makalah kepala sekolah 1

download makalah kepala sekolah 1

of 18

Transcript of makalah kepala sekolah 1

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    1/18

    SDN BANGUNHARJA

    Sekolah Dasar pertama di Kab.Ciamis yang mempunyai Web Blog Mari kita dukung konsep

    Pendidikan untuk Semua

    Kamis, 16 Juni 2011

    Contoh Makalah MBS untuk Seleksi Calon Kepala Sekolah

    Contoh Makalah MBS untuk Seleksi Calon Kepala Sekolah:

    "KETEPATAN STRATEGI PELAKSANAAN MBS

    YANG DISERTAI BUDAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF OLEH

    KEPALA SEKOLAH

    MERUPAKAN FAKTOR PENENTU KETERLAKSANAAN MBS YANG BERMUTU "

    ABSTRAKSI

    Adanya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui

    dengan Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 menunjukkan bahwa manajemen berbasis pusat

    merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja daerah. Hal inipun terjadi

    dalam dunia pendidikan pada saat diberlakunya manajemen berbasis pusat, kinerja sekolah kurang

    optimal sehingga perlu diterapkanya manajemen berbasis sekolah (MBS). Inti MBS adalah otonomisekolah dan pengambilan keputusan partisipatif.

    Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga

    sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.

    Tujuan MBS intinya adalah untuk memberdayakan sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut,

    kepala sekolah sebagai manajer utama MBS harus dapat memilih strategi yang tepat serta dapatmenerapkan budaya pengambilan keputusan partisipatif. Adapun strategi pelaksanaan MBS dapat

    dilakukan dengan cara: mensosialisasikan konsep MBS, melakukan analisis sasaran, merumuskan

    sasaran, mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, melakukan analisisSWOT, menyusun rencana sekolah, mengimplementasikan rencana sekolah, melakukan evaluasi, dan

    merumuskan sasaran baru.Strategi di atas akan dapat bekerja optimal apabila kepala sekolah dapat menerapkan budaya

    pengambilan keputusan partisipatif, yakni cara mengambil keputusan yang melibatkan semua

    kelompok atau komponen sekolah, terutama pihak-pihak yang akan melaksanakan keputusan dan yang

    akan terkena dampak keputusan.

    Kata kunci:manajemen berbasis sekolah, otonomi sekolah dan pengambilan keputusan partisipatif.

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Saat ini bangsa Indonesia telah menata diri dengan berbagai perubahan-perubahan mendasar ke

    arah yang lebih baik dan lebih demokratis dalam berbagai kehidupan termasuk kehidupan pendidikan.

    Salah satu perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah perubahan manajemen negaradari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah. Perubahan itu secara resmi

    tertuang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yangkemudian direvisi dengan UU No: 32 tahun 2004.

    Dalam dunia pendidikan, salah satu konsekwensi logis dari diberlakukanya Undang-Undang22/1999 dan 33/2004 tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan

    semangat otonomi. Karena itu, manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah

    dipraktekkan perlu diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis sekolah.Melalui penerapan MBS diharapkan sekolah memiliki keberdayaan yang ditandai dengan

    tingkat kemandirian tinggi dan tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan antisipatif; memiliki

    http://sdn3bangunharja.blogspot.com/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    2/18

    jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dsb.); bertanggungjawabterhadap hasil sekolah; memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya;

    kontrol terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai oleh pencapaian

    prestasinya.Dalam prakteknya mengubah manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah

    dalam beberapa hal belum optimal dilaksanakan. Hal ini memang merupakan proses yang wajar karena

    perubahan memerlukan penyesuaian-penyesuaian, baik sistemnya, kulturnya, maupun figurnya dengantuntutan-tuntutan baru manajemen berbasis sekolah. Berdasarkan kenyataan di atas, pada makalah ini

    penulis mencoba memberikan salah solusi untuk menerapkan majaneman berbasis sekolah ke arah

    yang lebih baik. Adapun judul makalah ini adalah: Ketepatan St rategi Pelaksanaan MBS yang

    disertai Budaya Pengambilan Keputusan Partisipatif oleh Kepala Sekolah Merupakan Faktor

    Penentu untuk melaksanakan MBS yang Bermutu.

    B. Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian di atas beberapa faktor penyebab belum terlaksananya kegiatan Manajemen

    Berbasis Sekolah secara optimal, diantaranya:

    1.Belum dimahaminya esensi Manajemen Berbasis Sekolah.2.Belum dimahaminya startegi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah secara tepat.

    3.Belum diterapkannya startegi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah secara optimal.

    4. Belum sepenuhnya dipahami bahwa setiap sekolah memiliki kekuatan, kelemahan dan peluang sertaancaman yang mungkin berbeda dari sekolah yang lain.

    5.Partisipasi masyarakat masih kurang optimal

    6.Partisipasi warga sekolah yang juga masih kurang optimal7. Belum dipahami makna pengambilan keputusan partisipatif sebagai bagian dari esensi Manajemen

    Berbasis Sekolah

    8. Belum diterapkannya budaya pengambilan keputusan partisipastif dalam pengelolaan Manajemen

    Berbasis Sekolah secara optimal.9.Pemahaman bahwa pimpinan sekolah memiliki hak preogratif dalam pengambilan kebijakan terkadang

    dimaknai secara berlebihan.

    10.Sistem budaya dan sumberdaya manusia belum memberikan dukungan yang optimal.

    C. Pembatasan MasalahBerdasarkan hasil identifikasi masalah tampak bahwa terdapat banyak faktor yang menjadi

    penyebab belum optimalnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Oleh karena

    keterbatasan waktu dan biaya pada kesempatan ini penulis membatasi permasalahan dalam penulisan

    makalah, meliputi:

    1. Bagaimana strategi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah yang tepat sehingga dapatmewujudkan MBS yang bermutu.

    2. Bagaimana budaya pengambilan keputusan partisipatif dilaksanakan sehingga dapat

    mewujudkan MBS yang bermutu.

    D. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah di

    kemukakan pada bagian sebelumnya, rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

    Bagaimana kepala sekolah menerapkan strategi pelaksanaan MBS serta budaya pengambilan

    keputusan partisipatif untuk mewujudkan MBS yang bermutu?

    E.Tujuan PenulisanSecara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan sumbang saran yang

    positif bagi terlaksananya Manajemen Berbasis Sekolah yang bermutu.Secara khusus tujuan penulisan makalah ini adalah:

    1.Menambah wawasan penulis dalam hal pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).2. Memberikan masukan yang positif kepada pimpinan sekolah untuk dapat menerapkan strategi

    pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang tepat serta budaya pengambilan keputusan

    partisipatif dalam pengambilan kebijakan sehingga dapat mewujudkan MBS yang bermutu.

    F. Manfaat Penulisan

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    3/18

    Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain:1.Memberikan literatur yang cukup dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

    2. Terwujudnnya MBS yang bermutu yang ditandai dengan pemilihan strategi pelaksanaan Manajemen

    Berbasis Sekolah (MBS) yang tepat dan penerapan budaya pengambilan keputusan partisipatif yangkonsisten.

    BAB II LANDASAN TOERI

    A. Pengertian Manajemen Berbasis SekolahSecara umum, manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen

    yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan

    kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepalasekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.),

    untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan untukmengambil keputusan-keputusan sesuai dengan keinginan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau

    stakeholder yang ada. Sekalipun diberikan kebebasan, namun demikian dalam pelaksanaan MBS tidak

    dibenarkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Direktorat PLP:2005)

    Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalammengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya

    dalam mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi

    yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya, sekolah akan lebih lincah dalammengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal.

    Berdasarkan uraian tersebut dapat dirangkum bahwa "manajemen berbasis sekolah" adalah

    pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolahmelalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan

    nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara

    langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif)". Kelompok kepentingan yang terkaitdengan sekolah meliputi: kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, konselor, tenaga

    administratif, orangtua siswa, tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil

    organisasi pendidikan. Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat dirumuskan sebagaiberikut (David, 1989): manajemen berbasis sekolah adalah otonomi manajemen sekolah yang ditandai

    dengan budaya pengambilan keputusan partisipatif.

    B. Tujuan Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan

    sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebihbesar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah

    dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. (Direktorat PLP:2005)

    Lebih rincinya, MBS bertujuan untuk:a)meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan,

    kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan

    memberdayakan sumberdaya yang tersedia;b) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui

    pengambilan keputusan bersama;

    c) meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutusekolahnya; dan

    d)meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

    e)meningkatkan efisiensi, relevansi, dan pemerataan pendidikan di daerah dimana sekolah berada.

    Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah untuk"memberdayakan" sekolah, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,

    orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber

    daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan.Dengan pengertian diatas, maka pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya

    mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi disekolah, dan dilakukan oleh sekolah. Untuk itu,

    penerapan manajemen berbasis sekolah memerlukan konsolidasi manajemen sekolah.

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    4/18

    C. Konsep Dasar Manajemen Berbasis SekolahSebagaimana di uraikan di atas, MBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang

    memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan lebih besar

    kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong sekolah meningkatkanpartisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk

    mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Karena itu, esensi MBS= otonomi

    sekolah + fleksibilitas + partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah.Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur

    dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Kemandirian dalam program dan

    pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Pada gilirannya, kemandirian yangberlangsung secara terus menerus akan menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah

    (sustainabilitas). Istilah otonomi juga sama dengan istilah swa, misalnya swasembada, swakelola,

    swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengaturdan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja

    kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil

    keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuanmemobilisasi sumberdaya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan

    berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah,

    kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuanmemenuhi kebutuhannya sendiri.

    Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk

    mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumberdaya sekolah seoptimal mungkin untukmeningkatkan mutu sekolah. Dengan keluwesan-keluwesan yang lebih besar diberikan kepada sekolah,

    maka sekolah akan lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari atasannya untuk mengelola,

    memanfaatkan dan memberdayakan sumberdayanya. Dengan cara ini, sekolah akan lebih responsif dan

    lebih cepat dalam menanggapi segala tantangan yang dihadapi. Namun demikian, keluwesan-keluwesan yang dimaksud harus tetap dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang-undangan

    yang ada.

    Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dandemokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh

    masyarakat, ilmuwan, usahawan, dsb.) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan

    pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkandapat meningkatkan mutu pendidikan.

    Dengan pengertian diatas, maka sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) lebih besar dalam

    mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu,melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu),

    memiliki fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah, dan memiliki partisipasi yang lebih besar dari

    kelompok-kelompok yang berkepentingan dengan sekolah. Dengan kepemilikan ketiga hal ini, maka

    sekolah akan merupakan unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas

    Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional) akanmerupakan unit pendukung dan pelayan sekolah, khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu.

    Sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tingkat kemandiriantinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa

    kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagainya);

    bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah; memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dansumberdayanya; memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada

    dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya. Selanjutnya, bagi sumberdaya manusia

    sekolah yang berdaya, pada umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan adalah miliknya, diabertanggungjawab, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya dimana, dia memiliki kontrol

    terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya merupakan bagian hidupnya.

    Contoh tentang hal-hal yang dapat memandirikan/memberdayakan warga sekolah adalah:pemberian kewenangan, pemberian tanggungjawab, pekerjaan yang bermakna, pemecahan masalah

    sekolah secara teamwork, variasi tugas, hasil kerja yang terukur, kemampuan untuk mengukur

    kinerjanya sendiri, tantangan, kepercayaan, didengar, ada pujian, menghargai ide-ide, mengetahui

    bahwa dia adalah bagian penting dari sekolah, kontrol yang luwes, dukungan, komunikasi yang efektif,umpan balik bagus, sumberdaya yang dibutuhkan ada, dan warga sekolah diberlakukan sebagai

    manusia ciptaan-Nya yang memiliki martabat tertinggi.

    http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7655814189894445501http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7655814189894445501http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=7655814189894445501
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    5/18

    D. Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis SekolahStrategi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Buku Konsep Dasar Manajemen

    Berbasis Sekolah. ( Direktorat PLP: 2005) dapat diuraikan sebagai berikut:

    1.Melakukan Sosialisasi

    Sekolah merupakan sistem yang terdiri dari unsur-unsur dan karenanya hasil kegiatan pendidikan di

    sekolah merupakan hasil kolektif dari semua unsur sekolah. Dengan cara berpikir semacam ini, makasemua unsur sekolah harus memahami konsep MBS apa, mengapa, dan bagaimana MBSdiselenggarakan. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh sekolah adalah

    mensosialiasikan konsep MBS kepada setiap unsur sekolah (guru, siswa, wakil kepala sekolah, guruBK, karyawan, orangtua siswa, pengawas, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pejabat Dinas

    Pendidikan Propinsi, dsb.) melalui berbagai mekanisme, misalnya seminar, lokakarya, diskusi, rapat

    kerja, simposium, forum ilmiah, dan media masa.

    Dalam melakukan sosialisasi MBS, yang penting dilakukan oleh kepala sekolah adalah membaca dan

    membentuk budaya MBS di sekolah masing-masing. Secara umum, garis-garis besar kegiatan

    sosialisasi/ pembudayaan MBS dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    a.Baca dan pahamilah sistem, budaya, dan sumberdaya yang ada di sekolah secara cermat dan refleksikankecocokannya dengan sistem, budaya, dan sumberdaya baru yang diharapkan dapat mendukung

    penyelenggaraan MBS;

    b.Identifikasikan sistem, budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah, dankenalkan sistem, budaya, dan sumberdaya baru yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS;

    c.Buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang bertanggungjawab, jika terjadi

    perubahan sistem, budaya, dan sumberdaya yang cukup mendasar;d.Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana,

    dan program-program penyelenggaraan MBS;

    e.Hadapilah status quo (resistensi) terhadap perubahan, jangan menghindar dan jangan menarik darinya

    serta jelaskan mengapa diperlukan perubahan dari manajemen berbasis pusat menjadi MBS;f.Garisbawahi prioritas sistem, budaya, dan sumberdaya yang belum ada sekarang, akan tetapi sangat

    diperlukan untuk mendukung visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program

    penyelenggaraan MBS dan doronglah sistem, budaya, dan sumberdaya manusia yang mendukungpenerapan MBS serta hargailah mereka (unsur-unsur) yang telah memberi contoh dalam penerapan

    MBS; dan

    g.Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, danprogram-program MBS.

    2.Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional Sekolah)Sekolah yang melaksanakan MBS harus membuat rencana strategis dan rencana operasional (rencana

    tahunan) sekolah. Rencana strategis sekolah pada umumnya mencakup perumusan visi, misi, tujuan

    sekolah dan strategi pelaksanaannya. Sedangkan rencana kerja tahunan sekolah pada umumnya

    meliputi pengidentifikasian sasaran sekolah (tujuan situasional sekolah), pemilihan fungsi-fungsisekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah diidentifikasi, analisis SWOT, langkah-

    langkah pemecahan persoalan, dan penyusunan rencana dan program kerja tahunan sekolah. Berikut

    diuraikan secara singkat mengenai perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah (tujuan situasionalsekolah).

    a.Visi

    Setiap sekolah harus memiliki visi. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dandigunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke

    depan kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah,

    agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan

    dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khususnya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis

    sekolahnya dan juga sesuai dengan profil sekolah yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolahharus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak danmasyarakat yang dilayani. Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi

    dan kebutuhan masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu dimungkinkan

    sekolah memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah lain, asalkan tidak keluar dari koridor nasionalyaitu tujuan pendidikan nasional.

    b.Misi

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    6/18

    Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harusmengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka misi dapat juga

    diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing kelompok yang terkait dengan

    sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan

    untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.

    c.

    TujuanBertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan merupakan apa yangakan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan akan dicapai. Jika visi dan

    misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun.Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah

    dicanangkan.

    Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal), maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata

    lain, tujuan merupakan tahapan untuk mencapai visi.

    d.Sasaran/Tujuan Situasional

    Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalahmenetapkan sasaran/target/tujuan situasional/tujuan jangka pendek. Sasaran adalah penjabaran

    tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat

    dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus selalu mengandungpeningkatan, baikpeningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar

    sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan

    disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran bersumber dari tujuan, namun dalampenentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan

    nyata yang dihadapi oleh sekolah.

    1)Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah

    Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa identifikasi tantangan

    nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara output sekolah

    saat ini dan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan sekolah). Besar kecilnyaketidaksesuaian antara output sekolah saat ini (kenyataan) dengan output sekolah yang diharapkan

    (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan. Contoh tantangankualitas: misalnya, jika dalam tiga tahun ke dapan dicanangkan tujuanuntuk mencapai GSA sebesar +2,

    sementara saat ini baru mencapai +0,4 berarti tantangan nyata yang dihadapi sekolah adalah (+2)-

    (+0,4) = (+0,4). Misalnya lagi, juara lomba karya ilmiah remaja sekolah saat ini berperingkat nomor 4se kabupaten dan yang diharapkan akan meningkat menjadi peringkat nomor 1, maka besarnya

    tantangan adalah 1-4 (-3), kurang 3. Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UAN, yang

    lulus 270 siswa, sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10 persen yaitu berasal dari 30 siswadibagi 300 siswa.

    Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena tersedia datanya. Akan tetapi

    bagaimanakah caranya mengidentifikasi output sekolah yang diharapkan, sehingga output yangdiharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu dilakukan analisis prakiraan (forecasting) lengkapdengan asumsi-asumsinya untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan di masa

    depan.

    Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat dikategorikan menjadi

    empat, yaitu kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efisiensi.

    Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkankemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Dalam konteks

    pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output sekolah yang bersifat akademik (misal:

    NUAN dan LKIR) dan non-akademik (misal: olah raga dan kesenian). Mutu output sekolah

    dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan proses persekolahan.

    Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dibanding input sekolah. Baik output maupun

    input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input sekolah, misalnya jumlah guru, modal

    sekolah, bahan, dan energi. Kuantitas output sekolah, misalnya jumlah siswa yang lulus sekolah setiaptahunnya. Contoh produktivitas, misalnya, jika tahun ini sebuah sekolah lebih banyak meluluskan

    siswanya dari pada tahun lalu dengan input yang sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat

    dikatakan bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih produktif dari pada tahun sebelumnya.

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    7/18

    Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telahdicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.

    Misalnya, NUAN idealnya berjumlah 60, namun NUAN yang diperoleh siswa hanya 45, maka

    efektivitasnya adalah 45:60 = 75%.

    Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal.Efisiensi

    internal menunjuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input

    (sumberdaya) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output sekolah. Efisiensi internalsekolah biasanya diukur dengan biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektivitas selalu memerlukandua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil

    pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Misalnya, jika dengan biaya yang

    sama, tetapi NUAN tahun ini lebih baik dari pada NUAN tahun lalu, maka dapat dikatakan bahwatahun ini sekolah yang bersangkutan lebih efisien secara internal dari pada tahun lalu. Efisiensi

    eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan

    kumulatif (individual, sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu

    yang panjang diluar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efisiensieksternal. Misalnya, dua sekolah SMP 1 dan SMP 2 dengan menggunakan biaya yang sama setiap

    tahunnya. Akan tetapi, lulusan SMP 1 mendapatkan upah yang lebih besar dari pada lulusan SMP 2

    setelah mereka bekerja. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa SMP 1 lebih efisien secara eksternaldari pada SMP 2.

    2)Merumuskan Sasaran (Tujuan Situasional)

    Berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi sekolah, maka dirumuskanlah sasaran/tujuan situasional

    yang akan dicapai oleh sekolah. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan atas tantangan nyata yangdihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi, dan

    tujuan sekolah, karena visi, misi, dan tujuan sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi)

    bagi perumusan sasaran sekolah. Karena itu, sebelum merumuskan sasaran sekolah yang akan dicapai,

    setiap sekolah harus memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah.

    Sasaran sebaiknya hanya untuk waktu yang relatif pendek, misalnya untuk satu tahun ajaran. Dengan

    demikian sasaran (misalnya untuk 1 tahun) pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencapai tujuanjangka menengah (misalnya untuk jangka 3 tahun). Ketika menentukan sasaran, prioritas harusdipertimbangkan sungguh-sungguh. Jika tujuan yang telah dicanangkan mencakup 5 aspek, apakah

    kelimanya akan digarap pada tahun pertama, atau hanya beberapa saja. Hal itu sangat tergantung

    kondisi sekolah.

    3.Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran

    Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu

    dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi

    yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar beserta fungsi-fungsi pendukungnya yaitufungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi

    keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi

    hubungan sekolah-masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.

    4.Melakukan Analisis SWOT

    Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka langkahberikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis

    SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).

    Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari

    keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Untukmengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya dicapai melalui membandingkan faktor

    dalam kondisi nyata dengan faktor dalam kriteria kesiapan. Yang dimaksud dengan kriteria kesiapanfaktor adalah faktor yang memenuhi kriteria/standar untuk mencapai sasaran/tujuan situasional. Faktoryang memenuhi kriteria/standar ini ditemukan melalui perhitungan-perhitungan atau pertimbangan-

    pertimbangan yang bersumber pada pencapaian sasaran.

    Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat

    pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi,baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor pada setiap

    fungsi yang berada didalam kewenangan sekolah. Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal adalah

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    8/18

    faktor-faktor pada setiap fungsi yang berada diluar kewenangan sekolah. Misalnya, fungsi prosesbelajar mengajar terdiri dari banyak faktor, satu diantaranya perilaku mengajar guru (faktor internal)

    dan satu lainnya kondisi lingkungan sosial masyarakat (faktor eksternal). Perilaku mengajar guru

    digolongkan faktor internal karena sekiranya perilaku tersebut perlu diubah, masih dalam kewenangansekolah. Sebaliknya, kondisi lingkungan sosial masyarakat digolongkan sebagai faktor eksternal karena

    sekiranya kondisi tersebut ingin diubah, diluar kewenangan sekolah.

    Tingkat kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi ukuran/kriteria kesiapan yang diperlukanuntuk mencapai sasaran, yang dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal;

    peluang,bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedang tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya

    tidak memenuhi ukuran kesiapan, dinyatakan bermakna: kelemahan, bagi faktor yang tergolong

    internal; danancaman, bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman, sebagaifaktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan.

    5.Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan

    Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah-langkah pemecahan

    persoalan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidaksiap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada

    ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar

    sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapanfungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang

    hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi

    kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna

    kekuatan dan/atau peluang.

    6.Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu

    Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama dengan semuaunsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, beserta program-

    programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang

    cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan MBS, sehingga perlu dibuat skala prioritas

    untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: aspek-aspek mutu yang ingin

    dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimanadilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal

    ini diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari

    pemerintah maupun dari orangtua siswa, baik dukungan pemikiran, moral, material maupun finansialuntuk melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut. Rencana yang dimaksud harus

    juga memuat rencana anggaran biaya (rencana biaya) yang diperlukan untuk merealisasikan rencana

    sekolah.

    Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan rencana adalah keterbukaan kepada

    semua pihak yang menjadi stakeholderpendidikan, khususnya orangtua siswa dan masyarakat(BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dengan cara demikian akan diperoleh kejelasan, berapa

    kemampuan sekolah dan pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini, dan berapa sisanya yang

    harus ditanggung oleh orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan rencana ini,maka kemungkinan kesulitan memperoleh sumberdana untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari.

    Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan dapat digunakan untuk keperluan

    penyelenggaraan kegiatan sekolah, maka program adalah alokasi sumberdaya (sumberdaya manusia

    dan sumberdaya selebihnya, misalnya, uang, bahan, peralatan, perlengkapan, perbekalan, dsb.) kedalamkegiatan-kegiatan, menurut jadwal waktu dan menunjukkan tatalaksana yang sinkron. Dengan kata

    lain, program adalah bentuk dokumen untuk menggambarkan langkah mewujudkan sinkronisasi dalam

    ketatalaksanaan.

    7.Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu

    Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara

    sekolah, orangtua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untukmewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan guru hendaknya

    mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan

    pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    9/18

    mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dankreatif dalam menjalankan program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang

    telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan

    birokratis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan pendidikan.

    Dalam melaksanakan proses pembelajaran, sekolah hendaknya menerapkan konsep belajar tuntas

    (mastery learning). Konsep ini menekankan pentingnya siswa menguasai materi pelajaran secara utuh

    dan bertahap sebelum melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain. Dengan demikian siswadapat menguasai suatu materi pelajaran secara tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untukmempelajari tahapan pelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam.

    Untuk menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan supervisi dan monitoring

    terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan di sekolah. Kepala sekolah sebagai

    manajer dan pemimpin pendidikan di sekolahnya berhak dan perlu memberikan arahan, bimbingan,dukungan, dan teguran kepada guru dan tenaga lainnya jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan

    jalur-jalur yang telah ditetapkan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai membuat

    guru dan tenaga lainnya menjadi amat terkekang dalam melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatantidak mencapai sasaran.

    8.Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

    Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaanprogram, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir

    catur wulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada satu catur wulan

    dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaikipelaksanaan program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Evaluasi jangka menengah

    dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah

    mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini akan diketahui

    kekuatan dan kelemahan program untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.

    Dalam melaksanakan evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam

    program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yangdilakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula, orangtua peserta didik danmasyarakat sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah

    dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila

    dibandingkan dengan hasil penilaian internal. Suatu hal yang bisa terjadi bahwa orangtua peserta didik

    dan masyarakat menilai suatu program gagal atau kurang berhasil, walaupun pihak sekolahmenganggapnya cukup berhasil. Yang perlu disepakati adalah indikator apa saja yang perlu ditetapkan

    sebelum penilaian dilakukan. Untuk lebih detailnya tentang monitoring dan evaluasi MBS.

    Hasil evaluasi pelaksanaan MBS perlu dibuat laporan yang terdiri dari laporan teknis dan keuangan.

    Laporan teknis menyangkut program pelaksanaan dan hasil MBS, sedang laporan keuangan meliputipenggunaan uang serta pertanggungjawabannya. Jika sekolah melakukan upaya-upaya penambahan

    pendapatan (income generating activities), maka pendapatan tambahan tersebut harus juga dilaporkan.

    Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas), maka laporan harus dikirim kepada Pengawas,Dinas Pendidikan Kabupaten, Komite Sekolah, Orang Tua Siswa dan Yayasan (bagi sekolah swasta).

    9.Merumuskan Sasaran Mutu Baru

    Sebagaimana dikemukakan terdahulu, hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat bagi perbaikankinerja program yang akan datang. Namun yang tidak kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan

    masukan bagi sekolah dan orangtua peserta didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun

    yang akan datang. Jika dianggap berhasil, sasaran mutu dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuansumberdaya yang tersedia. Jika tidak, bisa saja sasaran mutu tetap seperti sediakala, namun dilakukan

    perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Namun tidak tertutup kemungkinan, bahwasasaran mutu diturunkan, karena dianggap terlalu berat atau tidak sepadan dengan sumberdayapendidikan yang ada (tenaga, sarana dan prasarana, dana) yang tersedia.

    Setelah sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui tingkat

    kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah, sehingga dapat diketahui kekuatan, kelemahan,

    peluang, dan ancaman. Dengan informasi ini, maka langkah-langkah pemecahan persoalan segeradipilih untuk mengatasi faktor-faktor yang mengandung persoalan. Setelah ini, rencana peningkatan

    mutu baru dapat dibuat. Demikian seterusnya, caranya seperti urut-urutan nomor 2 s/d nomor 8 diatas.

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    10/18

    E. Pengambilan Keputusan Partisipatif

    Pengambilan keputusan partisipatif merupakan salah satu konsep dasar dari Manajemen

    Berbasis sekolah. Adapun yang dimaksud Pengambilan keputusan partisipatifmenurut David (Slamet

    PH: 2000) adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbukadan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, tokoh masyarakat)

    didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat

    berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jikaseseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan, maka yang bersangkutan akan ada

    "rasa memiliki" terhadap keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab

    dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah.Esensi proses pengambilan keputusan partisipatif (Cangemi, 1985) adalah untuk mencari

    "wilayah kesamaan" antara kelompok-kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah

    (stakehorder) yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, dan pemerintah/yayasan). Wilayah

    kesamaan inilah yang menjadi modal dasar untuk menumbuhkan "rasa memiliki" bagi semua kelompokkepentingan yang terkait dengan sekolah dan ini dapat dilakukan secara efektif melalui pelibatan semua

    kelompok kepentingan dalam proses pengambilan keputusan.

    BAB III PEMBAHASAN

    Esensi konsep MBS adalah otonomi. Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian

    yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Jadi

    otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan wargasekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.

    Untuk mencapai otonomi sekolah, diperlukan suatu proses yang disebut "desentralisasi".Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan bahkan dari sekolah keguru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkanbahwa pendidikan yang diatur secara "sentralistik" menghasilkan fenomena-fenomena seperti berikut:

    lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku, normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-

    lapis birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan sebaliknya, uniformitas telahmemasung kreativitas, dan tradisi serta serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan. Kecil

    itu indah, adalah merupakan esensi desentralisasi. Menurut Bailey (1991), organisasi yang cakupan,

    pemerintahan, manajemen, dan ukurannya kecil, mudah beradaptasi. Karena itu, desentralisasi bukanlagi merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan keharusan. Dengan

    desentralisasi, maka: (1) fleksibilitas pengambilan keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang

    dengan subur, sehingga keputusan dapat dibuat "sedekat" mungkin dengan kebutuhan sekolah; (2)

    akuntabilitas/pertanggunggugatan terhadap masyarakat (majelis sekolah, orangtua peserta didik,publik) dan pemerintah meningkat; dan (3) kinerja sekolah akan meningkat (efektivitasnya,

    kualitasnya, efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas kehidupan kerjanya,

    dan moralnya).

    A. Strategi Pelaksanaan MBS yang Tepat Guna Mewujudkan Keterlaksanaan MBS yang Bermutu

    Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah perlu adanya strategi yang tepat. Strategi yangdapat ditempuh dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah dengan baik menurut Slamet PH,

    (2000) adalah:Mensosialiasikan konsep manajemen berbasis sekolah keseluruh warga sekolah, yaitu

    guru,siswa, wakil-wakil kepala sekolah, konselor, karyawan dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtuamurid, pengawas, wakil kandep, wakil kanwil, dsb.) melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media

    masa. Hendaknya dalam sosialisasi ini juga dibaca dan dipahami sistem, budaya, dan sumber daya

    sekolah yang ada secermat-cermatnya dan direfleksikan kecocokannya dengan sistem, budaya, dansumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah.

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    11/18

    Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yangharus dihadapi oleh sekolah dalam rangka mengubah manajemen berbasis pusat menjadi manajemen

    berbasis sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara keadaan sekarang (manajemen

    berbasis pusat) dan keadaan yang diharapkan (manajemen berbasis sekolah). Karena itu, besar kecilnyaketidaksesuaian antara keadaan sekarang (kenyataan) dan keadaan yang diharapkan (idealnya)

    memberitahukan besar kecilnya tantangan (loncatan).

    Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen berbasissekolah berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi (butir 2). Segera setelah tujuan situasional

    ditetapkan, kriteria kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan. Kriteria inilah yang akan

    digunakan sebagai standar atau kriteria untuk mengukur tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya.

    Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan

    yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan,maka perlu diidentifikasi fungsi-fungsi mana yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional

    dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud meliputi antara lain:

    pengembangan kurikulum, pengembangan tenaga kependidikan dan nonkependidikan, pengembangan

    siswa, pengembangan iklim akademik sekolah, pengembangan hubungan sekolah-masyarakat,pengembangan fasilitas, dan fungsi-fungsi lain.

    Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT

    (Strength, Weaknes, Opportunity, and Threat). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud mengenalitingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan

    situasional yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan

    masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadapkeseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Tingkat

    kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai

    tujuan situasional, yang dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal; peluang,

    bagi faktor yang tergolong faktor eksternal. Sedang tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinyatidak memenuhi ukuran kesiapan, dinyatakan bermakna: kelemahan, bagi faktor yang tergolong faktor

    internal; dan ancaman, bagi faktor yang tergolong faktor eksternal.

    Memilih langkah-langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukanuntuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang

    sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka tujuan situasional yang telah ditetapkan tidak akan

    tercapai. Oleh karena itu, agar tujuan situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yangmengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-

    langkah pemecahan persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan

    dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanyasatu/lebih faktor yang bermakna kekuatan dan/atau peluang.

    Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama dengan

    semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, beserta

    program-programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumber

    daya yang cukup untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah idealnya, sehingga perlu dibuatsekala prioritas untuk rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.

    Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek manajemenberbasis sekolah. Dalam pelaksanaan, semua input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses

    (pelaksanaan) manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika input tidak siap/tidak memadai, maka

    tujuan situasional tidak akan tercapai. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan adalah pengelolaankelembagaan, pengelolaan program, dan pengelolaan proses belajar mengajar.

    Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil manajemen berbasis sekolah perlu

    dilakukan. Hasil pantauan proses dapat digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikanpenyelenggaraan dan hasil evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan

    situasional yang telah dirumuskan. Demikian kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus, sehingga

    proses dan hasil manajemen berbasis sekolah dapat dioptimalkan.Sembilan strategi pelaksanaan MBS tersebut di atas akan dapat berjalan dengan baik apabila

    kepala sekolah dalam kepemimpinannya mampu melaksanakan budaya pengambilan keputusan

    partisipatif.

    B.Penerapan Budaya Pengambilan Keputusan Partisipatif untuk Mewujudkan MBS yang BermutuSebagaimana dikemukakan pada Landasan Teori bahwa pengambilan keputusan partisipatif

    merupakan suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    12/18

    demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, tokoh masyarakat)didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat

    berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.

    Teknik pengambilan keputusan seperti ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorangdilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan, maka yang bersangkutan akan ada "rasa

    memiliki" terhadap keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan

    berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya: makin besar tingkat pertisipasi,makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan

    makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah

    dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan keahlian, yurisdiksi, dan relevansinya dengantujuan pengambilan keputusan sekolah.

    Bagaimana menerapkan pengambilan keputusan partisipatif? Menurut Cangemi (dalam Slamet

    PH: 2000), paling tidak ada tiga pertanyaan yang harus dijawab oleh kepala sekolah sewaktu akanmenerapkan pengambilan keputusan partisipatif: (1) bagaimana cara menentukan, dalam setiap kasus,

    apakah cocok dan produktif jika pengambilan keputusan melibatkan kelompok-kelompok

    kepentingan?; (2) kemudian, jika proses pengambilan keputusan perlu melibatkan kelompok-kelompok

    kepentingan, pertanyaan kedua adalah: bagian yang mana dari proses pengambilan keputusan yangperlu melibatkan kelompok-kelompok kepentingan?; (3) pertanyaan ketiga adalah cara yang mana

    (apa) yang paling efektif untuk melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan?

    Tentunya tidak semua wilayah (zona) pengambilan keputusan harus melibatkan semuakelompok kepentingan. Ada wilayah-wilayah yang memang merupakan hak prerogatif pimpinan untuk

    diputuskan secara sendirian dan bawahan harus menerimanya tanpa syarat. Kalaupun pimpinan

    melibatkan kelompok-kelompok kepentingan, maka hal ini harus dipikirkan secara mendalam danterkontrol pelaksanaannya.

    Ada empat petunjuk untuk mengidentifikasi pengambilan keputusan yang harus melibatkan

    para kelompok kepentingan, yaitu relevansi, kompetensi, yurisdiksi, dan kompatibilitas tujuan.

    Relevansi adalah tingkat relevansinya. Sekiranya keputusan yang akan diambil relevan dengankebutuhan kelompok kepentingan tertentu (kelompok yang bakal terkena dampak keputusan), maka

    pengambilan keputusan sebaiknya melibatkan kelompok kepentingan tersebut. Kompetensi, adalah uji

    keahlian. Artinya, kelompok kepentingan yang akan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan,harus memiliki sesuatu untuk dikontribusikan. Mereka harus memiliki kompetensi untuk ikut serta

    dalam memecahkan persoalan-persoalan yang terkait dengan kepentingannya. Yurisdiksi mengandung

    pengertian bahwa sekolah didirikan untuk menjalankan fungsinya melalui struktur-herarkis. Olehkarena itu, ada batas-batas yurisdiksi yang memang tidak semua kelompok kepentingan harus terlibat

    dalam pengambilan keputusan. Pelibatan yang tidak proporsional secara yurisdiksi akan cenderung

    membuat frustasi dan kemarahan yang tidak berdasar. Keempat, uji kompatibilitas tujuan. Apabilakompatibilitas tujuan dari semua kelompok kepentingan diinginkan, maka pelibatan mereka dalam

    proses pengambilan keputusan sangat diperlukan.

    Untuk dapat menerapkan pengambilan keputusan partispatif, ada beberapa model yang dapat

    digunakan, di antaranya:

    1) PemberitahuanDi sini kepala sekolah mengambil keputusan secara sendirin. Dia tidak mencari informasi dan tidakmencari nasehat dari orang lain. Dia mempercayakan pada pengalamannya sendiri dan penelitiannyasendiri, dan semata-mata mengumumkan keputusannya. Gaya ini cocok untuk keputusan-keputusan

    yang terletak diluar zona kepedulian karyawan.

    (2) Pengumpulan InformasiDisini kepala sekolah menggunakan kelompok kepentingan tertentu hanya untuk tujuan pengumpulaninformasi (penelitian masalah). Partisipan tidak diundang untuk datang bersama-sama dan bahkan tidak

    tahu siapa saja yang dimintai informasi. Melalui pembicaraan telpon atau laporan tertulis, kepala

    sekolah mencoba menarik kontribusi dari kelompok kepentingan tertentu agar supaya dapat mengambilkeputusan oleh dirinya sendiri. Gaya semacam ini hanya berlaku secara terbatas untuk keputusan-

    keputusan marjinal diluar zona kepedulian karyawan.

    (3) Pengumpulan Informasi dan PembahasanDi sini kepala sekolah berusaha mengumpulkan informasi dan memferifikasinya dengan mengundang

    secara bersama-sama para kelompok kepentingan yang dapat berkontribusi terhadap informasi awal

    yang telah dikumpulkan. Sewaktu informasi ini dicek-silang dan diklarifikasi, kolegialitas antar

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    13/18

    kelompok kepentingan tidak terlalu didorong/dimunculkan. Dari informasi cek-silang ini, kemudianKepala Sekolah akan menggunakannya untuk masukan bagi pengambilan keputusan yang akan

    dilakukan oleh dirinya sendiri.

    4) Pengumpulan Pendapat dan PembahasanDi sini kepala sekolah meminta bawahannya untuk menginterpretasi informasi yang telah dibagi-

    bagikan kepada mereka. Dia memanfaatkan mereka untuk menjelaskan makna data-data yang telahdibagi-bagikan keseluruh kelompok. Pendapat-pendapat yang diusulkan mungkin beragam dan tidak

    bisa menghasilkan saran-saran umum terhadap Kepala Sekolah untuk memecahkan persoalan. Lagi-

    lagi, sepala sekolah mengambil keputusan oleh dirinya sendiri tetapi dalam hal ini dia telah mendorongpertukaran pendapat secara bebas sewaktu dilakukan cek-silang antar kelompok kepentingan. Kondisi

    ini cocok jika setiap kelompok kepentingan dapat dipercaya untuk bagi-bagi pendapat dan memiliki

    keahlian yang sesuai dengan keputusan yang akan diambil.

    5) Debat, Dialog, dan Proteksi Ekuitas/KesamaanDalam model ini, kepala sekolah tidak hanya mendorong pertukaran pendapat secara bebas, tetapi juga

    untuk meyakinkan bahwa individu-individu yang menawarkan pendapat harus berdebat untukmempertahankan pendapatnya. Melalui interaksi ini kemudian dilakukan penilaian terhadap pendapat-

    pendapat tersebut sehingga ditemukan pendapat yang relatif lebih baik. Karena semua pendapat harus

    dilontarkan, maka peran kepala sekolah adalah melindungi pendapat-pendapat dari kelompok minoritasdan memberhentikan mereka yang telah habis waktunya dalam curah/debat pendapat. Dalam peran ini,

    kepala sekolah tetap akan mengambil keputusan oleh dirinya sendiri, namun dia akan dipengaruhi

    secara signifikan oleh argumen-argumen yang disampaikan oleh para partisipan.

    (6) DemokrasiModel pengambilan keputusan semacam ini pada dasarnya menggunakan sistem "voting". Kepalasekolah menyerahkan sebagian besar wewenang pengambilan keputusannya, sehingga dia akan

    berpartisipasi dalam diskusi tersebut dan dia akan memberikan suaranya melalui "voting", dan oleh

    karena itu keputusan final akan ditentukan oleh suara mayoritas. Teknik ini cocok untuk pengambilankeputusan yang kontroversial, dimana konsensus sukar dicapai.

    7) KonsensusDi sini kepala sekolah mendorong munculnya pendapat-pendapat yang beragam dan dia bertindak

    sebagai parlementarian untuk menjamin hak-hak yang sama dari semua peserta yang terlibat dalam

    diskusi. Segera setelah kelompok diskusi mengarah kepada kesepakatan, dia meringkasnya danmengklarifikasi isu-isu tersebut. Dia memimpin diskusi, tetapi dia tidak menempatkan pendapatnya di

    atas peserta diskusi. Dia berusaha membawa kelompok diskusi kearah persetujuan terhadap alternatif

    terbaik, yaitu alternatif yang dapat diterima oleh kelompok secara keseluruhan. Ini tidak berarti bahwa

    setiap peserta akan puas secara total terhadap keputusan, akan tetapi paling tidak setiap pesertaseyogyanya puas terhadap keputusan tersebut karena inilah keputusan terbaik yang dapat dicapainya.

    (8) DelegasiDalam kondisi-kondisi tertentu, suatu keputusan tidak harus ditangani oleh kepala sekolah, karena

    keputusan tersebut tidak relevan baginya maupun bagi sekolahnya. Dia tidak memiliki keahlian untuk

    berkontribusi dan karena itu dia mendelegasikan keputusan kepada bawahannya (guru, konselor, BP3,dsb.). Dia tidak berpartisipasi. Dia tidak mengganggu hasil akhir keputusan, namun bisa saja dia

    merupakan salah seorang yang menunjukkan adanya permasalahan.

    BAB IV PENUTUP

    A. SimpulanBerdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab I sampai III, dapat ditarik beberapa

    simpulan, antara lain sebagai berikut:1)Manajemen Berbasis Sekolah adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada

    sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi

    secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkankebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2) Langkah-langkah strategi pelaksanaan MBS tepat adalah a) mensosialisasikan konsep MBS; b)

    melakukan analisis sasaran; c) merumuskan sasaran, d) mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan

  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    14/18

    untuk mencapai sasaran, e) melakukan analisis SWOT, f) menyusun rencana sekolah, g)mengimplementasikan rencana sekolah, h) melakukan evaluasi, dan i) merumuskan sasaran baru.

    3) Pengambilan keputusan partisipatif merupakan cara mengambil keputusan yang melibatkan semua

    kelompok atau komponen sekolah, terutama pihak-pihak yang akan melaksanakan keputusan dan yangakan terkena dampak keputusan.

    4) Ketepatan strategi pelaksanaan MBS serta penggunaan penerapan budaya pengambilan keputusan

    partisipatif merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan kepala sekolah dalammelaksanakan MBS.

    B. Saran1) Kepala sekolah yang baik sewajar untuk melibatkan seluruh komponen sekolah dalam menentukkan

    kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.

    2) Salah satu cara melibatkan seluruh komponen sekolah adalah dengan penerapan budaya pengambilankeputusan partisipatif. Artinya, dalam mengambil keputusan sebaiknya unsur-unsur sekolah terlibat di

    dalamnya.

    DAFTAR PUSTAKAAburizal Bakrie. 1999. Mengefektifkan Sistem Pendidikan Ganda. (Makalah Disampaikan pada Rapat Kerja

    Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional, 29 Maret 1999) di Jakarta.

    Bailey, William J. 1991. Schhol-Site Management Applied. Lancaster-Basel: Technomic Publishing CO.INC.

    Direktorat Dikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

    Dewan Perwakilan Rakyat. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat.

    Dewan Perwakilan Rakyat. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat.

    Dewan Perwakilan Rakyat. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang

    Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi. Jakarta: Dewan

    Perwakilan Rakyat.

    Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat PLP 2005.

    Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat PLP.

    Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1).

    Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Departemen Pendidikan Nasional.

    Poernomosidi Hadjisarosa. 1997. Naskah 1: Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Hal Secara

    Utuh dan Benar (Bahan Kuliah STIE Mitra Indonesia).

    Slamet PH. 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah Disampaikann dalam Seminar

    Regional dengan Tema "Otonomi Pendidikan dan Implementasinya dalam EBTANAS" pada Tanggal 8

    Mei 2000 di Universitas Panca Marga Probolinggo, Jawa Timur.

    Slamet PH (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah pada Acara Seminar dan TemuAlumni Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta dengan Tema "Pendidikan yang

    Berwawasan Pembebasan: Tantangan Masa Depan" pada Tanggal 27 Mei 2000 di Ambarukmo Palace

    Hotel, Yogyakarta.

    Sumarno dkk. (2000). Otonomi Pendidikan. Kertas Kerja yang Dibahas di Universitas Negeri Yogyakarta dalam

    Rangka Memberi Masukan kepada Menteri Pendidikan Nasional (tidak dipublikasikan).Diposkan olehSDN 3 BANGUNHARJA di15:48

    Label:Makalah

    0 komentar:

    Poskan Komentar

    http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/search/label/Makalahhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/search/label/Makalahhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/search/label/Makalahhttp://www.blogger.com/comment.g?blogID=3018731360445959019&postID=8536269664722450765http://www.blogger.com/comment.g?blogID=3018731360445959019&postID=8536269664722450765http://www.blogger.com/comment.g?blogID=3018731360445959019&postID=8536269664722450765http://sdn3bangunharja.blogspot.com/search/label/Makalahhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://www.blogger.com/profile/07279128634435513907
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    15/18

    Posting Lebih BaruPosting LamaBerandaLangganan:Poskan Komentar (Atom)

    Visi dan Nilai

    2018 Terbaik di Kecamatan Cisaga

    2025 Terbaik di Kabupaten Ciamis

    1. Sekolah Pengembang Akhlakul Karimah

    (7 Budi Utama)

    * JUJUR

    * TANGGUNG JAWAB

    * VISIONER,* DISIPLIN

    * KERJA SAMA

    * ADIL DAN

    * PEDULI

    2. Berwawasan IPTEK Internasional*TI&K

    *Bahasa Inggris

    3. Berwawasan Alam dan Lingkungan Hidup Serta Budaya Lokal4. Sekolah Pengembangan Olahraga

    (Sepak Bola)

    Mengenai Saya

    SDN 3 BANGUNHARJA

    "Sekolah Alam Berteknologi" Saya seorang pendidik Berusaha mengembangkan PendidikanDasar (Sekolah Dasar)Bebasis ICT (Teknologi Informasi & Komunikasi), Bahasa International

    dan dibarengi IMTAQ serta kebijaksanaan Lingkungan Lokal -"Kritis, Inisiatif, Kreatif,

    Inovatif, Prestatif"- kirimkan saran ke: [email protected]

    Lihat profil lengkapku

    Sekolah Laskar Pelangi

    Untuk Para Guru-guruku

    Kementrian Pendidikan Nasional

    http://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/08/sawarga.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/feeds/8536269664722450765/comments/defaulthttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/feeds/8536269664722450765/comments/defaulthttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/feeds/8536269664722450765/comments/defaulthttp://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://laskarpelangithemovie.blogspot.com/http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://laskarpelangithemovie.blogspot.com/http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://www.blogger.com/profile/07279128634435513907http://sdn3bangunharja.blogspot.com/feeds/8536269664722450765/comments/defaulthttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/08/sawarga.html
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    16/18

    Kementerian Pendidikan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pendidikannasional dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan

    negara.

    Pengikut

    Alamat Web Site Terkait

    Astro Fisika

    Bangunharja Sehat 2015

    Banjar Cyber School

    DEPDIKNAS

    Direktorat Pembinaan TK dan SD

    Green School Bali

    Kamus Komputer dan Teknologi Informasi

    Kumpulan Artikel Pendidikan

    Nomor Pokok Sekolah Nasional

    Sekolah Alam Bandung

    Sekolah Alam Cikeas Sekolah Dasar Teladan

    SMPN 2 Banjar (Rintisan Sekolah Berbasis Akhlakulkarimah/RSBA)

    SMPN 2 Ciamis (International School)

    Arsip Blog

    2011(26)

    o Desember(4)

    o November(6)

    o Oktober(5)

    o September(1)o Agustus(1)

    o Juni(2)

    Contoh Makalah MBS untuk Seleksi Calon Kepala Seko...

    Pengelolaan Sekolah yang Efektif dan Efisien

    o April(3)

    o Maret(1)

    o Februari(1)

    o Januari(2)

    2010(30)

    2009(18)

    2008(9)

    Web Kabupaten Ciamis

    http://astrophysicsblogs.blogspot.com/http://astrophysicsblogs.blogspot.com/http://aditiana89.blogspot.com/http://aditiana89.blogspot.com/http://banjarcyberschool.blogspot.com/http://banjarcyberschool.blogspot.com/http://www.kemdiknas.go.id/http://www.kemdiknas.go.id/http://www.ditptksd.go.id/http://www.ditptksd.go.id/http://www.greenschool.org/http://www.greenschool.org/http://www.total.or.id/http://www.total.or.id/http://artikel.total.or.id/kategori.php?id=8&kategori=Pendidikanhttp://artikel.total.or.id/kategori.php?id=8&kategori=Pendidikanhttp://npsn.diknas.go.id/http://npsn.diknas.go.id/http://sekolahalambandung.com/http://sekolahalambandung.com/http://sacikeas.com/http://sacikeas.com/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://smpnduabanjar.blogspot.com/http://smpnduabanjar.blogspot.com/http://gemilang.smpn2cms.sch.id/http://gemilang.smpn2cms.sch.id/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://www.kemdiknas.go.id/kemdiknas/index.phphttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-sekolah-yang-efektif-dan.htmlhttp://sdn3bangunharja.blogspot.com/2011/06/contoh-makalah-mbs-untuk-seleksi-calon.htmlhttp://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://void%280%29/http://gemilang.smpn2cms.sch.id/http://smpnduabanjar.blogspot.com/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://sacikeas.com/http://sekolahalambandung.com/http://npsn.diknas.go.id/http://artikel.total.or.id/kategori.php?id=8&kategori=Pendidikanhttp://www.total.or.id/http://www.greenschool.org/http://www.ditptksd.go.id/http://www.kemdiknas.go.id/http://banjarcyberschool.blogspot.com/http://aditiana89.blogspot.com/http://astrophysicsblogs.blogspot.com/
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    17/18

    Logo kabupaten Ciamis adalah sebuah Perisai Bersudut Empat yang artinya :

    Universitas Terbuka

    VISI: Pada tahun 2021, UT menjadi institusi PTTJJ berkualitas dunia dalam menghasilkan produkpendidikan tinggi dan dalam penyelenggaraan, pengembangan, dan penyebaran informasi PTTJJ.

    ICT Center Kab. Ciamis

    Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Kab. Ciamis

    Web SMKN 1 CIAMIS

    Sistem Informasi Sekolah Berbasis Web

    Sekolah Dasar

    http://sis.smkn1-cms.sch.id/http://ictcenter.smkn1-cms.sch.id/http://www.ut.ac.id/http://www.ciamiskab.go.id/http://sis.smkn1-cms.sch.id/http://ictcenter.smkn1-cms.sch.id/http://www.ut.ac.id/http://www.ciamiskab.go.id/http://sis.smkn1-cms.sch.id/http://ictcenter.smkn1-cms.sch.id/http://www.ut.ac.id/http://www.ciamiskab.go.id/http://sis.smkn1-cms.sch.id/http://ictcenter.smkn1-cms.sch.id/http://www.ut.ac.id/http://www.ciamiskab.go.id/
  • 8/2/2019 makalah kepala sekolah 1

    18/18

    Web Hebat

    Universitas Pendidikan Indonesia

    A Leading and Out Standing University

    UNESCO

    UNESCO works to create the conditions for dialogue among civilizations, cultures and peoples, based

    upon respect for commonly shared values

    UNICEF

    UNICEF is the driving force that helps build a world where the rights of every child are realized.

    http://www.unicef.org/http://www.unesco.org/new/en/unesco/http://www.upi.edu/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://www.unicef.org/http://www.unesco.org/new/en/unesco/http://www.upi.edu/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://www.unicef.org/http://www.unesco.org/new/en/unesco/http://www.upi.edu/http://sekolah-dasar.blogspot.com/http://www.unicef.org/http://www.unesco.org/new/en/unesco/http://www.upi.edu/http://sekolah-dasar.blogspot.com/