makalah hplc.docx
-
Upload
nining-sryyusuf -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of makalah hplc.docx
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menghitung Kadar HPLC”. Makalah ini merupakan salah
satu syarat untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Analisis Instrumen.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak
kepada para pembaca terutama kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu, pengalaman serta informasi yang dimiliki
oleh penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Makassar , 16 november 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi cairan kolom klasik merupakan prosedur pemisahan yang sudah
mapan dalam mana fase cair yang mobil mengalir lambat-lambat lewat kolom
karena gravitasi. Umumnya metode itu dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah
dan waktu pemisahan yang lama. Namun sejak kira-kira tahun 1969, perhatian
dalam teknik kolom cairan hidup kembali dengan sangat menyolok karena
dikembangkannya sistem tekanan tinggi oleh Kirchland dan Huber, yang bekerja
pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm-2 (3000 p.s.i). Dalam metode ini digunakan
kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dengan partikel pendukung berukuran sekitar
30 μm dan eluen dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5
cm3m-1). Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali
lebih cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan
yang tersedia di pasar dewasa ini agak mahal (Gritter, 1991).
Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi
kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk
memisahkan, mengidentifikasi, mengukur dan memanjang. HPLC memanfaatkan
kolom yang memegang chromatographic bahan kemasan (tahap tak berubah),
sebuah pompa yang bergerak selular fase (s) melalui kolom, dan detektor yang
menunjukkan ingatan waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi tergantung pada
interaksi antara keadilan tahap, yang Molecules yang dianalisis, dan larutan (s)
yang digunakan (Day, 2001).
Kromatografi jenis ini menggunakan fase gerak berupa cairan yang dialirkan
dengan tekanan sangat tinggi sedangkan fase diamnya dapat berbagai macam,
tergantung mode kromatografi yang dipilih dalam proses pemisahan (Day, 2001).
Bila dibandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas-liquid chromatography
(GLC), maka HPLC lebih bermanfaat untuk isolasi zat tidak mudah menguap,
demikian juga zat yang secara termal tidak stabil (Day, 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Menghitung kadar hplc
2. Preparasi sampel
3. Kolom
4. hasil
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
B. Prinsip HPLC
C. Penggunaan KCKT
D. Komponen KCKT
E. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan HPLC
F. JENIS HPLC
G. Perhitungan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan
memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang
distribusi ukuranya sempit ( kolom ) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan
laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan
pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative singkat. Komponen
utama dalam KCKT adalah juga komponen dalam kromatografi lainnya yaitu
wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase diam, detektor,
dan perangkat komponen pendukung lainnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan
ilmu, pengalaman serta informasi yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini
dimasa yang akan datang.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Umumnya metode kromatografi seperti adsorbsi , partisi dan penukar ion
adalah contoh – contoh dari kromatografi kolom. Pada metode kromatografi cair
ini di gunakan kolom tabung gelas dengan bermacam diameter. Partikel dengan
dimensi yang bervariasi di gunakan sebagai penunjang satasioner. Banyaknya
cairan pada kolom jumlahnya sedemikian rupa sehingga hanya cukup
menghasilkan sedikit tekanan untuk memelihara aliran fase bergerak secara
seragam. Secara keseluruhan pemisahan ini memakan waktu lama. Berbagai usaha
telah di lakukan untuk menambah laju aliran tanpa mengubah tinggi priringan
teoritis kolom. Penururnan ukuran partikel penunjang stasioner tidak selalu
menguntungkan. Kromatografi cair kinerja tinggi atau high perfomance liquid
chromatography (HPLC) berbeda dari kromatografi cair klasik. HOLC
menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran
partikel penunjang 50 µm, sedangkan laju aliran di pertinggi dengan tekanan yang
tinggi (Khopkar, 2010).
Bila di bandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas liquid cromatograhy
(GLG), maka HPLC lebih bermanfaat utuk isolasi zat tidak mudah menguap
demikian juga zat yang secara termal tidak stabil. Tetapi di tinjau dari kecepatan
dan kesederhanaan, GC lebih baik. Kedua tehnik ini komplementer satu sama
lainnya, keduanya efisien sangat selektif hanya memerlukan sampel berjumlah
sedikit serta keduanya dapat di gunakan untuk analisis kuantitatif (Khopkar, 2010).
B. Prinsip HPLC
luas puncak kromatografi pada kurva elusi di pengaruhi oleh 3 proses
pemindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi logitudional, dan transfer massa tidak
seimbang . sedangkan parameter – parameter yang menentukan berlangsungnya
proses – proses tersebut adalah lahu aliran, ukuran partikel, laju difusi dari
ketebalan stasioner. Van deemeter menghubungkan ke tiga proses di atas dengan
efisiensi kolom dalam suatu persamaan. Persamaan ini telah terujidengan metode
kromatografi gas. Menurut Van deemeter hubungan antara laju aliran (U) dengan
tinggi pirirngan dapat di nyatakan dengan H= A + BU
+ C xU (Khopkar, 2010).
A suatu variable yang berasal dari difusi Eddy, B variable yang berhubungan
dengan difusi longitudional, C menyangkut transfer massa tidak seimbang.
Hubungan antara diameter partikel rata-rata dengan difusi Eddy (A) adalah
(A)=2λ dR, di mana λ adalah factor penjejalan kolom. Sedangkan difusi
longitudinal (B) ditimbulkan sebagai akibat dari kecenderungan molekul untuk
berpindah dari bagian tengah dari penampang piringan kolom yang konsentrasinya
lebih tinggi kebagian tepi piringan yang konsetrasinya lebih rendah. Besarnya
difusi longitudinal adalah B=2Ψ DM dimana Ψ adalah factor yang merupakan
ukuran rentangan suatu molekul bebas untuk berdifusi, sedangkan Dm adalah
koefisien difusi zat terlarut dalam fase bergerak. Transfer massa tidak setimbang
(C) akan melebarkan puncat akibat gerak fase bergerak yang tinggi. Persamaan
Van Deemeter memberikan hubungan laju aliran dengan tinggi piringan teoretis.
Tetapi ternyata pada HPLC, hubungan antara efisien dengan laju aliran fase
bergerak yang diturunkan dari persamaan tersebut tidak begitu sesuai. Umumnya
efisiensi pemisihan lebih baik bila partikel penunjang berukuran kecil. Untuk
menghasilkan laju aliran yang sesuai dapat diatur dengan suatu pompa bertekan
tunggi. Di dalam HPLC, pompa yang canggih yang dilengkapi pengendali tekanan
merupakan komponen terpenting. Komponene lain yang penting adalah system
injeksi sampel (Gritter, 1991).
C. Penggunaan KCKT
Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi berikut (Handayana,
2006):
1. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun spesimen
biologis
2. Analisis ketidakmurnian (impurities)
3. Analisis senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)
4. Penentuan molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion
5. Isolasi dan pemurnian senyawa
6. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip
7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)
D. Komponen KCKT
Komponen utama dalam KCKT adalah juga komponen dalam kromatografi
lainnya yaitu wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase
diam, detektor, dan perangkat komponen pendukung lainnya (Gritter, 1991) :
1. Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak dalam KCKT harus terbuat dari bahan yang bersih dan
inert. Wadah ini dapat menampung sekurang-kurangnya 1-2 liter fase gerak,
dan terlebih dahulu harus dibebasgaskan. Kehadiran gas dalam wadah fase
gerak ini akan menimbulkan gelembung gas pada pompa dan detektor yang
akan sangat mengacaukan hasil analisis.
2. Fase Gerak
Fase gerak dalam KCKT harus berupa pelarut, buffer, ataupun reagen
dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi, yaitu suatu cairan yang berderajat
KCKT (HPLC grade). Adanya pengotor dalam fase gerak akan menyebabkan
gangguan pada sistem kromatografi. Partikel-partikel kecil yang terdapat dalam
fase gerak yang kurang murni dapat mengakibatkan kekosongan kolom KCKT.
Fase gerak atau dikenal juga dengan istilah eluen umumnya merupakan
campuran pelarut yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis. Daya
elusi dan resolusi KCKT ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut,
polaritas fase diam, dan sifat-sifat komponen dalam sampel.
Secara umum ada 2 tipe fase gerak (Gritter, 1991):
a. Fase gerak/eluen isokratik, yaitu eluen dengan komposisi pelarut yang tidak
berubah selama percobaan kromatografi
b. Fase gerak/eluen gradien, yaitu fase gerak dengan komposisi pelarut yang
berubah selama masa kromatografi
Berdasarkan kepolaran fase gerak dibandingkan fase diamnya, fase gerak
dibedakan menjadi(Gritter, 1991):
a. Fase normal, yaitu fase diam lebih polar dari fase gerak. Kemampuan
elusinya akan meningkat seiring peningkatan polaritas fase gerak.
b. Fase terbalik, yaitu bila fase diam kurang polar dibanding fase geraknya.
Kemampuan elusi akan menurun seiring peningkatan kepolaran fase
geraknya.
3. Pompa
Pompa KCKT harus terbuat dari bahan yag inert terhadap fase gerak.
Bahan pompa dapat terbuat dari: gelas, baja tahan karat, teflon maupun batu
nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan hingga
5000 psi dan mamp mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3 ml/menit.
Untuk keperluan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan hingga 20 ml/menit (Day, 2001).
Ada 2 tipe pompa (Day, 2001).:
a. Pompa dengan tekanan konstan
b. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Pompa tipe ini lebih umum
digunakan.
4. Kolom
Kolom pada HPLC merupakan bagian yang sangat penting, sebab
pemisahan komponen-komponen sampel yang akan terjadi di dalam kolom.
Kolom akan menjadi penentu keberhasilan pemisahan serta hasil akhir analisis
dengan HPLC (Day, 2001).
Kolom adalah tabung baja stainless dikalibrasi lurus yang panjangnya
antara 3 dan 15 cm dan pada dinding bagian dalam kadang-kadang dilapisi
dengan material inert seperti kaca atau PEEKÂ ®. Kolom bisa terbuat dari
sejenis plastik disebut cartridge, atau terbuat dari stainless steel (Day, 2001).
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit (Day, 2001).
Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan
kolom konvensional, yakni (Gritter, 1991):
1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis.
5. Fase Diam
Kebanyakn fase diam berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi,
silika yang tak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran
yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek
lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan
sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak
dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi
yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan (Day,
2001).
6. Detektor
Detektor KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor yang
bersifat universal, yaitu detektor yang dapat mendeteksi zat secara umum, tidak
bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif. Contoh detektor yang bersifat
universal adalah detektor indeks bias dan spektrometri massa. Dan jenis
detektor lainnya adalah detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit
secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, fluoresensi dan
elektrokimia (Day, 2001).
Detektor yang ideal akan mempunyai karakteristik berikut (Gholib, 2007) :
a. Mempunyai respon terhadap analit yang cepat dan reproduksible
b. Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi analit pada
kadar yang sangat kecil
c. Stabil dalam pengoperasiannya
d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita. Untuk kolom konvensional 8 ul atau lebih kecil dan 1 ul atau
lebih kecil pada kolom mikrobar.
e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi analit pada
kisaran yang luas
f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak
Detektor merupakan bagian integral dari peralatan analitik kromatografi cair
ini. Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang
umumnya didasarkan pada persyaratan sensitivitas, jenis senyawa yang ada
dalam sampel, dan faktor-faktor lain seperti biaya. Detektor yang paling umum
didasarkan pada indeks bias dari eluat kolom, karena hampir semua zat terlarut
akan menghasilkan larutan dengan indeks bias yang berbeda dengan indeks bias
pelarut murni. Detektor ini mampu menginderai perbedaan tersebut dan
menghasilkan sinyal-sinyal listrik yang proporsional yang kemudian diperkuat
dan direkam untuk menghasilkan kromatogram. Batasan utamanya adalah
sensitivitas; batasan pendeteksian akan bervariasi sesuai dengan keadaan, yang
umumnya sekitar satu mikrogram zat terlarut (Gholib, 2007).
7. Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Posisi
pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel (Day, 2001).
E. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan HPLC
Dengan adanya HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi.
Berikut merupakan kelebihan dari alat HPLC antara lain (Khopkar, 2010) :
1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya
memisah yang tinggi.
2. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis.
3. Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.
4. Kolom dapat digunakan kembali.
5. Waktu analisa cukup singkat.
6. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat
yang tidak stabil.
7. Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya.
8. Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kelemahan dari alat HPLC antara lain (Gholib, 2007) :
1. Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.
2. Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.
3. Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan
3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus
seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga.
F. Jenis-jenis HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase
diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase
diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada
kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase
normal dan HPLC fase terbalik (Hendayana, 2006).
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada
sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-
jenis HPLC sebagai berikut (Gholib, 2007) :
1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi
adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam
silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini
memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus
hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika
mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat
sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
2. Kromatografi fase terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi
secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi
silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana,
oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase
terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air
atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa
lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka
solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang
terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah
dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya
spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3. Kromatografi penukar ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di
pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren
resin.
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan
media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut
campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar
ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total
atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase
gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar
ion pada resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan
sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada
metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai
muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan
dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat
molekul > 2000 dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat
porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau
berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih
besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran
medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan
solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran
ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe
kromatografi yang lain.
6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi
yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya
dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan
dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi
antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk
mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.
G. Perhitungan
Penetapan kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral dengan
metode kromatografi cair kinerja tinggi (kckt)
Kadar zat aktif parasetamol dalam parasetamol sirup adalah : 97,73%
Syarat : tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0%
Kesimpulan : memenuhi syarat (MS)
DAFTAR ISI
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Gholib, Ibnu,dkk.2007.Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Gritter, R.J., J.M. Bobbit, dan A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi II. Bandung: ITB.
Handayana, Sumar. (2006). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, SM. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.