MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

23
DisusunOleh: M. Iqbal Saputra 140410100019 Nunung Nurhafifah 140410100028 Erwan Yudiar Darussalam 140410100040 Frisca Yanari 140410100042 Dian Catur 140410100080 Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam "Perbandingan Keabnormalan Pertumbuhan Tumbuhan"

Transcript of MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

Page 1: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

DisusunOleh:

M. Iqbal Saputra 140410100019Nunung Nurhafifah 140410100028Erwan Yudiar Darussalam 140410100040Frisca Yanari 140410100042Dian Catur 140410100080

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Padjadjaran

2013

"Perbandingan Keabnormalan Pertumbuhan Tumbuhan"

Page 2: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3

1.2 Tujuan...............................................................................................................4

1.3 Identifikasi Masalah........................................................................................4

Bab II Isi.................................................................................................................5

2.1 Gejala Abnormalitas Pada Tumbuhan..........................................................6

2.2 Abnormalitas Pada Kelapa Sawit................................................................11

Bab III Penutup....................................................................................................12

Kesimpulan...........................................................................................................12

Daftar Pustaka......................................................................................................13

2

Page 3: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan diambil

manfaatnya oleh manusia, baik untuk dikonsumsi ataupun untuk kebutuhan

manusia lainnya. Akan tetapi tidak sedikit tanaman budidaya yang produksinya

menurun karena tanaman terserang penyakit ataupun karena tanaman tersebut

tumbuh abnormal sehingga fisiologinya terganggu. Penyakit tanaman tersebut

disebabkan oleh jasad renik atau mikroorganisme seperti jamur, bakteri, molikut,

virus, viroid, protozoa dan nematoda. Sedangkan tanaman yang abnormal dapat

disebabkan oleh faktor eksternal yaitu dari gen tanaman itu sendiri ataupun karena

lingkungan yang tidak sesuai.

Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan suatu

tanaman akan menyebabkan tanaman tersebut tumbuh abnormal secara morfologi

serta terganggu proses fisiologinya sehingga produksi tanaman tersebut menurun

dan akhirnya menyebabkan kerugian bagi para petani atau pemiliknya. Faktor

eksternal yang menyebabkan tanaman tumbuh abnormal diantaranya adalah

karena defisiensi unsur hara, cekaman lingkungan, PH tanah atau media tanam,

serta oksigen.

Di Sumatera Utara, Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo

ditemukan kasus kegagalan panen bawang prei (Allium porum L) karena tanaman

bawang tumbuh kerdil, daun tampak layu seperti mengalami kekeringan dan

terdapat bercak cokelat, serta pada akar tanaman terdapat warna merah muda.

Ternyata setelah diteliti, pada akar tanaman bawang ditemukan Organisme

Penggangu Tanaman (OPT) jenis cendawan hal ini disebabkan karena para petani

menggunakan pupuk kandang yang belum difermentasi. Selain itu juga ternyata

tanah di lahan tanam bawang tersebut memiliki keasaman yang sangat tinggi,

tanaman kekurangan unsur N dan kelebihan unsur P, K, dan Mg.

3

Page 4: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

Oleh karena itu pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab tanaman

tumbuh abnormal sangat penting untuk dikaji lebih lanjut agar kita dapat

menemukan cara atau pengendalian yang paling tepat untuk menanggulanginya.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui dan membandingkan faktor penyebab serta gejala yang

ditimbulkan pada tanaman yang tumbuh abnormal.

1.3. Identifikasi Masalah

1. Apakah yang dimaksud tanaman abnormal dan bagaimana cirri-cirinya

2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh abnormal

3. Bagaimana cara pengendalian tanaman abnormal

4

Page 5: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

BAB II

ISI

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan

sejajar dan berdampingan.Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran

yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel), yang meliputi pertambahan

volume dam pertambahan massa. Selain disebabkan pertambahan ukuran sel,

pertumbuhan juga terjadi karena pertambahan jumlah sel. Sedangkan

perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan,pada tumbuhan

perkembangan ditandai dengan munculnya bunga atau buah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan danperkembangan dapat

dibedakan menjadi faktor dari dalam dan faktor dari luar tubuh.Faktor dalam yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berasal dari dalam tubuh

makhluk hidup sendiri. Yang termasuk kategori ini adalah faktor gen dan keadaan

hormonal.Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkandari induk.

Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup,misalnya bentuk tubuh, tinggi

tubuh, warna kulit, warnabunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga

menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup,sehingga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangannya.Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk

mengendalikanberbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnyasedikit,

hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan berbagai proses

dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

padamakhluk hidup beragam jenisnya.Hormon pada tumbuhan sering disebut

fitohormon atau zat pengatur tubuh. Beberapa di antaranya adalah

auksin,sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat.Faktor luar yang

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berasal

dari faktor lingkungan (Purnomo, 2009).

Kegiatan pembudidayaan tanaman sering kali dihadapkan pada masalah

pertumbuhan tanaman tidak normal, yaitu tanaman kerdil, warna daun berubah

dan kematian organ tanaman dan lain sebagainya. Keabnormalan atau gangguan

merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai faktor yang mempengaruhi.

5

Page 6: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada

tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering

menunjukkan kerusakan tertentu pula (Triharso, 2004).

2.1 Gejala Abnormalitas Pada Tumbuhan

Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan (abnormal)

dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan

gejala dapat dilihat dengan mata telanjang. Berdasarkan sifatnya, ada dua tipe

gejala (Sudarmo,1995):

a). Gejala lokal, yaitu gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang

jelas dan terbatas. Biasanya dalam bentuk bercak atau kanker.

Gejalanya terbatas pada bagian-bagian tertentu dari tanaman (pada

daun, buah, akar).

b).Gejala sistemik, yaitu kondisi serangan penyakit yang lebih luas,

bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh

virus mosaic, belang maupun layu. Gejalanya terdapat di seluruh

tubuh tanaman (layu, kerdil). (Triharso, 2004).

Berdasarkan bentuknya gejala abnormal tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu :

a). Gejala Morfologi : gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui

melalui bau, rasa, raba dan dapat ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan

atau tiap organ dari dari tumbuhan.

b). Gejala Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan-

pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit.

Gejala histologi dapat dibedakan menjadi 3 tipe gejala yaitu (Wibowo, 2002) :

1. Gejala Nekrotik

Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel

bahkan kematian sel. Gejala nekrotik dibagi menjadi :

6

Page 7: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

1). Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas

dalam jaringan tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya

bercak-bercak atau bintik-bintik hitam.

2). Hidrosis disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam

ruang sela-sela sel, bagian ini akan tampak kebasah-basahan.

3). Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya

bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau.

4). Layu, yaitu gejala sekunder yang disebabkan karena adanya

gangguan dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada

susunan akar yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan

dengan pengangkutan air.

5). Gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan

mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala

nekrosis.

6). Mati ujung, biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai

dari ujungnya baru meluas kepangkal.

7). Busuk yang disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan.

Busuk dipakai untuk bagian-bagian yang tebal seperti buah, batang,

7

Page 8: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah dan busuk kering.

Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan

yang kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging,

sedangkan busuk kering jarang berbau.

8). Rebah semai jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia,

Sclerotium, Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang

membusuk atau tanaman rebah.

9). Perdarahan atau eksudasi, gejala ini biasanya ditunjukkan dengan

adanya cairan-cairan yang keluar bagian tanaman.

2. Gejala Hipoplastik

Adalah tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya hambatan atau

terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel (Wibowo,

2002):

1) Kerdil atau tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman,

sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya.

8

Page 9: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

2) Klorosis, yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya

bagian-bagian yang lazimnya berwarna hijau.

3.) Etiolasi gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat,

tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit.

4). Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang

tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga

menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.

5). Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi

pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-

daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.

9

Page 10: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

3. Gejala Hiperplastik

Ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari

biasanya (overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:

1). Menggulung atau mengeriting, yaitu gejala gulung daun (leaf roll)

atau gejala mengeriting (curling) yang disebabkan karena

pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun.

Tomato leaf curl

2). Rontok, peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi

sebelum waktunya (premature) dan dalam jumlah yang lebih

banyak dari biasanya.

3). Perubahan warna, yaitu perubahan warna yang bukan klorosis

misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan

karena membentuk antosianin. (Fahmi, 2012).

4). Rinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa

sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian

yang seperti beledu.

5). Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat

dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada

yang membentuk seperti spiral.Prosesnya karena adanya peleburan

atau adanya penyambungan faktor genetis atau kimia.

10

Page 11: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

HasilpemotonganepikotilPhaseolusmultiflorus, maka yang

tumbuhadalahtunas yang bersatudengankotiledon yang

bentuknyapipih

6). Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang

agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu

nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung

(cedema).

2.2 Abnormalitas Pada Kelapa Sawit

Kebutuhan benih kelapa sawit meningkat setiap tahun tetapi tidak

seimbang dengan ketersediaan benih. Altenatif penyediaan bibit unggul dilakukan

melalui perbanyakan kultur jaringan yang diperkirakan dapatmenjawab kebutuhan

benih sawit saat ini. Penelitian mengungkapkan bahwa proporsi kelapa sawit yang

berasal dari embrio somatik hasil kultur jaringan memperlihatkan fenotip varian

somaklonal mantel. Stamen pada bunga jantan dan staminode (stamen rudimenter)

pada bunga betina berubah menjadi struktur seperti karpel) disebut sebagai bunga

mantel. Penggunaan hormon 2,4D dan sub kultur yang berulang selama

menginduksi kalus dari jaringan daun kelapa sawit diduga sebagai penyebab

11

Page 12: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

gangguan control seluler. Lingkungan kultur jaringan dapat menyebabkan

gangguan kontrol seluler yang berperan terhadap sejumlah perubahan genomic

yang ada pada tanaman kultur jaringan. erubahan kromosom dapat terjadi dengan

frekuensi yang tinggi pada tahap awal kalus atau kultur sel cair sebagai penyebab

abnormalitas (Mathius, et al. ,2001).

Mantelpada kelapa sawit tidak berhubungan dengan variasidalam jumlah

DNA nuklear, dan tidak ada perubahandalam sekuens DNA pada jaringan

abnormal yangdideteksi dengan teknik RAPD Hasilpenelitian menunjukan bahwa

bungamantel bukan karena pengaturan transposon tetapiberhubungan dengan

perubahan pola metilasi. Beberapa peneliti membuktikan terjadihipometilasi pada

tanaman regeneran kelapa sawitberbunga mantel. Beberapa hasil penelitian yang

menggunakanjaringan daun, bunga dan buah mantel menunjukkanadanya

perubahan metilasi pada jaringan daun dan bungatetapi diduga tidak berkaitan

langsung denganabnormalitas bunga (mantel). Hipometilasi merupakansuatu

penurunan tingkat metilasi pada sitosin yang dapatberdampak berkurangnya

kondensasi suatu kromatin.Hipometilasi pada domainkromosom spesifik

berkaitan dengan ketidakstabilankromosom yang dapat menyebabkan kehilangan

ataupenambahan fragmen kromosom (mutasi). Didugaperubahan metilasi DNA

genom dapat berakibat padaperubahan sekuens DNA kelapa sawit sebagai

penyebababnormal (Mathius, et al. ,2001).

Perbedaan-perbedaan hasil di atas membukapeluang untuk melakukan

pendeteksian lebih terarahuntuk mendeteksi perubahan sekuens DNA pada

tanaman hasil kultur jaringan tersebut. Hal ini lebihterfokus pada satu klon dengan

beberapa tingkatkeabnormalan pada bunga dan buah. Salah satu teknik molekuler

yang dapat mendeteksi perbedaan pada struktur gen maupun kromosom adalah

RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Analisis RAPD digunakansecara

luas untuk pemetaan genetik, studi taksonomi dan filogenetik beberapa

organisme. Beberapa peneliti mengatakan bahwa teknik RAPD efektif dengan

memperlihatkan pola pita yang spesifik pada genotip strawberry hasil

perbanyakan mikro sehingga dapat digunakan untuk identifikasi kultivar.

Penelitian bertujuan mendeteksi perubahan sekuens DNA pada tingkat genom

12

Page 13: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

antara regeneran dengan tingkat abnormal berbeda, serta mendapatkan pita unik

sebagai petunjuk tanaman berbunga normal dan abnormal. Diharapkan akan

dapatmemberikan informasi tentang perubahan morfologi bunga (bungamantel)

dengan perubahan genetik melalui pita-pitaDNA unik pada regeneran kelapa sawit

hasil perbanyakan bibit dari kultur jaringan (Mathius, et al. ,2001).

Gambar 1. Penampilan morfologi buah mantel kelapa sawit hasil

perkembangan abnormal dari fase bunga. a) normal(N), b) Abnormal berat (AB),

dan c) abnormal sangat berat 2 (AS2).

Hasil penelitian pada regeneran kelapa sawit darihasil kultur jaringan

menunjukkan adanya abnormalitasbunga melalui feminisasi organ seks jantan

yang terdapatpada bunga jantan maupun bunga betina. Tiga regeneran yang

digunakan dari klon MK 152menunjukkan keragaman morfologi pada bunga

melaluistruktur karpel pada bunga jantan maupun penambahankarpel pada bunga

betina. Aktualisasi abnormalitas untukmenentukan tingkat abnormal dilakukan

pada buah. Tigaregeneran tersebut adalah tanaman berbuah normal (N),abnormal

berat (AB) dan abnormal sangat berat 2 (SB2)(Gambar 1) (Mathius, et al. ,2001).

13

a b c

Page 14: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

BAB III

KESIMPULAN

1. Tanaman abnormal merupakan tanaman yang tumbuh dengan kondisi

yang menyimpang, jika diamati secara morfologi tanaman tersebut akan

mengalami satu atau beberpa kelainan seperti tanaman yang tumbuh

kerdil, daun tanaman layu atau terdapat bercak kuning sampai kecokelatan,

daun tanaman kering kemudian rontok, daun menjadi keriting, produksi

bunga menurun dan bunga mudah rontok. Pada kelapa sawit tanamn yang

abnormal tidak akan menghasilkan buah karena tandan buah dipenuhi oleh

bunga jantan sehingga menyebabkan hilangnya produksi.

2. Tanaman yang tumbuh abnormal dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah karena kekurangan atau kelebihan unsur hara, cekaman

lingkungan seperti salinitas atau PH yang terlalu tinggi, sinar matahari, air

dan lain-lain. Serta dapat juga disebabkan oleh hama ataupun penyakit

tanaman.

3. Untuk mengendalikan tanaman abnormal dapat dilakukan dengan

beberapa cara tergantung pada gejala yang ditimbulkan, apabila

keabnormalan tanaman disebabkan karena kekurangan atau kelebihan

unsur hara maka yang dilakukan adalah menambahkan atau mengurangi

penggunaan unsur hara yang bersangkutan. Penggunaan Plant Growth

Promoting Rhizobacter (PGPR) yaitu mikroorganisme yang

menguntungkan yang hidup disekitar perakaran. Jika di daerah perakaran

suatu tanaman kekurangan mikroorganisme menguntungkan maka akan

menyebabkan tanaman menjadi terserang berbagai macam penyakit akar

seperti layu dan busuk akar.

14

Page 15: MAKALAH KELOMPOK 13 EKOFISTUMB

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha

Nasional. Surabaya.

Mathius, Toruan N, Saro Ina I B & Maria B. 2001. Analisis abnormalitas tanaman

kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) hasil kultur jaringan dengan teknik

Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Unit Penelitian

Bioteknologi Perkebunan, Bogor 16151, Indonesia.

Purnomo,B. 2009. Penuntun Praktikum Daslintan. Ps agroekotek. Faperta Unib;

Bengkulu.

Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman

Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Wagiman, F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala

Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta.Triharso. 2004. Dasar-dasar

Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wibowo, Arif. 2002. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.

Yogyakarta : Gadjah Mada University.

15