Makalah Isbd_problematika Kebudayaan
-
Upload
youngky-haryanto -
Category
Documents
-
view
127 -
download
14
Transcript of Makalah Isbd_problematika Kebudayaan
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH
ISBD
Problematika Kebudayaan
Disusun Oleh :
Youngky Haryanto
I21112057
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu yang telah
ditentukan untuk memenuhi salah satu syarat pada mata kuliah ISBD program
studi farmasi dengan judul “Problematika Kebudayaan”.
Dalam pengerjaan makalah ini tentunya beberapa kendala penulis hadapi. Namun
akhirnya makalah dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pak Prof. DR. H. Mashudi, selaku dosen pengajar,
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan dan
pengetahuan. Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis menerima dengan lapang dada atas kritik dan saran yang bersifat
konstruktif / membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pontianak, 24 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
1.4 Pengertian Kebudayaan.................................................................................3
1.5 Problematika Kebudayaan............................................................................4
1.6 Pewarisan Kebudayaan.................................................................................4
1.7 Perubahan Kebudayaan.................................................................................5
1.8 Penyebaran Kebudayaan...............................................................................6
1.9 Beberapa Problematika Kebudayaan............................................................7
1.10......................................................................................................................Sik
ap Etnosantrisme...........................................................................................8
1.11......................................................................................................................Uns
ur-Unsur Kebudayaan...................................................................................9
1.12......................................................................................................................Akt
ivitas Kebudayaan.........................................................................................10
2.10 Problematika Kebudayaan Di Indonesia.....................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................13
1.13......................................................................................................................Kes
impulan..........................................................................................................13
1.14......................................................................................................................Sar
an...................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ISBD merupakan sebagai program umum yang bersifat mengantar mahasiswa
yang memiliki kemampuan personal. Kemampuan personal merupakan kaitan
dengan kemampuan individu untuk menempatkan diri sebagai anggota
masyarakat yang tidak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri.
ISBD juga merupakan integrasi dari ISD dan IBD yang memberikan dasar-dasar
pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada mahasiswa sehingga
mampu mengkaji masalah sosial, kemanusian, dan budaya. Pendekatan ISBD juga
merupakan akan memperluas pandangan bahwa masalah sosial, kemanusian, dan
budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang. Dengan wawasan sehingga
mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan yang lebih kompleks, demikian
pula dengan solusi pemecahannya
Problematika kebudayaan adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan yang
merupakan harta yang turun temurun dari nenek moyang kita, dapat kita
pertahankan kelestariannya yang sesuai dengan tuntunan syariat. Tapi
perkembangan zaman tidak dapat dibendung, seiring dengan berjalanya waktu,
maka kelestarian kebudayaan tersebut harus dijaga karena kebudayaan hanyalah
identitas diri dan merupakan identitas bangsa. Bangsa yang memiliki identitas
akan menjadi bangsa yang kuat dan menjadi bangsa yang tidak mudah untuk
dijajah oleh bangsa lain. Problematika kebudayaan yang terpengaruh dengan
budaya asing sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati
diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan
dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus
mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan
mencintai kebudayaan daerah, dan serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang tersebut di atas, maka setidaknya ada beberapa
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apakah pengertian dari kebudayaan?
2. Dalam problematika kebudayaan apa saja hambatan-hambatan kebudayaan
yang terjadi?
3. Bagaimana problematika kebudayaan yang terjadi di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas adalah :
1. Untuk memberitahukan pengertian dari kebudayaan.
2. Untuk memberitahukan macam-macam hambatan kebudayaan yang
terjadi.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah bentuk jama’ dari Budi dan Daya yang berarti Cinta, kasra,
dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta Budaya yaitu
bentuk jama’ dari kata Budhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa inggris,
kata budaya berasal dari kata Culture, dalam bahasa Latin berasal dari
kata Colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti Culture, yaitu sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa kebudayaaan atau budaya menyangkut
keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material.
Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan
besar sangat di pengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang
menyatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana
menuju tahapan yang lebih konpleks.
Iris Varner dan Linda Beamer, dalam International Cultural Comunication
in the Global Workplace, mengartikan kebudayaan sebagai pandangan yang
koheren tentang seusatu yang diperlajari, yang dibagi atau dipertukarkan oleh
sekelompok orang. Pandangan ini berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang
menjad derajat kepentingan, tentang sifat meraka yang tepat terhadap sesuatu ,
gambaran sesuatu perilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan
dengan orang lain.
Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan
totalitasdari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang
dialihkan secara social (disosialisasikan) tidak sekedar sebuah catatan ringkas,
tetapi dalam bentuk perilaku melalui pembelajaran social ( social learning).
2.2 Problematika Kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang
berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup
manusian (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang
berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki
sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok
lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup
manusia.
Dalam rangka memenuhi hidupnya manusia akan berinteraksi dengan
manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula
terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusiadari waktu ke waktu dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
Bahwa dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi
dengan sesama,masyarakat dengan masyarakat lain yang terjadi antar persekutuan
hidup manusia sepanjang hidup manusia. Berkaitan dengan hal tersebut kita
mengenal adanya tentang kebudayaan yaitu :
1. Pewaris kebudayaan yaitu proses pemindahan, penerusan, pemilikan
dan pemakaian dari generasi ke generasi
2. Perubahan kebudayaan yaitu perubahan yang terjadi karena
ketidaksesuaian diantaraunsur-unsur budaya
3. Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya
unsur-unsur kebudayaa dari suatu kelompok ke kelompok yang
lain
atau dari masyarakat ke masyarakat yang lain.
2.3 Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan,
dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan.
Pewarisan budaya bersifat vertical artinya budaya diwariskan dari generasi
terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan
kepada generasi yang akan datang.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan mmelalui ekulturasi dan
sosialisasi, enkulturasi, atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan
menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan
peraturan hidup dalam kebudayaan. Proses enkulturasi di mulai sejak dini, yaitu
masa kanak-kanak, bermulai dari lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan,
dan masyarakat luas. Sosialisasi atau proses pemasyarakatan adalah individu
menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakatnya.
Dalam hal pewarisan budaya bisa muncul masalah antara lain: sesuai atau
tidaknya budaya barisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang,
penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya
budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
Dalam suatu khusus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang
hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi
sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak
belakang dengan nilai-nilai budaya baru yang diterima sekarang ini.
2.4 Perubahan kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat
adanya katidaksesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda
sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan
kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak
perubahan, dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan kebudayaan di dalamnya
mencakup perkembangan kebudayaan. Pembangunan dan modernisasi termasuk
pula perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara
lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat
regres (kemunduran) bukan progres (kemajuan); perubahan bisa berdampak
buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat,
dan di luar kendali manusia.
2.5 Penyebaran kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke
masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa
menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat
barat (Negara-Negara Eropa) masuk dan mempengaruhi kebudayaan timur
(bangsa Asia dan Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai
penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.
Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee
merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut:
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan,
melainkan individual. Kebudayaan barat yang masuk ke dunia timur pada abad
ke-19 tidak masuk secara keseluruhan. Dunia timur tidak mengambil budaya barat
secara keseluruhan, tetapi unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan
unsur yang paling mudah di serap. Industrialisasi di Negara-negara timur
merupakan pengaruh dari kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya.
Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh
religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit di terima
oleh orang timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan
budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapis luar
dari budaya.
Ketiga, jika satu unsur budaya masuk maka akan menarik unsur budaya lain.
Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya
asing melalui orang-orang asing yang bekerja di industri teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa
menjadi berbahaya bagi masyarakat yang di datangi. Dalam hal ini, Toynbee
memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi sosial
budaya yang menjadi sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-
19 justru memecah belah sistem kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan
dan kekhalifahan di Timur tengah.
Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah. Masyarakat
penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya
asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan
Barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat
memberi dapat negatif bagi perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya,
pola hidup konsumtif, hedonism, pragmatis, dan individualistic. Akibatnya, nilai
budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bisa hilang
dari masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain
difusi, kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi
berarti pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi
merupakan kontak antar kebudayaan, namun masing-masing memperlihatkan
unsur-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar kebudayaan yang
bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensiif
antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan kebudayaan.
Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.
2.6 Beberapa Problematika Kebudayaan
Beberapa Problematika kebudayaan antara lain yaitu :
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan
sistem kepercayaan.Orang jawa enggan meninggalakan kampung
halamannya atau beralih pola hidup hidup sebagai petani , padahal
hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut
pandang. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi
atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan. Contonhnya: Program keluarga KB semula di tolak
masyarakat, mereka beranggapan banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau
kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah
yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini di
sebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat
yang baru hidup mereka lebih sengsara di bandingkan dengan hidup
mereka di tempat yang lama.
4. Masyarakat yang tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat
luas. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi
dengan masyarakat luas, karena pengetahuan serba terbatas, seolah-
olah tertutup untuk menerima program pembangunan.
2.7 Sikap Etnosantrisme.
Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk
melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Berdasarkan definisi
ini etnosentrisme tidak selalu negatif sebagimana umumnya dipahami.
Etnosentrisme dalam hal tertentu juga merupakan sesuatu yang positif. Tidak
seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan
sesuatu yang semata-mata buruk, etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang
fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan
dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan
adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan
saling dukung satu sama lain. Salah satu contoh dari fenomena ini adalah ketika
terjadi pengusiran terhadap etnis Madura di Kalimantan, banyak etnis Madura di
lain tempat mengecam pengusiran itu dan membantu para pengungsi.
Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan.
Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki
etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi
mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara
pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar
belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme
ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki
atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak
mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Indikator terbaik menentukan tipe etnosentrisme seseorang dapat
ditemukan pada respon orang tersebut dalam menginterpretasi perilaku orang lain.
Misalnya Pita, seorang etnis Minang makan sambil jalan di gang rumah kita di
Jogja, jika kita semata-mata memandang dari perspektif sendiri dan mengatakan
“dia memang buruk”, “dia tidak sopan”, atau “itulah mengapa dia tidak disukai”
berarti kita memiliki etnosentrisme yang kaku. Tapi jika mengatakan “itulah cara
yang dia pelajari untuk melakukannya,” berarti mungkin kita memiliki
etnosentrisme yang fleksibel.
2.8 Unsur-Unsur Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang
kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan
hubungan yang luas. Menurut konsep B. Malinowski kebudayaan di dunia
mempunyai 7 unsur universal, yaitu :
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata Pencarian
4. Organisasi social
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
Kerangka kebudayaan merupakan dimensi analisis dari onsep kebudayaan
yang dikombinasikan ke dalam suatu bagan lingkaran. Dengan bagan lingkaran
ialah untuk menunjukkan bahwa kebudayaan ini berssifat dinamis. Kerangka
kebudayaan di gambarkan dengan tiga lingkaran konsentris. Sistem budaya
digambarkan dalam lingkaran yang paling dalam dan merupakan inti, sistem
social di lambangkan dengan lingkaran kedua di sekitar inti, sedangkan
kebudayaan fisik di lambangkan dengan lingkaran yang paling luar. Unsur
kebudayaan universal yang tujuh macam itu dilambangkan dengan membagi
lingkaran tersebut menjadi 7 sektor yang masing-masing melambangkan salah
satu dari ke 7 unsur tersebut. Maka terlihat jelas bahwa setiap unsur kebudayaan ,
yaitu sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
2.9 Aktivitas Kebudayaan
Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi,
asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia
hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun
dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu
hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan baik secara sadar atau tidak
kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain. Manusia
adalah “jiwa” kebudayaan. Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah
melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.
Keunggulan kebudayaan Indonesia;
-Kekayaan akan keragaman kebudayaan daerah Indonesia
- Sumber daya alam yang melimpah dan berkualitas
- Wilayah yang strategis
Problematika;
- Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
- Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
- Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
- Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
- Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.
2.10 Problematika Kebudayaan Indonesia
Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah
fenomena yang lazim dihidupi yaitu, ke-rendah-diri-an masyarakat Indonesia
terhadap kebudayaannya sendiri. Ke-rendah-diri-an ini muncul dari hubungan
antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia, Barat yang
sering diposisikan sebagai pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia
sebagai pihak inferior.Rendah diri ini disebabkan oleh penjajahan, kerusakan
perilaku masyarakat Indonesia, dan pencitraan yang kuat dari media tentang
keunggulan kebudayaan Barat. Namun, dari beberapa sebab tersebut, yang terus
terjadi hingga saat ini dan yang paling mendasar adalah pencitraan. Dikatakan
mendasar karena pada saat penjajahan pun sudah terjadi pencitraan tersebut.
Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan
yang menujukkan kondisi rendah diri. Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali
dilekatkan kepada kebudayaan Barat, sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia,
sepertinya jauh dari ungkapan–ungkapan tersebut. Hal ini memang tidak
sepenuhnya bermasalah, karena Barat memang memiliki keunggulan dalam
bidang-bidang tertentu, seperti sains. Namun, penilaian kebudayaan Barat lebih
superior dan kemudian fenomena masyarakat Indonesia meninggalkan
kebudayaan yang sudah lama dihidupi, tentu menjadi suatu masalah. Kebudayaan
daerah di Indonesia ditingglakan hanya karena dicitrakan tidak ilmiah, keren dan
sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia
memiliki keunggulan mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial.
Dan juga masyarakat Barat mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka
sendiri yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan Timur sebagai
penawar kegelisahan mereka.
Secara singkat, dapat dikatakan permasalahan ini muncul karena pencitraan
dan harus juga diselesaikan dengan pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa
kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan kebudayaan Barat, hanya saja
kebudayaan Indonesia kurang dicitrakan dan kurang dikenali oleh sebagian
masyarakat Indonesia yang hidup mulai masa 70-an. Tentu, usaha untuk
mengenali kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga
negara Indonesia.Pengenalan ini merupakan salah satu modal untuk memiliki dan
mengembangkan kebudayaan Indonesia. Minimnya pengenalan ini, merupakan
salah satu faktor yang membuat rendahnya rasa kepemilikan dan keinginan untuk
mengembangkan kebudayaan. Mengembangkan kebudayaan, adalah hal yang
harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan
Indonesia karena kekayaannya menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga
akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan pembahasan tentang “Problematika
Kebudayaan“ maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Problematika itu adalah hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan dalam
menggembangkan pola pikir dan pola hidup dalam masyarakat. Di Negara kita,
Indonesia juga sering di jumpai hal-hal yang menghambat atau hal-hal yang
berkaitan dengan problematika kebudayaan.
3.2 Saran
Marilah kita menjaga dan melestarikan kebudayaan kita sehingga apa yang
menjadi milik kita tidak diambil alih oleh Negara lain, karena apa yang menjadi
milik kita harus kita jaga dengan sepenuhnya, jangan setelah di ambil alih oleh
Negara lain kita baru bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, Etnosentrisme.
http://www.psikoterapis.com/?en_etnosentrisme%2C304
Diakses : 16 April 2013.
Anonim b, Problematika Kebudayaan.
http://yahwa-ki.blogspot.com/2011/07/problematika-kebudayaan.html
Diakses : 16 April 2013.
Dr.Alo Liliweri,M.S. 2002. Makna budaya Dalam Komunikasi antarbudaya. LKis
Yogyakarta: Yogyakarta.
Dr. M. Munandar Soelaeman. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Refika Aditama:
Bandung.
Hermanto, Winarno. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Penerbit Bumi
Aksara : Jakarta.