Makalah Manajemen Keuangan.
-
Upload
ahmad-harmi-alsa -
Category
Documents
-
view
100 -
download
4
description
Transcript of Makalah Manajemen Keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN
Menurut SK Menkeu RI No.792 Tahun 1990, lembaga keuangan adalah semua
badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan perhimpunan dan penyaluran dana
kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan
tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan namun tidak
berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan. Dalam kenyataannya, kegiatan
usaha lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi,
dan kegiatan distribusi barang dan jasa.1
Menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan dibandingkan dengan aset nonfinansial
atau aset riil. Lembaga keuangan memberikan pembiayaan/kredit kepada nasabah dan
menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Di samping itu, lembaga keuangan juga
menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain menawarkan berbagai jenis tabungan,
proteksi, asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer
dana.
Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya, artinya kegiatan
yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah
kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau bahkan kedua-
duanya yakni menghimpun dan menyalurkan dana.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa lembaga keuangan adalah setiap
perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha
lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan berbagai skema atau melakukan
kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan usaha lembaga
keuangan diperuntukkan investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi
barang dan jasa. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada maka dalam operasionalnya
1 Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 12
1
lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan
syariah.
B. BENTUK-BENTUK LEMBAGA KEUANGAN
1. Lembaga Keuangan Bank
Dalam pembicaraan kita sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya, dan juga sebagai tempat tukar menukar uang, memindahkan uang atau
memerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Dari pengertian diatas dapat kita jelaskan lagi secara lebih luas bahwa bank adalah
perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah
keuangan.
Disamping itu perbankan juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-
jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan penghimpunan dan menyalurkan
dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kreditmaupun tidak
langsung. Jasa perbankan lainnya antara lain meliputi:
jasa pemindahan uang (Transfer)
jasa penagihan (inkaso)
jasa kliring (Clearing)
jasa penjualan mata uang asing (Valas)
jasa safe Deposit Box
Travellers Cheque
Bank Card
Bank draft
2
Letter of Credit (L/C)
Bank Garansi dan Refrensi Bank
Serta jasa bank lainnya.
Maka semakin banyak ragam produk yang ditawarkan dilihat dari kemampuan bank dari segi
pemodalan, manajemen, serta fasilitas yang dimilikinya.
Menurut undang-undang pokok perbankan No.7 Tahun 1992. Dan ditegaskan lagi
dengan undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank digolongkan memjadi duanjenis yaitu :
Bank Umum dan BPR.
A. Bank Umum ( commercial Bank )
Bank yang menerima simpanan dalam bentuk Giro dan Deposito dan dalam usahanya
yang utamanya memberikan kredit jangka pendek. Bank umum jga dapat melaksanakan tugas
dari pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian.
Kegiatan bank-bank umum tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan karenanya, bank
merupakan tempat untuk melayani segala macam kebutuhan keuangan bagi para nasabahnya
dengan kegiatan utamanya yaitu :
1. Menghimpun dana dari masyarakat ( funding )
2. Menyalurkan dana ke masyarakat ( lending )
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya ( services )
Berikut yang termasuk dalam kategori Bank Umum ialah : BNI 1946, BRI, Bank Mandiri,
BCA, BII dan Citibank.
B. Bank Pengkreditan Rakyat ( BPR )
Bank Pengkredita Rakyat ini bank yang hanya menghimpun dana dan menyalurkan
dana atau memberikan kredit dan tidak diperbolehkan melakukan seperti : menerima
simpanan berupa Giro, ikut dalam lali lintas pembayaran, melakukan kegiatan penyertaan
modal dan usaha perasuransian. Berikut kegiatan umum Bank Pengkreditan Rakyat :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, tabungan, deposito
berjangka atau bentuk lainnya
2. Memberikan pelayanan kredit
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dalam peraturan pemerintah
3
4. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia, deposito
berjangka, sertifikat deposito dan tabungan pada bank lain
Bank Pekreditan Rakyat (BPR) yang merupakan bagian dari sistem Perbankan juga
harus sehat supaya bisa berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara
keseluruhan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana suatu kesehatan bank di
ukur. Kesehatan suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diukur dari lima faktor yaitu Capital,
Asset, Management, Earning dan Liquidity yang sering di singkat menjadi CAMEL.
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
1. PASAR MODAL
a. Pengertian
Pasar modal (capital modal) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang
dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya
lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian
fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan
penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian efek adalah setiap surat berharga (sekuritas) yang diterbitkan oleh perusahaan,
misalnya: surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham,
obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), dan waran (warrant).2
Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret
atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya yang termasuk pihak penawar adalah
perusahaan asuranssi, dana pensiun, bank-bank tabungan sedangkan yang termasuk peminat
adalah pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum.
Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang berkaitan dengan
instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dan merupakan
pasar yang abstrak. Instrument pasar uang biasanya terdiri dari berbagai jenis surat berharga
2 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 194
jangka pendek seperti sertifikat deposito, commercial papper, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
b. Sejarah Pasar Modal
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai
pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreninging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal
Desember 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di
tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay,
Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktivitas pasar midal
sudah sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang
Belanda di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad ke-19 pemerintah
kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai
salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para
penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya
sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka
pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar midal. Setelah mengadakan persiapan
akhirnya berdiri secara resmi pasar midal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada
tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel (bursa
efek) dan langsung memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada saat itu adalah
saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia
Belada. Bursa Batabia dihentikan pada perang dunia yang pertama dan dibuka kembali pada
tahun 1925 dan menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di
Surabaya dan Semarang. Aktivitas ini terhenti pada perang dunia kedua.3
Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun
1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai
aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang
Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan senagai Undang-undang No.
15 tahun 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggarannya diserahkan kepada
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan
beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini
3 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 215
semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-
turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara Belanda,
baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi
abitrase dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa.
Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda
sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga
begara Belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebyut makin parah sejalan
dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia denan Belanda mengenai sengketa Irian
Jaya dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia,
sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian disusul dengan
instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu
larangan Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda
yangberoperasi di Indonesia, termasuk semua efek yang bernominasi mata uang Belanda,
makin memperparah perdagangan efek di Indonesia.
Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana
Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Unuk merangsang
perusahan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak persetoan sebesar
10%-20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk
investor WNI yang membeli saham melalui pasar midal tidak dikenakan pajar pendapatan
atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti, dan pajak kekayaan atas nilai
saham/bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakuka deregulasi di sektor keuangan dan perbankan
termasuk pasar midal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan pasar midal antara lain
Pakto 27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paker 24
Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-
pokok:
a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%.
b. Diperkenalkan Bursa Paralel.
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang sebelumya
dipungut oleh Bapepam.
6
d. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public.
e. Saham boleeh dierbitkan atas unjuk.
f. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum ditiadakan.
g. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak
dilengkapinya persyaratan.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta.
Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
c. Manfaat Pasar Modal
1. Bagi Emiten
Bagi emiten, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar
2. dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai
3. tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana/perusahaan
4. solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan
5. ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil
2. Bagi investor
Sementara, bagi investor, pasar modal memiliki beberapa manfaat, antara lain:
1. nilai investasi perkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin
pada meningkatnya harga saham yang mencapai kapital gain
2. memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga yang
mengambang bagi pemenang obligasi
3. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko
7
d. Produk-Produk Di Pasar Modal
1. Reksa Dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai
modal berinvestasi. Melalui dana reksa ini nasihat investasi yang baik “jangan menaruh
semua telur dalam satu keranjang” bisa dilaksanakan. Pada prinsipnya investasi pada reksa
dana adalah melakukan investasi yang menyebar pada sejumlah alat investasi yang
diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
Adapun sasaran reksa dana diantaranya adalah pendapatan, pertumbuhan, dan
keseimbangan. Keputusan untuk memilih saham yang memberikan dividen/bunga ada
ditangan manajer investasi. Manajer investasi mempunyai hak untuk mendistribusikan atau
tidak dividen/bunga yang diperolehnya kepada pemodal. Jika prospektusnya menerangkan
bahwa dividen/bunga akan didistribusikan maka dalam waktu tertentu pemodal akan
mendapatkan dividen/bunga.
Capital gain akan diberikan oleh reksa dana yang memiliki sasaran pertumbuhan.
Pendapatan ini berasal dari kenaikan harga saham atau diskon obligasi yang menjadi
portofolio reksa dana. Manajer investasi harus berhasil membeli saham pada saat harga
rendah dan menjualnya pada saat harga tinggi. Selanjutnya manajer investasi akan
mendistribusikan pada pemodal. Meski demikian, pendapatan dari capital gain tergantung
kebijakan manajer investasi. Bila manajer investasi dalam prospektusnya menerangkan akan
mendistribusikan capital gain, maka dalam waktu tertentu pemegang reksa dana akan
mendapatkan distribusi capital gain. Ada juga reksa dana yang tidak mendistribusikan capital
gain ini, tapi menambahkannya pada nilai aktiva bersih. Nilai aktiva bersih adalah
perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan manajer investasi dengan total
volume reksa dana yang diterbitkan.
Kemungkinan untuk mendapatkan kenaikan aktiva bersih ini sangat tergantung pada
jenis reksa dana yang dibeli. Reksa dana terbuka akan dibeli kembali dengan harga nilai
8
aktiva bersih baru. Reksa dana tertutup tidak akan dibeli kembali oleh penerbitnya. Setelah
terjadi transaksi di pasar perdana, selanjutnya reksa dana akan diperjualbelikan di pasar
sekunder. Harga yang terbentuk merupakan pertemuan dari permintaan dan penawaran.
Harga inilah yang merupakan nilai aktiva bersih yang baru.
2. Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan menabung. Imbalan yang akan
diperoleh dengan kepemilikan sahma adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang
tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham biasa sangat
besar, tetapi tergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya. Bila perusahaan
penerbit mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan para pemegang
sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar pula. Karena laba yang besar tersebut
menyediakan dana yang besar untuk didistribusikan kepada pemegang saham sebagi dividen.
Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli. Ada
kaidah-kaidah yang harus dijalankan untuk mendapat capital gain. Salah satunya adalah
membeli saat harga turun dan menjual saat harga naik.
Saham memberikan kemungkinan penghasilan yang tidak terhingga. Sejalan dengan
itu, risiko yang ditanggung pemilik saham juga relatif paling tinggi. Investasi memiliki risiko
yang paling tinggi karena pemodal memiliki hak klaim yang terakhir, bila perusahaan
penerbit saham bangkrut. Secara normal, artinya diluar kebangkrutan, risiko potensial yang
akan dihadapi pemodal hanya dua, yaitu tidak menerima pembayaran dividen dan menderita
capital loss.
3. Saham Preferen
Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Artinya
disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa.
Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga
obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen.
9
Ada pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap
setiap tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain
sebagainya.
Pilihan untuk berinvestasi pada saham preferen didorong oleh keistimewaan alat
investasi ini, yaitu memberikan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan ada kemungkinan
keuntungan tersebut lebih besar dari suku bunga deposito apabila perusahaan penerbit mampu
menghasilkan laba yang besar, dan pemegang saham preferen memiliki keistimewaan
mendapatkan dividen yang dapat disesuaikan dengan suku bunga.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan
bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan
obligasi. Pada dasarnya memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka.
Hanya saja obligasi dapat diperdagangkan. Obligasi memberikan penghasilan yang tetap,
yaitu berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah yang tetap pada waktu yang telah
ditetapkan. Obligasi juga memberikan kemungkinan untuk mendapatkan capital gain, yaitu
selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian. Kesulitan untuk menentukan
penghasilan obligasi disebabkan oleh sulitnya memperkirakan perkembangan suku bunga.
Padahal harga obligasi sangat tergantung dari perkembangan suku bunga. Bila suku bunga
bank menunjukkan kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian.
Disamping menghadapi risiko perkembangan suku bunga yang sulit dipantau,
pemegang obligasi juga menghadapi risiko kapabilitas (capability risk), yaitu pelunasan
sebelum jatuh tempo. Sebelum obligasi ditawarkan di pasar, terlebih dahulu dibuat peringkat
(rating) oleh badan yang berwenang. Rating tersebut disebut sebagai credit rating yang
merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan
seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal. Keamanan ini ditunjukkan dengan kemampuan
untuk membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman.
Salah satu varian produk obligasi adalah obligasi konversi. Obligasi konversi, sekilas
tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan kupon yang tetap, memiliki
jatuh tempo dan memiliki nilai nominal atau nilai pari (par value). Hanya saja obligasi
konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi
10
selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. Misalnya setiap obligasi konversi
bisa dikonversi menjadi 3 saham biasa setelah 1 Januari 2005 dengan harga konversi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sama dengan alat investasi yang lain, obligasi konversi tidak ubahnya dengan
menabung. Bedanya, surat tanda menabung tidak dapat diperjualbelikan; sebaliknya obligasi
konversi dapat diperjualbelikan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena mampunya
memberikan penghasilan optimal sebab obligasi konversi bisa digunakan sebagai obligasi
atau saham. Bila suku bunga yang ditawarkan obligasi konversi lebih tinggi dari suku bunga
bank atau perusahaan tidak membagikan dividen yang besar, maka pemegang obligasi
konversi tidak perlu mengonversikan obligasi konversinya. Bila diperkirakan emiten berhasil
mendapatkan laba yang tinggi sehingga mampu membagi dividen yang lebih besar daripada
bunga obligasi konversi, pemegang obligasi konversi lebih baik mengonversi obligasinya
menjadi saham guna mendapatkan dividen.
Imbalan yang dapat diperoleh pemegang obligasi konversi dapat terdiri bunga (bila
mempertahankan sebagai obligasi), dividen (bila melakukan konversi), capital gain (bila
berhasil menjual obligasinya dengan harga lebih tinggi dari harga perolehannya, atau
mendapat diskon saat membeli. Capital gain juga bisa didapat jika pemegang obligasi
konversi melakukan konversi, kemudian berhasil menjual saham tersebut diatas harga
perolehannya).
Risiko yang dihadapi pemegang obligasi konversi adalah kesalahan didalam
mengambil keputusan konversi, antara lain:
Seandainya pada saat yang ditentukan pemodal menggunakan haknya menukar
obligasi konversi menjadi saham, dan ternyata kondisi menunjukkan suku bunga bank
cenderung naik.
Bila emiten tidak berhasil meraih keuntungan, sehingga tidak membagikan dividen.
Dengan demikian pemodal menghadapi risiko tidak mendapatkan kesempatan untuk
memperoleh suku bunga. Seandainya ia tidak menggunakan haknya, maka ia akan
memperoleh kesempatan itu.
5. Waran
11
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya
obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh
pemegang waran. Namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar
baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Memiliki waran tidak ubahnya menabung. Hanya saja, waran dapat diperjualbelikna.
Selain itu waran dapat ditukar dengan saham. Pilihan terhadap alat investasi ini karena
kemampuannya memberikan penghasilan ganda, terutama waran yang menyertai obligasi.
Karena disamping akan mendapatkan bunga obligasi kelak setelah waran dikonversi menjadi
saham akan mendapatkan dividan dan capital gain.
Pendapatan bunga diperoleh pemodal yang membeli waran yang menyertai obligasi.
Dengan membeli obligasi otomatis pemodal akan mendapatkan bunga. Bahwa obligasi ini
disertai waran yang yang bisa dikonversi menjadi saham di waktu-waktu mendatang, itu tidak
mempengaruhi hak pemodal atas bunga obligasi. Suku bunga obligasi yang disertai waran
biasanya lebih rendah dari suku bunga bank.
Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen, terlebih dahulu ia menggunakan waran
untuk membeli saham. Untuk mendapatkan dividen, ia harus bersedia menahan saham dalam
waktu yang relatif lama. Capital gain bisa didapat bila pemegang obligasi yang disertai waran
menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga ketika memperolehnya. Capital gain
juga bisa didapat jika pemegang obligasi yang disertai waran mendapatkan diskon pada saa
melakukan pembelian. Pada saat jatuh tempo ia akan mendapatkan pelunasan sebesar harga
pari. Capital gain juga bisa didapat bila setelah melakukan konversi saham biasa, pemodal
bisa menjual sahamnya diatas harga perolehan.
6. Right Issue
Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan
emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda
dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham.
Right issue dapat diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena kemampuannya
memberikan penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan modal yang lebih
rendah. Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah dari saham lama. Karena
membeli right issue berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau pemodal
12
menggunakan haknya otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham. Dengan
demikian maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right issue adalah sama dengan
membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.
2. PEGADAIAN
a. Pengertian
Pegadaian adalah bentuk lembaga pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha gadai
yang diperuntukkan bagi masyarakat luas berpenghasilan rendah yang membutuhkan dana
dalam waktu segera. Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan
barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang
yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan
lembaga gadai.4
Sedangkan pengertian Gadai dalam fiqh disebut rahn, yang menurut bahasa adalah
nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil
sebagai tebusan.
b. Asal Mula Pegadaian
Usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan Belanda (VOC) dimana
pada saat itu tugas pegadaian adalah membantu masyarakat untuk meminjamkan uang dengan
jaminan gadai. Dalam sejarah dunia usaha pegadaian pertama kali dilakukan di Italia.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya meluas ke wilayah-wilayah eropa lainnya seperti
Inggris, Perancis dan Belanda. Oleh orang-orang Belanda lewat pihak VOC usaha pegadaian
dibawa masuk ke Hindia Belanda.
4 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 2513
Di zaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih usaha Dinas
Pegadaian dan mengubah status pegadaian menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian
berdasarkan Undang-undang No. 19 Prp. 1960. Perkembangan selanjutnya pada tanggal 11
Maret 1969 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 1969 PN Pegadaian berubah
menjadi Perusahaan Jawatan (perjan). Kemudian pada tanggal 10 April 1990 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 Perjan pegadaian berubah menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian. Sampai saat ini lembaga yang melakukan usaha berdasarkan atas
hokum gadai hanyalah Perum Pegadaian.
c. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian
Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintahan yang berhak memberikan
pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hokum gadai yang bertujuan agar masyarakat
tidak dirugikan oleh lembaga keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan
dana mendesak dari masyarakat, maka pada dasarnya lembaga pegadaian tersebut mempunyai
tugas, tujuan, serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut.
a. Tugas Pokok
Yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hokum gadai dan usaha-usaha lain yang
berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi.
b. Tujuan pokok
Sifat usaha dan pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolah. Oleh karena itu, pegadaian
pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan pokok sebagai berikut:
1) Turut melaksanakan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional
pada umumnya melalui penyaluran uang pinaman atas dasar hokum gadai.
2) Mencegah praktek pagadaian gelap da pinjaman tidak wajar.
c. Fungsi Pokok
Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut:
1) Mengelolah penyaluran uang pinjaman atas dasar hokum gadai dengan cara mudah,
cepat, aman, da hemat.
2) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan bagi
pegadaian maupun masyarakat.
3) Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan.
4) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaia.
14
5) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian.
d. Produk dan Jasa Pegadaian
Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka dalam
menjalankan usahanya pegadaian memiliki beberapa produk dan jasa yang dapat
dimanfaatkan masyarakat.
Dalam perkembangan dunia pegadaian dewasa ini, bentuk perolehan pendapatan
pegadaian dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya administrasi, jasa titipan, jasa
taksiran, galeri 24, dan lain-lain. Sebagaimana berikut:
a. Pemberian pinjaman atas hukum gadai
Merupakan kredit jangka pendek dengan memberikan pinjaman tunai dengan jaminan benda
bergerak.
Contoh : menggadaikan emas / perhiasan.
b. Penaksiran nilai barang
Bagi masyarakat yang akan mengetahui harga atau nilai harta benda miliknya dapat
menggunakan jasa penaksiran barang ini dengan biaya yang relatif ringan.
c. Penitipan barang
jika akan berpergian cukup lama ,masyarakat biasa memakai jasa ini untuk menjamin
keamanan harta simpanannya.
d. Jasa lainnya
Pegadaian dapat memberikan produk dan jasa lain, seperti kredit kepada pegawai dengan
penghasilan tetap.
3. SEWA GUNA USAHA (LEASING)
a. Pengertian
Menurut keputusan bersama Menteri Keuangan, Meneteri Perindustrian dan Menteri
Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174, Nomor 30/Kpb/1/74
Tanggal 7 januari 1974, Leasing adalah setiap kegiatan pembiyaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk
15
jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala disertai dengan hak pilih
bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati.5
Menurut Keputusan Menteri keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing adalah kegiatan
pembiyaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing
tanpa hak opsi atau sewa guna usaha (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud finance lease
adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak mempunyai opsi untuk membeli
objek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan
operating lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak memiliki hak
opsi untuk membeli objek leasing.
CIRI KEGIATAN SEWA GUNA USAHA :
1. Perjanjian antara Lessor dengan Lessee
2. Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan
barang kepada pihak lessee
3. Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset)
4. Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang
ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomis
barang tersebut
b. Perkembangan Leasing Di Indonesia
Leasing di Indonesia mulai muncul pertama kali pada tahun 1974. Pada awal
kemunculan leasing ini tidak menunjukkan suatu perkembangan yang berarti. Hingga tahun
1980 jumlah perusahaan leasing yang ada hanya sebanyak 5 buah. Setelah itu di tahun 1981
meningkat menjadi 8 buah perusahaan. Perkembangan ini mencapai puncaknya pada akhir
tahun 1984 dengan jumlah perusahaan sebanyak 48 buah. Hal yang sangat menggembirakan
adalah peningkatan ini juga dibarengi dengan peningkatan besarnya kontrak leasing yaitu
sebesar Rp 436, 10 Milyar.
5 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 3216
c. Ketentuan Modal Leasing
Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan pembiyaan
yang melakukan kegiatan usaha leasing yang diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988 dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988,
dimana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagi berikut:
1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 3 miliar
2. Perusahaan patungan Indonesia-asing sebesar Rp 10 miliar
3. Koperasi sebesar Rp 3 miliar
d. Mekanisme Leasing
Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang berkepentingan, antara
lain:
1. Lessor
Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiyaan kepada pihak lesse
dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan
mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan
dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lesse
Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiyaan dalam bentuk barang modal dari
lessor. Dalam finance lease, lesse bertujuan untuk mendapatkan pembiyaan berupa barang
atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Sedangkan dalam
operating lease, lesse bertujuan dapat memenuhi peralatannya disamping tenaga operator dan
perawatan alat tersebut tanpa resiko bagi lesse terhadap kerusakan
3. Pemasok
17
Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance lease, pemasok
langsung menyerahkan barang kepada lesse tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiyaan. Sedangkan dalam operating lease, pemasok menjual barangnya
langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
secara tunai maupun secara berkala.
4. Bank atau Kreditor
Dalam suatu perjanjian kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara
langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana
kepada lessor. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan pemasok menerima kredit dari
bank.
4. PERUSAHAAN ASURANSI
a. Pengertian
Didalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa,
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapakan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak
tertentu.”6
Menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia,
asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin
akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.
D.S. Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menayatakan bahwa asuransi
selalu berkaitan dengan resiko (Insurance is to do with risk).
Menurut Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of
Insurance menyatakan bahwa suatu pengalihan resiko (transfer of risk) disebut asuransi.
b. Tujuan Asuransi
6 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 4018
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H., asuransi itu mempunyai
tujuan, pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa
yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti
kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal ini ialah, bahwa lebih ringan dan mudah apabila
yang menanggung resiko dari kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada satu
orang saja, dan akan memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harat
bendanya itu jika ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu perusahaan, dimana dia sendiri
saja tidak berani menanggungnya.
Sebaliknya seperti yang dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman bahwa orang-
orang lain yang menerima resiko itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata
melakukan itu demi prikemanusiaan saja dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu
kepentingan-kepentingan mereka jadi korban untuk membayar sejumlah uang yang besar
mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu.
c. Jenis-jenis Asuransi
Jenis-jenis asuransi yang berkembang di Indonesia dewasa ini jika dilihat dari berbagai
segi adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi kerugian (non life insurance)
Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat dalam UUD Nomor 2 Tahun 1992
tentang usaha asuransi menjelaskan pada asuransi kerugian menjalankan usaha memberikan
jasa untuk menanggulangi suatu risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Usaha asuransi kerugian
dapat dibagi sebagai berikut:
Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran seperti kebakaran,
petir, ledakan dan kejatuhan pesawat.
Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance) penanggung
atau perusahan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat
terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran.
Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam
asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Seperti asuransi kendaraan bermotor,
19
asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam pengangkutan dan penyimpanan,
kecurangan dan sebagainya.7
b. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penaggulangan risiko yang dikaitkan dngan jiwa atau meninggalnya seorang yang
dipertanggungkan. Seperti kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan
pengannguran.
Jenis-jenis asuransi jiwa meliputi asuransi berjangka (Term insurance), asuransi
tabungan (Endoument insurance), asuransi seumur hidup (Whole life insurance), Anuity
contrak insurance(anuitas).
c. Reasuransi (reinsurance)
Merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian.
Fungsi reasuransi adalah:
Meningkatkan kapasitas akseptasi
Alat penyebaran risiko
Meningkatkan stabilitas usaha
Meningkatkan kepercayaan
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi tersebut, baik
asuransi kerugian, asuransi jiwa ataupun reasuransi.
a. Asuransi milik pemerintah
Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100 persen oleh
pemerintah Indonesia.
b. Asuransi milik swasta nasional
Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga siapa
yang paling banyak memiliki saham, maka memiliki suara terbanyak dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS).
c. Asuransi milik perusahaan asing
7 Totok Budisantoso dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, Salemba empat, Jakarta, 2006, Hlm. 18420
Perusahaan asuransi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang
dari negara lain dan jelas kepemilikannyapun dimiliki oleh 100 persen oleh pihak asing.
d. Asuransi milik campuran
Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan
pihak asing.
5. Anjak Piutang (Factoring)
a. Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988, Perusahaan
anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dan transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. 8
Menurut Perpes No. 9 tahun 2009, Anjak Piutang adalah lembaga pembiayaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dalam jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
Jadi, Anjak Piutang adalah pengalihan serta pengurusan piutang kepada perusahaan
anjak piutang sehingga penjual tidak perlu menagih langsung piutang kepada pembeli.
Dengan demikian, kas yang diterima penjual dapat digunakan untuk membiayai modal kerja
demi kesinambungan usaha walaupun penjual harus membayar biaya tertentu.
b. Sejarah
Kegiatan anjak piutang mulai dikenal ketika perusahaan-perusahaan manufaktur di
Inggris berusaha menjual produknya di Amerika. Amerika pada waktu itu, sekitar tahun
1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi oleh orang-orang dari Eropa terutama
dari Inggris. Kedatangan bangsa Eropa di Amerika mau tidak mau membawa konsekuensi
bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan konsumsi di daerah barunya, namun
pada awalnya mereka tidak banyak bisa melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya
sumber daya manusia, peralatan, dan kapal. Keadaan ini memaksa mereka untuk
mendatangkan sebagian besar kebutuhan mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika
perusahaan-perusahaan di Inggris akan memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang
di Amerika, timbul masalah karena ternyata mereka tidak saling mengenal. Risiko tidak
8 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 1221
terbayarnya penjualan secara kredit semakin besar bukan hanya karena mereka tidak saling
mengenal tetapi juga karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-
perusahaan di Inggris untuk menemukan suatu solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai.
Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai perantara
antara pihak penjual di Inggris dengan pihak pembeli di Amerika. Perusahaan-perusahaan ini
selanjutnya dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang ditawarkan oleh factor pada waktu itu
masih berkisar terutama pada pengurusan dan penagihan piutang saja.9
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan-perusahaan tekstil
Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di Amerika.
Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup berpengalaman dalam hal
penyelesaian tagihan atau piutang, maka perusahaan tekstil di Inggris cenderung
menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi kredit kepada pembeli di Amerika.
Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh
fasilitas pembelian dengan cara kredit (credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau
kemungkinan terbayarnya suatu piutang dari penjualan tekstil secara kredit. Lama-kelamaan,
factor tidak hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli faktur-
faktur penjualan tekstil dari perusahaan tekstil. Factor kemudian menguangkan atau menagih
faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo. Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian
jasa anjak piutang ini tidak hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari
kegiataan usahanya, tetapi juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam
bidang anjak piutang. Usaha berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian berkembang
di bagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang berkembang dari semula tekstil ke bidang-
bidang usaha yang lain termasuk jasa.
Kegiatan anjak piutang di Indonesia mulai berkembang baik sejak adanya keputusan
Presiden No. 61 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.13/1988 tanggal 20
Desember 1988. Peraturan ini terutama diterapkan untuk memberikan alternatif pembiayaan
usaha dari berbagai macam jenis lembaga keuangan, terutama perusahaan anjak piutang.
Pembiayaan usaha diberikan keleluasaan untuk memberikan alternatif pembiayaan usaha dari
berbagai macam jenis lembaga keuangan., termasuk peusahaan anjak piutang. Pembiayaan
usaha diberikan keleluasaan untuk mengembangkan usaha dengan modal yang hanya tidak
bersumber dari lembaga perbankan saja. Jasa anjak piutang dapat diberikan oleh suatu
9 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 4722
lembaga keuangan sebagai salah satu kegiatan usahanya, dapat diberikan oleh suatu bank, dan
dapat diberikan oleh suatu lembaga keuangan yang secara khusus memberikan jasa anjak
piutang.
c. Permodalan Anjak Piutang
Sesuai dengan PMK No. 84/PMK.012/2006 tanggal 29 September 2009 tentang
pembiayaan, jumlah modal disetor atau simpanan pokok dan simpanan wajib dalam rangka
pendirian perusahaan pembiayaan adalah :
a. Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp100
milyar.
b. Koperasi sekurang-kurangnya sebesar Rp50 milyar.
c. Pelaku Anjak Piutang
Dalam kegiatan anjak piutang terdapat tiga pelaku utama yang terlibat yaitu :
d. Perusahaan anjak piutang (factor) adalah perusahaan atau pihak yang menawarkan jasa anjak
piutang.
e. Klien (supplier) adalah pihak yang menggunakan jasa perusahaan anjak piutang.
f. Nasabah (customer) atau disebut debitor adalah pihak-pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.
6. Modal Ventura
a. Pengertian
Modal ventura adalah merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha (investee
company) untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya investasi ini dilakukan dalam bentuk
penyerahan modal secara tunai yang ditukan dengan sejumlah saham pada perusahaan
pasangan usaha.10
10 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 5223
Investasi modal ventura ini biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi
namunmemberikan imbal hasil yang tinggi pula. Kapitalis ventura atau dalam bahasaasing
disebut venture capitalist (VC), adalah seorang investor yang berinvestasipada perusahaan
modal ventura. Dana ventura ini mengelola dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang
tujuan utamanya untuk melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi
sehingga tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun guna
memperoleh modal pinjaman dari perbankan.
Investasimodal ventura ini dapat juga mencakup pemberian bantuan manajerial
danteknikal. Kebanyakan dana ventura ini adalah berasal dari sekelompok investoryang
mapan keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan lainnya yangmelakukan
pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasitersebut.
b. Sejarah Modal Ventura
Walaupun penyertaan modal sudah dikenal serta dilakukan oleh investor sejak zaman
dahulu, Georges Doriot dikenal sebagai penemu dari industri modal ventura. Pada tahun
1946, Doriot mendirikan American Research and Development Corporation (AR&D), dimana
investasinya pada perusahaan Digital Equipment Corporation adalah merupakan sukses
terbesar. Pada Tahun 1968 sewaktu Digital Equipment melakukan penawaran sahamnya
kepada publik, dan ini memberikan imbal hasil investasi (return on investment-ROI) sebesar
101% kepada AR&D.
Investasi ARD's yang senilai $70.000 USD pada Digital Equipment Corporation pada
tahun 1957 tersebut telah bertumbuh nilainya menjadi $355 juta USD.
Biasanya juga dianggap bahwa modal ventura yang pertama kali adalah investasi yang
dilakukan pada tahun 1959 oleh Venrock Associates pada perusahaan Fairchild
Semiconductor,
Awal mula tumbuhnya industri modal ventura ini adalah denganj diterbitkannya
Undang-undang investasi usaha kecil (Small Business Investment Act) di Amerika pada
tahun 1958 dimana secara resmi diperbolehkannya Kantor Pendaftaran Usaha Kecil (Small
Business Administration (SBA)) untuk mendaftarkan perusahaan modal kecil untuk
membantu pembiayaan dan permodalan dari usaha wiraswasta di Amerika. Setelah ini banyak
muncul usaha modal ventura di seluruh dunia termasuk salah satunya di Indonesia.
24
Perusahaan modal ventura di Indonesia diawali dengan pembentukan PT Bahana
Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang
sahamnya dimilki oleh Departemen Keuangan (82,2%) dan Bank Indonesia (17,8%).
Gema nama Bahana memang sempat menggetarkan "dunia keuangan" nusantara.
Ketika pada tahun 1973 salah satu anak usahanya, PT Bahana Artha Ventura (BAV), agresif
melebarkan usaha ke seluruh provinsi, membentuk Perusahaan Modal Ventura Daerah
(PMVD). Sasarannya, usaha kecil menengah (UKM) untuk dibiayai.
c. Sumber Pendanaan Modal Ventura
Sumber dana modal ventura dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut:
1. Investor Perseorangan
Umumnya, investor perseorangan lebih menyukai dan cenderung melakukan investasi pada
usaha yang telah berjalan lancar dan bersifat jangka pendek. Investor individu yang memiliki
kesabaran dan kesiapan untuk menerima dan menanggung risiko tinggi dalam suatu usaha
dianggap sebagai seorang venture capitalist murni karena dalam usaha modal ventura sulit
diharapkan akan memberi hasil yang besar atas investasi yang ditanam dalam kurun waktu
satu atau dua tahun.
2. Investor Institusi
Biasanya perusahaan-perusahaan besar, terutama di negara-negara industri, memiliki suatu
divisi tersendiri yang khusus menangani bisnis modal ventura. Tugas divisi khusus ini adalah
menampung dan mengevaluasi suatu ide-ide, terutama dalam bidang teknologi, yang dapat
dikembangkan menjadi suatu produk teknologi baru yang dapat dipasarkan. Keikutsertaan
investor institusi ini merupakan alternatif sumber dana modal ventura.
3. Perusahaan Asruransi dan Dana Pensiun.
Lembaga keuangan non-bank ini merupakan sumber dana modal ventura yang cukup besar.
Potensi lembaga ini sebagai investor dalam usaha modal ventura didukung oleh sumber
dananya yang berjangka panjang.
4. Perbankan
Sumber dana modal ventura dapat diperoleh dari bank-bank yang tertarik melakukan bisnis
modal ventura. Namun, perlu dipertimbangkan mengenai dana bank yang bersifat jangka
pendek, sementara modal ventura bersifat jangka panjang. Dana-dana yang berasal dari bank
25
sebaiknya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dengan pola bagi hasil yang
berjangka waktu pendek.
5. Lembaga Keuangan Internasional
Lembaga keuangan internasional dapat menjadi sumber dana modal ventura, terutama yang
berkaitan dengan upaya untuk membantu pengembangan sektor-sektor tertentu. Kelebihan
sumber dana ini, di samping berbiaya murah, juga biasanya memiliki jangka waktu panjang
dengan masa tenggang waktu.
7. KARTU PLASTIK (KARTU KREDIT)
a. Pengertian
Kartu kredit adalah kartu plastik kecil yang diterbitkan kepada pengguna sebagai
sistem pembayaran. Hal ini memungkinkan pemegangnya untuk membeli barang dan jasa
berdasarkan janji pemegang untuk membayar barang-barang dan jasa tersebut. Sebuah
rekening revolving dan memberikan fasilitas kredit bagi konsumen (atau pengguna) dari yang
pengguna dapat meminjam uang untuk pembayaran kepada pedagang atau sebagai uang muka
kepada penggunaan.11
Sebuah kartu kredit berbeda dari kartu charge: muatan kartu memerlukan
keseimbangan yang harus dibayar penuh setiap bulan. Sebaliknya, kartu kredit
memungkinkan konsumen keseimbangan terus utang, dikenakan tingkat bunga yang
dikenakan. Kebanyakan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank atau serikat kredit, dan
bentuk dan ukuran yang ditetapkan oleh standar ISO / IEC 7810 sebagai ID-1. Ini
didefinisikan sebagai 85,60 × 53,98 mm (3,370 × 2,125 dalam) (33 / 8 × 21 / 8 in) dalam
ukuran.
b. Sejarah Kartu Kredit
Setelah Perang Dunia II, perdagangan antar pulau berkembang sangat pesat, terutama
di negara-negra Eropa dan Amerika. Sejalan dengan perkembangan perdagangan, dunia
perbankan juga mengalami perkembangan karena bank merupakan sarana yang utama dalam
menyediakan fasilitas modal.
11 ? Frianto Pandia, dkk. Lembaga Keuangan ( Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ) hal. 5326
Untuk dapat memperlancar arus perdagangan tersebut, maka dipergunakan pula
bentuk lain selain uang tunai sebagai alat pembayaran yaitu cek, karena di rasa lebih aman
dan praktis.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan penggunaan cek sebagai alat pembayaran,
timbul pula bermacam-macam manipulasi cek termasuk banyaknya cek kosong. Karena
kekhawatiran di kalangan pedagang-pedagang di Amerika Serikat dan Eropa serta adanya
keengganan untuk mempergunakan uang tunai dan cek, maka muncul gagasan dari kalangan
pengusaha bank untuk menciptakan suatu alat pembayaran yang dirasa lebih praktis yaitu
kartu kredit.
Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit mulai dikenal pada awal tahun 1920-
an di Amerika Serikat dimana pada saat itu kartu kredit hanya dapat dipergunakan untuk
berbelanja di toko yang menerbitkan kartu kredit tersebut.Penerbitan kartu semacam ini tidak
lepas dari adanya persaingan dagang antara pengusaha. Para pengusaha tersebut berusaha
menarik minat pelanggannya dengan menerbitkan kartu yang memberikan kartu yang
menerbitkan fasilitas-fasilitas tertentu bagi pemegangnya. Fasilitas tersebut berupa
kemudahan-kemudahan dalam berbelanja misalnya pembayaran yang dapat dilakukan
kemudian atas barang yang telah dibeli.
Semakin lama kartu langganan tersebut semakin diminati. Sejak itu, kartu plastik ini
pun mulai digunakan sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai. Pada tahun 1924,
Konsep penggunaan kartu dalam transaksi perbankan telah mulai diperkenalkan. Beberapa
tahun kemudian metode pemakaian kartu ini diikuti oleh 100 buah bank di seluruh dunia. Di
antaranya ;
Tahun 1946, Penerbitan kartu plastik ini sebagai kartu kredit pertama kali dilakukan oleh
Flatbush National Bank Of Brooklyn di New York (Amerika Serikat)
Tahun 1950, Dinners Club dan American Express menjadi kartu yang menggunakan
plastik pertama.
Tahun 1958, American Express menawarkan kartu untuk pasar travel dan entertainment.
Tahun 1966, Bank of Amerika menawarkan lisensi Kartu Amerika Bank ke bank - bank
lain untuk membuat kartu pembayaran.
27
Tahun 1969, ATM (Automatic Teller Machine) pertama muncul di Inggris.
Tahun 1970, Ide pembuatan kartu kredit diterima secara luas.
Tahun 1977, Bank Americard memberi lisensi kartu kredit yang dipusatkan bersama
secara resmi dibawah nama Visa.
Tahun 1995, Lebih dari 90 persen transaksi perbankan di Amerika dilakukan secara
elektronik.
Kartu kredit yang pertama kali muncul di Indonesia adalah kartu kredit yang
diterbitkan oleh American Exprees dan Dinner Club. Sedangkan bank nasional pertama yang
menerbitkan kartu kredit adalah Bank BCA, namun kartu ini hanya dapat digunakan oleh
nasabah BCA saja (bersifat internal). Bank Nasional yang pertama kali menerbitkan kartu
kredit bekerja sama dengan Internasional adalah Bank Duta.
c. Manfaat Kartu Kredit
Kartu kredit khususnya akan sangat bermanfaat pada saat-saat darurat ketika kita tidak
memiliki uang tunai. Misalnya, saat harus membayar rumah sakit. Kartu kredit memberi
tenggang sampai satu bulan untuk pelunasannya. Sehingga bila kita tidak memiliki dana
tunai, kita masih dapat membayar biaya rumah sakit dan tagihan kartu kredit dibayar setelah
mendapat gaji atau bila terpaksa kita dapat mencicilnya selama beberapa waktu.
Pada saat Anda harus bertransaksi online, salah satu pembayaran yang paling populer
adalah dengan menggunakan kartu kredit. Manfaat lain adalah ketika Anda harus pergi ke
suatu tempat yang tidak bijaksana untuk membawa uang tunai.
Anda juga dapat memanfaatkan promosi dari kartu kredit untuk mendapatkan diskon
saat makan di restoran tertentu atau saat berbelanja di tempat tertentu. Bila yang dibeli
memang hal yang penting dan diperlukan tentu Anda akan mendapatkan keuntungan dari
diskon yang diperoleh. Tetapi hal ini perlu dicermati dengan baik. Bila tidak, akan membuat
kita menjadi boros dengan membeli barang-barang yang tidak perlu atau bersantap di restoran
karena tertarik dengan diskon yang diberikan.[4]
d. Bahaya Kartu Kredit
28
Karena kemudahannya dan tidak perlu mengeluarkan uang saat membeli sesuatu,
seringkali kita terlalu asyik berbelanja tanpa memperhitungkan berapa total uang yang sudah
dikeluarkan. Selain itu, karena tidak menggunakan uang tunai, membuat total belanjaan tidak
terasa besar dibandingkan berbelanja dengan uang tunai. Kita seolah-olah masih memiliki
banyak uang karena uang tunai tidak terpakai.
Namun, apabila Anda tidak membayar secara penuh total tagihan maka bahaya siap
menanti Anda. Anda memang dapat membayar jumlah minimum saja yang biasanya sebesar
10% dari total tagihan. Tetapi, kekurangannya akan dihitung sebagai hutang yang harus
dibayar beserta bunganya yang sangat besar. Akibatnya, total yang harus dibayarkan akan
sangat besar dan akan terus berbunga sehingga jumlah yang harus dibayar akan semakin
membengkak.
Bila Anda belum melunasi selama beberapa waktu, bank akan mendatangkan debt
collector yang dengan kasar akan memaksa Anda untuk membayar tunggakan tersebut.
Banyak para pengguna kartu kredit akhirnya harus menjual hartanya untuk melunasi hutang
yang membengkak akibat bunga kartu kredit. Pelu diketahui, bahwa suku bunga kartu kredit
paling besar dibandingkan jenis kredit lainnya.
Kartu kredit juga seringkali digunakan dalam penipuan. Seseorang atau lembaga tertentu
mungkin menipu Anda dengan berbagai cara untuk mendapatkan nomor kartu kredit Anda.
Selanjutnya, mereka akan melakukan pembelian atau pengambilan uang dengan nomor kartu
kredit Anda yang akan dibebankan kepada Anda sebagai pemilik kartu kredit.
C. PERANAN LEMBAGA KEUANGAN DALAM PEREKONOMIAN DAN
FUNGSINYA
Secara umum lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan
Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik
sektor usaha lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana
bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dan dari unit
ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.
Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek yaitu :
29
Fungsi lembaga keuangan dari sisi jasa-jasa penyedia finansial. Jasa-jasa finansial yang
disediakan oleh lembaga keuangan syariah harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah . Di
antara fungsi lembaga keuangan sebagai penyedia jasa-jasa finansial antara lain:
1. Fungsi Tabungan
Sistem pasar keuangan dan lembaga keuangan menyediakan instrumen untuk
tabungan bagi masyarakat yang memiliki kelebihan dana setelah pemenuhan kebutuhan dasar
(konsumsi). Di samping itu, bagi masyarakat penabung yang masih memiliki idle money
(uang yang tidak digunakan) dapat mengalirkan dananya melalui pasar keuangan yang
kemudian digunakan untuk investasi sehingga barang-barang dan jasa-jasa dapat diproduksi.
2. Fungsi Penyimpanan Kekayaan
Instrumen keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar uang dan pasar modal
menyediakan suatu cara untuk menyimpan kekayaan yaitu dengan cara menahan nilai aset
yang dimiliki di samping menerima pendapatan dalam jumlah tertentu. Saham, obligasi dan
instrumen keuangan lain yang diperjualbelikan di pasar modal di pasar uang dan pasar modal
menjanjikan suatu pendapatan dengan resiko tertentu.
3. Fungsi Transmutasi Kekayaaan
Dimana lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk janji-janji memberikan
imbalan kepada pemilik dana. Bentuk janji-janji tersebut pada dasarnya adalah pembiyaan/
kredit yang diberikan kepada unit defisit dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan kesepakatan. Lembaga keuangan dalam membiayai aset tersebut daperoleh
dengan menerima simpanan dari para penabung (surplus unit) yang jangka waktunya diatur
kebutuhan penabung. Lembaga keuangan sebenarnya hanyalah mengalihkan kewajiban
menjadi aset dengan jangka waktu jatuh tempo sesuai dengan keinginan penabung. Proses
pengalihan kewajiban oleh lembaga keuangan menjadi aset disebut transmutasi kekayaan.
Dalam sistem syariah proses transmutasi kekayaan tersebut haruslah didasari oleh
akad/kontrak yang jelas, transparan dan sah secara syariah.
4. Fungsi Likuiditas
Likuiditas berkaitan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada saat
dibutuhkan. Kekayaan yang disimpan dalam bentuk instrumen keuangan dapat dengan mudah
dicairkan melalui mekanisme pasar keuangan. Obligasi atau saham dan instrumen keuangan
lainnya menjanjikan keuntungan dengan resiko yang relatif kecil. Pasar uang dan pasar modal
menyediakan suatu cara untuk mengkonversi instrumen-instrumen tersebut menjadi uang
30
tunai. Lembaga keuangan depositori menyediakan berbagai alternatif instrumen simpanan
yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
5. Fungsi pembiyaan atau kredit
Di samping untuk menyediakan likuiditas dan mempermudah arus tabungan menjadi
investasi dalam rangka menyimpan kekayaan, pasar keuangan menyediakan pembiayaan atau
kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi dan investasi ekonomi. Konsumen
membutuhkan pembiayaan atau kredit untuk membeli barang-barang misalnya rumah, mobil,
dan sebagainya. Sedangkan pengusaha menggunakan fasilitas pembiayaan atau kredit untuk
membeli barang untuk tujuan produksi, membangun gedung, membeli mesin, membayar gaji
atau deviden kepada pemegang saham, dan sebagainya.
6. Fungsi Pembayaran
Sistem keuangan menyediakan mekanisme atas transaksi barang dan jasa-jasa.
Instrumen pembayaran yang tersedia antara lain cek, giro, bilyet, kartu kredit, termasuk
mekanisme kliring dalam perbankan. Dengan mekanisme pembayaran dan produk seperti itu
tidak hanya kenyamanan yang diciptakan tetapi juga perputaran dana.
7. Fungsi Diversivikasi Resiko
Pasar keuangan menawarkan kepada unit usaha dan konsumen proteksi terhadap jiwa,
kesehatan dan resiko pendapatan dan kerugian. Hal tersebut dapat dilakukan pada industri
asuransi.
8. Fungsi Manajemen Portofolio
Yakni sebagai penyedia jasa keuangan yang dapa memberikan kenyamanan, proteksi
terhadap kecurangan, kualitas pilihan investasi, biaya transakasi yang rendah, dan pajak
pendapatan.
9. Fungsi Kebijakan
Pasar keuangan telah menjadi instrumen pokok yang dapat digunakan oleh pemerintah
untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan memengaruhi inflasi melalui
kebijakan moneter.
31
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga keuangan adalah badan usaha yang mengumpulkan asset dalam bentuk dana
dari masyarakat dan disalurkan untuk pendanaan proyek pembangunan serta kegiatan
ekonomi dengan memperoleh hasil dalam bentuk bunga sebesar prosentase tertentu dari
besarnya dana yang disalurkan. Sekalipun perbankan kovensional telah menjadi bagian utama
dalam menjalankan roda ekonomi namun masih banyak kalangan ulama menyatakan bahwa
bunga yang diperoleh dari aktivitas perbankan tidak sesuai dengan ajaran islam. Sejalan
dengan itu terakhir muncul lembaga keuangan dalam konsep ekonomi islam yang dikenal
dengan perbankan syari’ah, namun faktanya pemakai jasanya perbankan syari’ah juga banyak
dari kalangan non-islam. Lembaga keuangan merupakan bagian utama dari sistem keuangan
dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga
keuangan utama adalah Bank. Dengan bantuan lembaga keuangan para pelaku usaha dapat
melakukan transaksi keuangan dalam jumlah besar yang tidak mungkin dilakukan secara
tunai.
Lembaga Keuangan terbagi 2 :
1. Lembaga Keuangan Bank
a. Bank Umum
b. BPR
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
a. Pasar Modal
b. Pegadaian
c. Asuransi
d. Kartu Kredit
e. Leasing
f. Modal Ventura
g. Anjak Piutang
32
Secara umum lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan
Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik
sektor usaha lembaga pemerintah maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana
bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dan dari unit
ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit.
Fungsi lembaga keuangan bisa ditinjau dari empat aspek yaitu :
1. Fungsi lembaga keuangan dari sisi jasa-jasa penyedia finansial
2. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem
perbankan
3. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangn dari sistem moneter
4. Fungsi lembaga keuangan ditinjau dari kedudukan lembaga keuangan dari sistem finansial.
33
DAFTAR PUSTAKA
Totok Budisantoso dkk. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta. Salemba
Empat
Dahlan, S. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Irmayanto, Juli dkk. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta : Universitas Trisakti
Pandia, Frianto dkk. 2005. Lembaga Keuangan. Jakarta : Rineka Cipta
34