MAKALAH IPS SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN SOSIAL DI DAERAH YANG KURANG MAMPU.docx
Transcript of MAKALAH IPS SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN SOSIAL DI DAERAH YANG KURANG MAMPU.docx
MAKALAH IPS
“SOSIALISASI DAN PEMBENTUKKAN
KEPRIBADIAN DI DAERAH KURANG MAMPU”
KELOMPOK 3
Andini Puspa Indahsari (13.59.07447)
Dwi Nanda Cakra W. (13.59.07481)
Gempita Anargia (13.59.07516)
Karna Wijaya (13.58.07542)
Kautsar Huudtaryo (13.59.07543)
Laras Okta Pratami (13.59.07547)
Nova Dewi Herawati (13.59.07601)
KELAS XII-2
TAHUN AJARAN 2015/2016
SMK-SMAK BOGOR
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Permasalahan...............................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN................................................................................................................................4
2.1 Teori yang berhubungan.........................................................................................4
A. Sosialisasi.......................................................................................................................4
B. Kerpibadian................................................................................................................12
C. Kabupaten Kulon Progo........................................................................................23
2.2 Pembahasan...............................................................................................................24
A. Kependudukan di Kabupaten Kulon Progo..................................................24
B. Perkembangan Sosial di Kabupaten Kulon Progo.....................................26
C. Pembentukan Kepribadian di KabupatenKulon Progo...........................29
BAB III............................................................................................................................................. 33
KESIMPULAN............................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 34
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat
menyusun makalah Ilmu Pengetahuan Sosial ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih khususnya kepada Ibu Yuyun
Yuningsih, S.Pi, M.Si sebagai guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dan pihak lainnya yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Pembentukan Kepribadian di
Daerah yang Kurang Mampu”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita lebih mengetahui
bagaimana perkembangan kepribadian yang terjadi pada daerah yang
kurang mampu. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Bogor, September 2015
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu pasti memerlukan orang lain atau individu lain,
karena itu terjadilah sosialisasi antara individu dengan individu yang
lain. Sosialisasi yang dilakukan sangatlah penting, karenadengan
bersosialisasi dapat lebih mendekatkan individu dengan individu lain.
Dalam bersosialisasi pasti akan terjadi pembentukan kepribadian
seseorang sesuai dengan cara bersosialisasnya masing masing.
Kepribadian seseorang dapat terbentuk dimulai sejak bayi hingga
dewasa. Dalam membentuk krpribadian, seseorang akan berdasarkan
beberapa faktor yang akan mempengaruhi terbentuknya kepribadian
seseorang.
Pada daerah yang terpencil atau kuramg mampu, proses sosialisasi
dan pembentukan kepribadian seseorang akan sedikit berbeda
dibandingkan dengan proses sosialisasidanpembentukan kepribadian
seseorang di daerah yang makmur. Perbedan tersebut mungkin saja
didasari dari keadaan ekonomi, pendidikan, kebiasaan, dan pergaulan
seorang individu.
Salat satu daerah kurang mampu yang tercatat di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) adalah kabupaten Kulon Progo. Daerah ini sempat
tercatat sebagai daerah termiskin di Yogyakarta. Sehingga,
perkembangan sosialisasi dan pembentukan kepribadian di daerah ini
agak berbeda dengan proses sosialisasi dan pebentukan kepribadian di
daerah lain yang lebih makmur.
1
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat
diantaranya:
1. Bagaimana keadaaan daerah yang kurang mampu tersebut
sekarang?
2. Bagaimana sosialisasi di daerah yang kurang mampu?
3. Bagaimana pembentukan sosialisasi di daerah yang kurang
mampu?
4. Penyebab terbentuknya suatu kepribadian di daerah yang
kurang mampu?
5. Siapa yang bertanggung jawab atas permasalahan sosialisasi
dan pembentukan sosialisasi di daerah yang kurang mampu?
1.3 Tujuan
Mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan, penuisan
makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang
terjadi di daerah yang kurang mampu.
2. Untuk mempelajari dan memahami tentang sosialisasi dan
pembentukan kepribadian di daerah yang kurang mampu.
3. Untuk mengetahui perkembangan sosialisai dan pembentukan
kepribadian masyarakat di daerah yang kurang mampu.
4. Untuk menyelesaikan tugas makalah pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian di daerah
yang kurang mampu.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah tentang sosialisasi dan pembentukan
kepribadian di daerah yang kurang mampu:
2
1. Dapat mengetahui sosialisasi yang terjadi di daerah yang kurang
mampu.
2. Dapat mengetahui proses pembentukan kepribadian masyarakat di
daerah yang kurang mampu.
3. Dapat memberikan informasi kepada orang lain tentang sosialisasi
yang terjadi dan proses pembentukan kepribadian di daerah yang
kurang mampu.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori yang berhubungan
A. Sosialisasi
a. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke
generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses
sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu.
Pengertian sosialisasi menurut para ahli:
1. Macionis
Sosialisasi sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup
yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi
kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan.
2. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan
berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan
berfungsi dalam kelompoknya.
4
3. Burce J.Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata
cara kehidupan dalam masyarakat untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kepastiannya agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota
suatu kelompok.
4. Peter L.Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
5. Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing individu kedalam
dunia sosial (sebagai warga masyarakat yang dewasa).
6. Sukandar Wiraatmaja
Sosialisasi adalah proses belajar mulai bayi untuk
mengenal dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan
pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.
7. Jack Levin dan James L. Spates
Sosialisasi adalah proses pewarisan dan pelembagaan
kebudayaan ke dalam kepribadian individu.
8. Robert M.Z. Lawang
5
Sosisalisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran
dan persyaratan lainnya yang diperlukan untuk
memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara
efektif dalam kehidupan sosial.
9. Horton dan Hunt
Suatu proses yang terjadi ketika seseorang yang terjadi
ketika seprang individu menghayati nilai-nilai dan norma-
norma kelompok dimana ia hidup sehingga terbentuklah
kepribadiannya.
b. Jenis-jenis Sosialisasi
1. Berdasarkan Berlangsungnya
Sosialisasi yang disengaja atau disadari, yaitu
dilakukan secara sadar atau disengaja, misalnya
melalui pendidikan, pengajaran, indotrinasi,
dakwah, nasihat, dan sebagainya.
Sosialisasi yang tidak disadari atau tidak
disengaja yaitu perilaku atau sikap sehari-hari
yang dilihat atau dicontoh oleh pihak lain.
2. Menurut status Pihak yang Terlibat
Sosialisasi equaliter yaitu berdasarkan atas
kesamaan dan kooperasi antara yang
mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi,
biasanya dilakukan oleh orang yang memilki
kedudukan sederajat.
Sosialisasi otoriter, sosialisasi otoriter
biasanya dipercayakan kepada orang tua karena
anak-anak yang disosialisasi belum memiliki
6
kemampuan dan kemungkinan utnuk bergaul
dengan teman yang sebaya.
3. Menurut Tahapnya
Sosialisasi primer yaitu sosialisasi pertama
yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi
pintu masuk untuk menjadi anggota masyarakat.
Sosialisasi sekunder yaitu proses berikutnya
yang memperkenalkan pada individu tersebut
sektor-sektor baru dunia objektif masyarakat.
Sosialisasi sekuunder berlangsung di luar
lingkungan keluarga setelah anak-anak
memasuki sekolah. Selain sekolah sosialisasi
sekunder juga berlangsung di masyarakat , unit
kerja, teman sepermainan , pusat perbelanjaan,
media massa dan sebagainya.
4. Berdasarkan Caranya
Sosialisasi Represif yaitu sosialisasi yang
menekankan pengawasan yang ketat dan
pemberian hukuman pada individu yang
melanggar peraturan atau norma yang berlaku.
Contoh dari sosialisasi ini adalah sistem
pendidikan militer dan para napi di LP.
Penekanan pada penggunaan materi dalam
hukuman dan imbalan. Anak haarus patuh
kepada orang tua. Komunikasi yang bersifat satu
arah, non verbal dan berisi perintah. Sosialisasi
berpusat pada orang tua dan keinginan
keinginan orang tua. Peranan keluarga sebagai
significant other.
7
Sosialisasi Parsitifatif yaitu sosialisasi yang
menekankan pada keikut sertaan seseorang
dalam proses sosial. Anak anak yang sudah
menaati nilai dan norma diberi pujian,
sedangkan yang belum mereka terus dibimbing
diarahkan jika terjadi penyimpangan.
c. Tahap-tahap Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and
Society, ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self).
Diri manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat lain. Role taking (pengambilan
peran). 4 tahap sosialisasi :
1. Preparatory, peniruan murni. Anak baru mampu
meniru, hanya meniru tanpa tahu waktu.
2. Play stage, anak kecil mulai belajar mengambil peran
orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia meniru peran
orang yang berinteraksi dengannya. Contoh : Anak kecil
bermain menjadi polisi atau menjadi dokter .
3. Game stage, anak tidak hanya mengetahui peran yang
harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran
yang dijalankan orang lain yang berinteraksi
dengannya. Anak sudah menyadari peran yang
dijalankan orang lain. Contoh : Dalam bermain bola ia
menyadari adanya peranan sebagai pemain, kiper wasit
dan penjaga garis.
4. Generalized others, anak telah mampu mengambil
peran-peran orang lain yang lebih luas, tidak sekedar
orang terdekatnya. Contoh : Sebagai siswa ia memahai
peran guru.
d. Fungsi dan Tujuan Sosialisasi
8
Fungsi umum sosialisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu sudut pandang individu dan kepentingan masyarakat.
1. Individu, dari sisi ini, sosialisasi berfungsi sebagai
sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri
terhadap nilai-nilai, norma-norma, danstruktur sosial.
Dengan cara begitu,seseorang menjadi warga
masyarakat yang baik.
2. Masyarakat, dari sisi ini, sosialisasi berfungsi sebagai
sarana pelestarian, penyebarluasan,dan pewarisan
nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian,
nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke
generasi dalam masyarakat yang bersangkutan.
Adapun tujuan dari sosialisasi adalah :
1. Membekali seseorang dengan keterampilan tertentu.
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara
efektif.
3. Mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan
mawas diri yang tepat.
4. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di masyarakat.
e. Agen-agen Sosialisasi
1. Keluarga
Peran agen sosialisasi pada tahap awal (primer) sangat
penting. pentingnya keluarga sebagai agen sosialisasi
pertama terletak pada beberapa kemampuan yang
9
diajarkan dalam tahap ini. Seorang bayi akan belajar
berkomunikasi secara verbal dan non vebal pada tahap
ini. Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari
pola perilaku, sikap, keyakinan cita-cita, dan nilai dalam
keluarga dan masyarakat. Contoh : Pola perilaku dam
sikap anggota keluarga yang cenderung disiplin akan
musah terinternalisasi dalam diri seorang anak
sehingga menjadikannya selalu bersikap disiplin.
2. Kelompok Sebaya atau Sepermainan
Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana
ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan
bermain, ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan,
kebenaran, toleransi, atau solidaritas. Contoh : Bermain
dengan teman tidak boleh curang atau mau menang
sendiri. Apabila curang dan mau menang sendiri, maka
teman-temannya tidak akan mau lagi bermain
dengannya.
3. Sekolah
Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari
anak di sekolah disamping membaca, menulis,
berhitung adalah aturan mengenai kemandirian,
prestasi, universalisme, dan spesifitas.
Mandiri – Di rumah : Anak dapat mengharapkan
bantuan dari orang tuanya. Di sekolah : Sebagian
besar tugasnya harus dilakukan sendiridengan
penuh rasa tanggung jawab.
10
Prestasi – Di rumah : Peranan seorang anak
terkait dengan peranan-peranan yang
dimilikinya, seperti peranan sebagai adik atau
kakak. Di sekolah : Peranan yang menonjol
adalah peranan yang diraih dengan
menunjukkan prestasi.
Universalisme – Di rumah : Anak cenderung
mendapatkan perlakuan khusus. Di sekolah :
Siswa mendapatkan perlakuan yang sama
(universalisme).
Spesifitas – Di sekolah : Kegiatan siswa dan
penilaian dibatasi secara spesifik, contoh :
kekeliruan yang dilakukan siswa dalam
pelajaran mat tidak mempengaruhi penilaian
gurunya pada pelajaran bahasa Indonesia. Di
rumah : Kegiatan anak dan penilaian
terhadapnya tidak dilakukan secara spesifik
seperti di sekolah.
4. Media Masa
Bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau
sejumlah besar orang. Minat anak-anak terhadap siaran
televisi membuat media ini begitu dominan dalam
proses sosialisasi. Contoh : Penayangan film-film keras
11
dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan perilaku
yang keras pada anak.
B. Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan,
temparmen, ciri khas dan juga prilaku seseorang. Sikap
perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan terwujud dalam
tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu.
Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang
baku/berlaku terus menerus secara konsisten dalam
menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi ciri
khas pribadinya.
Menurut para tokoh :
1. Roucek dan Warren, didalam buku “Sociology an
Introduction”, Roucek serta Warren mendefinisikan
kepribadian ialah sebagai organisasi faktor-faktor
biologis, psikologis, serta juga sosiologis yang
mendasari perilaku individu. Faktor-faktor biologis
tersebut meliputi keadaan fisik, watak, seksual, sistem
saraf, proses pendewasaan individu yang
bersangkutan, dan juga kelainan-kelainan biologis
lainnya. Adapun faktor psikologis tersebut meliputi
unsur tempramen, perasaan,kemampuan belajar,
keinginan, keterampilan, dan lain sebagainya. Faktor
sosiologis yang mempengaruhi kepribadian seorang
individu tersebut dapat berupa proses dari sosialisasi
yang diperoleh sejak kecil.
12
2. Koentjaraningrat, didalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Antropologi I”, menyatakan bahwa
kepribadian tersebut tersusunan dari unsur-unsur akal
serta juga jiwa yang menentukan tingkah laku atau
juga tindakan seseorang.
3. Yinger, mengatakan bahwa kepribadian adalah
keseluruhan dari perilaku seseorang dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi atau
berhubungan dengan serangkaian situasi. Jadi,
bisa disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu
perpaduan yang utuh antara sifat, sikap, pola pikir,
emosi, serta juga nilai-nilai yang mempengaruhi
individu tersebut agar berbuat sesuatu yang benar
sesuai dengan lingkungannya.
4. Theodore M. Newcomb, adalah ahli sosiologi yang
berkebangsaan Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa
kepribadian adalah suatu organisasi sikap yang
dipunyai seseorang sebagai latar belakang dari
perilakunya. Hal tersebut berarti bahwa
kepribadian itu menunjukkan organisasi dari sikap-
sikap seorang individu untuk dapat berbuat,
mengetahui, berpikir, serta
juga merasakan dengan secara khusus jika ia
berhubungan dengan orang lain atau juga pada saat ia
menghadapi suatu masalah / keadaan.
5. M. A. W. Brower, ia berpendapat bahwa kepribadian
itu adalah corak tingkah laku sosial seorang individu
yang meliputi yaitu kekuatan, keinginan, opini,
dorongan, serta sikap-sikap seseorang.
13
b. Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian
1. Warisan biologis (keturunan) :
i. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Lunt,
karakteristik fisik tertentu menjadi suatu faktor
dalam perkembangan kepribadian sesuai
dengan bagaimana ia didefinisikan dan
diperlakukan dalam masyarakat dan oleh
kelompok acuan seseorang. Contoh : Orang
bertubuh tegap diharapkan memimpin dan
dibenarkan bersikap seperti pemimpin,
sehingga mereka bertindak seperti pemimpin,
orang cenderungan berperilaku seperti yang
diharapkan oleh orang lain
ii. Warisan biologis juga berhubungan dengan gen
orang tuanya, seperti golongan darah, jenis
penyakit tertentu seperti diabetes, alergi,
jantung koroner dll
2. Lingkungan fisik (geografis) : Perbedaan perilaku
kelompok disebabkan oleh perbedaan iklim , topografi
(permukaan atau relief bumi), dan sumber alam.
Contoh :
i. Suku Ik tinggal di daerah kering, miskin, dan
mengalami kepalaparan, kepribadian mereka
tamak, rakus, tidak ramah, tidak suka menolong
ii. Kondisi ini berbeda dengan bangsa Samoa yang
hanya memerlukan sedikit waktu setiap harinya
untuk mendapatkan banyak makanan
3. Kebudayaan : Keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial, baik berupa gagasan, aktivitas,
dan hasil dari aktivitas manusia yang digunakan untuk
memahami lingkungan dan pengalamannya, serta
dijadikan pedoman hidup anggota masyarakat.
14
Contoh : Budaya bahari merupakan keseluruhan
gagasan aktivitas dan hasil dari aktivitas masyarakat
yang hidupnya tergantung dari sumber daya kelautan
4. Pengalaman kelompok : Seorang anak kurang
diperhatikan oleh keluarganya, anak itu menjadi nakal
karena merasa dirinya tidak dicintai. Ia akan
bergabung dengan kelompok yang mempunyai standar
perilaku yangs sesuai dengannya. Sebaliknya, anak
yang berperilaku baik akan mengelompokkan dirinya
dengan anak yang baik juga
5. Pengalaman unik : Menurut Paul B. Horton,
pengalaman unik mengandung pengertian bahwa tidak
seorangpun mengalami serangkaian pengalaman yang
persis sama satu sama lainnya. Contoh : Ada 2 gadis
cantik dalam 1 keluarga, gadis A lebih percaya diri
karena orang tuanya dan keluarganya berpendapat
bahwa dia cantik. Berbeda dengan gadis B yang kurang
percaya diri katena orang tuanya memperlakukannya
seperti anak yang kurang menarik.
c. Unsur-unsur Dalam Kepribadian
1. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang
rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan
pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang
diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya.
Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit
diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
2. Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran
manusia yang menghasilkan penilaian positif atau
negative terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu.
15
Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian
seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan
berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya
penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong.
Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang tidak
menyenangkan karena merasa rugi tidak memperoleh
pelajaran. Lain halnya dengan penilaian temanmu yang
menganggap sebagai hal yang menyenangkan.
Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia dalam
hidupnya.
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah
menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia,
baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu
untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari
makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama
manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti,
serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
d. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak
dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara
umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
16
1. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua
tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase
ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi
dua bagian penting, yaitu sebagai berikut:
1. Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas
berbagai sikap yang disebut denganattitudes yang
kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah
berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah
struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality. Kedua unsur ini
merupakan sifat dasar dari manusia yang telah
dimiliki sebagai warisan biologis dari orangtuanya.
2. Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas
keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang
lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau
dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
2. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam
membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada
pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai
tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana
rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang
karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun
struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang
masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai
tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak
dalam hal-hal berikut ini.
17
1. Dorongan-dorongan (drives). Unsur ini merupakan
pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu
aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-
motif tertentu untuk mewujudkan suatu
keinginan. Drives ini dibedakan atas kehendak dan
nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-
dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai
dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian
seseorang. Sedang nafsu-nafsu merupakan kehendak
yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya
nafsu makan, seksual, amarah, dan yang lainnya.’
2. Naluri (instinct). Naluri adalah suatu dorongan yang
bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat
makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai
naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh,
dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat
dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus
belajar terlebih dahulu seolah-olah telah menyatu
dengan hakikat makhluk hidup.
3. Getaran hati (emosi). Emosi atau getaran hati
adalah sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber
perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur
segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti
senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4. Perangai. Perangai adalah perwujudan dari
perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang
tampak dari raut muka maupun gerak-gerik
seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur
dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan
diidentifikasi oleh orang lain.
18
5. Intelegensi (IQ). Intelegensi adalah tingkat
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang.
Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ,
memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-
pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama
melakukan sosialisasi.
6. Bakat (talent). Bakat pada hakikatnya merupakan
sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang
karena warisan biologis yang diturunkan oleh
leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang,
berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu
yang sangat mendasar dalam pengembangkan
keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang.
Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda,
walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
3. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini
merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin
stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap,
yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas
sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.
Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat
diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu sebagai berikut:
1. Kepribadian normatif (normative man).
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang
ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip
yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang
ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa
sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian
19
normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara
perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap
orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam
masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan
menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat
menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2. Kepribadian otoriter (otoriter man). Tipe ini
terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang
lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
daripada orang lain. Situasi ini sering terjadi pada
anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat
dukungan dan perlindungan yang lebih dari
lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak
yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
3. Kepribadian perbatasan (marginal man).
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang
relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan
perilakunya sering kali mengalami perubahan-
perubahan, sehingga seolah-olah seseorang
mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian
perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme
budaya, misalnya karena proses perkawinan atau
karena situasi tertentu hingga mereka harus
mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang
berbeda.
e. Masalah Sosial
Masalah Sosial adalah situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
perlu diatasi (dipemecahankan). Pandangan pekerja sosial adalah
terganggunya fungsi sosial, sehingga mempengaruhi kemampuan
memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat.
20
Kondisi yang dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang
tidak diharapkan.
Unsur-unsur masalah sosial, yaitu:
1. Adanya suatu situasi atau kondisi sosial;
2. Adanya sekelompok orang yang mengevaluasi situasi atau
kondisi sosial tersebut;
3. Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut
sebagai tidak mengenakkan;
4. Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut
sebagai tidak mengenakkan.
Bentuk-bentuk masalah sosial yang terjadi di masyarakat:
1. Pengangguran
2. Kemiskinan
3. Masalah Kepadatan Penduduk
4. Masalah Lingkungan Hidup
5. Kriminalitas
6. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat kemiskinan di
masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu:
a. Secara absolut, artinya kemiskinan tersebut dapat diukur
dengan standar tertentu. Seseorang yang memiliki taraf hidup di
bawah standar, maka dapat disebut miskin. Namun, jika seseorang
yang berada di atas standar dapat dikatakan tidak miskin.
b. Secara relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah
mengalami perkembangan dan terbuka. Melalui konsep ini,
kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup
21
lapisan terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat
lainnya.
Selain itu, kemiskinan juga dapat dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor. Adapun faktor yang melatarbelakangi adanya sumber
masalah kemiskinan, yaitu:
a. Faktor Biologis, Psikologis, dan Kultural
Kondisi individu yang memiliki kelemahan biologis, psikologis, dan
kultural dapat dilihat dari munculnya sifat pemalas, kemampuan
intelektual dan pengetahuan yang rendah, kelemahan fisik,
kurangnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan untuk
menanggapi persoalan di sekitarnya.
b. Faktor Struktural
Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang
terdapat perbedaan antara orang yang hidup di bawah garis
kehidupan dengan orang yang hidup dalam kemewahan. Ciri-ciri
masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yaitu:
1. Tidak adanya mobilitas sosial vertikal.
2. Munculnya ketergantungan yang kuat dari pihak orang miskin
terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya.
Beberapa dampak dari masalah kemiskinan adalah sebagai
berikut :
a). Penyebab tingginya anak putus sekolah
anak putus sekolah pada umumnya di sebabkan oleh faktor
ekonomi. orang tuanya berpenghasilan rendah. sehingga perlu
mendapatkan uluran tangan dari berbagai pihak. untuk itu,
pemerintah maupun masyarakat bertanggung jawab untuk
mengatasinya sehingga anak yang putus sekolah , bisa bersekolah
lagi
b). Anak jalanan
22
masalah anak jalanan juga merupakan masalah sosial. salah satu
faktor mereka menjadi anak jalanan karena tekanan kondisi sosial
ekonomi orang tuanya. orang tua mereka tidak mampu mencukupi
kebutuhan hidup keluarga. hal inilah yang memaksa mereka untuk
ikut bekerja.
c). Kejahatan
Kejahatan adalah perilaku yang bertentangan dengan nilai nilai dan
norma norma yang berlaku yang merugikan orang lain. krisis
ekonomi merupakan salah satu penyebab kejahatan. krisis ekonomi
menyebabkan banyak orang di PHK dan miskin perusahaan
perusahaan mengalami kebangkrutan. banyak penduduk yang
jatuh miskin . akibatnya sebagian orang melakukan kejahatan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. bentuk bentuk kejahatan
seperti mencuri dan lain lain.
C. Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo (bahasa Jawa: Hanacaraka
; Latin, Kulonprågå) adalah sebuah kabupaten diProvinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wates. Kabupaten
ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di
timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat,
serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo berarti sebelah
barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat).Kali
Progo membatasi kabupaten ini di sebelah timur.
Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi
lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum
otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat pemerintahan di
Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari
pusat Ibukota Provinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa
(Surabaya - Yogyakarta - Bandung. Wates juga dilintasi jalur kereta
23
api lintas selatan Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611
(lama) dan 55600/55651 (baru).
Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan
(Bukit Menoreh), dengan puncaknya Gunung Gajah (828 m), di
perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sedangkan di bagian
selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai.
Pantai yang ada di Kabupaten Kulonprogo adalah Pantai
Congot, Pantai Glagah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km
dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.
2.2 Pembahasan
A. Kependudukan di Kabupaten Kulon Progo
Data jumlah penduduk kabupaten Kulon progo tahun 2009 -2010
merupakan hasil pendataan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon
progo, sedangkan data tahun 2011 diperoleh dari hasil Pendataan
Keluarga Miskin Kabupaten Kulon progo yang dilaksanakan dengan
mengacu Perbup No 39 tahun 2011, jumlah Penduduk Kabupaten
Kulon Progo pada bulan Desember tahun 2011 sebanyak 473.397
24
jiwa. Adapun persebaran penduduk tiap kecamatan tahun 2009 -2011
seperti tecantum dalam tabel berikut:
Dari data di atas tampak bahwa penyebaran penduduk Kulonprogo
masih berkumpul di 3 Kecamatan, yaitu Pengasih sebesar 11,33
persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Wates sebesar 11,14 persen,
dan Kecamatan Sentolo sebesar 10,70 persen. Kecamatan Pengasih,
Wates, dan Sentolo adalah 3 Kecamatan dengan urutan teratas yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah
53.632 orang, dan 52.717 orang, 50.669 orang. Sedangkan Kecamatan
Girimulyo merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya,
yakni sebanyak 27.022 orang. Berdasarkan perbandingan jumlah total
penduduk dengan luas wilayah kabupaten, rata-rata tingkat
kepadatan penduduk Kulonprogo adalah sebanyak 807 orang per kilo
meter persegi atau 8,07 jiwa per hektar. Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Wates yakni
sebanyak 1647 orang per kilo meter persegi atau 16.47 jiwa per
hektar. Sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Samigaluh
25
yakni 455 orang perkilo meter persegi atau 4.55 jiwa per hektar.
Sementara laju pertumbuhan penduduk Kulonprogo per tahun selama
sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0.66
persen. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kulonprogo ada di
tiga kecamatan yakni Kecamatan Temon, Wates, dan Pengasih yaitu
0.81 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang terendah di
Kecamatan Kokap sebesar -0,57 persen. Meskipun Kecamatan Sentolo
menempati urutan kedua dari jumlah penduduk, namun dari sisi laju
pertumbuhan penduduk menempati urutan keempat sebesar 0.77
persen. Sebaliknya, Kecamatan Temon yang jumlah penduduknya
menempati urutan terendah ke-4 setelahda urutan tertinggi atau sama
dengan Kecamatan Wates dan Kecamatan Pengasih.
B. Perkembangan Sosial di Kabupaten Kulon Progo
Keadaan bidang sosial Kabupaten Kulonprogo tahun 2010 bisa
dilihat melalui indikator agama, keamanan dan kesehatan yang ada
pada masyarakat, karena dari beberapa aspek tersebut
mencerminkan adanya korelasi yang saling terkait. Antara satu aspek
dengan aspek yang lain saling memberikan pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas penduduk Kabupaten
kita ini adalah pemeluk agama Islam, yakni sebesar 93,62%, kemudian
agama Katholik 4,67%, agama Kristen 1,57%, agama Buddha 0,14%
dan agama Hindu 0,03%. Tempat peribadatan yang tersedia di di
Kulonprogo tahun 2010 terdiri dari 1.022 masjid, 518 mushola, 501
langgar, 21 gereja kristen, 4 gereja katholik dan 48 kapel dimana
jumlah kapel terbanyak di kecamatan Kalibawang sebanyak 20 kapel.
Banyak terdapat kapel di wilayah Kalibawang karena disana memang
menjadi daerah dengan konsentrasi umat Katolik yang cukup banyak
di Kulonprogo. Tempat ibadah umat Buddha vihara hanya terdapat di
Kecamatan Girimulyo yaitu 5 vihara dan 1 cetya. Sedangkan tempat
ibadah umat Hindu belum terdapat di Kulonprogo. Secara umum
26
kehidupan beragama di daerah ini cukup kondusif. Tidak ada gesekan
yang menimbulkan pertikaian. Warga Kulonprogo memang
mempunyai toleransi yang amat bagus dalam hal kerukuan antar
umat beragama.
Dalam hal kesehatan. Fasilitas kesehatan yang tersedia di
Kulonprogo terdiri dari 7 rumah sakit umum dengan 81 dokter dan
304 paramedis. Ketujuh rumah sakit tersebut terletak di Kecamatan
Temon 1 unit, kecamatan Wates 3 unit, Kecamatan Lendah 1 unit,
Kecamatan Nanggulan 1 unit, dan Kecamatan Kalibawang 1 unit.
Sekali lagi kami menggunakan data tahun 2010 yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik. Masih di tahun yang sama di Kulonprogo
terdapat 21 puskesmas dan 63 puskesmas pembantu dengan 71
dokter dan 347 paramedis. Seiring perkembangan waktu, hingga
tahun 2013 ini diperkirakan jumlahnya telah semakin banyak.
Perkembangan ini kami yakini terkait dengan status Bupati
Kulonprogo yang menjabat saat ini yang merupakan seorang dokter.
RSUD Wates adalah rumah sakit terbesar di Kulonprogo.
Kinerjanya selalu diperbaiki dari tahun ke tahun. Di rumah sakit inilah
rujukan dari berbagai Puskesmas ditujukan. Daerah yang berhasil
adalah daerah yang mampu meminimalisr warganya dari penyakit
memang. Namun apabila terlanjur sakit, penanganan terhadap pasien
juga menjadi salah satu tolak ukur. Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan adalah tingkat kesehatan balita. Pada tahun
2010 dari 22.777 balita yang mendapat pelayanan kesehatan dari
puskesmas, ada sebanyak 201 balita (0,88%) dengan status gizi
buruk. Jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sebanyak 215 balita
berstatus gizi buruk, secara kuantitas angka ini mengalami
penurunan. Dari 5.734 kelahiran yang dilaporkan 0,30% diantaranya
lahir mati (yakni sejumlah 17 kelahiran). Pada tahun 2010 jumlah
bayi yang meninggal sebanyak 56 orang dan 24 balita meninggal.
27
Status kematian balita terkait langsung dengan ibu yang
mengandungnya. Semakin sehat ibu yang mengandung, akan semakin
kecil pula resiko kematian bayi yang baru saja lahir.
Selain itu, jumlah penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan
pra bayar gratis dari jamkesmas sebanyak 141.893 peserta, dari
jamkesos sebanyak 56.000 peserta dan 4.468 peserta untuk jamkesos
kader. Kesehatan harus mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah. Karena bagi masyarakat kecil fasilitas kesehatan yang
memadai di setiap puskesmas akan menimbulkan rasa aman bagi
mereka yang sedang menderita sakit. Meskipun pada akhirnya
memang harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap sarana dan
prasarananya.
Gambaran sisi yang tidak kondusif di Kabupaten Kulonprogo dari
aspek sosial masyarakat dapat dilihat dari data kejahatan yang terjadi.
Jumlah kejahatan yang terjadi di Kulonprogo tahun 2010 sebanyak
488 kasus. Jumlah tambahan napi berdasarkan putusan pengadilan
mencapai 184 orang. Berdasarkan klasifikasi umur, tambahan napi
tersebut terdiri dari dewasa sebanyak 80,98%, pemuda sebanyak
11,96% dan anak-anak 7,07%. Jika didasarkan pada lama kurungan
<1 tahun ada 89,67%, 1-5 tahun 9,78%, lebih dari 5 tahun 0,54&%
dan pidana seumur hidup tidak ada.
Kondisi dan perkembangan sosial di Kabupaten Kulon Progo pada
tahun 2012 dapat dipantau melalui indikator agama, kesehatan,
keamanan, yang ada pada masyarakat, karena hal tersebut
mencerminkan adanya hubungan dan toleransi yang saling terkait.
Berdasarkan data dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Kulon
Progo, mayoritas penduduk Kabupaten Kulon Progo adalah pemeluk
agama Islam sebesar 93,94 persen; kemudian agama Katholik 4,58
persen; agama Kristen 1,35 persen; dan agama Buddha 0,13 persen.
28
Tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten Kulon Progo pada
tahun 2012 terdiri dari 1.102 masjid, 869 mushola, 184 langgar, 23
gereja kristen, 4 gereja katholik, dan 49 kapel dimana jumlah kapel
terbanyak di kecamatan Kalibawang sebanyak 20 kapel. Tempat
ibadah umat Buddha vihara hanya terdapat di Kecamatan Girimulyo
yaitu 6 vihara dan 1 cetya. Sedangkan tempat ibadah umat Hindu
belum tersedia di Kabupaten Kulon Progo.
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Kulon Progo terdiri
dari 8 rumah sakit dengan 106 dokter dan 711 paramedis. Delapan
rumah sakit tersebut terletak di Kecamatan Temon 1 unit, Kecamatan
Wates 3 unit, Kecamatan Lendah 2 unit, Kecamatan Nanggulan 1 unit,
dan Kecamatan Kalibawang 1 unit. Pada tahun 2012 di Kabupaten
Kulon Progo terdapat 21 puskesmas dan 63 puskesmas pembantu
dengan 44 dokter dan 522 paramedis.
C. Pembentukan Kepribadian di Kabupaten Kulon Progo
Pembentukan kepribadian di dareh Kulon Progo, Yogyakarta, dapat
dikatakan baik, karena kepribadian sebagian besar dari
masyarakatnya baik. Pembentukan kepribadian di daerah ini
didukung oleh perkembangan dari pembangunan kabupaten Kulon
Progo ini, yang mendapat bantuan dari pihak ketiga, seperti :
1. Bantuan dari Bank BPD DIY
Bank BPD Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan bantuan
pengembangan desa miskin di Kabupaten Kulon Progo dalam rangka
mendorong pengentasan kemiskinan untuk mencapai sasaran
Millenium Development Goal`s di daerah setempat.
"Bank BPD DIY menjadi "orang tua asuh" Kelompok Asuh Keluarga
Binangun (KAKB) yang meliputi dua desa di Kecamatan Temon, dan
Kokap,"kata Pemimpin Bank BPD DIY cabang Wates, Kulon Progo,
Gamal Kristiyanto, Rabu.
"Kami menindaklanjuti program Pemkab Kulon Progo untuk
29
mengentaskan kemiskinan dengan menjadi bapak asuh untuk dua
desa. Dalam program ini, BPD DIY menjadi bapak asuh bagi Desa
Temon Wetan dan Hargowilis," kata
Bantuan yang diberikan oleh BPD DIY, kata Gamal, diberikan kepada
masing-masing KAKB di desa binaan sebesar Rp 5 juta rupiah. Saat ini
di masyarakat sudah dibentuk KAKB.
"Pelaksanaan bantuan BPD akan terjun ke usaha yang dijalankan
KAKB. Kami akan melakukan pemantauan bantuan bantuan tersebut
hingga berakhirnya program," kata dia.
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan, pemerintah
kabupaten (pemkab) Kulon Progo memiliki program pengentasan
kemiskinan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut
membutuhkan batuan semua pihak baik Badan usaha Milik Negara
(BUMN) atau swasta.
"Kami berharap dari KAKB akan menjadi kelompok di mana yang
sudah kaya mau membimbing yang miskin. Kepala keluarga (KK) yang
sudah mampu dimasukkan dalam kelompok ini tugasnya adalah
membimbing, bukan mengganggu. Semangat dari program ini yaitu,
yang kaya tidak mengganggu yang miskin, tetapi justru yang kaya
adalah membantu yang miskin,"kata Hasto.
Menurut Hasto, bantuan dan perlindungan sosial berbasis keluarga,
pemberdayaan masyarakat atau ekonomi lokal dan peningkatan
sarana-prasarana lingkungan pemukiman bertujuan mempercepat
penurunan angka kemiskinan di pedesaan.
Menurut Hasto, pengentasan kemiskinan tidak cukup dengan
membuka satu usaha yang dikelola KAKB, sehingga usaha ini hanya
untuk permulaan saja. Jika sudah siap, usaha dari KAKB lainnya bisa
bergabung supaya saling membantu.
Dia berharap, dana bantuan digunakan dan dikelola dengan baik
supaya tidak berurusan dengan hukum.
Dia mengatakan, pemkab akan melakukan audit terhadap pelaksaan
bantuan setelah berjalan satu tahun. Hal ini diharapkan, bantuan tepat
30
sasaran dan tidak ada penyalahgunaan bantuan.
"Kami minta uang yang keluar maupun yang masuk rekening
dikontrol dengan baik, sehingga nanti ketika suatu saat diaudit atau
diperiksa bisa diketahui alur keluar masuk uang bantuan. Karena
rekening itu merupakan salah satu bukti pertanggung jawaban
sebagai bukti keluar masuk uang di rekening," kata bupati.
(http://www.antarayogya.com/)
2. Bantuan dari 5 Club di Yogyakarta
Menjelang bulan Suci Ramadhan 1436 Hijriyah, lima Klub yang
berdomisili di Yogyakarta masing-masing, Rotary Club of Yogyakarta,
Rotary Club of Yogyakarta Mangkubumi (RCYMb), Rotary Club of
Yogyakarta Prambanan (RCYP), CRV Club Indonesia (CCI) Chapter
Jogja dan Club BMW E46 Indonesia (E46id), secara bahu-
membahu menggelar Bhakti Sosial di Kelurahan Purwosari,
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah
pemeriksaan & pengobatan gratis oleh dokter umum dan dokter gigi,
pemberian makanan sehat, penyuluhan kesehatan gigi dan kebersihan
bagi anak-anak, serta pembagian sembako bagi masyarakat tidak
mampu.
Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Minggu (14 Juni 2015),
pukul 08.00 hingga 12.00 WIB bertempat di Kantor Balai Desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Rtn Iwan Gunawan, President 2014-2015 Rotary Club Yogyakarta
Tamansari, menjelaskan bahwa lokasi yang dipilih adalah Desa
Purwosari, karena desa tersebut masuk dalam salah satu desa
termiskin di Kabupaten Kulon Progo.
“Di desa ini terdapat banyak lansia, balita atau anak-anak kurang gizi,
dan keluarga yang masuk dalam kategori sangat miskin”, ungkap Iwan
Gunawan.
31
Pengobatan gratis atau pemeriksaan kesehatan untuk 400 warga desa
setempat, ditangani oleh 10 dokter umum dan paramedic berupa
pemeriksaan medis, pengecekan tekanan darah, kadar gula darah,
kadar kolesterol, dan peresepan obat-obat umum.
Sedangkan penyuluhan kesehatan gigi gratis berupa pemeriksaan
maupun tindakan pada gigi, untuk 300 warga desaditangani plangung
oleh lima dokter. Kemudian Pembagian sembako kepada 400 warga
sangat miskin, untuk persiapan menghadapi bulan Suci Ramadhan
1436 H.
Dalam Bhakti Sosial Ramadhan 1436H tersebut,
juga dilakukan pemberian makanan sehat untuk 100 anak serta
penyuluhan sanitasi dan pemeriksaan gigi pada anak. Edukasi
mengenai cara menjaga kebersihan gigi, cara mencuci tangan dengan
baik dan benar, serta hiburan dan permainan untuk anak-anak.
Anggota dari ke-lima klub tersebut merasa tersentuh melihat
kondisi lingkungan di Desa Purwosari. Dari data yang diperoleh
diketahui bahwa 90% warga setempat tergolong warga miskin dan
kekurangan gizi, dimana sebagian besar anak-anak mengalami
pertumbuhan yang tidak sempurna (kerdil).
“Kami harap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan dari lima club
yang telah berpartisipasi, demi peningkatan taraf hidup masyarakat
Purwosari. Rencananya, kami akan menjadikan Desa Purwosari
menjadi Desa Binaan Rotary Club Yogyakarta
Tamansari, sehingga tumbuh dan berubah menjadi lebih baik dalam
segala bidang”, imbuh Ketua Panitia Baksos, Iqbal Supriadi dari Rotary
Club Yogyakarta Mangkubumi. (KBRN-Yogyakarta).
32
BAB III
KESIMPULAN
Kondisi dan perkembangan sosial di Kabupaten Kulon Progo pada tahun
2012 dapat dipantau melalui indikator agama, kesehatan, keamanan, yang
ada pada masyarakat, karena hal tersebut mencerminkan adanya hubungan
dan toleransi yang saling terkait.
Pembentukan kepribadian di dareh Kulon Progo, Yogyakarta, dapat
dikatakan baik, karena kepribadian sebagian besar dari masyarakatnya baik.
Pembentukan kepribadian di daerah ini didukung oleh perkembangan dari
pembangunan kabupaten Kulon Progo ini, yang mendapat bantuan dari pihak
ketiga, seperti bantuan dari Bank BPD DIY dan bantuan dari 5 Club di
Yogyakarta.
33
DAFTAR PUSTAKA
Hardiana, Farid dan Yuningsih, Yuyun. 2015. Ilmu Pengetahuan Sosial kelas XII. Bogor : SMK-SMAK Bogor.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kulon_Progo
http://rri.co.id/yogyakarta/post/berita/175137/sosial/lima_klub_jogja_menggelar_bhakti_sosial_di_desa_purwosari_kulon_progo.html
http://www.dpupesdm.jogjaprov.go.id/berita/328-sosialisasi-perum-1.html
http://www.fahdisjro.com/2014/09/permasalahan-sosial.html
http://www.harafimulki.com/2015/02/bentuk-bentuk-masalah-sosial-dalam-masyarakat.html
http://berry-sastrawan.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sosiologi-masalah-masalah.html
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/02/tahap-tahap-perkembangan-kepribadian.html
http://ssbelajar.blogspot.co.id/2013/05/unsur-kepribadian.html
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-kepribadian-menurut-para-ahli/
http://febri-zikrillah.blogspot.co.id/2013/01/macan-macam-sosialisasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
http://www.kulonprogokab.go.id/v21/sosial-pendidikan-kesehatan-budaya_13_hal
http://kulonprogoid.blogdetik.com/2013/06/28/keadaan-sosial-kulonprogo/
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.kulonprogo/BPS%20Kab%20Kulon%20Progo.pdf
http://www.antarayogya.com/print/307014/bank-bpd-diy-bantu-pengembangan-desa-miskin
34
35