Makalah Kelompok 6 Ptu
-
Upload
fajar-dwi-rohmad -
Category
Documents
-
view
30 -
download
10
description
Transcript of Makalah Kelompok 6 Ptu
A. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal
dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Dunton dalam
Siswanto (2008) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan
pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional
serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun
secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat,
dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti
musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
Sementara menurut Waluyo (1987) dalam Siswanto (2008)
mengemukakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengosentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi
merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair yang didalamnya terdapat unsur-unsur fisik dan unsur-unsur
batinnya.
B. Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisimenurut Waluyo dalam Siswanto (2008) dapat
dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
1. Struktur batin puisi
Struktur batin puisi atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tema/makna (sense);
Seorang penyair dalam menciptakan puisi selalu menpunyai
keinginan dan tujuan. Keinginan dan tujuan itu disampaikan
penyair kepada pembaca melalui puisinya. Keinginan berhubungan
langsung dengan penyair, penyair ingin agar apa yang menjadi
makna dan isi dari puisinya dapat dipahami dan pembaca
tidak mendapatkan kesulitan dalam menafsirkan puisinya.
Sedangkan tujuan berhubungan langsung dengan pembaca, penyair
berharap setelah membaca dan memahami isi serta pesan moral
dalam puisinya dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
pembaca tentang hidup dan kehidupan.
Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang
dikemukakan penyair. Jadi jelas bahwa dengan puisinya penyair
ingin mengemukakan sesuatu bagi pembaca melalui puisinya. Sang
penyair melihat, mengalami beberapa kejadian dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan,
mempermasalahkan hal-hal itu dengan caranya sendiri. Atau
dengan kata lain sang penyair ingin mengemukakan pengalaman
pribadinya kepada para pembaca melalui puisinya. Pokok pikiran
atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair
sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan
yang kuat itu berupa hubungan penyair dengan Tuhan, maka
puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa
belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan.
Jika yang kuat adalah dorongann untuk memproses ketidakadilan,
maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta
atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau
tema kedukaan hati karena cinta.
b. Rasa (feeling)
Yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema
dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (tone)
Yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah
begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
d. Amanat/tujuan/maksud (itention)
Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair
menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair
menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
2. Struktur fisik puisi
Struktur fisik puisi atau terkadang disebut pula metode puisi adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan
hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Perwajahan puisi (tipografi)
b) Diksi
c) Imaji
d) Kata kongkret
e) Bahasa figuratif
C. Menulis Puisi
Menulis puisi merupakan kegiatan aktif dan produktif. Dikatakan aktif
karena dengan menulis puisi seseorang telah melakukan proses berpikir,
sedangkan dikatakan produktif karena seseorang dalam menulis puisi akan
menghasilkan sebuah tulisan yang dapat dinikmati oleh orang lain. Dengan
menulis puisi seseorang dapat mengungkapkan ide, mengekspresikan
gagasan, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman-pengalaman hidupnya
ke dalam bahasa tulis.
Menulis puisi berkaitan dengan pencarian ide, pemilihan tema,
pemilihan diksi, pemilihan permainan bunyi (rima), pemanfaatan gaya
bahasa, dan sebagainya. Endraswara (2003) mengemukakan bahwa dalam
menulis puisi dapat diawali dengan empat proses. Proses penulisan puisi
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pencarian ide,
2) Perenungan,
3) Penulisan,
4) suku kata dalam setiap kalimat, rima atau persamaan bunyi.
5) Perbaikan atau Revisi,
1. Menulis Pusi melalui Model Penulisan Lama
Puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama atau warisan
budaya nenek moyang kita yang masih hidup dalam tradisi lisan.
Karena tradisi ini menuntut orang mengingat dan menghafal, maka
wajar saja jika dalam puisi lama terkandung syarat-syarat tertentu.
Di sisi lain, syarat-syarat tersebut karena dijadikan sarana dalam
berekspresi secara berulang-ulang, maka jadilah formula atau
kaidah tetap yang menjadi ciri setiap bentuk puisi. Bentuk lainnya
yang juga termasuk puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra,
masnawi, nazam, kithah, rubai, seloka, syair, talibun, dan teromba.
Meskipun bentuk puisi lama cukup banyak, dalam makalah ini
akan dibahassebagian saja, terutama yang masih memengaruhi
penulisan puisi modern, yaitu pantun dan syair.
1. Pantun
Pantun merupakan ragam puisi lama, dimana baitnya terdiri
atas empat larik dengan rima akhir a-b-a-b. Setiap larik biasanya
terdiri atas 8-12 suku kata dan dengan ketentuan bahwa dua
larik pertama selalu merupakan kiasan atau sampiran,
sementara isi atau maksud sesungguhnya terdapat dalam larik
ketiga dan keempat.
Dari keterangan diatas, syarat-syarat penulisan pantun adalah
sebagai berikut:
a. Tiap bait terdiri dari empat baris.
b. Setiap barisnya terdiri 8-12 suku kata.
c. Mempunyai sajak (persamaan bunyi akhir baris) ab-ab.
d. Dua baris pertama disebut sampiran. Sampiran bisa berisi
lukisan alam atau sesuatu yang menjadi cermin isi.
e. Dua baris kedua disebut isi. Isi pantun bermacam-macam,
misalnya nasihat, suka dan duka dan sebagainya.
2. Syair
Syair bersumber dari kesusastraan Arab dan tumbuh
memasyarakat sekitar abad ke-13, seiring dengan masuknya
agama Islam ke Nusantara. Seperti halnya pantun, syair
memiliki empat larik dalam setiap baitnya; setiap larik terdiri
atas empat kata atau antara delapan sampai dengan dua belas
suku kata. Akan tetapi, syair tidak pernah menggunakan
sampiran. Dengan kata lain, larik-larik yang terdapat dalam
syair memuat isi syair tersebut. Perbedaan pantun dan syair
terletak juga pada pola rima. Apabila pantun berpola a-b-a-b,
maka syair berpola a-a-a-a.
Karena bait syair terdiri atas isi semata, maka antara bait
yang satu dan bait lainnya biasanya terangkai sebuah cerita. Jadi,
apabila orang akan bercerita, syair adalah pilihan yang tepat.
Cerita yang dikemas dalam bentuk syair biasanya bersumber
dari mitologi, religi, sejarah, atau dapat juga rekaan semata dari
pengarangnya. Syair yang cukup terkenal yang merupakan
khazanah sastra nusantara, misalnya Syair Perahu karya Hamzah
Fansuri, Syair Singapura Dimakan Api karya Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi, Syair Bidasari, Syair Abdul Muluk, Syair
Ken Tambunan, Syair Burung Pungguk, dan Syair Yatim Nestapa.
Berikut adalah beberapa kutipanSyair Burung Pungguk:
Bismillah itu mulia dikata
Limpah rahmat terang cuaca
Berkat Mohammad penghulu kita
Ialah penghulu alam pendeta
Al rahman itu sifat yang sani
Maknanya murah amat mengasihani
Kepada mumin hati nurani
Di situlah tempat mengasihani
Al rahim itu pengasihan kita
Kepada Allah puji semata
Itulah Tuhan yang amat nyata
Memberi hambanya berkata-kata
Dengarkan tuan suatu rencana
Dikarang oleh dagang yang hina
Sajaknya janggal banyak tak kena
Dari pada akal belum sempurna
Dari keterangan diatas, syarat-syarat penulisan syair adalah
sebagai berikut:
Tiap bait terdiri 4 baris.
Biasanya setiap baris terdiri dari 4 kata dengan 8-12 suku kata.
Sajaknya a-a-a-a.
Keempat baris terdiri dari rangkaian isi atau pesan.
2. Menulis Puisi melalui berbagai Model
Menurut Endraswara (2003) terdapat beberapa model yang
dapat digunakan untuk mengembangkan imajinasi dan kreatifitas
dalam menulis puisi, diantaranya:
a. Menulis puisi dengan mendeskripsikan objek konkret secara emotif
Objek konkret yang dapat diketahui dengan panca indra,
seperti kucing, bunga melati, gunung, laut, dan air terjun dapat
menjadi bahan pokok puisi. Cara yang mudah adalah dengan
mendeskripsikan seluk-beluk objek tersebut. Akan tetapi,
karena dalam berlatih menulis puisi, pendeskripsian objek
konkret tersebut hendaknya dibangun dengan menggunakan
bahasa yang bersifat emotif.
b. Menulis puisi dengan mengurai nama diri
Nama adalah identitas pokok diri kita. Manusia dapat
saling mengenal dan menyapa karena memiliki nama. Kepedulian
terhadap nama diri dapat dimanfaatkan untuk belajar menulis
puisi.
c. Menulis puisi berdasarkan tokoh dalam sejarah, mitologi, atau
dalam karya sastra
Karya sastra, apakah cerpen, novel/roman, drama, atau
puisi yang telah dibaca, dapat juga dijadikan media dalam belajar
menulis puisi. Apabila menyenangi tokoh tertentu dalam sebuah
novel, kita dapat saja menulis puisi berdasarkan tokoh tersebut.
Puisi tersebut dapat merupakan suara tokoh tersebut (tokoh
menjadi aku lirik), atau komentar mengenai tokoh tersebut. Selain
karya sastra, tokoh dalam sejarah, wayang, atau mitologi dapat
juga kita jadikan bahan penulisan puisi.
d. Mengkonkretkan Puisi dengan Bantuan Gambar
Kadang-kadang orang yang memiliki bakat lebih dari
satu seni tidak akan pernah puas ketika dia membuat sebuah
karya seni. Ada sebagian penyair yang mengkonkretkan puisi
dengan tambahan gambar atau membentuk tipografi puisi sesuai
dengan keinginannya. Sebaliknya, ada juga pelukis yang
menambahkan kata-kata ke dalam lukisannya, seperti yang
terjadi pada Zaini atau Herry Dim. Untuk puisi, kita dapat
menyebut Sutardji Calzoum Bachri sebagai salah seorang
penyair puisi konkret
.
e. Menulis puisi berdasarkan pengalaman diri
Kita sering kali mendengar kata-kata, "Orang dapat menulis
puisi ketika sedang jatuh cinta", atau "Kesedihan akan berkurang
apabila dituangkan melalui puisi". Kata-kata tersebut, meskipun
belum tentu menghasilkan puisi yang bermutu dari segi estetik,
tetapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan berlatih dalam menulis
puisi. Manusia sebagai makhluk hidup tidak akan luput dari
pengalaman, baik yang menyedihkan maupun yang
membahagiakan.