penyelenggaraan negara tidak bisa dipisahkan dari penarika pajak.

Sehubngan dengan itu, pajak adalah sumber penerimaan negara yang

paling penting

d) Hak Menarik Iuran dan Pungutan

Berbeda dengan pajak, yang tidak memiliki hubungan lagsung dengan

barang atau jasa yang diterima masyarakat dari pemerintah, hak

pemerintah menarik iuran dan pungutan ini memiliki kaitan langsung

dengan barang atau jasa yang diberikan pemerintah kepada

2.2.2 Kewajiban Negara

Kewajiban-kewajiban negara, dalam garis besarnya, dapat dkelompokan

atas dua bentuk kewajiban sebagai berikut (a) Kewajiban menyelengarakan tugas-

tugas negara dan (b) kewajiban membayar tagihan-tagihan yang datang dari pihak

ke tiga. Kewajiban menyelengarakan tugas-tugas negara,secara

yuridis,sepenuhnya didasarkan atas amanat yang terkandung dalam pembukaan

18

Page 19: MAKALAH KEUANGAN

Undang-undang dasar 1945 itu dapat di simpulkan, bahwa kewajiban-kewajiban

negara dalam hubungnya dengan penyelengaraan tugas-tugas negara,meliputi hal-

hal sebagai berikut:

a. Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

b. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa

c. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia

Dalam pelaksanaanya, pelaksanaan kewajiban pemerintah bentuk pertama ini,

dapat dibedakan atas kewajiban-kewajiban pembangunan. Bila kewajiban-

kewajiban rutin dan kewajiban-kewajiban berkaitan dengan pelaksanaan tugas

sehari-hari pemerintah, maka kewajiban-kewajiban pembangunan berkaitan

dengan peranan pemerintah sebagai salah satu pelaksanaan pembangunan.

2.3 MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

1. Pendekatan Pengelolaan Keuangan Negara

Dari sisi obyek keuangan negara akan meliputi seluruh hal dan

kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, di dalamnya termasuk

sebagi kebijakn dan kegiatan yang terselengara dalam bidang

fiskal,moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara yang di pisahkan

Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara,dan pemerintah

pusat,pemerintah daerah,perusahaan negara/daerah,dan badan lain yang

ada kaitannya dengan keuangan negara.

Keuangan negara dari sisi proses mencakup seluruh rangkaian

kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek diatas mulai dari

proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan

pertanggungjawaban.

Keuangan negara juga meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan

hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan atau penguasaan obyek

sebagaimana tersebut diatas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

negara, pendekatan terakhir ini dilihat dari sisi tujuan.

19

Page 20: MAKALAH KEUANGAN

2.4 Pihak yang mengelola hak dan kewajiban negara

Bila dari segi pengertiannya keuangan negara meliputi hak negara

dan kewajiban negara, maka dilihat dari segi pihak yang mengelolanya,

keuangan negara dapat dikelompokkan kedalam dua bagian sebagai

berikut : (a). yang pengelolaannya dipisahkan dan , (b) yang dikelola

langsung oleh negara.

1. Pengelolaan terpisah

Komponen keuangan negara yang pengelolaannya

dipisahkan adalah komponen keuangan negara yang

pengelolaannya diserahkan kepada badan-badan usaha milik

negara dan lembaga-lembaga keuangan milik negara.

Perusahaan jawatan (Perjan) adalah perusahaan negara

yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bersifat memberi pelayanan kepada masyarakat.

b. Statusnya berlainan dengn hukum public.

c. Modalnya merupakan bagian dari anggaran pendapatan dan

belanja negara yang dikelola oleh departemen yang

membawahinya.

Perusahaan Umum negara (Perum) adalah perusahaan negara

yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bersifat melayani kepentingan umum, namun juga

diharapkan dapat memumpuk keuntungan.

b. Bersatus badan hukum dan di atur berdasarkan ketentuan

undang-undang No.19/1969.

c. Sampai tingkat tertentu menerima subsidi dari pemerintah.

d. Seluruh modalnya merupakan milik negara yang di ambil

dari kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi ke

dalam bentuk saham-saham.

Adapun perusahaan perseroan Negara (persero) adalah perusahaan

negara yang memiliki ciri sebagai berikut:

a. Bersifat mengejar keuntungan.

20

Page 21: MAKALAH KEUANGAN

b. Bersatus badan hukum dan berbentuk perseroaan

terbatas.

c. Tidak menerima subsidi dan fasilitas dari pemerintah.

d. Seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh

pemerintah serta terbagi ke dalam bentuk saham-saham.

2.5 ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelengaraan negara,pengelolaan keuangan negara perlu di selenggarakan

secara profesional,terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok

yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 .

Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas secara ringkas

dapat dikelompokan dalam sub bidang pengelolaan fiskal,sub bidang pengelolaan

moneter, dan sub bidang pengelolaaan kekayaan negara yang di pisahkan. Sub

bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi

a. Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal

Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal ini meliputi

penyusunan Nota keuangan dan RAPBN, serta perkembangan dan

perubahanya, analisis kebijakan,evaluasi dan perkiraan perkembangan

ekonomi makro, pendapatan negara,belanja negara,pembiayaan,analisis

kebijakan,evaluasi dan perkiraan perkembangan fiskaldalam rangka

kerjasama internasional dan regional.

b. Fungsi penganggaran

Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan,

serta perumusan standar, norma, pedoman, kriterian, prosedur dan pemberian

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang APBN.

c. Fungsi perbendaharaan

Perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standar, sistem dan

prosedur dibidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaraan negara,

pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah

21

Page 22: MAKALAH KEUANGAN

pusat dan faerah,kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan pihak lain ini

meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain.

d. Fungsi pengawasan keuangan

Sementara itu,bidang moneter meliputi sistem pembayaran,sistem lalu

lintas devisa, dan sistem nilai tukar.

2.6 PENGERTIAN PENGELUARAN NEGARA DAN FUNGSI

ANGGARAN

Pengeluaran negara adalah pengeluaran atau setiap pengunaan uang dan

sumber daya suatu negara untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah atau

negara dalam rangka menjalankan fungsinya mewujudkan kesejahteraan

rakyatnya

1. Fungsi negara dalam sistem kapitalisme

Sistem kapitalisme adalah suatu sistem di mana barang kapital dimiliki

oleh swasta atau perorangan yang digunakan untuk mencari laba

pemiliknya. Sistem kapitalisme, sistem ekologi.

2. fungsi negara berdasarkan sistem sosialisme

Menguasai segala bidang (bersifat omnipotent), tapi tidak berarti bahwa

di dalam sistem sosialisme tidak ada hak serta kebebasan individual.

3. fungsi negara menurut Richard A. Musgrive

a) allocation branch

b) distribution branch

c) stabilization branch

4. fungsi negara menurut John Stuart Mill

a) necessary function of government

b) optional function of government

5. fungsi negara menurut UUD 1945, yaitu:

a) melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia

b) memajukan kesejahteraan umum

22

Page 23: MAKALAH KEUANGAN

c) mencerdaskan kehidupan bangsa

d) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

2.7 BENTUK – BENTUK ANGGARAN

Definisi anggaran berdarkan national commitee on governmental

accounting (NCGA), saat ini governmental accounting standards board (GASB),

sebagai berikut:

“... rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang

diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam

periode waktu tertentu”

Anggaran berfungsi sebagai berikut:

a) anggaran berdasarkan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

b) anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa

mendatang.

c) anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit

kerja dan mekanisme kerja antar bawahan dan atasan.

d) anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja..

e) anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam

pencapaian visi organisasi.

f) anggaran merupakan instrumen politik.

g) anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

2.8 Karakteristik anggaran sektor publik:

a) anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

b) anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun.

c) anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan.

d) usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi

dari penyusunan anggaran.

23

Page 24: MAKALAH KEUANGAN

e) sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

2.9 Prinsip anggaran sektor publik:

1. otorisasi oleh legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu

sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2. komprehensif.

Menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Adanya dana non

budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3. keutuhan anggaran.

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

4. nondiscretionary appropriation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,

efisien dan efektif.

5. periodik.

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun

multi tahunan.

6. akurat.

Estimasi anggaran tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat

dijadikan sebagai kantong – kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta

dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate

pengeluaran.

7. jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat dan tidak

membingungkan.

8. diketahui publik.

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

24

Page 25: MAKALAH KEUANGAN

2.10 JENIS ANGGARAN

1. anggaran operasional.

Digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari – hari dalam menjalankan

pemerintah seperti belanja rutin.

2. anggaran modal / investasi

Menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti

gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya biasanya dilakukan dengan

menggunakan pinjaman.

2.11 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

1. tahap persiapan anggaran

Dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia.

Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum

menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran

pendapatan secara lebih kuat. Jika anggaran diestimasi pada saat bersamaan

dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

2. tahap ratifikasi

Tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.

Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga

harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang

memadai. Integritas dan kesiapan mental sangat penting karena pimpinan

eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan

argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan – bantahan dari

pihak legislatif.

3. tahap implementasi / pelaksanaan anggaran.

Harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem

(informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.

4. tahap pelaporan dan evaluasi

Terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung

dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka

25

Page 26: MAKALAH KEUANGAN

diharapkan tahap budget, reporting and evaluation tidak akan menimbulkan

banyak masalah.

Tujuan proses penyusunan anggaran sektor publik:

a) membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi

antar bagian dan lingkungan pemerintah.

b) membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan

jasa publik melalui pemrioritasan.

c) memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

2.12 KEUANGAN DAERAH, RUANG LINGKUP DAN AZAS –

AZAS

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk

menyelenggarakan roda pemerintahan dan mengelola sumber – sumber keuangan.

Berdasarkan peraturan pemerintah pemerintah nomor 58 tahun 2005, pengertian

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah tersebut.

Istilah dalam keuangan daerah:

1. hak daerah adalah haku untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah

serta melakukan pinjaman. Berbagai pajak daerah dan retribusi daerah

selanjutnya menjadi bagian dari pendapatan daerah dalam rangka untuk

membiayai belanja daerah.

2. kewajiban daerah adalah kewajiban daerah untuk menyelenggarakan

urusan Pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga.

3. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD) menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan pengertian diatas, ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta

melakukan pinjaman

26

Page 27: MAKALAH KEUANGAN

2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah

dan membayar tagihan pihak ketiga.

3. Penerimaan daerah

4. Pengeluaran daerah

5. Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Daerah

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum.

Lebih lanjut Pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud disini meliputi:

a. Asas umum pengelolaan keuangan daerah

b. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

c. Struktur APBD

d. Penyusunan APBD

e. Penetapan APBD

f. Pelaksanaan dan perubahan APBD

g. Penatausahaan keuangan daerah

h. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

i. Pengendalian dafisit dan penggunaan surplus APBD

j. Pengelolaan kas umum daerah

k. Pengelolaan piutang daerah

l. Pengelolaan investasi daerah

m. Pengelolaan barang milik daerah

n. Pengelolaan dana cadangan

o. Pengelolaan utang daerah

p. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah

q. Penyelesaian kerugian daerah

r. Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah

s. Pengaturan pengelolaan keuangan daerah

27

Page 28: MAKALAH KEUANGAN

Pengelolaan keuagan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem

terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan

dengan peraturan daerah.

2.12.1Asas –asas Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan pasal 4 ayat 1 PP No. 58 tahun 2005 asas pengelolaan

Keuangan Daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

a. Efisien yang dimaksud disini adalah pencapaian keluaran yang maksimum

dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk

mencapai keluaran tertentu

b. Ekonomis maksudnya adalah perolehan masukan dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah

c. Efektif adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil

d. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-

luasnya tentang keuangan daerah

e. Bertanggung jawab maksudnya adalah perwujudan kewajiban seseorang

atau satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan

pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan dipercayakan

kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

f. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya.

Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar

dan proposional.

28

Page 29: MAKALAH KEUANGAN

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendapatan Asli Daerah merupakan modal dasar Pemerintah Daerah

dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. Pemberian

sumber PAD bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada

Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan

potensi Daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Menurut Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004, Sumber PAD antara lain terdiri dari:Hasil pajak

daerah,Hasil retribusi daerah,Hasil pengelolaan kekayaan daerah,Lain-lain PAD

yang sah, antara lain(Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan),

(Jasa giro),(Pendapatan bunga),Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah),

(Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah),(Penerimaan keuntungan

dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing),(Pendapatan denda atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan),(Pendapatan denda pajak),(Pendapatan

denda retribusi),(Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan),(Pendapatan dari

pengembalian),(Fasilitas sosial dan fasilitas umum),(Pendapatan dari

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan),(Pendapatan dari angsuran/cicilan

penjualan).

29

Page 30: MAKALAH KEUANGAN

3.2      Saran

Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN & APBD

mempengaruhi rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan lembaga-lembaga

lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara yang bersangkutan

(Indonesia) dimasa mendatang, serta yang lebih penting lagi adalah bahwa

pemerintah yang bersangkutan lebih efesien dalam mengambil keputusan dimasa

mendatang.

30

Page 31: MAKALAH KEUANGAN

DAFTAR PUSTAKA

Hapsoro Dody, 2001, AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Penerbit

Gunadarma, Yogyakarta.

Widjaja, Haw. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi. Raja grafindo persada : Jakarta

Mardiasmo, 2004. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi : Yogyakarta

Suparmono, 1992. Keuangan Negara. BPFE : Yogyakarta

Suparmoko. 2005. Keungan Negara. BPFE : Yogyakarta

Sunarno, Siswanto. 2006. “Hukum pemerintah daerah di indonesia”. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaran Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

31