Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

16
Islam Minoritas Di Asia Tenggara Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dosen Pengampu : Prof. Syafa'atun Almirzanah, Ph.D., D.Min. DISUSUN OLEH: RIZAL HEMA SAPRUDIN NIM: 14520040 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA MAKALAH

description

Oleh Rizal Hema SaprudinNim 14520040Dosen Pengampu : Prof. Syafa'atun Almirzanah, Ph.D., D.Min.

Transcript of Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

Page 1: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

pp

Islam Minoritas Di Asia TenggaraDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Dosen Pengampu : Prof. Syafa'atun Almirzanah, Ph.D., D.Min.

DISUSUN OLEH:

RIZAL HEMA SAPRUDIN

NIM:

14520040

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

MAKALAH

Page 2: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

A. PENDAHULUAN

Islam di Asia Tenggara memiliki sejarah panjang dan tersendiri. Beberapa negara

utama di kawasan ini, seperti Malaysia,Indonesia, dan Brunai Darussalam adalah negara-

negara dengan mayoritas muslim. Bahakan jumlah penduduk muslim yang ada di Asia

Tenggara melebihi jumlah penduduk yang ada di kawasan Timur Tengah. Namun demikian

Asia Tenggara masih menyisakan beberapa kelompok Islam sebagai minoritas.

Minoritas muslim di Asia Tenggara juga tampak beragam meskipun terdapat

setidaknya dua hal yang bisa membantu menjelaskan masyarakat Islam Minoritas

itu. Pertama, mereka yang terbentuk akibat migrasi ke negeri dan kawasan yang telah

memiliki pemerintahan dan sistem nasional yan kokoh. Termasuk dalam kelompok minoritas

ini adalah para pedagang muslim, yang kebanyakan berasal dari anak benua India, Myanmar,

Arab, Yunnan, Vietnam, Kampuchea, laos, dan Thailand utara. Kedua, masyarakat muslim

penghuni asal yang mendapati diri mereka menjadi minoritas karena perubahan dan

perkembanagn geografis dan politik. Kasus paling nyata dalam hal ini terjadi pada

masyarakat Singapura pada abad ke-19 dan kaum muslim Pattani di Thailand pada perempat

terakhir abad ke-18.1

Sering terjadi perbenturan antar Islam dan kelompok lain di daerah non-Islam.

Konflik seperti inilah yang mengindikan banyaknya permaslahan yang komplek yang

dihadapi minoritas Islam di Asia Tenggara. Ditambah lagi dengan kesenjangan di berbagai

bidang seperti pendidikan dan ekonomi membuat semangat kemerdekaan diri tidak mudah

hilang.

Namun, dari semuanya itu perkembangan minoritas Islam di kawasan Asia Tenggara

memberikan harapan dan tantangan baru bagi munculnya corak dan ragam Islam yang lebih

mudah menerima konsekuensi pluralisme agama dan budaya, serta mampu menunjukkan

daya saingnya di tengah-tengah kecenderungan kompetisi global di hampir segala bidang.

B. PEMBAHASAN

Beberapa permasalahan Islam minoritas diantaranya dapat ditemui di daerah Pattani

(Thailand), Moro (Philipina) dan Cham (Vietnam, Kamboja dan Thailand).

1 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 5 Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 457.

Page 3: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

1. Muslim Pattani

a. Sejarah Awal Islam di Pattani

Islam diperkirakan masuk ke kawasan Pattani, Thailand selatan pada abad X

atau XI lewat jalur perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan para guru sufi

pengembara dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Bukti yang

menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan yang bertuliskan arab

di dekat kampung Kampung Teluk Cik Munah, Pekan pahang yang bertarikh 1028 M.

orang-orang Siam (Thai) mengenal orang-orang ini dengan sebutan Khei atau Khaek

yang secara bahasa berarti pendatang atau orang yang datang menumpang.2

Pada masa jayanya di daerah ini terdapat kerajaan Islam Melayu yang yang

maju dan menjadi salah satu pusat perdagangan Asia Tenggara. Kerajaan ini dikenal

dengan Negeri Pattani besar mencakup berbagai wilayah seperti kawasan pesisir timur

Semenanjung Malaka, Teluk Siam, dan kawasan laut China Selatan seperti narathiwat

(Teluban), Yala (Jalor) dan sebagian Senggora (Songkla, sebayor dan Tibor).

b. Pergulatan Politik Minoritas Muslim Pattani

Penguasaan Pattani oleh Thailand terjadi pada tahun 1785, secara berturut-

turut pemerintah Thai memberlakukan beberapa kebijakan politik. Diantaranya adalah

kebijakan politik devide et impera (1816-1902), kebijakan integrasi dan pembangunan

nasional (1902-1940), kebijakan asimilasi kebudayaan dan transmigrasi (1940-1980),

dan kebijakan Tai Rum Jenserta Kuam Wang Mai atau lebih dikenal dengan Aspirasi

baru yang diberlakukan sejak tahun 1980 hingga sekarang.

Sedangkan proses lenyapnya kekuasaan kerajaan Pattani dan masuknya ke

dalam kekuasaan Thailand (Siam) disebut dengan Thesaphiban. Proses ini terjadi pada

tahun 1902 M dan diikuti dengan proses pembauran (Siamisasi). Raja kehilangan

kewibawaan dalam bidang politik dan ekonomi. Sementara itu, peranan ulama, semakin

kecil karena adanya pembatasan pelaksanaan syariat. Peristiwa ini merugikan kaum

muslim dan sebagai akibatnya terjadi pemberontakan lokal terhadap Bangkokyang

dipimpin para ulama pada tahun 1910 dan 1911.

2 Ibid, hlm 458.

Page 4: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

c. Kehidupan Masyarakat

Pemerintah Thailand seringkali menyebut orang Muslim pattani sebagai Islam

Thai sebuah istilah yang sebenarnya kurang tepat karena mereka lebih dekat dengan

etnis dan budaya melayu daripada Thailand. Mereka adalah kelompok etnik yang

terpisah dari induknya dunia melayu muslim Asia Tenggara.3

Sampai akhir abad XIX, kehidupan ekonomi Pattani bergantung kegiatan

ekonomi subsisten, seperti pertanian padi, penagkapan ikan, pertambangan, dan

perdagangan eceran.

Struktur sosial di Pattani menunjukkan kedudukan sosial, ekonomi, dan politik

muslim Pattani berada pada tingkat bawah. Sejak perang Pasifik, bidang politik hampir

seluruhnya berada dalam dominasi kelompok etnis Thai. Sementara dalam bidang

ekonomi dalam skala besar merupakan lahan bagi etnis Cina. Jenis pekerjaan yang

masih mungkin adalah ekonomi tradisional yang bersifat subsisten. Tidaklah

mengherankan apabila sebgian masyarakat terutama generasi muda yang lebi tertari

untuk migrasi ke kota-kota besar seperti Bangkok bahkan sampai Malaysia dan

Singapura.

d. Perkembangan Keagamaan

Perkembangan Islam di pattani dapat dikatakan sebanding dengan

perkembangan Islam di Nusantara. Pada zaman kerajaan dan kesultanan di Pattani,

Islam menjadi simbol dan paradigma dalam sistem pemerinahannya. Adapun di daerah

lain seperti bangkok dan daerah utara pengaruh Islam lebih terbatas pada pribadi.

Sekarang ini, kebebasan memeluk agama dan mengamalkannya dijamin

pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Undang-undang Kelembagaan

Negara Thailand tahun 1997 akta nomor 38. hal ini tentu saja memberikan kesempatan

bagi muslim untuk menjalankan syariatnya. Mereka bisa melakukan pernikahan dan

melaksanakan hukum waris sesuai kaidah hukum Islam yang berlaku.

2. Muslim Moro

3 Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 3.

Page 5: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

a. Sejarah Awal Islam Moro

Muslim Moro berada di negara Filipina. Negara Filipina adalah negera

kepulauan yang terdiri dari 7.109 pulau tropis dengan luas total wilayah 29.629.000

hektare dan terdiri atas beragam etnis, bahasa dan agama. Meskipun demikian negara

ini mayoritas penduduknya beragama katolik. Menurut sensusu tahun 1990 junlah

kelompok muslim adalah 5 % dari keseluruhan penduduk Filipina yakni sekitar 2,8 juta

jiwa dari populasi 65 juta penduduk. Sementara sumber lain menyebutkan jumlahnya 7

juta orang atau 10 % penduduk. Mereka Merupakan komunitas agama kedua terbesar di

Filipina.4

Jumlah ini cukup menjadikan mereka minoritas baik dari segi budaya maupun

politik. Mereka bertempat tinggal di kawasan Filipina Selatan, khususnya di

Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Umat Islam di sana sering disebut sebagai bangsa

Moro. Menurut catatan sejarahnya, istilah Moro merujuk kepada Moor, Moriscor atau

Muslim. Kata Moor berasal dari kata latinMauri sebuah istilah yang sering kali

digunakan orang-orang Romawi Kuno untuk menyebutkan penduduk wilayah Aljazair

barat dan maroko. Ketika bangasa Spanyol tiba di wilayah di wilayah Filipina dan

menemukan sebuah bangsa yang memiliki agama dan adat istiadat seperti orang-

orang Moor di Spanyol, maka mereka mulai menyebut orang-orang tersebut dengan

istilah Moro.

Islam masuk ke Filipina selatan tidak lama setelah Islam berkembang di dunia

Melayu. Islam sudah berkembang di beberapa kepulauan, khususnya Sulu di perempat

terakhir bad ke-13. ini beratri kedatangan Islam ke sana jauh lebih awal dibandingkan

kedatangan bangsa kolonial, khususnya Spanyol.

Sumber dari kedatangan Islam bisa ditelusuri lewat Tarsila. Walaupun banyak

mengandung mitos tapi tarsila cukup kronologis untuk menjelaskan asal mula dan

perkembanagn awal Islam Moro.islam berkembang melalui jalan perdagangan dan

disebarkan melalui para dai yang di kawasan Filipina Selatan dikenal dengan

sebutan Masya'lik, Makdumin dan Auliya. Pada abad ke-14 terjadi proses Islamisasi

dalam bidang pendidikan dan abad ke-15 terjadi pengaruh politik dari para pedagang

Melayu.

4

Page 6: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

Kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1565 ke Filipina untuk mendirikan

koloni dengan segala nuansa kristennya sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial dan

budaya Filipina secara langsung maupun tidak langsung. Proses islamisasi terhambat

penyebaran Islam hanya sampai di Sulu dan Mindanao.

b.Politik dan kebangkitan Islam Philipina

Wilayah Mindanao dan Sulu di Selatan Filipina tidak pernah bisa ditundukkan

oleh pasukan Spanyol. Namun demikian, Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian

dari koloninya. Hal ini terbukti dengan ditanda tanganinya Traktat Paris pada tahun

1898 yang mengalihkan hak penguasaan wilayah Filipina termasuk daerah Selatan

kepada Amerika Serikat dengan harga 20 juta dolar AS. Sejak itu Amerika mengambil

alih kekuasaan di Filipina. Kemerdekaan Filipina baru terjadi tahun 1946. namun

kemerdekaaan itu tidak berpengaruh banyak bagi status politik dan kesejahteraan

bangsa Moro.setelah merdeka otomatis pemerintahan dikendalikan oleh orang-orang

katolik di Filipina Utara.

Perbenturan yang terjadi antara kelompok Islam dan kekuatan Barat dan juga

pemerintahan Filipina seringkali menumbuhkan kesadaran di kalangan muslim Filipina

akan pentingnya merepresentasikan nilai-nilai dan simbol umat Islam, seperti yang

pernah mereka miliki lewat kesultanan Islam di Filipina Selatan.

Penindasan terhadap kaum muslim Moro terjadi pada amasa kekuasaan

Ferdinand Marcos di tahun 1965. hal ini menyebabkan munculnya gerakan perjuangan

bangsa Moro seperi Muslim Independen Movement (MIM) yang didirikan oleh Udtog

Matalam, pada tahun 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada tahun 1971. karena

perbedaan vsi maka MLF pecah menjadi dua, yakni kelompok nasionali sekuler

pimpinan Nur Misuari yang mendirikan Moro National Liberation Front (MILF) dan

kelompok Moro Islamic Liberation front (MILF) yang dipimpin oleh Hashim Salamat.

Dalam perjalanannya MNLF pun pecah lagi menjadi kelompok MNLF Reformasi di

bawah pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan

Abdurrahman Janjalani (1993).secara umum kebangkitan Islam di Filipina berkembang

dalam dua paradigma: pertama, pradigma radikal yang dikembangkan oleh para aktivis

MNLF, yang semula merupakan kelompok minoritas di kalangan umat Islam. MNLF

pernah mengeluarkan manifesto yang menyerukan kemerdekaan bangsa Moro.

Page 7: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

Kedua, pandangan moderat yang menginginkan adanya berbagai perubahan

sosial dalam konteks lebih luas. Sikap politik bangsa Filipina dalam menghadapi

tuntutan bangsa Moro sangat jelas. Mereka tidak mungkin akan membiarkan orang-

orang Islam memisahkan dan memerdekakan diri. Meskipun akhirnya dalam

perkembanagn terakhir politik nasional Filipina orang-orang Moro diberikan otonomi,

hal ini tidak menghilangkan potensi konflik yang bisa muncul kembali.

Pada tanggal 16 Agustus 1996, wakil-wakil dari MNLF dan pemerintah

Filipina sepakat bertemu dan merundingkan rencana perdamaian di Istana

Merdeka, jakarta. Selanjutnya tanggal 2 September 1996, naskah perjanjian perdamaian

ditandatangani oleh Nur misuari (Ketua MNLF) dan Fidel Ramos (Presiden Filipina) di

Manila.

c. Perkembanagan ekonomi, sosial dan budaya

Masyarakat muslim terkonsentrasi di wilayah otonom Filipina Selatan.

Mereka ada di kepulauan Mindanao, daerah ujung selatan Palawan, dan gugusan

kepulauan Sulu. Secara etnis dan bahasa mereka setidaknya terdiri dari tiga belas

kelompok bahasa. Mereka berkedudukan di 13 propinsi yang berada di empat wilayah

perundang-undangan yang berbeda.

Dari segi etnis, tiga suku diantaranya yakni, suku maranao, tausug dan

Manguindanao merupakan kelompok etnis muslim terbesar di kawasan ini memiliki

penduduk muslim sekitar 75 % dari jumlah total penduduk muslim di Filipina.

Dilihat dari jenis, setidaknya sampai 1970-an, masyarakat muslim Filipina

tidak banyak yang berbeda dari warga lainnya. Mayoritas dari mereka menekuni bidang

pertanian, perikanan, dan ekonomi yang berbasis pada hutan. Kaum muslim

Manguindanau banyak ayang bertani sawah, sedangkan masyarakat maranau dikenal

sebagai pengrajin kuningan dan tenunan, selain bertanam padi dan jagung di

pegunungan. Sebagian mereka juga dikenal sebagai pedagang yang terkenal sampai ke

pelosok-pelosok Filipina.

Orang Tausug yang tinggal di pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan,

hampir sama dengan sebagian masyarakat Iranun, kalagan, dan Samal pesisir.fenomena

Page 8: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

yang agak berbeda terdapat pada orang-orang tagalog Islam yang karena mengalami

proses urbanisasi besar-besaran, telah beralih menjadi pekerja profesional baik di kantor

maupun pabrik di daerah perkotaan.

d.Perkembangan keagamaan

Ketika konflik ketegangan antara kelompok Islam di Filipina secara

keseluruhan. Mereda, terjadi perkembanagan yang menarikdalam Islam di Filipina.

Mislanya, kantor Urusan Agama Islam (OCIA) dianggap sebagai simbol perhatian

pemerintah Filipina terhadap maslah umat Islam. Pada tahun 1973, pemerintah

mendirikan Institute of Asian and Islamic Studies di Mindanao State University.

Kemudian, nama lembaga kajian ini diubah menjadi King Faisal Center for Islamic and

Arabic Studies.

Respons yang positif dari pemerintah Filipina juga diberikan pada bidang-

bidang lainnya. Pada 1973, pemerintah mendirikan Philipine Amanah bank, sebuah

bank komersial yang bermarkas di manila untuk mengembangkan berbagai aspek

perekonomian masyarakat Islam seperti pertanian, pabrik, pertambangan, transfortasi

dan industri.

3. Muslim Cham

a. Sejarah awal Islam di Cham

Bangsa Muslim Cham atau Champa merupakan masyarakat Asia Tenggara

yang beragama Islam selain bangsa yang berlatar belakang etnis Melayu. Mereka

tersebar di Vietnam, Kampuchea, dan Thailand. Masyarakat Cham merupakan

keturunan dari bangsa Cham terdahulu, baik muslim, di zaman Kerajaan Champa (192-

1471). Dalam sejarah Indonesia pengaruh dari hubungan Champa dengan kerajaan

majapahit dikenal dengan baik. Kerajaan ini hamcur tahun 1471 oleh

pasukan Vietnam yang mengkibatkan mereka tercerai berai. Mayoritas mereka hidup di

desa-desa padat.5

Di Vietnam generasi awal paling awal mereka menempati kawasan pantai

Phan Rang (Pandarunga)dan Nha Trang, wilayah Thun Hai. Dalam Sejarahnya

5 Cesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina, ( Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 2.

Page 9: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

masyarakat Cham yang ada di Kampuchea merupakan kelanjutan dari kelanjutan dari

pelarian bangsa Champa pada tahun 1471. mereka mendirikan pemukiman seperti yang

yterdapat di daerah Kampong Chnang dan Kampong Cham, kawasan yang dialiri

sungai Mekong sebelah utara kota Phnom Penh.

Meskipun minoritas, masyarakat Islam Cham mengembangakn struktur

kemasyarakatan berdasarkan tradisi Islam. Dalam hierarki dan organisasi keagamaan

misalnya mufti menduduki tempat tertinggi disusul kemudian oleh tuan

kadi, fakih danraya kadi.

b.Perkembangan sosial, Ekonomi dan budaya

Dewasa ini, mata pencaharian mereka bertumpu pada sektor pertanian,

perikanan, peternakan dan perdagangan. Masyarakat muslim Cham di Vietnam banayak

tinggal terisolasi di berbagai kawasan. Aspek sosial dan ekonomi tidak jauh berbeda

dengan masyarakat Vietnam pada umumnya. Mereka hidup sebagai nelayan, banyak

diantara mereka yang menjadipetani dalam bidang sayuran, dan pembudidayaan kapas.

Usaha di bidang peterbnakan juga jasa transportasi air, dan perdagangan. Jumlah kaum

muslim di kawasan ini sekitar 700.000 jiwa.

Di Thailand kebanyakan masyarakat Cham tinggal di kota-kota besar

teruama Bangkok. Mereka telah berubah menjadi masyarakat urban dan melepaskan

ekononomi pertanian kemudian berganti dengan profesi masyarakat kota seperti

berdagang dan bertenun kain secara modern.

Kampuchea merupakan pusat masyarakat muslim Cham terbesar. Menurut

data statistik tahun 1995, terdapat sedikitnya 200.000 orang di kawasan ini. Angka ini

jauh dibawah jumlah mereka sebelum pembantai masal yang kerap terjadi pada masa

Pol Pot (1975-1979). Mereka kebanayak juga bermata pencaharian sebagai petani.

c. Perkembangan keagamaan

Dalam praktek keagamaan, seperti halnya kaum muslim di Asia Tenggara

lainnya, masyarakat muslim Cham menganut Islam mazhab Suni. Sehubungan dengan

banyaknya bantuan dari Timur Tengah dan dunia Islam,

Page 10: Makalah Islam Minoritas Di Asia Tenggara

pemerintahan kampucheasempat merasa khawatir terdapat gerakan keagmaan yang

puritan dan fundamental.

Berbagai acara keagaamn seperti Idul Fitri, Idul Adha, serta Maulid Nabi

seringkali dilaksanakan secara meriah. Hal ini menunjukkan secara agama dan budaya

masyarakat muslim Cham sangat dekat dengan negara-negara muslim mayoritas di

tetangganya.

Dewasa ini terdapat kecenderungan semakin banyak masyarakat muslim

Cham yang mempelajari Islam secara bakudan formal.peran merka dalam kegiatan

sosial keagamaan cukup menonjol. Hal seperti ini bisa ditemui dengan banyaknya

pendirian masjid-masjid di daerah pesisir di Kamboja dan Vietnam.

C. PENUTUP

Problem yang dihadapi bangsa Pattani, Moro, dan Cham merupakan sebuah

permasalahan panjang peralanan sejarah. Masalah kronis yang dihadapi berupa perlawanan

bersenjata, dalam rangka untuk memisahkan dan memerdekakan masih terus terjadi.6

 Harus diupayakan supaya negara-negara yang mayoritas non-muslim harus dapat

memahami perkembangan Islam di negara masing-masing. Kasus-kasus Islam di Asia

Tenggara khususnya yang minoritas terutama uyang penah terjadi di Thailand Selatan

(Pattani), Filipina Selatan(Moro), dan Cham, di masa depan diharapkan tidak pernah terjadi

lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 5 Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002

Pitsuwan, Surin. Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan, Jakarta: LP3ES, 1989A. Cesar, Majul. Dinamika Islam Filipina, Jakarta: LP3ES, 1989

Kehtani, Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Rajawali Grafindo, 2005

Mujani, Saiful. (edt), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1993

6 Saiful Mujani (edt), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm. 54.