Makalah Infeksi Tumor 1oke

24
MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI & TUMOR PNEUNOMIA Oleh: Kelompok F1 : Dewi Setyowati 15113366A Anwar Asyari 16102861A Yuneka Saristiana 16103007A Annika Nur Astuti 16103012A FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

Transcript of Makalah Infeksi Tumor 1oke

Page 1: Makalah Infeksi Tumor 1oke

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

INFEKSI & TUMOR

PNEUNOMIA

Oleh:

Kelompok F1 :

Dewi Setyowati 15113366A

Anwar Asyari 16102861A

Yuneka Saristiana 16103007A

Annika Nur Astuti 16103012A

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2013

Page 2: Makalah Infeksi Tumor 1oke

PNEUNOMIA

I. DASAR TEORI

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,

demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia

baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek yang disertai napas sesak atau napas cepat.

Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat

diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun

sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan

sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan

tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis.

II. TANDA DAN GEJALA

1) Batuk nonproduktif

2) Ingus (nasal discharge)

3) Suara napas lemah

4) Retraksi intercosta

5) Penggunaan otot bantu nafas

6) Demam

7) Ronchii

8) Cyanosis

9) Leukositosis

10) Thorax photo menunjukkan

infiltrasi melebar

11) Batuk

12) Sakit kepala

13) Kekakuan dan nyeri otot

14) Sesak nafas

15) Menggigil

16) Berkeringat

17) Lelah.

Page 3: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

1) kulit yang lembab

2) mual dan muntah

3) kekakuan sendi.

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel,

gelisah, malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. Gejala umum saluran

pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak

napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih

suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia

berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan

peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan

ronki. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,

perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas

cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan

berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi)

bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai

diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda

pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

III. EPIDEMIOLOGI

Pneumonia merupakan penyakit umum, yang banyak ditemukan di dunia. Penyakit ini

dapat menyebabkan kematian pada semua kelompok umur. Pada anak-anak, pneunomia

banyak menyebabkan kematian pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia

memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan oleh pneumonia.

Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga

memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan

oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-

negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun pada usia dewasa akhir.

Page 4: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Berdasarkan kepustakaan pneumonia komuniti (CAP) yang diderita oleh masyarakat

luar negeri banyak disebabkan oleh bakteri Gram positif, Sedangkan pneumonia dirumahsakit

(HAP) banyak disebabkan bakteri Gram negatif. Sedangkan pneumonia aspirasi banyak

disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia

menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia

komuniti adalah bakteri Gram negatif.

IV. KLASIFIKASI

Klassifikasi pneumonia secara garis besar dapat dibagi :

1) Berdasarkanklinisdanepidemiologis

a. Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia = CAP)

b. Pneumonia Nosokomial (Hospital Acquired Pneumonia)

c. Pneumonia Aspirasi

d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

2) Berdasarkanbakteripenyebab

a. Pneumonia tipikal:

Akut, demam tinggi, menggigil, batuk produktif, nyeri dada. Radiologis lobar atau

segmental, leukositosis, bakteri Gram positif. Biasanya disebabkan bakteri

ekstraseluler, S. pneumonia, S. Piogenes dan H. influenza.

b. Pneumonia Atipikal:

Tidak akut, demam tanpa menggigil, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, ronkhi

basah yang difus, leukositosis ringan. Penyebabnya biasanya; Mycoplasma

pneumoniae, Legionella pneumophila, Chlamydia pneumoniae

c. Pneumonia Virus

d. Pneumonia Jamur

V. DIAGNOSIS

1. Sinar – X dada akan menunjukkan infiltrat

2. Pemeriksaan Fisik

Tergantung luas lesi paru

Palpasi: fremitus dapat mengeras

Page 5: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Auskultasi: suara dasar bronkovesikuler sampai bronkial, suara tambahan bronki

basah halus sampai bronki basah kasar pada stadium resolusi.

Pemeriksaan Penunjang

Gambaran radiologis: foto toraks lateral, gambaran infiltrat sampai gambaran

konsolidasi (berawan), dapat disertai air bronchogram.

Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih dari 10.000/ul

kadang dapat mencapai 30.000/ul.

Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan biakan dahak, biakan

darah, dan serologi.

Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosis respiratorik.

VI. FAKTOR RESIKO

1) Umur > 65 tahun

2) Tinggal dirumah perawatan tertentu (pantijompo)

3) Alkoholismus : meningkatkan resiko kolonisasi kuman, mengganggu refleks batuk,

mengganggu transport mukosi liar dan gangguan terhadap pertahanan sistem seluler

4) Malnutrisi : menurunkan immunoglobulin A dan gangguan terhadap fungsi makrofag

5) Kebiasaan merokok juga mengganggu transport mukosi liar dan sistem pertahanan

selular dan humoral.

6) Keadaan kemungkinan terjadinya aspirasi, misalnya gangguan kesadaran, penderita

yang sedang diintubasi

7) Adanya penyakit–penyakit penyerta: PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan neurologis

8) Infeksi saluran nafas bagian atas : +1/3 –1/ 2 pneumonia di dahului oleh infeksi saluran

nafas bagian atas/infeksi virus

VII. PATOFISIOLOGI

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di

tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk

akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk,

Page 6: Makalah Infeksi Tumor 1oke

atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut

halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung

besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

VIII. TUJUAN TERAPI

a. Eradikasi mikroba antibiotik

b. Penyembuhan klinis

c. Penurunan morbiditas

IX. PENDEKATAN UMUM TERAPI

a. Evaluasi fungsi respirasi dan menentukan penyebab penyakit

b. Penerapan terapi pendukung : penggunaan oksigen, bronkodilator.

c. Terapi non-farmakologi: fisioterapi dada, nutrisi

X. PENATALAKSANAAN

Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya.

Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati dirumah.

Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat

meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S.

Pneumoniae yang resisten penisilin.

Page 7: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah : (ATS 2001)

a) Pneumokokus resisten terhadap penisilin

Umur >> 65 tahun

Memakai obat-obat golongan β Laktam selama tiga bulan terakhir

Pecandu alkohol

Penyakit gangguan kekebalan

Penyakit penyerta yang multiple

b) Bakteri enterik gram negatif

Penghuni panti jompo

Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru

Mempunyai kelainan penyakit yang multiple

Riwayat pengobatan antibiotik

c) Pseudomonas aeruginosa

Bronkiektasis

Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari

Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir

Gizi kurang

Pilihan Antibiotika Pada Pneumoni

Rawat jalan :

a) Tanpa faktor modifikasi :

Golongan β Laktam atau β Laktam + anti β Laktamase

b) Dengan faktor modifikasi :

Golongan β Laktam + anti β Laktamase atau Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,

moksifloksasin, gatifloksasin)

c) Bila dicuragai pneunomia atipik : makrolid baru (roksitromisin, klaritomisin,

azitromisin)

Rawat inap :

d) Tanpa faktor modifikasi :

- Golongan β Laktam + anti β Laktamase IV

Page 8: Makalah Infeksi Tumor 1oke

- Sefalosporin G2, G3 IV

- Fluorokuinolon respirasi IV

e) Dengan faktor modifikasi :

- Sefalosporin G2, G3 IV

- Fluorokuinolon respirasi IV

f) Bila dicuragai pneunomia atipik : makrolid baru (roksitromisin, klaritomisin,

azitromisin)

Ruang rawat intensif :

g) Tidak ada faktor risiko infekso pseudomonas :

Sevalosporin anti pseudomonas ditambah makrolide baru atau fluorokuinolon respirasi

IV

h) Ada faktor risiko infekso pseudomonas :

- Sevalosporin anti pseudomonas IV atau karbapenem IV ditambah fluorokuinolon anti

pseudomonas (siprofloksasin) IV atau aminoglikosida IV

- bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : sevalosporin anti pseudomonas IV atau

carbapenen IV ditambah aminoglikosida IV, ditambah lagi makrolida baru atau

fluorokuinolon respirasi IV

Penatalaksanaan pneumionia komuniti dibagi menjadi :

Penderita Rawat Jalan

a) Pengobatan suportif/ simptomatik :

- Istirahat di tempat tidur

- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas

- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan Ekspektoran

b) Pemberian antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam

Penderita Rawat Inap Di Ruang Rawat Biasa

a) Pengobatan suportif / simptomatik

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksikal ori dan elektrolit

- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik

Page 9: Makalah Infeksi Tumor 1oke

b) Pengobatan antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam

Penderita rawat inap di Ruang Rawat Intensif

a) Pengobatan suporlif/ simptomatif

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit

- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik

b) Pengobatan antibiotik kurang dari 8 jam

c) Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik

Kriteria Masuk Rumah Sakit

1) Umur diatas 65 tahun

2) Ada penyakit penyerta ; misalnya jantung, ginjal, paru yang lain, DM, neoplasma dan

immunosupression

3) Leukopenia ( < 5000 / mm3)

4) Diduga disebabkan oleh :

- Stafilokokkus aureus

- Kuman Gram negatif

- Kuman anaerob

5) Komplikasi supuratif :

- Empiema

- Arthritis

- Meningitis

6) Gagal dengan terapi obat jalan

7) Tidak bisa menelan obat (oral)

8) Frekwensi nafas > 30 kali / menit

9) Frekwensi nadi > 140 kali / menit

10) Hipotensi ( < 90 mmHg )

11) PaO2 kurang dari 60 mmHg

12) Perubahan status mental

Page 10: Makalah Infeksi Tumor 1oke

TERAPI NON FARMAKOLOGI

Dilakukan pencegahan :

a. Hindari pemakaian selimut atau baju yang berbulu

b. Hindari penggunaan tempat tidur berbahan kapuk

c. Hindari pemberian bedak pada wajah terlalu banyak

d. Mempratekkan hidup sehat

e. Mendapatkan vaksin pneumonokokus. Vaksin ini 90% melawan bakteri dan melindungi

dari infeksi selama lima sampai sepuluh tahun

f. Makan dengan asupan yang tepat

g. Olahraga secara teratur

h. Cukup tidur

i. Tidak merokok

TERAPI FARMAKOLOGI

1) Makrolida

2) Azalida

3) Tetrasiklin

4) Penicillin

5) Cephalosporin

6) Fluorokuinolon

7) Aminoglikosida

OBAT PNEUNOMIA

1) Sulfonamid dan Trimetoprim

a. Kotrimoksazol (kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol dengan perbandingan

1:5)

- Indikasi : infeksi saluran kemih dan saluran napas (bronkitis dan

pneumonia)

- Perhatian : gangguan fungsi hati dan ginjal, minum air cukup banyak,

penggunaan pada gangguan darah, wanita hamil dan menyusui

- KI : Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati berat

Page 11: Makalah Infeksi Tumor 1oke

- ES : mual, muntah, ruam, gangguan darah, diare, dll

- Dosis : Oral: 960 mg/hari tiap 12 jam

2) Tetrasiklin

- Indikasi : bronkitis kronis, bruselosis, efusi pleura karena keganasan atau

sirosis

- Peringatan : gangguan fungsi hati dan ginjal

- ES: mual, muntah, diare, eritema, sakit kepala, gangguan penglihatan

- Dosis: Oral: 250 mg tiap 6 jam

3) Eritromisin

- Indikasi : Sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin, untuk

pengobatan enteritis kampilobakter, pneumoniae, penyakit legionnaire, sifilis,

uretritis non gonokokus, prostatis kronik, akne vulgaris, & profilaksis difteri dan

pertusis.

- Peringatan : Gangguan fungsi hati & porfiria ginjal, perpanjangan interval

QT (pernah dilaporkan terjadi takikardi ventrikuler); porfiria, kehamilan (tidak

diketahui efek buruknya) & menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI).

- KI : Penyakit hati (garam estolat)

- ES : Mual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi

alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah dilaporkan setelah

pemberian dosis besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan

nyeri dada).

4) Azitromisin

- Indikasi : Infeksi saluran nafas, otitis media, infeksi klamidia daerah

genital tanpa komplikasi.

- Peringatan & efek samping : eritromisin ; wanita hamil atau menyusui; pernah

dilaporkan fotosensitivitas dan neutropenia ringan.

- KI : Gangguan fungsi hati.

- Dosis : 500 mg sekali sehari selama 3 hari; anak di atas 6 bulan: 10 mg/

kg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26 – 35 kg: 300 mg sekali sehari

selama 3 hari; berat badan 36 – 45 kg: 400 mg sekali sehari selama 3 hari. Infeksi

klamidia genital: 1 gram sebagai dosis tunggal.

Page 12: Makalah Infeksi Tumor 1oke

5) Klaritomisin

- Indikasi : Infeksi saluran nafas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan

jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak

duodenum

- Peringatan dan efek samping : eritromisin; dosis diturunkan pada gangguan

fungsi ginjal; wanita hamil & menyusui; sakit kepala, gangguan pengecapan,

stomatis, glositis, iketerus kolestatik, hepatitis & sindrom Steven-Johnson.

- InteraksiAritmia: hindarkan penggunaan bersama astemizol, terfenadin dan

cisaprid.

6) Golongan Sefalosporin

a. Sefaklor

- Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negatif

- Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui

- KI : hipersensitivitas terhadap sefalosporin porfiria

- ES : diare, mual muntah, sakit kepala, alergi, demam, dll.

- Dosis : 250 mg tiap 8 jam, max 4 g per hari

b. Sefiksim

- Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negatif

- Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui

- KI : hipersensitivitas terhadap sefalosporin porfiria

- ES : diare, mual muntah, sakit kepala, alergi, demam, dll.

- Dosis : dewasa dan anak di atas 10 thn: 200-400 mg per hari dosis

tunggal atau dibagi 2 dosis

c. Sefrozil

- Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negative

- Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui

- KI : hipersensitivitas terhadap sefalosporin porfiria

- ES : diare, mual muntah, sakit kepala, alergi, demam, dll.

- Dosis : ISPA: 500 mg 1x sehari, untuk 10 hari Otitis media anak 6

bulan-12 tahun : 20 mg/kgbb, max 500 mg setiap 12 jam

Page 13: Makalah Infeksi Tumor 1oke

d. Seftriakson

- Indikasi : infeksi bakteri gram positif dan gram negative

- Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui

- ES : diare, mual muntah, sakit kepala, alergi, demam, dll.

- KI : bayi di bawah 6 bulan

- Dosis : pemberian secara injeksi IM, IV, atau infus, 1 g/hari dalam

dosis tunggal

e. Sefuroksim

- Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. Influenzae

dan N. Gonorrhoeae. infeksi bakteri gram positif dan gram negative

- Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui

- KI : hipersensitivitas terhadap sefalosporin porfiria

- ES : diare, mual muntah, sakit kepala, alergi, demam, dll

- Dosis : oral untuk ISPA dan ISPB: 250 mg 2x sehari

XI. MONITORING TERAPI

Pantau suhu badan pasien

Pantau obat dan makanan yang dikonsumsi

Pantau hasil laboratorium

Pantau komplikasi

Pantau kondisi kesadaran pasien

Pantau jumlah leukosit

Pantau TD

XII. EVALUASI TERAPI

Parameter Klinis : hilangnya gejala

Pasien community-acquired ringan hingga sedang : waktu hilangnya batuk, produksi

sputum, demam, dll

Pasien dengan terapi suplemen oksigen harus diperiksa secara berkala

Nosocomial Pneumonia: cek WBC, radiografi/ rontgen, penentuan gas dalam darah

Gejala dicek setidaknya 2 hari setelah terapi dan maksimal penggunaan 10-14 hari.

Page 14: Makalah Infeksi Tumor 1oke

STUDY KASUS

PNEUNOMIA

Pak Bambang (58 th) mengalami sesak nafas, dan demam dengan suhu mencapai 39 0C. Nafas

terlihat terengah-engah, sianosis, dan takikardi. Kemudian masuk dibawa ke UGD oleh

istrinya. Setelah beberapa pemeriksaan dokter memberi diagnosa sementara pneumonia dengan

RR: 45x/ menit, DBP 55mmHg.

Pak bambang juga menderita asma yang sering kambuh dan diobati dgn salbutamol

Riwayat penyakit : COPD, batuk pilek berat 2 minggu yg lalu dan tidak diobati

Kebiasaan buruk : perokok berat

Keluhan saat ini chest pain, sesak nafas, demam, badan terasa panas

Pengembangan kasus :

Subjective :

Pasien mengalami sesak napas, dan demam dengan suhu mencapai 390C. Nafas terlihat

terengah-engah, sianosis, dan takikardi.

Objektif :

RR : 45x/ menit

DBP : 55 mmHg.

Assesment :

Pak bambang juga menderita asma yang sering kambuh dan diobati dengan salbutamol

Plan :

1) Lakukan pemeriksaan foto rontgen, sputum

2) Periksa RR tiap 8 jam, tanda vital tiap 4 jam

3) Diberikan Salbutamol inhaler

4) Diberikan antibiotic kotrimoksazol

5) Paracetamol untuk mengobati demam

Page 15: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Terapi Farmakologi

Evaluasi obat terpilih :

1) Diberikan obat antibiotic kotrimoksazol,

2) Salbutamol untuk mengobati asma pasien bila terjadi kekambuhan

3) Paracetamol untuk mengobati demam pasien.

KOTRIMOKSAZOL (kombinasi trimethoprim dan sulfametoksazol)

Alasan memilih kotrimoksasol karena pada penggunaan dosis tinggi utk pengobatan

pneumonia dan lebih jarang menimbulkan resistensi, tidak ada interaksi obat.

SALBUTAMOL Inheler

Alasan memilih salbutamol karena untuk meredakan gejala serangan akut dan

pencegahan bronkospasmus.

PARACETAMOL

Digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan demam.

KLINIK KELUARGA (AZZAM MEDICAL)dr. Toriqul huda Sp.PD

SIP : 80/909/DK/VI.20/2013Jl. Keselamatan No.23 Pekanbaru

Telp.(0769) 323485

13 Sept 2013

Salbutamol inhaler IS. prn

Kotrimoksazol XIV

S. 2 dd 1

Paracetamol XXIS. 3 dd 1

Pro : Tn Bambang (58 th)

Page 16: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

1) Tablet kotrimoksazol diminum 2x sehari 2 tablet, tablet diminum sampai habis

2) Cara penggunaan inhaler salbutamol ;

Lepaskan penutup aerosol

Pegang tabung obat diantara ibu jari dan telunjuk kemudian dikocok

Menghirup nafas maksimal

Letakkan mouthpiece diantara kedua bibir,katupkan kedua bibir kuat-kuat

Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal penghembusan nafas tekan MDI.

Lanjutkan hembusan nafas selambat dan sedalam mungkin.

Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dpt bekerja

Keluarkan nafas secara perlahan

Kumur stlh pemakaian

3) Penggunaan secara inhaler 1x puff pada saat terjadi serangan

4) Tablet paracetamol diminum 3x sehari 1 tablet

Monitoring dan Evaluasi

1) Salbutamol inhalasi 200 mcg bekerja sangat cepat diberikan 3-4x semprot dgn jarak

antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.

2) Perhatikan keadaan klinis pasien, bila keadaan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di

rumah.

3) Cek gejala secara berkala

4) Hentikan merokok

DISKUSI

Fatihah K (Klp 2)

1) Termasuk klasifikasi apakah pneunomia yang diderita pasien?

Klasifikasi penyakit pneunomia pasien ini kemungkinan adalah pneunomia komuniti, disini

kami belum bisa menyatakan kepastian klasifikasi pneunomia yang dideria pasien, karena

masih ada data ataupun diagnosa yang harus dilakukan, yaitu foto rontgen torax pasien

(tergantung luas lesi).

Page 17: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Sri Miyati (Klp 5)

2) Dasar pengobatan dewasa pada pneunomia?

Pengobatan pneunomia pada orang dewasa didasarkan pada keparahan pneunomia yang di

derita pasien

Wikal Vanno

3) Cara mendiagnosa adanya pneunomia?

a. Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai

darah, sesak napas dan nyeri dada.

b. Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru (dilakukan rontgen

thorax). Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa

palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara

napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang

kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

Kamelia

4) Apakah perokok pasif bisa terkena pneunomia

Pada pneunomia perokok bukan merupakan penyebab nya., tetapi merupakan faktor resiko

yang dapat meningkatkan keparahan pasien. Jadi, perokok tidak menyebabkan pasif tidak

menyebabkan pneunomia, namun tergantung dari kondisi pasien nya., apabila ada riwayat

pneunomia atau bakteri pada paru, maka kemungkinan dapat menyebabkan atau

memperparah pneunomia.

Akas Fitra

5) Antisipasi ES paracetamol yang dapat menyebabkan kerusakan hati.

Page 18: Makalah Infeksi Tumor 1oke

Paracetamol dengan penggunaan jangka panjang dan jumlah dosis yang tinggi dapat

menyebabkan kerusakan hati, dengan adanya ES ini maka dapat diminimalisir dg

mengkonsumsi seduhan atau jamu temulawak (anti hepatoprotektor).

XIII. KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu dari penyakit yang menyerang saluran respirasi bawah,

menyebabkan peradangan pada paru-paru, alveolar terisi cairan. Pneumonia juga merupakan

suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-

virus, atau jamur. Pneunomia dapat diobati tergantung dengan tingkat keparahan lesi serta

faktor penyebab pneunomia, bakteri, virus atau jamur.