makalah inovasi

19
PENDAHULUAN Isu tentang keberadaan kaum difabel sudah dikenal di Indonesia, namun kenyataanya masih banyak masyarakat tidak peduli. Sebenarnya kaum difabel berada diantara lingkungan kita tinggal. Menurut data WHO (World Health Organization) sampai tahun 2002, 3%-5% dari 210 juta penduduk Indonesia atau sekitar 10,5 juta orang adalah kaum difabel. Kaum difabel dari segi kuantitas merupakan kelompok minoritas dalam masyarakat, tetapi mereka masih memiliki potensi yang dapat diandalkan sesuai dengan kecacatannya melalui proses-proses khusus dan merekapun merupakan sumber daya manusia yang menjadi aset nasional. Hal ini ditunjang dengan diterimanya Deklarasi Hak-Hak Tunarungu oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tanggal 9 Desember 1975 yang antara lain menyebutkan bahwa kaum difabel mempunyai hak yang sama dalam masyarakat, termasuk hak untuk berperan serta dan ikut memberi sumbangan pada semua segi ekonomi, sosial, dan politik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Tunarungu, kaum difabel merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Akan tetapi Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Tunarungu

description

inovasi dalam perspektif pendidikan luar sekolah

Transcript of makalah inovasi

Page 1: makalah inovasi

PENDAHULUAN

Isu tentang keberadaan kaum difabel sudah dikenal di Indonesia, namun

kenyataanya masih banyak masyarakat tidak peduli. Sebenarnya kaum difabel

berada diantara lingkungan kita tinggal. Menurut data WHO (World Health

Organization) sampai tahun 2002, 3%-5% dari 210 juta penduduk Indonesia atau

sekitar 10,5 juta orang adalah kaum difabel.

Kaum difabel dari segi kuantitas merupakan kelompok minoritas dalam

masyarakat, tetapi mereka masih memiliki potensi yang dapat diandalkan sesuai

dengan kecacatannya melalui proses-proses khusus dan merekapun merupakan

sumber daya manusia yang menjadi aset nasional. Hal ini ditunjang dengan

diterimanya Deklarasi Hak-Hak Tunarungu oleh PBB (Perserikatan Bangsa-

Bangsa) pada tanggal 9 Desember 1975 yang antara lain menyebutkan bahwa

kaum difabel mempunyai hak yang sama dalam masyarakat, termasuk hak untuk

berperan serta dan ikut memberi sumbangan pada semua segi ekonomi, sosial, dan

politik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang

Tunarungu, kaum difabel merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang

mempunyai hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia

lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Akan tetapi Undang-

Undang Republik Indonesia No.4 tahun 1997 tentang Tunarungu ini belum

terimplementasikan dengan baik di masyarakat. (Demartoto, 2005:2).

Tunarungu/tuli adalah salah satu penyandang disabilitas yang hak-haknya

sebagai warga negara seperti dikebiri oleh banyak kalangan, seperti hak dalam

pendidikan, berorganisasi, pelayanan kesehatan dan akses dalam memperoleh

informasi. Pada hakekatnya tunatungu/ tuli adalah Hearing impairment. A genetic

term indicating a hearing disabiliti that range insevety from milk to profound in

includis the subsets deaf and hard of hearing. Deaf person in one whos hearing

disability precludes successful processing of linguistic information though audio,

with or without a haering aid, has residual hearing sufficient to enable sucxessful

processing of linguistic information thoght audition. Menurut Hallahan dan

Kauffman (1982 : 234).

Page 2: makalah inovasi

Hak untuk berorganisasi mencadi dasar untuk membuat suatu gerakan

yang tertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tunarungu di indonesia yang

bernama GERKATIN. Gerkatin ini pada awalnya adalah komunitas-komunitas

tunarungu yang tersebar diseluruh indonesia, dan telah terbentuk pada tahun

1960an antara lain: Bandung dengan nama SEKATUBI Serikat Kaum Tuli Bisu

Indonesia, Semarang PTRS, Persatuan Tuna Rungu Semarang, Jogyakarta

PERTRI, Perhimpunan Tuna Rungu Indonesia, Surabaya PEKATUR

Perkumpulan kaum tuli Surabaya. Sehubungan banyaknya komunitas organisasi

tuna rungu yang bersifat kedaerahan, maka beberapa pimpinan organisasi tersebut

sepakat mengadakan Kongres Nasional I pada tanggal 23 Pebruari 1981 di

Jakarta. Hasil Kongres telah menghasilkan beberapa keputusan diantaranya

menyempurnakan nama organisasi menjadi satu yaitu GERKATIN kepanjangan

dari Gerakan untuk Kesejahteraan tuna rungu Indonesia dalam bahasa Inggrisnya

IAWD (Indonesian Association for the Welfare of the Deaf).  Dalam

perkembangan selanjutnya, GERKATIN/IAWD telah terdaftar sejak tahun 1983

sebagai anggota WFD (World Federation of the Deaf) di-Indonesiakan Federasi

Tuna rungu se-Dunia bermarkas di Helsinki, Finlandia.

Dari tujuan memang tujuan dari gerkatin ini adalah mensejahterakan

anggotanya dalam berbagai aspek kehidupan yaitu tunarungu. Tetapi untuk

mencapai tujuan tersebut bukanlah semudah membalik telapak tangan, banyak

hambatan dan rintangan yang dihadapi oleh Gerkatin untuk memenuhi tujuannya.

Salah satu hambatan yang sampai sekatang menjadi masalah yang krusial adalah

tentang pemenuhan hak untuk mendapatkan informasi dan hak untuk bekerja dan

berwirausaha. Dalam masalah akses informasi sampai sekarang pemerintah tidak

dapat memberikan hak dalam mendapatkan informasi bahkan malah

menekan/memaksa dengan tujuan yang baik tetapi pada kenyataanya membuat

tunarungu lebih menderita dan jauh dari informasi dan haknya. Melihat kaum

tunarungu yang sedikit jumlahnya dalam masyarakat, berdampak terhadap

keberadaan mereka. Kaum tunarungu tidak diperhatikan oleh masyarakat dan

masyarakat bersifat masa bodoh dengan hak-haknya. Bahkan suara kaum

tunarungu seolah tidak terdengar di perbincangan masyarakat dan pihak-pihak

Page 3: makalah inovasi

pemangku kepentingan. Padahal jika dicermati lebih dalam, kaum tunarungu ini

syarat dengan permasalahan sosial dan ekonomi. Keterbatasan akses kaum

tunarungu terhadap layanan sosial, ekonomi, pendidikan,informasi dan kesehatan,

menyebabkan mereka menjadi kelompok yang rentan dengan kemiskinan. Tidak

heran jika rata-rata kaum tunarungu berpotensi penyandang masalah kesejahteraan

sosial. Belum lagi persoalan stigma dan negative stereotype masyarakat terhadap

keberadaan kaum tunarungu yang semakin membuat mereka menjadi

terpinggirkan secara sosial.

Dengan kondisi tubuh yang kurang normal, maka mereka dianggap tidak

memiliki kemampuan layaknya orang dengan kondisi tubuh normal. Hal ini juga

menyebabkan keberadaan kaum tunarungu hanya sebagai pelengkap semata

dalam kehidupan di masyarakat. Sungguh sangat rendah status/posisi sosial kaum

tunarungu di mata masyarakat. Disamping kurang diakui keberadaanya, kaum

tunarungu dalam pengambilan kebijakan tentang masalah yang dihadapi kurang

diikutsertakan, dan kaum tunarungu saat ada acara-acara sosial atau kerja bakti

jarang untuk dilibatkan. Hak-hak kaum tunarungu yang antara lain berupa hak

memperoleh pendidikan, kesempatan kerja atau pengembangan ekonomi,

meggunakan fasilitas umum dan mendapatkan informasi, perlindungan hukum,

peran politik, jaminan sosial, dan kesehatan serta pengembangan budaya tidak

akan pernah mereka dapatkan sebagaimana mestinya. Kalaupun ada, pemberian

hak tersebut hanya merupakan lips service atau bahkan promosi untuk

kepentingan penguasa atau kelompok tertentu yang memerlukan dukungan

ataupun massa. Kaum tunarungu seakan dianggap sebagai alat untuk mencapai

tujuan tertentu.

PEMBAHASAN

Page 4: makalah inovasi

Alat komunikasi yang digunakan oleh tunarungu adalah bahasa isyarat,

bahasa isyarat adalah bahasa yang umum dipakai oleh penyandang tunarungu

ketika berkomunikasi dengan sesamanya. Penyandang tunarungu cenderung

terbiasa memakai bahasa isyarat. Manusia mempunyai akal untuk bisa

berkomunikasi atau menyampaikan gagasan atau ide dengan cara apapun. Ada

banyak cara untuk berkomunikasi, misalnya dengan cara membaca bibir, menulis,

memberi aba-aba, dan memberi isyarat. Bahasa isyarat adalah salah satunya,

bahasa ini muncul dengan alami. Dengan kata lain bahasa isyarat adalah adaptasi

dari bahasa oral yang tidak bisa mereka lakukan.

Di setiap daerah di Indonesia punya bahasa isyarat sendiri-sendiri, bahasa

isyarat dari satu tempat ke tempat lain amatlah berbeda. Mereka kesulitan

memahami bahasa isyarat yang berbeda. Oleh karena itu, muncul ide membuat

bahasa isyarat Indonesia, yang disingkat BISINDO. BISINDO diharapkan dapat

menjadi bahasa isyarat nasional sebagaimana sama halnya dengan bahasa

Indonesia pada umumnya. BISINDO juga mempunyai tata bahasa sendiri.

BISINDO ini masih baru dan kurang dikenal masyarakat luas. Masyarakat

sudah mengenal SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). SIBI adalah sistem hasil

rekayasa dan ciptaan dari orang normal, bukan dari orang tunarungu. Walhasil

kaum tunarungu kebingungan dan tidak habis pikir mengapa bahasa isyarat alami

mereka berbeda dengan SIBI. Sampai sekarang masih terjadi kontroversi antara

pencetus SIBI dengan kaum tunarungu. Kaum tunarungu memutuskan SIBI hanya

untuk sekolah karena isyarat bukan produk asli kaum tunarungu Indonesia. Hal ini

bisa dilihat banyak kaum tunarungu masih tetap memakai bahasa isyarat orisinil

mereka.

BISINDO adalah sistem komunikasi yang praktis dan efektif untuk

penyandang tunarungu Indonesia yang dikembangkan oleh tunarungu sendiri.

BISINDO digunakan untuk berkomunikasi antar individu sebagaimana sama

seperti halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Dengan BISINDO

penyandang tunarungu dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara leluasa

dan mengekspresikan dirinya sebagai insan manusia warga Negara Indonesia yang

bermartabat sesuai dengan falsafah hidup dan HAM. BISINDO ini dikembangkan

Page 5: makalah inovasi

dan disebarluaskan melalui wadah organisasi GERKATIN (Gerakan untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Tunarungu merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki

kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Tunarungu secara kuantitas

cenderung meningkat dan oleh karena itu, perlu semakin diupayakan peningkatan

kesejahteraan sosial bagi tunarungu. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas para tunarungu

sehingga mereka mempunyai hak dan kedudukan yang sama sebagai warga

negara.

Masalah pekerjaan bagi tunarungu merupakan salah satu aspek yang

sangat memprihatinkan dimana seolah-olah terjadi diskriminasi terhadap

aksesibilitas tunarungu untuk memperoleh haknya, ambil contoh dalam hal

pelatihan professional. Biasanya tuna netra hanya diberikan keterampilan

memijat. Sedangkan tuna rungu diberi keterampilan seperti menjahit, melukis, dan

mekanis, sementara tuna grahita diberi keterampilan olahraga. Padahal jika diberi

kesempatan para tunarungu juga dapat berkiprah di bidang lainnya. Misalnya,

para tunarungu jika dilatih manajemen, tidak menutup kemungkinan bagi mereka

untuk menjadi pengelola usaha yang besar nantinya.

Selama ini perhatian kita terhadap tunarungu mungkin masih rendah.

Urusan merawat dan memelihara tunarungu lebih banyak kita serahkan pada

keluarga mereka masing-masing. Sedangkan kita, orang normal yang tidak

mempunyai keluarga yang menyandang disabilitas nyaris tidak peduli atau tidak

tahu sama sekali. Kita hanya teringat dan tergugah pada mereka ketika mendengar

berita tentang Hari disabilitas sedunia, yang jatuh pada tanggal 3 Desember.

Pengaruh faktor lingkungan sosial terhadap partisipasi para tunarungu

dalam kehidupan sehari-hari juga dinilai cukup besar. Keluarga dan lingkungan

tetangga merupakan hambatan utama bagi anak-anak atau orang dewasa

tunarungu di tanah air untuk turut berperan serta di dalam semua aktifitas sosial

masyarakatnya. Masih banyak penduduk Indonesia terutama di pedesaan, yang

Page 6: makalah inovasi

memandang negatif terhadap keberadaan tunarungu sebagai orang yang tidak

punya kemampuan untuk berkembang dan hanya ingin diam di rumah sebagai

orang yang harus dibelas kasihani. Keterbatasan akses transportasi umum bagi

orang cacat di Indonesia,

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Kanada

atau di Jepang , Korea dan Singapura, aksesbilitas bagi para tunarungu fisik ke

pusat-pusat pelayanan umum seperti: kantor pemerintah termasuk universitas,

mall, supermarket,rumah sakit, bus umum, kereta bawah tanah, escalator, tempat

rekreasi, toilet umum atau telepon umum sampai kendaraan pribadi sangat

diperhatikan oleh pemerintah dan pengusaha serta oleh pelaku ekonomi yang lain

di negara tersebut. Masalah perencanaan disain, standar, ukuran dan kualitas

prasarana dan sarana yang benar-benar aksesibel bagi para tunarungu dari

berbagai usia di negara-negara maju, seperti disebutkan di atas itu, sudah

sedemikian penting, karena pemerintah dan masyarakat memang menyadari hal

ini sebagai hak azasi manusia.

Pada 18 Oktober 2011 , titik terang muncul untuk para difabel. Pemerintah

telah meratifikasi konvensi dunia mengenai para difabel. Dengan ratifikasi ini,

beberapa hak difabel, seperti hak untuk mendapatkan akses khusus di fasilitas

umum serta kesetaraan kesempatan kerja, sudah terikat secara hukum. Sehingga

Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengimplementasikan Konvensi itu

melalui Undang Undang No.19 Tahun 2011 Tentang Penyandang Disabilitas

kepada seluruh masyarakat.

Pemerintah pun berjanji merevisi UU Tunarungu yang mewajibkan

perusahaan mengalokasikan satu persen pekerja disabilitas. Tapi sayang upaya

pemerintah untuk memenuhi hak-hak para difabel tak akan bisa cepat diwujudkan.

Kasubdit Kelembagaan dan Advokasi Sosial Direktorat Rehabilitasi Sosial

Kementerian Sosial, Ismet Saefullah mengakui lemahnya koordinasi antar

lembaga pemerintah.

Menurut data 2010 dari Kementerian Kesehatan, jumlah orang difabel di

Indonesia mencapai 6,7 juta orang. Organisasi tunarungu PPCI menyebutkan 20

Page 7: makalah inovasi

persen dari jumlah itu adalah difabel terdidik yang berada di kota-kota besar.

Sisanya, tersebar di daerah-daerah terpencil.

A. Kewajiban Negara Terhadap Penyandang Disabilitas

Negara harus bisa melakukan penghormatan Hak Asasi Manusia terhadap

penyandang disabilitas dengan menahan menahan diri agar tidak mengambil

tindakan yang akan melanggara HAM para penyandang disabilitas. Kemudian

melakukan perlindungan kepada mereka dengan memastikan bahwa setiap pihak

harus menghormati hak asasi manusia . Kemudian diikuti dengan pemenuhan hak

asasi manusia oleh negara melalui langkah-langkah legislatif, keuangan, politik,

sosial, anggaran dan pendidikan dan tindakan lain untuk lebih mewujudkan hak

kelompok penyandang disabilitas.

Keterbatasan sumber daya tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda

penerapan Konvensi dan Undang-Undang yang telah diratifikasi. Hal tersebut

merupakan kondisi yang diakui dalam hukum HAM Internasional, sehingga

dilakukan secara bertahap melalui progressive realization. Pemanfaatan sumber

daya berdasar pada prioritas dengan kriteria yang obyektif dan masuk akal serta

proporsional seperti,

Program yang murah dan berkualitas

Mendahulukan kelompok dalam situasi yang paling marjinal

Melibatkan penyandang disabilitas pada semua tingkat

Melibatkan mitra nasional dan internasional.

Peraturan Presiden No. 23 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional

HAM 2011-2014 telah menyusun Program rencana aksi untuk mengangkat harkat

para penyandang disabilitas. Pada Hak atas kesejahteraan permasalahan yang

dihadapi penyandang disabilitas adalah belum maksimalnya rehabilitasi dan

perlindungan sosial bagi mereka. Maka Rencana Aksi yang perlu harus dilakukan

seperti,

Pendataan atas jumlah dan jenis penyandang disabilitas

Meningkatkan kesempatan kerja dan ketrampilan kerja serta

pemberdayaan penyandang disabilitas

Page 8: makalah inovasi

Meningkatkan bantuan jaminan sosial kebutuhan dasar bagi penyandang

disabilitas

Meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas pada sarana dan

prasarana publik

Sosialisasi mengenai kepedulian warga terhadap penyandang disabilitas.

Sehingga diharapkan pemenuhan, perlindungan, penghormatan dan

pemajuan HAM bagi mereka dapat terlaksana.

B. Inovasi di Gerkatin

Perlu diletahui pula bahwa sumber dari sumber-sumber ( Resources ) yang

ada dalam Gerkatin, keberadaan SDM dalam organisasi sungguh sangat strategis

tidak perdulu itu normal maupun tunarungu bahkan tunarungu pun bisa

merupakan kunci untuk keberhasilan Organisasi dalam rangka pelaksanaan

berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan. Hal ini dapat

dimaklumi karena betapapun ketersediaan dan kelengkapan sumber-sumber

tersebut diberdayakan oleh Sumber Daya Manusia yang tepat dan handal. Oleh

karena itu tidak mustahil bahwa usaha pencapaian tujuan organisasi menjadi tidak

efisien dan tidak efektif karena daya dalam Sumber Daya Manusia tidak

menunjukkan dan tidak menggambarkan sebagaimana diharapkan.

Artinya daya yang bersumber dari manusia   berupa tenaga   atau kekuatan

yang ada pada diri   sumber-sumber lainnya ( Non Human resources ) sehingga

tidak memberi manfat / hasil dalam suatu organisasi. Berksitsn dengan hal

tersebut, maka  tujuan Pemberdayaan SDM (tunarungu) adalah terwujudnya SDM

(tunarungu) yang mempunyai/memeliki kemampuan ( competency ) yang

kondusif, adanya wewenang (authority) yang jelas dan dipercayai serta adanya

tanggung jawab (responsibility) yang akuntabel  dalam rangka pelaksanaan misi

organisasi.

Pada uraian – uraian diatas telah dikamukakan bahwa SDM dalam

organisasi sangat strategis dan menentukan, bahkan keberhasilan organisasi untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan justru ditentukan oleh faktor sumber daya

manusianya, Maka dari itu sumber daya manusia selaku anggota yang tidak

memberi “Daya” adalah tidak dikatagorikan  sebagai sumber daya manusia dalam

Page 9: makalah inovasi

suatu organisasi. Sehubungan  dengan itu, maka aspek-aspek  atau kompenen-

komponen yang perlu mendapat perhatian serius dalam pemberdayaan sumber

daya manusia adalah :

1. Kemempuan     (competency)     anggota     meliputi;     pengetahuan

(knowlede),keterampilan   (skill)  dan  sikap atau perilaku (attitude).

2. Kewenangan yang jelas,artinya seseorang  anggota yang ditetapkan atau

yang diserahi tugas, harus jelas kewenangannya. Karena seseorang yang

tidak jelas kewenangannya akan menimbulkan  keragu-raguan dalam

setiap melakukan kegiatan. Apabila demikian adanya maka anggota 

(SDM) tersebut kurang berdaya atau efektif didalam melaksanakan  tugas-

tugasnya.

3. Tanggung jawab anggota yang jelas, artinya seseorang anggota melakukan

tugas atau wewenangnya,senantiasa diikuti dengan tanggung jawab.

Karena dengan demikian anggota tersebut senantiasa dituntut bertindak

menampilkan yang terbaik  dalam arti secara efektif dan efisien.

4. Kepercayaan terhadap anggota yang bersangkutan, artinya bahwa

seseorang anggota yang ditugasi atau diserahkan wewenang  dengan

pertimbangan yang matang dari berbagai aspek-aspek yang pada

hakekatnya dapat disimpulkan bahwa yang bersangkutan adalah

dipercayakan atau diberi kepercayaan sepenuhnya untuk mengembang

tugas,wewenang dimaksud.

5. Motivasi, merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang

memberi daya,memberi ara dan memelihara tingkah laku. Dalam proses

kehidupan sehari-hari,motivasi diartikan sebagai keseluruhan  proses

pemberian dorongan atau rangsangan kepada para anggota sehingga

mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa. Dengan demikian

bahwa pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting terhadap

sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan

/ misi organisasi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dengan

iklas dan sepenuh hati.

Page 10: makalah inovasi

6. Kepemimpinan (leadership) kegiatan mempengaruhi orang-orang agar

mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan Gerkatin, bukan tujuan

kelompok atau tujuan personal.

Perspektif tentang gerkatin tentu tidak terlepas dari struktur,sistem dan

mekanisme kerja, keberberfungsian mekanisme interen yang diterapkan pada

struktur gerkatin harus disesuaikan  dengan kompetensi, sehingga daya dari SDM

mampu meminimalisir kelemahan/kefakuman struktur yang terjadi pada

subsistem.

Seorang pemimpin,apa dia pemimpin penanggung jawab program maupun

pemimpin oprasional harus bersifat persptif terhadap pendelegasian  tugas,

profesional, produktifitas, kreaktif dan inovatif itu yang  menjadi keharusan dalam

pengembangan dan pemberdayaan SDM sehingga daya dari sumber daya

manusianya mampu berfungsi untuk menterjemahkan konsep pimpinan demi

tercapainya target program Gerkatin sesuai dengan Visi dan Misi Gerkatin.

Proses pencapai target program gerkatin tidak terlepas dari manajemen

pengawasan pimpinan serta kekuatan daya dari sumber daya manusia yang

menjadi enrjik,spirit dan dedikasi dalam mengimplementasikan tugas-tugasnya.

Pimpinan penanggung jawab program maupun pempinan oprasional program

harus mampu mengkomunikasikan visi strategis gerkatin kepada seluruh pihak

yang terkait (stake-holders),menciptakan komitmen dan motivasi yang tulus dari

mereka,bertindak sebagai  penggerak inovasi dan semangat pengabdian, hak

intelektual sangat penting mengimplementasikan arah dan mutu dari setiap

kebijakan  pimpinan untuk menunjang suksesnya setiap kegiatan.

KESIMPULAN

Page 11: makalah inovasi

Inovasi yang dilakukan agar Tunarungu dapat meningkatkan fungsi

sosialnya secara wajar, agar mereka dapat ber gaul dengan masyarakat dan tidak

minder, dapat hidup mandiri dengan bekal ketrampilan yang di miliki. Inovasi

dengan pemberdayaan yang dilakukan melalui peran serta Volunteer berupa

pendidikan dalam berorganisasi, sosialisasi bahasa isyarat, dan pelatihan

ketrampilan sesuai dengan minat dan bakat tunarungu di GERKATIN.

Berdasarkan pengamatan, pemberian pelatihan dalam keorghanisasian saat ini

sangatlah penting agar tunarungu paham akan hak-haknya yang tidak terpenuhi

dan dapat bersatu untuk memperjuangkanya.

Page 12: makalah inovasi

DAFTAR PUSTAKA

Wardani, I. G. A. K, dkk.( 2007 ). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

David Smith, J. ( 2012 ). Sekolah Inklusi Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Bandung: Nuansa Cendekia

Dalam, Faustino Cardoso Gomes, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, hal.3-4

Skidmore, Rex A., 1995; Social Work Administration, Dinamic Management and Human Relationships. 3rd Edition: Allyn & Bacon. Hal. 17-18.

Hick, Hebert G. dan Gulliet, G Ray. ( 1995 ).Organisasi Teori dan Tingkahlaku, diterjemahkan oleh G. Kartaspoetra, Bumi Aksara, Jakarta.

Maslow, Abraham, H. (1970) Motivation and Personality/ New York : Harper and Row Publishers.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta.

Saefuddin, dkk. 2003. Menuju Masyarakat Mandiri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

http://www.gerkatin.com/profile-kegiatan.NetLErp.