Makalah-KCKT
-
Upload
riza-yustinianus -
Category
Documents
-
view
24 -
download
2
Transcript of Makalah-KCKT
MAKALAH FITOKIMIA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
OLEH:
KELOMPOK VII
AYU ANDHIKADEBBY NATALIA GIRI
EVY YULIASTRIFRANSISKUS OKTOVIANUSJAMES BUDIYANTO MUNTU
MULIYANINENI MARIA A. MAU
RIZA ROSYITA YUSTINIANUSSRY RESKY ANANDA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara
suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa
berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang
pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan
menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). lstilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun
Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang menjelaskan tentang
proses kromatografi.
Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai
digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian
pada akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai
berkembang. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938
oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun
1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk
ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat
kroinatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan
kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James
mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara tahun
1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu
teknik analisis yang canggih.
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas
berdiameter besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama
dan segala prosedur biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an,
semakin banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai
suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High
Preformance = Tekanan atau Kinerja Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan
Modern = moderen) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam
keduanya instrumentasi dan pengepakan kolom terjadi dengan cepatnya sehingga
sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil keahlian membuat instrumentasi
dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan teknik
yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan yang
sederajat dengan kromatografi gas.
BAB II
PEMBAHASAN
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau biasa juga
disebut denganKromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan metode
yang dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. HPLC secara
mendasar merupakan perkembangantingkat tinggi dari kromatografi kolom,
Selain itu HPLC memiliki kekuatan bertekanan tinggisampai dengan 600 psi, Ini
membuat HPLC dapat bekerja lebih cepat daripada kromatografilain (Yustisiani,
2012).
A. HPLC dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu :
1. KCP (Kromatografi-Cair-Padat)
2. KCC (Kromatografi-cair-cair)
Fasa Diam
Dalam penerapannya HPLC menggunakan fasa diam dengan ukuran
yang sangat kecildibandingkan dengan kromatografi kolom yaitu 5-10
dan tekanan sampai 600 psi.Ukuran dari fasa diam yang sangat kecil
menyebabkan fasa diam mempunyai luas permukaan yang besar,
keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan efisien pemisahan
dipertinggi. Tekanan yang tinggi menyebabkan fasa gerak (eluen)
dapat bergerak lebih cepat dengan laju alir 1-10 mL per menit sehingga
difusi menjadisekecil-kecilnya.Ukuran butir kecil dari fasa diam dan
tekanan yang tinggi dari fasagerak akan menghasilkan pemisahan yang
baik.
Fasa Gerak
Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut.Berbeda dengan kromatografi gas, HPLC mempunyai lebih
banyak pilihan fasa gerak,dibandingkan dengan fasa gerak untuk
kromatografi gas. Dalam kromatografi gas, fasagerak hanya sebagai
pembawa larutan melewati kolom menuju detector. Sebaliknyadalam
HPLC, fasa gerak selain berfungsi membawa komponen-komponen
campuranmenuju detector, fasa gerak dapat berinteraksi dengan Larutan-
larutan. Oleh karena itu,fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut:
a. zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang
akan di analisis.
b. zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang
dapatmenganggu interpretasi kromatogram.
c. zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada
kolom.
d. zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun.
e. zat cair tidak kental.sesuai dengan detektor.
(Yustisiani, 2012).
B. Peralatan HPLC dapat dibagi dalam 5 unit yaitu :
1. Unit penghantaran atau eluen bertekanan tinggi
Pada bagian ini prinsipnya meliputi peralatan reservoir sampel
beserta sistem penghilang gas ( degassing system), alat pengatur gradient,
dan sistem pompa bertekanan tinggi. Pada peralatan KCKT modern
umumnya disertai dengan bejanasebagai tempat eluen yang terbuat dari
gelas atau “stainless steel” yang berkapsitas 1-2 liter (Yustisiani, 2012).
Pada reservoir dilengkapi dengan sisitem penghilang gas terlarut
seperti gas oksigendan nitrogen. Adanya gas terlarut dapat menyebabkan
gangguan pada sisitem kolomdan detector, serta pelebaran puncak yang
diperoleh. Pada bagian ini juga terdapatsistem pengatur gradien eluen. Jika
digunakan 1 macam pelarut, maka elusinya disebutelusi isokratik, sedangkan bila
digunakan 2 macam pelarut, maka elusinya disebut elusi bergradien. Pada elusi
bergradien perbandingan pelarutnya dapat diubah-ubah secarakontinyu
selama proses elusi. Efisiensi pemisahan pada KCKT ini akan lebih
bagus jika digunakan elusi bergradien.Pada unit penghantar solven juga tedapat
unit pompa yang memiliki kekuatan “output”minimum 100 psi, dan umumnya
bisa sampai 4000-6000 psi dengan kecepatan alir eluen paling sedikit 3
mL/menit (Yustisiani, 2012).
2. Unit sistem penyuntikan atau penginjeksian sampel
Sampel cuplikan harus dimasukkan kedalam kolom sebagai lapisan
setipis mungkin.Ukuran sampel sekitar 1-20 mikro Liter. Ada dua cara
untuk memasukkan cuplikan,yaitu cara injeksi dan katup pemasukkan cuplikan
mikro (micro-sampling valve).
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
a. Stopped Flow
b. Solvent Flowing
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja
atmosfir, sistemtertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa
digunakan karena difusi didalam cairan kecil clan resolusi tidak
dipengaruhi
b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang
digunakan padaKromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada
kinerja sampai 60 -70atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan
semua pelarut-pelarutKromatografi Cair. Partikel kecil dari septum
yang terkoyak (akibat jaruminjektor) dapat menyebabkan
penyumbatan.
c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksivolume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara
automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang
lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD,
sampeldiisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE
difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
(Yustisiani, 2012).
3. Unit kolom
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu
analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang
sesuai. Kolom dapat dibagi menjadidua kelompok :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung
pada. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakanadalah 50 -
100 cm. Untuk kemasan jenismaterial pengisi kolom poros
mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasaini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjangkolom 25 -100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya
dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan
temperatur lebih tinggi. Kolom yang lebih panjangakan menghasilkan
resolusi bertambah baik, tetapi perlu tekanan lebih tinggi lagi.Tabung
kolom dapat dikelilingi selubung air (water jacket) untuk pengaturan
suhu.Jenis isi kolom (kemasan kolom) tergantung cara kromatografi yang
dipakai apakahadsorpsi, partisi, atau penukar ion. Pengepakan kolom
tergantung pada model KCKTyang digunakan (Liquid Solid
Chromatography, LSC; Liquid Liquid Chromatography,LLC; Ion
Exchange Chromatography, IEC, Exclution Chromatography, EC).
(Yustisiani, 2012).
4. Unit detector
Detector merupakan suatu bagian penting dari sebuah peralatan
analitik kromatografi cair yang modern. Fungsi dari detector yaitu
mendeteksi adanyakomponen cuplikan, dan mengukur banyaknya
komponen.
Klasifikasi detector pada HPLC dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Berdasarkan pengukuran diferensial suatu sifat molekul sampel
maupun fase gerak (bulk property detector). Detector ini adalah
Detektor indeks bias merupakandetektor yang juga luas
penggunaannya setelah detektor ultraviolet. Dasarnya ialah
pengukuran perbedaan indeks bias fase gerak murni dengan indeks
bias fasegerak yang berisi komponen sampel, sehingga dapat
dianggap sebagai detektor yang universal pada HPLC. Detektor ini
kurang sensitif di banding dengandetector ultraviolet dan sangat
peka terhadap perubahan suhu.
b. Berdasarkan pengukuran suatu sifat yang spesifik dari molekul
sampel (soluteproperty detector). Detector ini dibedakan menjadi
Detektor yang tidak memerlukan adanya pemisahan fase gerak.
Contohnya adalah detector fotometer (UV-vis dan inframerah). Pada
detektor ultraviolet/visibel, deteksi komponensample didasarkan
pada absorpsi sinar ultraviolet (untuk detektor ultraviolet) dansinar
tampak (untuk detektor visibel). Detektor ultraviolet merupakan
detektor yang paling luas digunakan karena sensitivitas dan
reprodusibelitasnya yangtinggi serta mudah operasinya. Detektor UV
terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa organic.
Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang
sehingga panjang gelombang UV yang digunakandapat dipilih
disesuaikan dengan jenis cuplikan yang diukur. Walaupun
demikian, biasanya panjang gelombang UV yang digunakan adalah
pada 254 nm karenakebanyakan senyawa organic menyerap sinar
UV pada sekitar panjanggelombang tersebut. Detektor fotometer
inframerah juga dapat digunakan padaHPLC. Dengan detektor ini
dapat dibuat pola spektrum infra merah darikomponen sampel
sehingga gugus-gugus fungsionalnya dapat diketahui. Yangkedua
adalah detector polarografi dan radioaktif. Kedua detector ini
dipengaruhioleh laju aliran. memerlukan pemisahan fase gerak
terlebih dahulu termasuk FIDdan ECD.
Detector yang sering digunankan pada HPLC adalah :
a. Detector spektometrik
Detector spektometrik, biasanya dalam daerah ultraviolet, digunakan
secara luas.Idealnya, spektrofotometri yang nyata dengan pemilihan
panjang gelombang yangsempurna akan memberikan fleksibilitas
yang maksimal untuk mendeteksi berbagai macam zat terlarut
dengan sensitivitas yang sangat baik, sel sample yang biasa akan
digantikan dengan suatu alir untuk melewatkan larutan eluen
kolomguna menembus berkas sample dari peralatan tersebut.
b. Detector fluorometrik
Detektor-detektor yang didasarkan pada fluroresens sudah semakin
biasa. Jenisyang paling serbaguna mampu menghasilkan eksitasi
variable yang terus menerusdi sepanjang suatu jangkauan panjang
gelombang yang lebar denganmemanfaatkan sebuah sumber
kontinyu dan monokromator, biasanya penyaring- penyaring yang
sederhana digunakan untuk mentransmisikan emisi pendaran
padafoto detektor untuk menahan radiasi eksitasinya. Versi yang
lebih murahmenggunakan penyaring pada sisi eksitasi maupun sisi
emisi dan memanfatkansumber dengan panjang gelombang eksitasi
yang lebih terbatas. Banyak senyawadapat dideteksi dengan
fluoresens, termasuk diantaranya banyak pencemar lingkungan,
seperti hidrokarbon aromatik polisiklik, dan yang diminati
dalam bidang biologi, seperti vitamin, obat-obatan dan
neurotransmitter. Kadang-kadangfasa bergerak melewati suatu
reaktor pasca kolom dimana komponen-komponensample
nonfluoresensnya dikonversikan menjadi turunan berpendar. Suatu
contohyang paling terkenal adalah pendeteksian asam-asam amino
pada tingkat subnanogram yang telah bereaksi dengan reagen fluoresamin.
c. Detector elektokimia
Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar
listrik (konduktometri) dan polarografi. Detektor jenis
konduktometri biasanyadigunakan untuk mendeteksi solute-solut
yang dapat mengalami reaksi redoks baik senyawa organik maupun
anorganik. Pada detektor ini, larutan eluen darikolom memasuki
sebuah sel di mana larutan tersebut mengalir di atas
permukaansebuah elektroda yang diberi potensial pada suatu harga,
dimana komponen-komponen smpel mengalami reaksi transfer
electron. Pendeteksian jenis ini telahdigunakan, misalnya untuk
neurotransmitter dan metabolisme mereka di dalamekstra selular dari
jaringan otak hewan percobaan, senyawa-senyawa sepertidopamin,
norepinefrin, serotonin dan asam homovanilik menghasilkan
arusoksidasi pada elektroda karbon mirip yang diberi potensial
+0,60V.
Syarat – syarat pemilihan detector yang baik yaitu:
a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat
b. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut
pada kadar yangsangat kecil.Stabil dalam pengopersiannya.
c. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita.
d. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut
pada kisaran yangluas (kisaran dinamis linier).
e. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak
(Yustisiani, 2012).
5. Unit pencatat atau recorder
C. Cara kerja HPLC
Mula-mula solven diambil melalui pompa. Solven kemudian masuk ke
dalam katup injeksi berputar, yang dipasang tepat pada sampel loop. Dengan
pertolngan mikrosiring, sampeldimasukkan ke dalam sampel loop yang
kemudian bersama-sama dengan solven masuk kedalam kolom. Hasil
pemisahan dideteksi oleh detector, yang penampakannya ditunjukkanoleh
perekam (recorder). Tekanan solven diatur dengan pengatur dan pengukur
tekanan. Pompa memasok solven pada tekanan konstan hingga tekanan +
4500 psi dengan laju alir rendah, yakni beberapa milliliter permenit. Rekorder
menghasilkan kromatogram zat-zat yang dipisahkan dari suatu sampel
(Yustisiani, 2012). Dibawah ini merupakan contoh kromatogram hasil
pemisahan dengan HPLC.
D. Kelebihan dan kelemahan HPLC
1. Kelebihan HPLC adalah :
a. mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
b. mudah melaksanakannya
c. kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
d. dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang
dianalisis
e. Resolusi yang baik
f. dapat digunakan bermacam-macam detektor
g. Kolom dapat digunakan kembali
h. mudah melakukan "sample recovery"
2. Kelemahan HPLC adalah :
a. Membutuhkan proses preparasi yang lama
b. Tingkat kemurnian sampel harus tinggi sehingga dibutuhkan proses
pemurnian
c. Reagen yang digunakan harus memiliki tingkat kemurnian yang
tinggi
d. Alatnya mahal
e. Hanya bisa dilakukan oleh operator yang terlatih saja
(Yustisiani, 2012).
E. Keuntungan HPLC
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG).
Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek
pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG,
namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk
zat-zat yang labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan
utama. Namun demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan
memainkan peranan yang lebih besar bagi para analis laboratorium.
Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT karena teknik ini dapat
digunakan untuk menambah sensitivitas detektor UV Visibel yang umumnya
digunakan (Putra, 2004).
KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan
kromatografi cair klasik, antara lain:
1. Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang
dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit
(uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
2. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa
dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir
sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya
dengan rasa diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif
dengan rasa diam dan rasa gerak pada KCKT memberikan parameter
tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
3. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan
dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9
gram) dari bermacam- macam zat. Detektor-detektor Fluoresensi dan
Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram).
Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi,
Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
4. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom
kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) .
Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma sebelum
dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven
yang digunakan.
5. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak
bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya
diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe
eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
6. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam
KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel
yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan
mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat
dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion
memerlukan prosedur khusus.
(Putra, 2004).
BAB IIIPENUTUP
1) Kesimpulan
Pada umumnya, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) memiliki
prinsip kerja yang sama dengan jenis kromatografi yang lain, namun yang
membedakannya adalah pada proses pengerjaan serta peralatan yang
digunakan. KCKT memiliki keunggulan yaitu dalam hal teknik pengerjaan
yang relatif lebih cepat dibandingkan serta hasil yang didapatkan lebih
akurat.
2) Saran Kepada mahasiswa agar dapat lebih mempelajari prinsip kerja
jenis-jenis teknik pemisahan dengan kromatografi.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Effendy De Lux. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi. USU : Medan
Yustisiani, Emi. 2012. High performance liquid chromatography(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). UNM : Malang.