Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma- norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional. Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi yang menimbulkan berbagai ketidakmenentuan dan kekacauan. Dari sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran- pelanggaran moral dan etika, tentu pula tak terkecuali pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Kemudian terjadi suatu perpecahan bangsa yang akan memporakporandakan tujuan persatuan yang dicita-citakan.

Transcript of Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

Page 1: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah

banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman

acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan

norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan

nasional.

Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima

tahun terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi

yang menimbulkan berbagai ketidakmenentuan dan kekacauan. Dari

sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis, pelanggaran-pelanggaran

moral dan etika, tentu pula tak terkecuali pelanggaran hukum dan

meningkatnya kriminalitas. Kemudian terjadi suatu perpecahan bangsa

yang akan memporakporandakan tujuan persatuan yang dicita-citakan.

Disebutkan di dalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila sila

ketiga, “Persatuan Indonesia” merupakan kunci untuk membangun

persatuan di negara kita ini. Persatuan Indonesia adalah salah satu nilai

yang ingin dicapai oleh negara kita ini agar Indonesia menjadi negara

yang madani dan dihormati oleh bangsa lain. Bagaimana cara bangsa

Indonesia mencapai nilai tersebut ? salah satunya yaitu dengan mengenal

dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia sendiri. Dengan

mengenal kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam, kita akan lebih

memahami arti pluralisme pada akhirnya, sehingga akan menimbulkan

rasa saling menghargai dan menghormati antar-masyarakat di Indonesia.

Page 2: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka permasalahan yang

dibahas dalam makalah ini adalah keanekaragaman kebudayaan yang ada

di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan cara pelestarian keanekaragaan

di Indonesia.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam

kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan cara

melestarikan kebudayaan tersebut di kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah

sebagai patokan bagi masyarakat untuk mencintai dan tetap melestarikan

budaya bangsa Indonesia dalam proses globalisasi budaya.

Page 3: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal

dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan

juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem

agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan

karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu

dipelajari.

B. MACAM KEBUDAYAAN DI INDONESIA

1. Kebudayaan Jawa Tengah

a. Batik

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba"

yang berarti menulis dan "nitik". Batik adalah seni melukis

dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam

Page 4: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

sebagai pelindung untuk mendapatkan ragam hias diatas kain

tersebut.

Ciri-ciri batik tradisional :

Ragam hias motif ular, barong, geometris, pagoda.

Coraknya mempunyai arti simbolik.

Warna cenderung gelap ( putih – hitam – coklat kehitaman ).

Motif ciri khas daerah asal.

Ciri-ciri batik modern :

Ragam hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.

Corak tidak mempunyai arti simbolik tertentu.

Penggunaan warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.

Motif tidak memiliki ciri khas daerah asal.

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan

batik secara keseluruhan. Menurut unsurnya batik dibagi menjadi 2

(dua ),yaitu :

1. ORNAMEN, Motif utama

2. ISEN, Motif pengisi (Titik–titik, Garis, Titik dan Garis, dsb )

Ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan

motif-motif hias dengan kaidah tertentu pada suatu bidang atau

ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

Ragam hias dapat dibedakan menjadi 3 motif yaitu sebagai berikut,

a. Motif geometris, meliputi pilin ganda, tumpal, meander,

swastika, dan kawung

b. Motif nongeometris, meliputi manusia, binatang, dan tumbuhan

c. Motif benda mati, meliputi air, api, awan, batu, gunung, dan

matahari.

Page 5: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

Dahulu batik dibuat dalam bahan berwarna  putih yang

terbuat dari kapas (kain mori) . Sekarang ini semakin berkembang

dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon dan bahan

sintetis lainnya. Motif batik sendiri dibentuk dengan

cairan lilin yang menggunakan alat bernama canting untuk motif

halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, dengan demikian

maka cairan lilin dapat meresap ke dalam serat sebuah kain.

Setelah itu, kain yang sudah berhasil dilukis dengan lilin tadi, lalu

dicelup dengan warna yang diinginkan oleh si pembuat, biasanya

dimulai dengan warna-warna muda. Pencelupan kemudian

dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap.

Kemudian Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah

dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia dengan tujuan

melarutkan lilin.

Dan berikut adalah beberapa macam batik berdasarkan

motif/corak,

Batik Kraton

Penjelasan :  awal mula dari semua jenis batik yang

berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi

hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga

pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada

dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa”

seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk

Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.

Page 6: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

Batik Sida Luhur

Penjelasan :  Motif-motif berawalan sida (dibaca sido)

merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik.

Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan

demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar

apa yang diinginkan bias tercapai. Motif Sida Luhur (dibaca Sido

Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi,

dan dapat menjadi panutan masyarakat.

Batik Kawung

Penjelasan :  Motif Kawung berpola bulatan mirip buah

Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah

kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini

juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan

empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang

melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif

Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-

lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya :

Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk

bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang

bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif

kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada

kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang

Page 7: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen.

Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar

daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.

Batik Sida Mukti

Penjelasan :   Sida Mukti meruapakan motif batik yang biasanya

terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai

kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung

didalamnya adalah gurda. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido)

merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik.

Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan

demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar

apa yang diinginkan bias tercapai. Salah satunya adalah sida mukti,

yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan

batin.

b. Pagelaran Wayang Kulit

Wayang kulit adalah kebudayaan yang sudah sejak lama

ada di Nusantara. Wayang kulit adalah budaya turun temurun yang

diwariskan oleh nenek moyang Nusantara. Kebudayaan wayang

kulit telah dimulai sejak manusia mengenal cerita dan bayangan.

Manusia, sejak nenek moyang, Nusantara lalu mengembangkanya

hingga saat ini.

Wayang berasal dari kata Ma Hyang dalam bahasa

Sansekerta. Istilah tersebut dapat diartikan secara bebas sebagai

pesan Sang Hyang, atau pesan Tuhan. Kata wayang sendiri diambil

juga dari kata wewayangan dalam bahasa Jawa yang berarti

Page 8: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

bayangan. Bayangan dalam hal ini bukan hanya sebagai arti secara

bayangan yang disajikan dalam pertunjukkannya. Bayangan lebih

merujuk sebagai mirror atau cermin kehidupan dari manusia itu

sendiri.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya wayang telah ada

sejak zaman nenek moyang Nusantara. Sejak manusia mengenal

bercerita kebudayaan dalang pun lahir di Nusantara. Dalang

sendiri merujuk kepada medar piwulang yang berarti memberikan

pengajaran. Kebudayaan bercerita itu ditujukan untuk memberikan

tuntunan.

Setelah manusia mengenal gambar dan bentuk-bentuk

gambar, mulailah kehidupan bercerita tersebut diwakili dengan

bentuk-bentuk gambar dan lukisan, baik itu lukisan gua, diatas

kulit kayu, daun, kulit, dan sebagainya. Bayangan ketika

berkumpul di dekat api pun menjadi salah satu media. Gambaran-

gambaran tersebut dipertahankan dan terus menerus dikembangkan

hingga saat ini kita mengenal kebudayaan wayang kulit.

Wayang kulit dalah salah satu wujud kebudayaan bercerita

dengan media boneka wayang. Adapun boneka wayang yang

digunakan adalah boneka wayang yang terbuat dari kulit. Kulit

yang biasa dipakai adalah kulit hewan, terutama kulit kerbau dan

sapi. Kulit kerbau dipilih karena kekuatannya, sementara sapi

karena seratnya lebih halus. Pemilihan tersebut merupakan free will

dari dalang maupun perupa wayang. Kulit yang telah dipilih tadi

disamak, kemudian digambar pola bentuk karakter wayangnya.

Proses tersebut dikenal sebagai nyorek. Setelah corekan jadi,

kemudian wayang dipahat untuk menghasilkan bayangan yang

baik ketika disorot cahaya, proses ini dikenal sebagai proses tatah.

Tatahan dalam wayang kulit ada banyak macamnya dan berbeda

Page 9: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

kegunaannya, beda bagian beda tatahan. Setelah tatahan selesai

dibuat, maka selanjutnya wayang di sungging atau diwarnai untuk

memberikan kesan indah dan karakter yang tepat. Pewarnaan

dalam wayang kulit tidak asal memakai cat. Namun ada pewarna

khusus yang digunakan seperti prada atau gold leaves, grenjeng

atau kertas foil keemasan, dan brom atau cat keemasan bubuk,

yang diwarnakan dengan bantuan perekat berupa lem organik.

Setelah proses tersbut dilaksanakan, maka wayang akan diberi

gapit atau peyangga yang dapat dibuat dari tanduk, tempurung

penyu, fiber, rotan, kayu, ataupun bambu. Mayoritas yang

digunakan adalah tanduk yang berwarna hitam (cemeng), keabu-

abuan (klamus), maupun bening (bule).

Pada mulanya, pertunjukan wayang menggelar cerita asli

yang didongengkan turun-temurun tentang para leluhur dan ilmu-

ilmu hidup. Setelah Hindu masuk ke Nusantara, maka cerita

Ramayana dan Mahabharata menjadi poin sentral dalam

pertunjukkan. Namun tidak serta merta seperti versi aslinya,

leluhur Nusantara membuat gubahan cerita ini lebih membumi

dengan berbagai penyesuaian yang khas dengan Nusantara.

Namun, setelah Islam masuk dan mengakar di Nusantara, bentuk

dan cerita wayang mengalami gubahan. Sunan Kalijaga mendesain

bentuk wayang kulit purwa yang baru agar tidak seperti wujud

manusia. Wujud asli wayang kulit masa lampau masih ada dan

bertahan di Bali. Begitupun dalam cerita, dalam wayang kulit puwa

setelah masuknya Islam, dewa digolongkan sebagai manusia, anak

turun Adam dan Hawa.

Cerita dalam wayang disebut lakon. Lakon berasal dari kata

lelaku yang berarti kisah atau perjalanan. Lakon atau cerita dalam

wayang sendiri terbagi atas dua jenis atau genre. Yanng pertama

adalah lakon pakem. Lakon pakem adalah lakon yang sudah ada

Page 10: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

dan tetap, tidak dirubah-rubah, dan memiliki ketentuan. Lakon

pakem sendiri adalah cerita utama dari Ramayana dan Mahabharata

yang tersusun secara sistematik dan jelas, namun dapat diolah

dengan penambahan unsur-unsur dramatik dalam pertunjukkannya.

Genre lakon kedua adalah carangan. Lakon carangan atau

gubahan adalah gubahan dari ceerita yang sudah ada. Lakon

carangan adalah penambahan suatu cerita dari garis lakon pakem

untuk menyampaikan suatu pesan tertentu, namun tidak ada dalam

kitab Mahabharta atau Ramayana. Gubahan tersebut tentunya tidak

lari dari ikatan terhadap cerita utama dalam pakem. Contoh lakon

carangan antara lain Wahyu Triangga, Wahyu Dharma, Dewa

Ruci, Begawan Bima Suci, Bondan Paksa Jandhu, Prasetya

Ganggadata, dan lain sebagainya.

Dalam pakeliran wayang purwa sendiri terdapat banyak

genre khas suatu daerah atau yang dikenal dengan gagrak. Setiap

daerah memiliki ciri khas sendiri dalam bentuk boneka wayang,

cerita, konsep pertunjukan, dan sampai kepada tata nada dalam

pertunjukkan. Bahkan dalam suatu daerah dapat terdapat beberapa

gagrak. Adapun gagrak yang cukup terkenal adalah Sala,

Klatenan, Ngayogjan, Bagelenan (Purworejo dan Kebumen), Kedu,

Jawa Timuran (terutaman Malangan), Banyumasan, Tegalan,

Pesisiran (Pekalongan dan daerah pantura), dan Badra Cerbon

Dermayon (Cirebon dan Indramayu).

Pertunjukan dibagi atas tiga babak yang dikenal sebagai

pathet. Tiga bagian tersebut adalah Pathet Nem, Pathet Sanga,

Pathet Manyura. Setiap pathet menggambarkan jalan hidup

seorang manusia sesuai jangka umurnya. Pathet Nem

menggambarkan manusia dari lahir (digambarkan bedhol kayon)

sampai pada masa remajanya (perang gagal). Pada Pathet Nem

iringannya akan lebih rancak dan gempita karena gambaran

Page 11: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

manusia masih dalam tataran muda. Selanjutnya, masa transisi

Pathet Nem ke Sanga digambarkan dengan Gara-Gara. Pathet

Sanga sendiri menggambarkan tentang kehidupan manusia dalam

pencerian kedewasaan sampai tataran menggayuh kedewasaan.

Iringan pada bagian ini lebih syahdu dan sendu serta pilihan

nadanya lebih minor. Selanjutnya adalah Pathet Manyura, bagian

dimana manusia telah sampai pada masa tuanya, penyelesaian

antara baik dan jahat (perang brubuh), manusia menghadapi

kematian (tayungan), sampai pada lepasnya roh dari raga (tancep

kayon). Pada bagian ini iringan kembali fantastis karena bagian ini

adalah penyelesaian dari perjalanan lakon. Selain itu dikenal juga

tarian khas boneka wayang, tayungan, di akhir bagian ini, yang

menggambarkan lepasnya nafas dari tubuh manusia.

Dalam pertunjukkan wayang kulit purwa, dikomandoi oleh

dalang, dengan dibantu para penabuh gamelan dan waranggana.

Dalang bertindak sebagai master dari keseluruhan pertunjukkan itu.

Ia membabar cerita secara naratif dengan antawacana dan

pocapan. Ia juga menggerakkan boneka wayang dengan sabetan.

Dalang pun melagukan jalannya cerita dan emosi lewat suluk.

Selain itu dalang juga bertindak sebagai arranger dari pertunjukan

itu dengan kode kombangan, dhodhogan, dan keprakan.

2. Kebudayaan Jawa Barat

a. Tari Jaipong

Tari Jaipong atau dikenal sebagai Jaipongan adalah tarian

yang diciptakan pada tahun 1961 oleh Gugum Gumbira. Pada masa

itu, ketika Presiden Soekarno melarang musik rock and roll dan

musik barat lainnya diperdengarkan di Indonesia, seniman lokal

tertantang untuk mengimbangi aturan pelarangan tersebut dengan

menghidupkan kembali seni tradisi. Tari Jaipong merupakan

Page 12: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

perpaduan gerakan ketuk tilu, tari topeng banjet, dan pencak silat

(bela diri).

Ketuk tilu sangat populer di desa, tetapi pada saat itu

dianggap buruk di kalangan perkotaan, karena gerakannya yang

sensual, bahkan erotis. Tak jarang penari ketuk tilu merangkap

juga sebagai pelacur. Dalam karyanya, Gugum Gumbira pada saat

itu berusaha melestarikan bentuk dasar ketuk tilu, tetapi dengan

tempo musik yang dipercepat. Sehingga  membuat penari menjadi

lebih aktif. Ia juga mempertahankan bentuk tradisioanl ketuk tilu,

di mana penari merangkap sebagai penyanyi, tetepi dipadukan

dengan gamelan urban dengan ditambah suara kendang. Nama

jaipong adalah onomatope dari suara kendang yang sering

terdengar di antara tarian ini. Mulut penonton dan pemain musik

biasanya meneriakan aksen tiruan dari suara kendang: ja-i-pong,

ja-ki-nem, atau ja-i-nem. Ada juga yang mengatakan bahwa nama

jaipong mengacu pada bunyi kendang: plak, ping, pong. 

Pada awal kemunculannya, jaipong merupakan tarian

modern yang berbeda dari tarian-tarian tradisional Sunda

sebelumnya yang mengedepankan sopan santun dan kehalusan

budi para penarinya. Penari (yang biasanya perempuan) bahkan

menundukkan pandangannya, dan tak boleh menatap pasangannya.

Lain dengan jaipong yang pada saat itu terpengaruh juga oleh

budaya dansa Barat di ball room, penari diharuskan fokus menatap

pasangannya sebagai bentuk komunikasi visual.   

Tari jaipong mulai ditampilkan di depan umum dalam

Hong Kong Arts Festival, melibatkan penyanyi-penari Tatih Saleh,

Gugum Gumbira sebagai koreografer, dan Nandang Barmaya,

seorang musisi sekaligus dalang. Ketika itu pemerintah sempat

berupaya melarang tarian ini karena dirasa cenderung amoral dan

Page 13: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

sensual. Tetapi alih-alih meredup, jaipong malah makin populer,

terutama di era 80-an. Bentuk tari jaipong kala itu tidak lagi

disajikan sebagai tarian pergaulan seperti ronggeng, tayub atau

ketuk tilu, di mana posisi penonton sejajar dengan penari, tetapi

sebagai tarian panggung. Jaipong biasa dilakukan oleh penari

perempuan, tetapi bisa juga dilakukan secara berpasangan.

Gerakan Jaipong

Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya,

1. Ibing Pola (Tarian Berpola)

Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak

(berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam panggung untuk

kebutuhan tontonan saja.  

2. Ibing Saka (Tarian Acak)

Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan

Karawang, disebut juga sebagai Bajidor. Bajidor sendiri sering

diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan

Orang-orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena,

posisi penonton sejajar dengan penari. Dan penonton bisa ikut

menari.

Pola Jaipong

Rangkaian gerak tari jaipong dapat dibedakan menjadi

empat bagian:

1. Bukaan, merupakan gerakan pembuka,

2. Pencugan, merupakan bagian kumpulan gerakan-gerakan,

Page 14: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

3. Ngala, bisa juga disebut titik merupakan pemberhentian dari

rangkaian tarian, dan

4. Mincit, merupakan perpindahan atau peralihan.

Gerakan dasar tarian ini sering disebut 3G akronim dari

Geol (gerakan pinggul memutar), Gitek (gerakan pinggul

menghentak dan mengayun), Goyang (gerakan ayunan pinggul

tanpa hentakkan).  Dewasa ini tari jaipong boleh disebut sebagai

salah satu identitas Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa

acara-acara penting  di Jawa Barat. Tamu dari negara asing yang

datang ke Jawa Barat biasa disambut dengan pertunjukan tari

jaipong. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca

negara.

Tari Jaipong juga banyak memengaruhi kesenian-kesenian

lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan

wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir

semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern

yang dikolaborasikan dengan Jaipong.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi

menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian.

Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para

penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari

Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam

sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih

lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari

sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari

atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di

Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Page 15: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis,

humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa

adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada

pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni

Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak

dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan

Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya

kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya,

Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang

Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola),

biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan

(serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu

sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian

pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan)

sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan

yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

3. Kebudayaan Jawa Timur

a. Reog Ponorogo

Reog adalah sebuah kesenian budaya berbentuk teater yang

dilakukan oleh sekelompok pemain drama tari dengan berbagai

karakter dan perwatakan pelaku, kesenian Reog ini berasal dari

daerah Jawa Tawa timur bagian barat – laut dan kabupaten

Ponorogo dianggap sebagai kota asal kesenian Reog yang

sebenarnya.

Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang

masih sangat kental akan bau mistik dan ilmu – ilmu kebatinan.

Pada zaman modern Reog biasanya dimainkan oleh ± 7

orang pria bertubuh gagah dengan memakai topeng berwarna

merah dengan jambang dan kumis yang panjang dalam kesenian

Reog mereka disebut Warok, lalu ada ± 6 pria yang berpenampilan

Page 16: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

seperti perempuan dan masing – masing menunggangi seekor kuda

tetapi karena perubahan zaman akhirnya beberapa paguyuban seni

tari dan teater Reog mengganti penari mereka menjadi seorang

wanita asli dalam kesenian Reog mereka sering disebut dengan

Jathilan, sepasang pemgawal raja yang disebut bujang anom, dan

ada seorang raja yang berpenampilan layaknya sebuah pemimpin

lalu ada seekor singa yang bernama singo barong yang ditunggangi

seekor merak yang disebut Singo Barong dan disini keunikan dari

Reog yaitu Singo Barong yang memiliki berat 50 – 60 kg hanya di

bawakan dan ditarikan menggunakan gigi dan hanya bisa dilakukan

oleh orang yang terlatih.

Tokoh Pemeran Reog Ponorogo

Reog Ponorogo mempunyai 5 pemeran utama yang selalu

bermain disaat pertunjukan yaitu :

Ø Singgo Barong yang berbentuk kepala harimau dengan tatanan

bulu merak yang mengembang lebar sebagai mahkota yang di

sebut dengan dadak merak, beratnya bisa mencapai 50 – 60 kg

yang digigit dengan gigi,jadi penari harus kuat dan mengerti

tekniknya.

Ø Pujangga Anom atau Bujanganong,memakai yang bentuknya

lucu dan seram, gerak tariannya lincah dan akrobatik.

Ø Raja Klono Sewandono adalah seorang raja, juga memakai

topeng yang berciri khas satria dan pemberani

Ø Sekelompok Jathilan jumlahnya bisa mencapai empat ,enam,

delapan dan seterusnya dan harus genap, penari berpenampilan

kesatria tapi feminim dengan menunggang kuda replika dari

kepang atau anyaman bambu.

Ø Warok peran sebagai pembinaataun sesepuh diperankan oleh

laki – laki yang bertubuh kekar, mempunyai jambang dan

Page 17: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

kunis yang tebal serta memakai tutup kepala yang disebut

belangkon

Musik Pengirig Reog Ponorogo

Musik pengiring ini di bagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok penyanyi yang terdiri dari dua penyanyi yang menyanyi

lagu daerah seperti Jathilan Jonorogo apabila diadakan di

kabupaten Ponorogo dan apabila di Surabaya para aguyuban reog

di Surabaya sering menggantinya dengan Semanggi Surabaya atau

Jembatan Merah yang merupakan lagu khas Surabaya dengan

bahasa jawa lalu kelompok instrument gamelan memiliki anggota

sekitar 9 orang yang terdiri dari:

2 orang penabuh gendang

1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan.

2 orang peniup slompret

2 orang penabuh kenong

1 orang penabuh gong

2 orang pemain angklung

Salah satu ciri khas dari tabuhan reog adalah bentuk

perpaduan irama yang berlainan antara kethuk kenong dan gong

yang berirama selendro dengan bunyi slompret yang berirama

pelog sehingga menghasilkan irama yang terkesan magis.

Apresiasi Terhadap Reog Ponorogo

A. Fungsi pertunjukan reog ini dizaman dahulu sebagai upacara

adat tetapi seiring dengan perubahan waktu berubah menjadi

kesenian tradisional dan teater rakyat

B. Keunikan pertunjukan reog ponorogoyaitu Singo Barong yang

memiliki berat 50 – 60 kg hanya di bawakan dan ditarikan

Page 18: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

menggunakan gigi dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang

terlatih

C. Keunikan musik reog ponorogo yaitu bentuk perpaduan irama

yang berlainan antara kethuk kenong dan gong yang berirama

selendro dengan bunyi slompret yang berirama pelog sehingga

menghasilkan irama yang terkesan magis

D. Pendapat saya tentang seni tari dan teater reog adalah Reog

merupakan sebuah kesenian yang memiliki nilai budaya tinggi

dan berbentuk tari atau teater yang seharusnya kita jaga dan

rawat agar tidak luntur atau munkin bahkan hilang dimakan

globalisasi dan modernisasi dunia.

Latar Belakang Reog Ponorogo Muncul

Menurut beberapa cerita turun menurun reog ponorogo

merupakan bentuk upacara adat kepercayaan gaib setempat yaitu di

kawasan Ponorogo yang kental akan aura magis dan ilmu kebatinan

yang kental, seiring dengan perubahan zaman maka berubahlah

Reog Ponorogo itu mejadi suatu bentuk hiburan dan kesenian teater

rakyat yang dalam bukan lagi menggunakan kekuatan gaib

melainkan dengan teknik – teknik khusus dan latihan yang keras .

C. CARA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Kebudayaan dapat dilestarikan dalam dua bentuk, yaitu

1. Culture Experience

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara

terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika

kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan

untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan

Page 19: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya

kita ini.

2. Culture Knowledge

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara

membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat

difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk

edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu

sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para

Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat

melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri.

Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan

yang dilakukan oleh negara - negara lain. Penyakit masyarakat kita ini

adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau

kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor

yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur.

Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang

tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara

ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi

secara diam-diam.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa

juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang

cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah ditanah air.

Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang

mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional.Salah satu

kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan

kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap event-event akbar nasional,

misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus

dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya

Page 20: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari

negara tetangga.Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal

pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai

kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan

perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.

Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam

melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut,

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan

budaya lokal.

b. Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal

beserta pemberdayaan danpelestariannya.

c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,

keramah-tamahan dan solidaritasyang tinggi.

d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah.

e. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman

budaya lokal

Page 21: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

BAB III

KESIMPULAN

Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan yang harus kita

jaga dan lestarikan. Kebudayaan daerah bisa berupa tarian daerah, pakaian,

seni, rumah, alat musik tradisional, senjata tradisional, bahasa daerah dll.

Di Pulau Jawa ini saja memiliki berbagai macam kebudayaan, seperti di

Jawa Barat terdapat tari jaipong. Tari jaipong pada awal kemunculannya,

merupakan tarian modern yang berbeda dari tarian-tarian tradisional Sunda

sebelumnya yang mengedepankan sopan santun dan kehalusan budi para

penarinya. Penari (yang biasanya perempuan) bahkan menundukkan

pandangannya, dan tak boleh menatap pasangannya. Selain itu,di Jawa

Tengah terdapat batik, batik terdiri dari beberapa macam yaitu, batik

Keraton, batik Sidaluhur, batik Kawung, dan batik Sidamukti. Di Jawa

Tengah terdapat juga wayang kulit. Sementara itu,di Jawa Timur terdapat

kebudayaan reog ponorogo, reog adalah salah satu budaya daerah di

Indonesia yang masih sangat kental akan bau mistik dan ilmu – ilmu

kebatinan.

Kebudayaan tersebut harus kita lestarikan dengan cara,

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya

lokal, memaksimalkan potensi budaya lokal beserta pemberdayaan dan

pelestariannya, menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,

keramah-tamahan dan solidaritasyang tinggi, Selalu mempertahankan

budaya Indonesia agar tidak punah dan mengusahakan agar semua orang

mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal.

Page 22: Makalah Kebudayaan Indonesia-pancasila

DAFTAR PUSTAKA

Ganjar, Kurnia. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Jawa barat. Bandung.

Pogadaev, Victor. 2002. The Magic of Batik in Vostochnaya Kollektsiya (Oriental

Collection), spring 2002,p.71-74

Singai, John. 2012. Mengenal Corak Batik Jawa. budayasemasa.blogspot.com.

(diunduh pada tanggal 29 desember 2013)