MAKALAH-KEL4_PESTISIDA

14
i Rombel 004. 11.00-12.40 PENGGUNAAN PESTISIDA ORGANIK PENGGANTI PESTISIDA KIMIA SEBAGAI UPAYA PENYEIMBANGAN EKOSISTEM SAWAH Disusun oleh : Kelompok 4 1. Hengky Fransiska (4301413019) 2. Agung Dono Sambodo (4301413031) 3.  Nadlifatul Fuadiyah (4201413042)  ABSTRAK  Bertani merupakan salah satu mata pencaharian terbesar masyarakat di negara yang beriklim tropis, salah satunya Indonesia. Masalah yang menghinggapi para petani adalah serangan hama. Yang jadi masalah disini adalah banyak dari petani menggunakan pestisida kimia yang mencemari lingkungan untu k memberantas hama. Pestisida kimia ini mengandung senyawa dioxin dan dioxin like, senyawa tersebut adalah polutan yang sangat susah terurai, senyawa ini baru ter urai dalam jangka waktu 10-30 tahun.  Penggunaan pestisida kimia secara tidak terkontrol membuat lingkungan akan tercemar dan rusak, terutama ekosistem sawah akan tidak seimbang karena  suatu senyawa yang terkandung dalam pestisida kimia tersebut. Solusi yang  paling tepat adalah dengan mengganti penggunaan pestisida kimia yang mencemari lungkungan dan menggantinya dengan pestisida yang lebih ramah lingkungan yaitu pestisida organik. Tujuannya adalah agar pencemaran lingkungan akibat pestisida kimia berkurang dan selain itu hasil dari pertanian  juga akan lebih steril.  Ini akan terlaksana jika pihak yang mengimplementasi gagasan bisa bekerjasama dan bisa sadar tentang hasil positif yang akan didapat. Pihak yang mengimplementasi ini diantaranya Mahasiswa dengan memberi arahan kepada  petani tentang bahaya penggunaan pestisida kimia, petani dengan mulai menggunakan pestisida organik yang ramah lingkungan, peneliti dengan menemukan bahan-bahan organik yang dapat dijadikan pestisida, dan produsen  pestisida dengan menghentikan produksi pestisida kimia dan menggantinya dengan memproduksi pestisida organik.  Kata kunci :  Dampak   Pestisida Kimia, Pestisida Alami, E kosistem Pertanian Pendahuluan Bertani merupakan salah satu mata pencaharian terbesar masyarakat di negara yang beriklim tropis, salah satunya indonesia. Berbagai upaya dilakukan  petani untuk memperoleh hasil panen yang banyak dan berkualitas tinggi. Salah

description

Pestisida

Transcript of MAKALAH-KEL4_PESTISIDA

Rombel 004. 11.00-12.40PENGGUNAAN PESTISIDA ORGANIK PENGGANTI PESTISIDA KIMIA SEBAGAI UPAYA PENYEIMBANGAN EKOSISTEM SAWAH

Disusun oleh :Kelompok 41. Hengky Fransiska(4301413019)2. Agung Dono Sambodo(4301413031)3. Nadlifatul Fuadiyah(4201413042)

ABSTRAKBertani merupakan salah satu mata pencaharian terbesar masyarakat di negara yang beriklim tropis, salah satunya Indonesia. Masalah yang menghinggapi para petani adalah serangan hama. Yang jadi masalah disini adalah banyak dari petani menggunakan pestisida kimia yang mencemari lingkungan untuk memberantas hama. Pestisida kimia ini mengandung senyawa dioxin dan dioxin like, senyawa tersebut adalah polutan yang sangat susah terurai, senyawa ini baru terurai dalam jangka waktu 10-30 tahun.Penggunaan pestisida kimia secara tidak terkontrol membuat lingkungan akan tercemar dan rusak, terutama ekosistem sawah akan tidak seimbang karena suatu senyawa yang terkandung dalam pestisida kimia tersebut. Solusi yang paling tepat adalah dengan mengganti penggunaan pestisida kimia yang mencemari lungkungan dan menggantinya dengan pestisida yang lebih ramah lingkungan yaitu pestisida organik. Tujuannya adalah agar pencemaran lingkungan akibat pestisida kimia berkurang dan selain itu hasil dari pertanian juga akan lebih steril.Ini akan terlaksana jika pihak yang mengimplementasi gagasan bisa bekerjasama dan bisa sadar tentang hasil positif yang akan didapat. Pihak yang mengimplementasi ini diantaranya Mahasiswa dengan memberi arahan kepada petani tentang bahaya penggunaan pestisida kimia, petani dengan mulai menggunakan pestisida organik yang ramah lingkungan, peneliti dengan menemukan bahan-bahan organik yang dapat dijadikan pestisida, dan produsen pestisida dengan menghentikan produksi pestisida kimia dan menggantinya dengan memproduksi pestisida organik.Kata kunci: Dampak Pestisida Kimia, Pestisida Alami, Ekosistem PertanianPendahuluan Bertani merupakan salah satu mata pencaharian terbesar masyarakat di negara yang beriklim tropis, salah satunya indonesia. Berbagai upaya dilakukan petani untuk memperoleh hasil panen yang banyak dan berkualitas tinggi. Salah satunya adalah membasmi hama perusak tanaman dengan menggunakan pestisida. Beberapa jenis pestisida dan merk pestisida yang digunakan oleh petani, namun yang terbanyak dipakai petani pada saat ini adalah pestisida kimia.Pestisida kimia yang digunakan petani secara tidak bijaksana dapat merusak ekosistem dari sawah itu sendiri. Ekosistem menjadi tidak seimbang karena musnahnya predator hama tertentu sehingga hama tersebut mengalami ledakan pertumbuhan. Pestisida Kimia juga membuat dampak negatif bagi manusia yang mengkonsumsi dari hasil pertanian tersebut. Dampak negatif tersebut diantaranya menimbulkan penurunan ketahanan tubuh, tingkat kematian bayi, keracunan, kelahiran cacat, dan lain-lain.(www.caramenanam.com)Dampak lain dari pestisida kimia adalah ikut andil dalam pencemaran lingkungan. Residu pestisida kimia pada tanaman yang berbahaya bagi konsumen adalah seperti organochlorin. Berbagai kasus serius pada kesehatan masyarakat disebabkan oleh dioxin dan dioxin like. Dioksin adalah nama umum sekelompok bahan kimia2,3,7,8 tetrachlorodibento p-dioxin (TCDD). Sedangkan dioxin like seperti furan dan beberapa poly chlorinated bi phenyls (PBC). Dioxin dan dioxin like adalah salah satu residu dari pestisida Kimia. Dioxin bersifat sangat stabil. Polutan ini baru bisa terurai dalam jangka waktu 10-30 tahun. Bisa dibayangkan betapa bahayanya bila akumulasi dioxin ini masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia. Untuk itulah, dibutuhkan pestisida alami yang dapat mengendalikan hama tanaman dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di alam.Jarang petani yang mengenal pestisida alami ini, mereka lebih mengenal pestisida yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Padahal penggunaan pestisida alami ini jauh lebih baik dari penggunaan pestisida kimia. Selain lebih aman untuk konsumen dari hasil pertanian, pestisida alami juga tidak merusak ekosistem sawah dan juga tidak mencemari lingkungan. Banyak bahan dari alam yang bisa petani gunakan untuk membuat pestisida. Petani juga dapat membuat pestisida sendiri dengan memanfaatkan sesuatu yang disediakan oleh alam. Selain aman pestisida alami juga lebih murah daripada pestisida buatan.

ii

Dibuatnya makalah ini bertujuan agar para petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang mencemari lingkungan dan beralih ke pestisida alami yang lebih aman. Untuk itu, butuh kesadaran dari petani untuk mengganti penggunaan pestisida kimia dengan pestisida alami. Hal ini demi terciptanya keseimbangan ekosistem juga mengurangi pencemaran lingkungan. Karena jika kita sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan ini, lalu siapa lagi yang menjaganya. Pencemaran lingkungan juga menimbulkan dampak negatif bagi kita sendiri. Seperti kata pepatah lingkungan yang sehat terdapat jiwa yang kuat.Makalah ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat dari pestisida kimia yang digunakan secara tidak terkontrol oleh petani dengan cara menunjukkan pada petani bahaya dari pestisida kimia dan mengarahkan petani untuk menggunakan pestisida organik sebagai pengganti pestisida kimia.Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para petani yang mana kualitas hasil pertaniannya meningkat dan juga bagi lingkungan persawahan dengan menghentikan pencemaran. Ini juga diharapkan bermanfaat bagi konsumen hasil pertanian dengan menghasilkan hasil pertanian yang steril dari bahan-bahan kimia yang berbahaya.PembahasanKondisi Pertanian di IndonesiaIndonesia terkenal dengan negara tropis sehingga ini sangat menguntungkan untuk bercocok tanam, selain itu kondisi tanah yang sangat subur memungkinkan Indonesia untuk ditanami berbagai macam jenis tanaman, mulai dari makanan pokok seperti padi, jagung, ketela pohon, kentang, sagu dan lain sebagainya, sayur-sayuran seperti tokat, wortel, bayam, kangkung dan lain-lain, buah-buahan. Setiap daerah memiliki produk pertanian yang berbeda-beda sesuai dengan jenis tanah yang ada. Banyak tanaman dengan nilai jual yang tinggi tumbuh dengan mudahnya di wilayah Indonesia. Suatu keuntungan bagi para petani di indonesia. Mereka diuntungkan dengan iklim tropis Indonesia. Dengan iklim yang tropis, membuat Indonesia memiliki banyak lahan pertanian, seperti sawah.Sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan pokok mereka. Sebagai negara yang makanan pokoknya nasi, membuat banyak lahan pertanian Indonesia berupa persawahan yang menghasilkan beras (nasi). Hal ini karena permintaan pasar terhadap beras sangatlah besar, hampir semua orang di Indonesia makan nasi. Padi yang ditanam petani tidak terlepas dari masalah. Satu-satunya masalah yang sering mengganggu para petani adalah hama. Hama terus menyerang lahan pertanian dan sering merusak tanaman yang ditanam. Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman padi:1. Virus TungroTungro merupakan salah satu penyakit penting tanaman padi karena menjadi penghambat dalam upaya peningkatan produksi padi nasional dan ancaman bagi ketahanan pangan berkelanjutan. Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus, yaitu Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV) dan ditularkan secara semi persisten oleh wereng hijau, terutama Nephotettix virescens Distant (Hibino dan Cabunagan, 1986). Gejala berat yang ditimbulkan adalah tanaman tampak kerdil, anakan sedikit, terjadi diskolorasi daun yang bergradasi dari kuning hingga jingga, pertumbuhan akar terhambat, dan menghasilkan bulir gabah kecil dan kosong. (pangan.litbang.deptan.go.id)2. Hama Sundep (Scirpophaga innotata)Hama endemis ini berkembang dari pantai hingga daerah pedalaman dengan ketinggian 200 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan (kurang dari 200 mm) terjadi bulan October-November. Tanda-tanda hama ini dimulai dengan melakukan invasi (terbangnya ribuan kupu-kupu kecil berwarna putih pada sore dan malam hari) setelah 35 hari masa hujan. Kupu-kupu ini melakukan terbang sekitar dua minggu, menuju daerah- daerah persemaian tanamaan padi. Selanjutnya telur-telur (170-240 telur) diletakkan dibawah daun padi yang masih muda dan akan menetes menjadi ulat perusak tanaman padi setelah seminggu. Penyerangan ini dikenal dengan nama Hama Sundep dan Hama Beluk, Perbedaan keduanya dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Hama Sundep dan Hama Beluk.Hama SundepHama Beluk

Menyerang daun padi muda, menguning dan mati. Walaupun batang padi bagian bawah masih hidup atau membentuk anak tanaman baru tapi pertumbuhan daun baru tidak terjadi.

Menyerang titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting sehingga buliarn padi keluar, berguguran, gabah-gabah kosong dan berwarna keabu-abuan.

Sumber: (Siregar:2007)3. Ulat Penggerek (Scahunobius bipunctifer)Gangguan dan kerusakan pada tanaman padi gandu, terutama daerah pegunungan, daya pengrusakannya tertuju pada bagian-bagian pucuk tanamaan sehingga mematikan tanaman padi. Daur hidup mirip dengan S. innotata, biasanya 30 hari tetapi tidak memiliki diapause sehingga meningkatkan kupu-kupu betina (warna kuning muda) dan jantan (warna sawo matang) dengan jumlah telur (150 butir) yang diletakkan di bagian bawah daun padi muda yang ditutupi oleh lapisan bulu. Ulat akan menggerek batang padi yang muda menuju titik tumbuh yang masih lunak. Pemberantasan dilakukan menggunakan insektisida yang tidak tahan lama atau crop rotation (berselang-seling dengan menanam palawija).4. Hama Putih (Nymphula depunctalis)Menyerang dan bergelantungan pada daun padi sehingga berwarna keputih-putihan, bersifat semi aquatil (menggantungkan hidup pada air untuk bernafas dan udara). Kerusakan yang ditimbulkannya dapat mematikan tanaman padi disebabkan: a. Gerakan invasi melibatkan banyak hama yang menyerang tanaman padi sebagai sumber makanannya.b. Tanaman padi yang diserang kebanyakan berasal dari bibit-bibit lemah. Hama putih akan menjadi kepompong, sarung/kantong yang selaludibawanya akan ditanggalkan dan dilekatkan pada abtang padi, kemudian dimasukinya lagi dan tidak keluar sampai menjadi kepompong (sekitar2 minggu).Pembasmian hama ini dapat dilakukan dengan mempelajari siklus hidup, mengeringkan petakan-petakan sawah, membiarkan petak sawah berair dan diberi minyak lampu atau penggunaan insektisida ramah lingkungan. (Siregar:2007)

5. Hama Wereng Coklat (Nilapervata lugens)Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir buah muda yang lunak, dapat meloncat tinggi dan tidak terarah, berwarna coklat, berukuran 3-5 mm, habitat ditempat lembab, gelap dan teduh. Telur banyak yang ditempatkan dibawah daun padi yang melengkung dengan masa ovulasi 9 hari menetas, 13 hari membentuk sayap dan 2 minggu akan bertelur kembali. Hama ini meluas serangannya dilihat dari bentuk lingkaran tanaman petakan padi.

6. Wereng HijauMerusak kelopak-kelopak dan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncong yang kuat. Bertelur (sebanyak 25 butir) yang ditempatkan di bawah daun padi selama tiga kali sampai dia mati.7. Walang SangitBinatang ini berbau, hidup bersembunyi di rerumputan, tuton, paspalum, alang-alang sehingga pada tanaman padi muda ketika berbunga atau berbuah. Walang sangit menempatkan telurnya (14-16 telur hingga 360 butir telur sepanjang hidupnya) secara berjajaran pada daun.8. Lembing HijauBerkembang pada iklim tropis, hidupnya berkoloni, betina berukuran kecil (16 mm) dengan 1100 telur selama hidupnya, lama penetasan 6-8 minggu, jantan berumur 6 bulan. Serangannya tidak sampai menghampakan padi, tetapi menghasilkan padi dengan kualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila dilakukan penggilingan/penumbukan). (Siregar:2007)9. TikusTikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang penyimpanan. (cybex.deptan.go.id)Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode tertentu, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif.(pangan.litbang.go.id)

Penggunaan Peptisida KimiaPetanipun mencoba berbagai cara untuk memberantas hama tersebut. Cara yang paling sering digunakan petani adalah dengan menggunakan pestisidania.Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.(Zulaiha:2011)Ada beberapa jenis pestisida, diantaranya yang familiar adalah pestisida kimia dan pestisida organik. Yang paling familiar dan paling sering digunakan petani diantara beberapa jenis pestisida adalah pestisida kimia. Padahal pestida kimia itu mengandung senyawa yang berbahaya bagi manusia, ekosistem,bahkan mencemari lingkungan. Banyak kerugian penggunaan pestisida kimia yang tidak diketahui petani. Maka dari itu petani dengan tidak terkontrol terus menggunakan pestisida kimia ini. Akibat dari penggunaan pestisida kimia secara tidak terkontrol ini adalah : Bila terkonsumsi akan menimbulkan penurunan ketahanan tubuh, tingkat kematian bayi, keracunan, kelahiran cacat, dan lain-lain. ikut andil dalam pencemaran lingkungan. Ekosistem menjadi tidak seimbang karena musnahnya predator hama tertentu sehingga hama tersebut mengalami ledakan pertumbuhan.(wikipedia.org)Itulah segelintir bahaya yang ditimbulkan jika menggunakan pestisida kimia secara tidak terkontrol.Selain bahaya tersebut diatas ada lagi hal negatif lain dari penggunaan pestisida kimia bagi petani itu sendiri yaitu bahwa pestisida kimia dijual dengan harga yang lumayan mahal. Selain itu sayuran atau buah yang dihasilkan dari penggunaan pestisida kimia akan kelihatan tampak kurang segar dan tidak bersih dari bahan-bahan kimia. Dari kualitas hasil pertanian yang turun, harga hasil pertanian pun akan sedikit lebih murah.Pestisida OrganikUntuk menghadapi masalah tersebut diatas, petani dianjurkan mulai menggunakan pestisida organik pengganti dari pestisida kimia. Banyak keunggulan yang didapat dari penggunaan pestisida organik ini. Beberapa keunggulan dari pestisida organik dibawah ini. Diantaranya :Petama, dari segi biaya. Harga pestisida organik lebih murah. Jika harga pestisida kimia Rp. 50.000 sedangkan untuk harga pestisida organik Cuma Rp. 15.000. Sebagai gambaran, untuk luas persawahan 1 ha dari tanaman buncis petani harus mengeluarkan biaya Rp. 2000.000 untuk membeli pestisida kimia. Sedangkan kalau menggunakan pestisida organik petani hanya mengeluarkan biaya Rp. 100.000 dengan luas lahan yang sama. Hasil panen pun sama yaitu sekitar 8 ton.Kedua, menggunakan pestisida alami juga tentu lebih sehat. Karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pestisida kimia yang mengadung dioxin dan dioxin like tentu sangat mencemari lingkungan. Hasil produksi dari tanaman yang dihasilkan dari lahan yang menggnakan pestisida organik juga lebih sehat dikonsumsi, karena tidak terkontaminasi zat-zat kimia yang membahayakan tubuh jika dikonsumsi.Ketiga, hasil dari lahan yang menggunakan pestisida organik ini terlihat tampak lebih segar, lebih bersih dan steril dari bahan-bahan berbahaya yang sulit larut dalam air, sehingga harga dari hasil pertanian inipun lebih tinggi daripada dengan harga tanaman dari lahan pertanian yang menggunakan pestisida kimia. Petani pun akan menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.(Sukorini:2003)Jenis-jenis Peptisida OrganikJenis-jenis Pestisida organik ramah lingkungan yang telah ditemukan oleh Fuad Affandi seorang kiai yang mengasuh 300 santri. (www.jaist.ac.jp)Innabat adalah pestisida yang terbuat dari kacang babi dicampur dengan bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan temulawak. Semua bahan itu digiling menjadi satu dan dicampur dengan air beras. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 14 hari sebelum disemprotkan ke tanaman. Ketika diuji, ramuan ini ampuh untuk membasmi berbagai jenis ulat, ngengat, dan lalat yang sering menyerbu tanaman sayuran.Sedangkan Ciknabat, yang terbuat dari cikur (kencur) dicampur dengan bawang putih, ampuh sebagai fungisida (pembasmi jamur tanaman). Selain membasmi jamur, Ciknabat juga berfungsi ganda sebagai insektisida. Kencur dan bawang putih ini tidak mematikan hama, tapi baunya membuat hama enggan mendekat. Lain lagi dengan Sirnabat, yang terbuat dari gilingan biji sirsak, merupakan formula paling keras yang dibuat Fuad. Ramuan ini disemprotkan jika Innabat dan Ciknabat sudah tak mempan lagi mengusir hama.Ada beberapa jenis tanaman lain yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik. Salah satu tanaman yang digunakan untuk mengendalikan hama tikus pada padi sawah adalah menggunakan tanaman cabai (Capsicum annum), buah jengkol (Phitecellobium lobatum) dan buah papaya tua (Carica papaya). Buah papaya tua langsung diberikan pada tikus hasilnya mati, sedangkan jengkol dan cabai menggunakan air hasil rendaman dari kedua jenis tanaman ini yang kemudian disemprotkan sehingga hama tikus menjadi berkurang nafsu makannya Pestisida organik untuk mengendalikan hama tikus menggunakan cabai, buah jengkol dan papaya. Buah jengkol mengandung minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, glikosoda, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor dan vitamin. Cabai mengandung minyak atsiri, piperin dan piperidin yang berfungsi sebagai repellent dan mengganggu preferensi makan hama. Sedangkan buah papaya tua sebagai racun (enzim albuminose) atau kaloid carpine dalam mengendalikan tikus dengan potensi yang cukup besar karena buah papaya mengandung bahan aktif papain yang dapat digunakan sebagai rodentisida. Pembuatan pestisida organik dengan bahan jengkol yaitu:1) Buah jengkol dikupas kulit luarnya maupun kulit arinya.2) Kemudian kupasan jengkol direndam dengan air, perbandingan 1 kg : 10 liter air selama 24 sampai 36 jam sehingga air rendaman mengeluarkan aroma yang sangat menyengat yang dapat mengusir hama tikus3) Meletakkan atau menyemprotkan larutan jengkol pada tanaman padi. Bukan hanya berlaku bagi tikus tetapi dapat mengusir burung yang menyerang tanaman padi. Pembuatan pestisida organik dengan cabai yaitu:1) Cabai ditumbuk halus kemudian direndam selama semalam.2) Kemudian disaring dan dapat langsung disemprotkan pada tanaman padi. Pembuatan pestisida organik dengan bahan buah pepaya tua yaitu:1) Buah papaya tua yang belum masak dikupas2) Buah dipotong kecil-kecil sebesar dadu.3) Kemudian disebarkan pada tempat yang biasa dilewati tikus. Dalam proses pembuatan rodentisida organik buah papaya, mulai dari pengupasan sampai penyebarannya harus menggunakan sarung tangan karena indera penciuman tikus sangat tajam terhadap bau dan sentuhan tangan manusia, sehingga kemungkinan tikus tidak akan memakan potongan buah papaya tua yang diberikan.Pembuatan peptisida organik dengan umbi gadung, biji jarak dan babadotan:Disiapkan umbi gadung, biji jarak yang sudah matang dan daun babadotan yang masih segar masing-masing 40, 80 dan 120 g. Umbi gadung dan biji jarak dikupas sedangkan daun babadotan dijemur pada panas matahari hingga kering. Selanjutnya, ketiga bahan tersebut masing-masing diblender hingga halus dan ditambah air sebanyak 1 liter dan etanol 10 ml. (Butarbutar:2013)

Diharapkan para petani bisa menggunakan pestisida organik yang ramah lingkungan dan berhenti menggunakan pestisida kimia yang mencemari lingkungan. Banyak petunjuk untuk membuat pestisida organik sendiri, salah satunya adalah temuan dari Bapak Fuad Affandi. Penulis juga ingin menunjukan pada petani bahwa penggunaan pestisida organik akan menghasilkan hasil pertanian yang lebih unggul dengan nilai jual yang lebih tinggi.Gagasan ini dapat terwujud jika beberapa pihak dapat berkontribusi menurut peran masing-masing :1. MahasiswaMelalui pengetahuan dan pandangan masyarakat kepada mahasiswa, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan kepada para petani bahaya penggunaan pestisida kimia bagi lingkungan dan keuntungan mengggunakan pestisida organik.2. PetaniPetani diharapkan sadar tentang bahaya penggunaan pestisida kimia dan diharapkan mau mengganti penggunaan pestisida kimia dengan pestisida organik yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan.3. PenelitiPeneliti diharapkan mampu menemukan ide-ide baru tentang bahan-bahan organik apa saja yang dapat memberantas hama dan menciptakan varian pestisida organik baru yang lebih murah dan lebih sederhana (gampang dibuat sendiri oleh petani).4. Produsen pestisidaProdusen pestisida yang memproduksi pestisida kimia diharapkan agar mulai beralih memproduksi pestisida organik.Langkah-langkah strategis yang dilakukanLangkah-langkah yang dilakukan dalam hal ini, diantaranya :1. Sosialisasi ke petaniPetani diberi penjelasan tentang bagaimana keuntungan dari penggunaan pestisida organik dan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia secara tidak terkontrol. Petani juga dijelaskan dengan bagaimana cara membuat pestisida organik sederhana sendiri dengan bahan-bahan yang murah dan mudah digunakan.2. Praktik di lapanganPetani dibimbing bagaimana mengolah pestisida organik yang telah dibuat sampai bisa disemprotkan ke tanaman di sawahnya.3. Mengamati hasilSetelah penyemprotan pestisida organik pada tanaman di sawah. Langkah selanjutnya adalah mengamati hasil dari penggunaan pestisida ini. Hal-hal yang diamati adalah : Kemampuan pestisida dalam memberantas hama, hasil pertanian, dan keseimbangan ekosistem sawah.KESIMPULANGagasan Yang diajukanGagasan ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan dari pestisida kimia yang sangat tidak terkontrol. Keprihatinan penulis terhadap tercemarnya lingkungan persawahan dan rusaknya ekosistem yang ada dipersawahan karena pestisida kimia membuahkan pikiran cara menanggulangi hal tersebut yaitu mengganti pestisida yang mencemari lingkungan dengan pestisida yang aman untuk lingkungan dan pestisida tersebut adalh pestisida organik.Teknik Implementasi Yang Akan Dilakukan Untuk mewujudkan gagasan Penggunaan Pestisida Organik Pengganti Pestisida Kimia Sebagai Upaya Penyeimbangan ekosistem Sawah dilakukan langkah-langkah implementasi berikut berikut :1. Mencari bahan-bahan organik yang bisa digunakan untuk membuat pestisida.2. Mencari bahaya dari penggunaan pestisida kimia.3. Mencari daerah tempat sosialisasi bagi petani.4. Mencari lingkungan persawahan yang digunakan untuk percobaan.Prediksi Hasil Yang Akan DiperolehGagasan yang bertujuan untuk menyelamatkan ekositem sawah dari bahaya penggunaan pestisida kimia ini dibuat untuk meminta petani menghentikan penggunaan pestisida kimia secara berlebihan dan mengganti penggunaan pestisida dengan pestisida organik. Pestisida organik akan membuat lingkungan sawah tidak tercemar, seimbangnya ekosistem sawah, dan hasil pertanian akan lebih steril dan segar.DAFTAR PUSTAKAhttp://www.caramenanam.com/2013/07/bahaya-pestisida-kimia-bagi-manusia-dan.html diakses pada 9 Maret 2014http://id.wikipedia.org/wiki/Dampak_lingkungan_dari_pestisida diakses pada 9 Maret 2014https://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/fuad.htm diakses pada 14 Maret 2014Hamzah, F. (2008) Aplikasi Pestisida Nabati Pada Tanaman. Jurnal Agrisistem. 1, (4).Sukorini, H. (2003). Pengaruh Pestisida Organik dan Interval Penyemprotan Terhadap Hama plutellaxylostella pada Budidaya Tanaman Kubis Organik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.Butarbutar, Resfin, Maryani Cyccu Tobing, Mena Uly Tarigan. (2013). Pengaruh Beberapa Jenis Pestisida Nabati untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spdoptera litura F. (Lepidoptera: Nocktuidae) pada Tanaman Tembakau Deli di Lapangan. Jurnal Online Agroteknologi,1,(4)Zulaiha, Siti. (2011). Penggunaan pestisida Nabati Ramah Lingkungan Penyelamat Jaring-jaring (Rantai) Makanan dalam Ekosistem Pertanian.http://repository.usu.ac.id_ Ameilia Zuliyanti Siregar : Hama-Hama Tanaman Padi, 2007 (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1118/1/07004376.pdf)http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=71:5-lima-jenis-hama-dan-penyakit-utama-padi-sawah&catid=78:berita-dan-informasi&Itemid=472 diposting pada 23 Oktober 2013http://pangan.litbang.deptan.go.id diposting pada 4 April 2014http://cybex.deptan.go.id/hama-sawah diakses pada tanggal 5 April 2014