Makalah Hukum Perbankan

16
www.andrilamodji.wordpress.com 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Perbankan merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi di Indonesia yang mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yangdiatur dalam Pasal 3 Undang-undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Di dalam sistem hukum Indonesia, segala bentuk praktek perbankan berdasar kepada prinsip-prinsip yang terkandung dalam ideologi negara Indonesia yakni Pancasila dan Tujuan Negara Indonesia dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pengakuan yuridis formal mengenai eksistensi perbankan dimulai sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan dan selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Sebagai badan usaha, kehadiran bank di masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembangunan nasional. Arti dan peran perbankan terlihat dari pengertian bank itu sendiri yakni badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta dan negara. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa lainnya, bank berperan serta dalam mekanisme pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Prasarana perbankan Indonesia setelah reformasi mengalami perkembangan yang sangat cepat. Untuk mengatasi sengketa atau permasalah hukum yang terjadi dalam perbankan maka terdapat upaya penyelsaian yang sering dikenallitigas dan non litigasi. Upaya hukum litigasi merupakan penyelsaian melalui pengadilan, sedangkan non litigasi merupakan upaya penyelsaian sengketa diluar pengadilan yang terdiri dari mediasi, konsolidasi dan arbitrase. Oleh karena itu, diatur mengenai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Di antaranya adalah arbitrase dan mediasi seperti yang diatur dalam UU No.30 tahun 1999. Pengaturan Mediasi di pengadilan diatur dalam PERMA No.2 tahun 2003. Sedangkan Mediasi Perbankan diatur dalam PBI No. 8/5/PBI/2006.

description

Hukum Perbankan

Transcript of Makalah Hukum Perbankan

Page 1: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Perbankan merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi di Indonesia yang

mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yangdiatur dalam

Pasal 3 Undang-undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Di dalam sistem hukum

Indonesia, segala bentuk praktek perbankan berdasar kepada prinsip-prinsip yang terkandung

dalam ideologi negara Indonesia yakni Pancasila dan Tujuan Negara Indonesia dalam Undang-

Undang Dasar 1945. Pengakuan yuridis formal mengenai eksistensi perbankan dimulai sejak

lahirnya Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan yang

kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan dan

selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Sebagai badan usaha, kehadiran bank di

masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembangunan nasional. Arti dan

peran perbankan terlihat dari pengertian bank itu sendiri yakni badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank adalah

lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta dan

negara. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa lainnya, bank berperan serta dalam

mekanisme pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Prasarana perbankan Indonesia

setelah reformasi mengalami perkembangan yang sangat cepat. Untuk mengatasi sengketa atau

permasalah hukum yang terjadi dalam perbankan maka terdapat upaya penyelsaian yang sering

dikenallitigas dan non litigasi. Upaya hukum litigasi merupakan penyelsaian melalui pengadilan,

sedangkan non litigasi merupakan upaya penyelsaian sengketa diluar pengadilan yang terdiri dari

mediasi, konsolidasi dan arbitrase. Oleh karena itu, diatur mengenai alternatif penyelesaian

sengketa di luar pengadilan. Di antaranya adalah arbitrase dan mediasi seperti yang diatur dalam

UU No.30 tahun 1999. Pengaturan Mediasi di pengadilan diatur dalam PERMA No.2 tahun

2003. Sedangkan Mediasi Perbankan diatur dalam PBI No. 8/5/PBI/2006.

Page 2: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

2

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah peranan BI dalam menjalankan fungsi mediasi perbankan ?

2. Bagaimankah faktor penghambat dalam upaya mediasi perbankan?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui peranan BI dalam menjalankan fungsi mediasi perbankan.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya mediasi perbankan.

Page 3: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan pengertian mediasi.

Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu pihak

luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang besengketa, membantu mereka

(yang bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.

“Mediation is a process in which two or more people involved in a dispute come together, to try

to work out a solution to their problem with the help of a neutral third person, called the

“Mediator”.

“Mediasi” adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk

membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan

sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan.

Pengertian mediasi dalam pengintegrasiannya dalam sistem peradilan sebagaimana yang

digariskan dalam pasal 1 butir 6 adalah:

a. Proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui perundingan antara pihak yang

berperkara,

b. Perundingan yang dilakukan para pihak, dibantu oleh mediator yang berkedudukan dan

berfungsi:

c. Sebagai pihak ketiga yang netral dan tidak memihak (imparsial), dan

d. Berfungsi sebagai pembantu dan penolong (helper) mencari berbagai kemungkinan atau

alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan saling meguntungkan kepada para

pihak.

Dari perumusan-perumusan diatas dapat disimpulkan bahwa, mediasi merupakan proses

penyelsaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah sengketa yang

kewenangannya berbeda dengan kewenangan hakim untuk memutus sengketa perkara. Tugas

dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-­ pihak yang bersengketa

dapat mencapai suatu keadaan untuk dapat mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang

disengketakan.

Page 4: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

4

“The assumption…….is that third party will be able to alter the power and social

dynamics of the conflict relationship by influencing the beliefs and behaviors of individual

parties, by providing knowledge and information , or by using a more effective negotiation

process and thereby helping the participants to settle contested issues”.

Tujuan upaya mediasi :

a. Membantu mencarikan jalan keluar/alternative penyelesaian atas sengketa yang diantara

para pihak yang disepakati dan dapat diterima oleh para pihak yang bersengketa.

b. Dengan demikian proses negosiasi adalah proses yang forward looking dan bukan backward

looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari kebenaran dan/atau dasar hukum yang

diterapkan namun lebih kepada penyelesaian masalah. “The goal is not truth finding or law

imposing, but problem solving”.

c. Melalui proses mediasi diharapkan dapat dicapai terjalinnya komunikasi yang lebih baik

diantara para pihak yang bersengketa.

d. Menjadikan para pihak yang bersengketa dapat mendengar, memahami alasan/ penjelasan/

aurgumentasi yang menjadi dasar/pertimbangan pihak yang lain.

e. Dengan adanya pertemuan tatap muka, diharapkan dapat mengurangi rasa marah/bermusuhan

antara pihak yang satu dengan yang lain.

f. Memahami kekurangan/kelebihan/kekuatan masing-masing, dan hal ini diharapkan dapat

mendekatkan cara pandangdari pihak-pihak yang bersengketa, menuju suatu kompromi yang

dapat diterima para pihak.

B. Latar belakang dan tujuan dari mediasi

Ada beberapa macam bentuk penyelesaian perkara melalui perdamaian yakni salah satu

diantaranya ialah mediasi. Mediasi merupakan salah satu bagian proses penyelesaian perkara

melalui perdamaian yang bersifat pendekatan nurani dan moral, bukan berdasarkan hukum.

Sebenarnya sejak semula Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBG mengenal dan menghendaki

penyesaian sengketa melalui cara damai. Pasal 130 ayat (1) HIR berbunyi:

Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak datang, maka pengadilan negeri dengan

pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.

Page 5: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

5

Selanjutnya, ayat (2) mengatakan:

Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah

surat (akta) tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menaati perjanjan yang

diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan yang biasa.

Bertitik tolak dari ketentuan pasal ini, sistem yang diatur hukum acara dalam penyelesaian

perkara yang diajukan kepada Pengadilan Negeri, hampir sama dengan court conected arbitration

system:

1. Pertama-tama, hakim membantu atau menolong para pihak yag berperkara untuk

menyelesaikan sengketa dengan perdamaian,

2. selanjutnya, apabila tercapaai kesepakatan diantara penggugat dan tergugat:

a. kesepakatan itu dituangkan dalam bentuk perjanjian perdamaian yang ditanda tangani

oleh para pihak;

b. terhadap perjanjian perdamaian, dibuat akta berupa putusan yang dijatuhkan pengadilan

yang mencantumkan amar, menghukum para pihak menepati perjanjian perdamaian.

Jadi, hampir tidak ada bedanya dengan court connected arbitration system. Seolah-olah

perjanjian perdamaian itu merupakan putusan hakim dalam kedudukannya sebagai arbiter.

Berarti, suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBG lebih

menghendaki penyelesaian perkara dengan perdamaian daripada proses putusan biasa. Lebih

menghendaki penerapan proses win-win solution yaitu sama-sama menang daripada penerapan

winning or losing, yaitu menang atau kalah.

Dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya bertitik tolak dari eksistensi Pasal 130

HIR dalam hukum acara dalam perdata menunjukkan sejak jauh hari sebelum sistem ADR

dikenal pada era sekarang, telah dipancangkan landasan yang menuntut dan mengarahkan

penyelesaian sengketa melalui jalan perdamaian. Mediasi dianggap lebih efektif dikarenakan :

a. Proses mediasi lebih cepat atau expited procedure, dalam arti prosedurnya cepat, tidak

formalistis, dan tidak teknikal,

b. Biaya murah atau minimal cost, pada dasarnya tidak memerlukan biaya dibanding proses

litigasi atau arbitrase yang biayanya relatif lebih mahal atau sangat mahal, dan

c. Dapat memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa memperoleh keadilan atau

dapat memberi penyelesaian yang lebih memuaskan atas penyelesaian sengketa, karena

Page 6: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

6

penyelesaian lebih mengutamakan pendekatan kemanusiaan dan persaudaraan berdasarkan

perundingan dan kesepakatan daripada pendekatan hukum.

C. Ruang Lingkup Tahap mediasi

Tahap mediasi substansinya meliputi penyampaian fotokopi dokumen yang diperlukan,

penentuan jadwal pertemuan, fungsi mediator, proses mediasi, mengundang ahli, dan

sebagainya.

a. Para pihak wajib menyerahkan fotokopi dokumen

Berdasarkan Pasal 8 PERMA No. 2 Tahun 2003, tahap mediasi dimulai dari tanggal

terpilihnya mediator oleh para pihak atau dari tanggal ditunjuknya mediator oleh ketua

majelis. Terhitung dari tanggal itu, timbullah kewajiban hukum para pihak melaksanakan dan

menyerahkan:

Fotokopi dokumen yang memuat duduk perkara dan fotokopi surat-surat yang diperlukan

sebagai surat-surat bukti

Dalam sistem mediasi yang berlaku secara umum, dalam formulir permohonan mediasi,

tercantum secara lengkap minimal hal-hal berikut:

Masalah yang disengketakan,

Penyelesaian yang diinginkan,

Ganti rugi atau pemulihan yang diminta

b. Kewajiban dan peran mediator

Mediator wajib menentukan jadwal pertemuan

Proses mediasi mesti dihadiri oleh para pihak

Berwenang melakukan pertemuan antara mediator

Mediator berfungsi dan berperan sebagai pembantu yang bersifat netral dan tidak

memihak

Dapat mengundang para ahli yang kompeten dalam bidang tertentu

c. Sistem Proses Mediasi

Mengenai sistem atau tata cara pertemuan perundingan (negosiasi) proses mediasi diatur

dalam pasal 1 butir 11 dan Pasal 14 PERMA No.2 Tahun 2003. Bertitik tolak dari ketentuan

pasal-pasal tersebut, terdapat 3 (tiga) sistem pertemuan.

Page 7: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

7

Tertutup untuk umum, Sistem ini merupakan prinsip dasar. Hal ini ditegaskan dalam

pasal 14 ayat

PERMA No.2 Tahun 2003 yang berbunyi:

Proses mediasi pada asasnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para pihak yang

menghendaki lain.

Terbuka untuk umum atas persetujuan para pihak

Dalam peradilan disebut open court, yaitu sidang pengadilan dinyatakan terbuka untuk

umum. Kebolehan melakukan proses proses pertemuan mediasi terbuka untuk umum menurut

pasal 14 ayat (1) PERMA No.2 Tahun 2003:

a. Apabila para pihak menghendaki, dalam arti para pihak menghendakinya;

b. Kehendak atau persetujuan itu, harus dinyatakan dengan tegas (expressis verbis)

c. Sengketa publik mutlak terbuka untuk umum

Sistem proses mediasi yang ketiga, mutlak terbuka untuk umum. Cara ini ditegaskan dalam pasal

14 ayat (2) PERMA No.2 Tahun 2003 yang berbunyi:

“Proses mediasi untuk segala sengketa publik terbuka untuk umum.” Syarat untuk melakukan

proses mediasi mutlak terbuka untuk umum (disclosure):

a) Apabila objek mediasi sengketa publik,

Berdasarkan pasal 1 butir 11, apabila objek mediasi sengketa publik, anggota masyarakat dapat

hadir atau mengamati, atau masyarakat dapat mengakses informasi yang muncul dalam proses

mediasi

b) Sedang yang dikategorikan atau diklasifikasikan sengketa publik disebut secara enumeratif

atau satu per satu dalam pasal 1 butir 9, terdiri dari:

(1) lingkungan hidup,

(2) hak asasi manusia,

(3) perlindungan konsumen,

(4) pertanahan, dan

(5) perburuhan yang melibatkan kepentingan banyak buruh.

Page 8: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

8

D. Mediasi Perbankan

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.8/5/PBI/2006, yang dimaksud dengan Mediasi

Perbankan adalah alternatif penyelesaian sengketa antara Nasabah dan Bank yang tidak

mencapai penyelesaian yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa

guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan. Dalam praktek dikenal berbagai bentuk

penyelesaian sengketa perdata seperti litigasi, arbitrase dan/atau Mediasi. Namun, pihak-pihak

yang bersengketa umumnya lebih banyak memilih penyelesaian melalui proses litigasi di

Pengadilan Negeri, baik melakukan tuntutan secara perdata maupun secara pidana. Namun

terdapat banyak kendala yang sering dihadapi. Kendala tersebut antara lain lamanya

penyelesaian perkara, serta putusan yang dijatuhkan seringkali mencerminkan tidak adanya

unified legal work dan unified legal opinion antara Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan

Mahkamah Agung.

Proses mediasi perbankan merupakan kelanjutan dari pengaduan nasabah apabila nasabah

merasa tidak puas atas penanganan dan penyelesaian yang diberikan bank. Dalam pelaksanaan

kegiatan usaha perbankan seringkali hak-hak nasabah tidak dapat terlaksana dengan baik

sehingga menimbulkan friksi antara nasabah dengan bank yang ditunjukkan dengan munculnya

pengaduan nasabah. Apabila pengaduan nasabah tidak diselesaikan dengan baik oleh bank, maka

berpotensi menjadi perselisihan atau sengketa antara nasabah dengan bank cenderung berlarut-

larut. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan cukup banyaknya keluhan-keluhan nasabah di

berbagai media. Munculnya keluhan-keluhan yang tersebar pada publik melalui berbagai media

tersebut dapat menurunkan reputasi bank di mata masyarakat dan berpotensi menurunkan

kepercayaan masyarakat pada lembaga perbankan.

Untuk mengurangi publikasi negatif terhadap operasional bank dan menjamin

terselenggaranya mekanisme penyelesaian pengaduan nasabah secara efektif dalam jangka waktu

yang memadai, maka Bank Indonesia menetapkan standar minimum mekanisme penyelesaian

pengaduan nasabah dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/7/PBI/2005 Tentang

Penyelesaian Pengaduan Nasabah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh bank. Namun,

Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/7/PBI/2005 ini tidak selalu dapat memuaskan nasabah. Ketidakpuasan tersebut dikarenakan

tidak terpenuhinya tuntutan nasabah bank baik seluruhnya maupun sebagian sehingga berpotensi

menimbulkan sengketa antara nasabah dengan bank.

Page 9: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

9

Dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi, para pihak biasanya mampu mencapai

kesepakatan di antara mereka, sehingga manfaat mediasi dapat dirasakan. Beberapa keuntungan

mediasi adalah sebagai berikut:

a)Mediasi dapat menyelesaikan sengketa dengan cepat, biaya murah dibandingkan dengan proses

beracara di Pengadilan atau melalui Arbitrase. Dalam proses mediasi tidak diperlukan gugatan

ataupun biaya untuk mengajukan banding sehingga biayanya lebih murah

b) Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi para pihak yang bersengketa tetap menjaga

hubungan kerjasama mereka yang sempat terganggu akibat terjadinya persengketaan

diantara mereka.

c) Proses mediasi lebih bersifat informal dan menghasilkan putusan yang tidak memihak.

Pengaturan mengenai penyelenggaraan mediasi perbankan oleh Bank Indonesia dituangkan

dalam PBI No. 8/5/PBI/2006 yang pada intinya mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Nasabah dapat mengajukan upaya penyelesaian sengketa melalui mediasi kepada Bank

Indonesia.

b) Proses mediasi dilakukan oleh Bank Indonesia hanya dengan sengketa dengan nilai

klaim maksimum sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

c) Pelaksanaan proses mediasi sejak ditandatanganinya perjanjian mediasi (agreement to

mediate) sampai dengan penandatanganan akta kerja dan dapat diperpanjang sampai

dengan 30 (tiga puluh) hari kerja berikutnya berdasarkan kesepakatan nasabah dan

bank.

Sengketa yang diselesaikan melalui Mediasi Perbankan dibatasi pada Sengketa yang

memiliki nilai tuntutan finasial paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan tidak

merupakan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh kerugian immateriil. Proses Mediasi

Perbankan adalah sebagai berikut :

Nasabah atau Perwakilan Nasabah mengajukan upaya penyelesaian kepada Bank secara

tertulis (bukti tanda terima pengaduan atau tanggapan Bank);

Dalam hal nasabah belum menerima penyelesaian Bank, Nasabah mengajukan secara

tertulis kepada Bank Indoensia disertai dokumen pendukung;

Page 10: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

10

Sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus oleh

lembaga arbitrase atau peradilan, atau belum terdapat Kesepakatan yang difasilitasi oleh lembaga

Mediasi lainnya;

Sengketa yang diajukan merupakan sengketa keperdataan;

Sengketa yang diajukan belum pernah diproses dalam Mediasi perbankan yang

difasilitasi oleh Bank Indonesia;

Pengajuan penyelesaian Sengketa tidak melebihi 60 (enampuluh) hari kerja sejak tanggal surat

hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Bank kepada Nasabah;

Bank Indonesia memanggil, mempertemukan, mendengar dan memotivasi nasabah dan Bank

untuk mencapai kesepakatan tanpa memberikan rekomendasi atau keputusan;

Nasabah dan Bank menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate) yang memuat;

Bank wajib mengikuti dan mentaati perjanjian Mediasi yang telah ditandatangani oleh Nasabah

dan Bank;

Pelaksanaan proses Mediasi sampai dengan ditandatanganinya Akta Kesepakatan dilakkan

dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Nasabah dan Bank

menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate);

Jangka waktu proses Mediasi dapat diperpanjang sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja

berikutnya berdasarkan kesepakatan Nasabah dan Bank;

Kesepakatan antara Nasabah dan Bank yang dihasilkan dari proses mediasi dituangkan dalam

Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh Nasabah dan Bank;

Bank wajib melaksanakan hasil penyelesaian Sengketa perbankan yang telah dituangkan dalam

Akta Kesepakatan.

Sedangkan syarat-syarat Pengajuan Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi Perbankan (Pasal 8

PBI No. 8/5/PBI/2006), yaitu:

Diajukan secara tertulis dengan disertai dokumen pendukung yang memadai;

Pernah diajukan upaya penyelesaiannya oleh Nasabah kepada Bank;

Sengketa yang diajukan tidak sedang dalam proses atau belum pernah diputus oleh lembaga

arbitrase atau peradilan, atau belum terdapat Kesepakatan yang difasilitasi oleh lembaga Mediasi

lainnya;

Page 11: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

11

Sengketa yang diajukan merupakan Sengketa keperdataan;

Sengketa yang diajukan belum pernah diproses dalam Mediasi Perbankan yang difasilitasi oleh

Bank Indonesia; dan

Pengajuan penyelesaian Sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal surat

hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Bank kepada Nasabah.

Menurut Bank Indonesia Nomor : 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan, tahap-tahap dari

proses mediasi perbankan adalah :

a) Pengajuan penyelesaian Sengketa dalam rangka Mediasi perbankan kepadaBank Indonesia

dilakukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah ( Pasal 7 Ayt 1)

b) Bank Indonesia memanggil bank yang tersangkut (Pasal 7 Ayat 2).

c) Proses Mediasi dilaksanakan setelah Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank

menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate) (Pasal 9 Ayat 1).

d) Pihak Bank Bank wajib mengikuti dan mentaati perjanjian Mediasi yang telah

ditandatangani oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank(Pasal 9 Ayat 2).

Adapun isi Perjanjian Mediasi adalah :

a. Kesepakatan untuk memilih Mediasi sebagai alternatif

penyelesaian Sengketa; dan

b. Persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan Mediasi yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.(2) Bank wajib mengikuti dan mentaati perjanjian Mediasi yang

telahditandatangani oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank.

Dasar hukum dari kewenangan Bank Indonesia sebagai lembaga yang menaungi Mediasi

Perbankan diatur dengan suatu Peraturan Bank Indonesia (PBI), yaitu PBI No. 10/1/PBI/2008

tentang Perubahan atas PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang mediasi perbankan pasal 2 yaitu :

Page 12: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

12

a. Mediasi di bidang perbankan dilakukan oleh lembaga mediasi perbankan independen yang

dibentuk asosiasi perbankan.

b. Dihapuskan.

c. Dalam pelaksanaan tugasnya, lembaga mediasi perbankan independen melakukan

koordinasi dengan Bank Indonesia.

d. Sepanjang lembaga mediasi perbankan independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

belum dibentuk, fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Dengan dihapuskannya pasal 3 ayat (2) ini membuat asosiasi perbankan mempunyai

cukup waktu untuk merumuskan pembentukan lembaga mediasi perbankan yang independen

yang dapat menjembatani kepentingan nasabah dan bank dengan seadil-adilnya tanpa tendensi

untuk memihak salah satunya. Sehingga diharapkan dengan tidak adanya batas waktu

pembentukan lembaga ini, asosiasi perbankan akan dapat dengan arif membentuk lembaga

mediasi yang dapat melindungi kepentingan nasabah.

E. Peranan BI dalam menjalankan fungsi mediasi perbankan.

BI telah menetapkan enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia (API) demi terwujudnya

perbankan yang sehat kuat dan efisiensi guna menciptakan kesetabilan sistem keuangan dalam

rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Keenanam pilar API tersebut terdiri dari,

struktur perbankan yang sehat, sistem pengaturan yang efektif, industri perbankan yang kuat,

infrastruktur pendukung yang mencukupi dan perlindungan konsumen.

Dalam rangka merealisasikan pilar keenam yaitu perlindungan konsumen, BI telah

berusaha untuk melakukan peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah dengan

meningkatkan transparasi produk, menyediakan layanan penyelsaian pengaduan dan

ditingkatkan dengan mediasi perbankan serta upaya untuk mengedukasikonsumen. Mekanisme

penyelsaian sengketa antara nasabah dan bank ditempuh melalui dua tahap. Pertama, bank wajib

menyelsaikan terlebih dahulu sengketa dengan nasabahnya susuai Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No. 7/7/PBBI/2005 tentang Penyelsaian Pengaduan Nasabah. Kedua, apabila sengketa

belum diselsaikan terlebih dahulu sengketa dengan baik, nasabah bank dapat mengajukan

permohonan sengketa melalui mediasi yang difasilitasi oleh BI sesuai PBI No. 8/5/PBI/2006

tentang Mediasi Perbankan.

Page 13: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

13

Sebagai upaya lebih lanjut yang dilakukan oleh Bidalam upaya penegakan hukum dalam hal

terjadi sengketa antara nasabah dengan bank adalah menjadi pelaksana mediasi perbankan.

Dalam mewujudkan upaya perlindungan konsumen dengan menyediakan layanan

mediasi perbankan, BI telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)No.10/1/PBI/2008

tentang perubahan dari (PBI) No.8/5/PBI/2006 . penyelesaian pengaduan nasabah tidak selalu

dapat memuaskan dan mengakomodir kepentingan nasabah karena penyelsaian konflik tersebut

tidak melibatkan nasabah melaikan diputuskan secara sepihak oleh bank. Dengan alasan tersebut,

maka BI menyediakan mekanisme mediasi perbankan. Hal ini bertujuan agar setiap potensi

sengekta yang dapat merugikan nasabahdan reputasi bank segera dibatasi. Mediasi dipilih karena

selain dapat dipilih karena selain dapat menyelsaikan sengketa dengan cepat, murah efektif juga

menjaga agar reputasi bank tidak rusak karena ekspos terhadap konflik bank yang bersangkutan

dengan nasabahnya. Tindakan kongkrit yang dilakukan BI dalam rangka penegakan hukum

dalam hal terjadi sengketa perbankan ini di antaranya adalah dengan pembentukan Direktorat

Investigasi dan Mediasi Perbankan yang bertugas menyelenggarakan mediasi antara nasabah

dengan bank serta melakukan investigasi tentang kemungkinan bank melakukan tindakan yang

tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Faktor penghambat mediasi perbankan.

Direktur Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia Purwanti Budiman

menyatakan bahwa jumlah kasus yang ditangani BI dalam proses mediasi sangat minim.

Menurutnya, hal itu disebabkan karena penyelesaian sengketa dengan cara mediasi belum

membudaya dikalangan masyarakat termasuk dalam nasabah bank dan bank itu sendiri. Faktor

lainnya adalah nasabah kurang memahami kasus posisi yang sebenarnya, nasabah juga tidak bisa

memberikan dokumen yang lengkap. Selanjutnya, BI kesulitan untuk menghubungi pejabat di

bank yang berkompeten untuk dipanggil dan menjalani proses mediasi. Seringkali, utusan yang

dikirim oleh bank tidak memiliki kewenangan memutus. Hal ini berakibatkan proses mediasi

tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya sehingga proses mediasi tidak berjalan secara efektif

dan membutuhkan waktu yang lama. Fakta dilapangan menunjukan bahwa masih banyak pejabat

bank yang belum mengetahui ketentuan mediasi perbankan . Fakor penghambat selanjutnya

datang dari advokad. Walaupun hal ini relatif jarang terjadi, namun kadang seorang advokad

yang diminta pendapat oleh nasabah tentang sengketa dengan bank menyarankan agar perkara

Page 14: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

14

tersebut dibawa kepengadilan. Dengan demikian, ini merupakan salah satu bentuk upaya

penghindaran terhadap mediasi perbankan. Hambatan juga datang dari dalam operasional

mediasi perbankanr itu sendiri. Dengan institusi lembaga penyelsaian sengketa perbankan yang

dilaksanakan oleh BI tersebut bisa mempengaruhi sikab dan prilaku BI lebih merasa sebagai

hakim dalam penyelsaian sengketa nasabah dari pada sebagai mediator.

Dalam menghadapi kendala tersebut perlu dilakukan upaya yaitu pengenalan mediasi

perbankan kepada karyawan atau delegasi bank, mensosialisasikan mediasi perbankan kepada

nasabah dan masyarakat serta bekerjasama dengan pihak ketiga dan penyamaan persepsi. Dan

Akta kesepakatan mediasi perbankan tidak memiliki suatu kekuatan eksekutorial sama sekali

terhadap kesepakatan tersebut, tetapi bersifat mengikat dan final. Namun bukan berarti para

pihak dapat ingkar terhadap apa yang telah disepakatinya, karena ada sanksi administratif oleh

Bank Indonesia apabila dilanggar oleh bank. Dari hasil penelitian Bank Indonesia telah

menjalankan fungsinya sebagai fasilitator mediasi perbankan.

Page 15: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Bank

Indonesia telah berperan aktif dalam rangka menjalankan fungsi penegakan hukum dalam hal

terjadi sengketa. BI juga telah berusaha melakukan upaya mewujudkan tersedianya perlindungan

nasabah dengan berperan sebagai pelaksana mediasi perbankan dengan dibentuknya Direktorat

Investigasi dan Mediasi. Selain itu BI sebagai lembaga publik telah menggunakan kekuasaannya

untuk menciptakan fondasi hukum pelaksanaan mediasi perbankan serta pedoman

pelaksanaanya. Fungsi mediasi yang dijalankan oleh BI yang bukan merupakan ruang linkup

tugasnya, namun upaya tersebut merupakan salah satu inisiatif BI yang disebabkan karena

berdasarkan fakta jumlah nasabah yang merasa dirugikan oleh bank tidak sedikit dan

membutuhkan upaya hukum yang segera, sehingga mediasi perbankan harus dilaksanakan

karena apabila dibiarkan koflik tersebut akan mengancam reputasi bank yang bersangkutan.

Fakor penghambat yang muncul dari upaya mediasi perbankan mengakibatkan penyelesaian

upaya mediasi tidak maksimal bahkan bisa mengalami kegagalan. Dalam menghadapi kendala

tersebut perlu dilakukan upaya yaitu pengenalan mediasi perbankan kepada karyawan atau

delegasi bank, mensosialisasikan mediasi perbankan kepada nasabah dan masyarakat serta

bekerjasama dengan pihak ketiga dan penyamaan persepsi.

B. Saran

Perlu dibentuknya Lembaga Mediasi Perbankan Independen agar pelaksanaan fungsi

mediasi perbankan dapat lebih Fair dan efisien, sementara lembaga tersebut belum terbentuk. Bi

perlu mensosialisasikan keberadaan mediasi perbankan mediasi perbankan kepada masyarakat

dengan menegasakan kembali kewajiban bank menginformasikan pada nasabahnya akan

tersedianya mediasi perbankan.

Page 16: Makalah Hukum Perbankan

www.andrilamodji.wordpress.com

16

DAFTAR PUTAKA

Harahap M. Yahya, 1997 Beberapa Tinjauan Mengenai sistem Pengadilan dan

Penyelesaian Sengketa. PT,cipta aditya Bakti. Bandung

M. Yahya Harahap, S.H, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika

R. Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasan, Politeia, Bogor, 1985

Goodpaster, 1995, Tinjauan Dalam Penyelesaian Sengketa, dalam Soebagjo dan

Radjagukguk

Lovenheim, Peter, 1996, How to Mediate Your Dispute, Nolo-Press, Berkeley.

Peraturan

Undang-undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan

PBI No. 10/1/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI No. 8/5/PBI/2006

Web

http//www.bi.go.id/web/id/

Muliaman D. Hadad, Menanti Mediator Bank-Nasabah, diakses dalam

www.bexi.co.id/images/res/perbankan-Menanti%20Mediator%20Bank-Nasabah.pdf

http://repository.unand.ac.id/9976/ diakses pada tanggal 05 oktober 2012 pukul 21.25