makalah hplc.docx

35
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menghitung Kadar HPLC”. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Analisis Instrumen. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak kepada para pembaca terutama kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu, pengalaman serta informasi yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Transcript of makalah hplc.docx

Page 1: makalah hplc.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Menghitung Kadar HPLC”. Makalah ini merupakan salah

satu syarat untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Analisis Instrumen.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak

kepada para pembaca terutama kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan

makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan

yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu, pengalaman serta informasi yang dimiliki

oleh penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Makassar , 16 november 2014

Page 2: makalah hplc.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi cairan kolom klasik merupakan prosedur pemisahan yang sudah

mapan dalam mana fase cair yang mobil mengalir lambat-lambat lewat kolom

karena gravitasi. Umumnya metode itu dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah

dan waktu pemisahan yang lama. Namun sejak kira-kira tahun 1969, perhatian

dalam teknik kolom cairan hidup kembali dengan sangat menyolok karena

dikembangkannya sistem tekanan tinggi oleh Kirchland dan Huber, yang bekerja

pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm-2 (3000 p.s.i). Dalam metode ini digunakan

kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dengan partikel pendukung berukuran sekitar

30 μm dan eluen dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5

cm3m-1). Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali

lebih cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan

yang tersedia di pasar dewasa ini agak mahal (Gritter, 1991).

Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi

kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk

memisahkan, mengidentifikasi, mengukur dan memanjang. HPLC memanfaatkan

kolom yang memegang chromatographic bahan kemasan (tahap tak berubah),

sebuah pompa yang bergerak selular fase (s) melalui kolom, dan detektor yang

menunjukkan ingatan waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi tergantung pada

Page 3: makalah hplc.docx

interaksi antara keadilan tahap, yang Molecules yang dianalisis, dan larutan (s)

yang digunakan (Day, 2001).

Kromatografi jenis ini menggunakan fase gerak berupa cairan yang dialirkan

dengan tekanan sangat tinggi sedangkan fase diamnya dapat berbagai macam,

tergantung mode kromatografi yang dipilih dalam proses pemisahan (Day, 2001).

Bila dibandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas-liquid chromatography

(GLC), maka HPLC lebih bermanfaat untuk isolasi zat tidak mudah menguap,

demikian juga zat yang secara termal tidak stabil (Day, 2001).

B. Rumusan Masalah

1. Menghitung kadar hplc

2. Preparasi sampel

3. Kolom

4. hasil

Page 4: makalah hplc.docx

DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

B. Prinsip HPLC

C. Penggunaan KCKT

D. Komponen KCKT

E. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan HPLC

F. JENIS HPLC

G. Perhitungan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: makalah hplc.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan

memakai fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang

distribusi ukuranya sempit ( kolom ) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan

laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan

pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative singkat. Komponen

utama dalam KCKT adalah juga komponen dalam kromatografi lainnya yaitu

wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase diam, detektor,

dan perangkat komponen pendukung lainnya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan

ilmu, pengalaman serta informasi yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu

penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah ini

dimasa yang akan datang.

C.

Page 6: makalah hplc.docx
Page 7: makalah hplc.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Umumnya metode kromatografi seperti adsorbsi , partisi dan penukar ion

adalah contoh – contoh dari kromatografi kolom. Pada metode kromatografi cair

ini di gunakan kolom tabung gelas dengan bermacam diameter. Partikel dengan

dimensi yang bervariasi di gunakan sebagai penunjang satasioner. Banyaknya

cairan pada kolom jumlahnya sedemikian rupa sehingga hanya cukup

menghasilkan sedikit tekanan untuk memelihara aliran fase bergerak secara

seragam. Secara keseluruhan pemisahan ini memakan waktu lama. Berbagai usaha

telah di lakukan untuk menambah laju aliran tanpa mengubah tinggi priringan

teoritis kolom. Penururnan ukuran partikel penunjang stasioner tidak selalu

menguntungkan. Kromatografi cair kinerja tinggi atau high perfomance liquid

chromatography (HPLC) berbeda dari kromatografi cair klasik. HOLC

menggunakan kolom dengan diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran

partikel penunjang 50 µm, sedangkan laju aliran di pertinggi dengan tekanan yang

tinggi (Khopkar, 2010).

Bila di bandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas liquid cromatograhy

(GLG), maka HPLC lebih bermanfaat utuk isolasi zat tidak mudah menguap

demikian juga zat yang secara termal tidak stabil. Tetapi di tinjau dari kecepatan

dan kesederhanaan, GC lebih baik. Kedua tehnik ini komplementer satu sama

Page 8: makalah hplc.docx

lainnya, keduanya efisien sangat selektif hanya memerlukan sampel berjumlah

sedikit serta keduanya dapat di gunakan untuk analisis kuantitatif (Khopkar, 2010).

B. Prinsip HPLC

luas puncak kromatografi pada kurva elusi di pengaruhi oleh 3 proses

pemindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi logitudional, dan transfer massa tidak

seimbang . sedangkan parameter – parameter yang menentukan berlangsungnya

proses – proses tersebut adalah lahu aliran, ukuran partikel, laju difusi dari

ketebalan stasioner. Van deemeter menghubungkan ke tiga proses di atas dengan

efisiensi kolom dalam suatu persamaan. Persamaan ini telah terujidengan metode

kromatografi gas. Menurut Van deemeter hubungan antara laju aliran (U) dengan

tinggi pirirngan dapat di nyatakan dengan H= A + BU

+ C xU (Khopkar, 2010).

A suatu variable yang berasal dari difusi Eddy, B variable yang berhubungan

dengan difusi longitudional, C menyangkut transfer massa tidak seimbang.

Hubungan antara diameter partikel rata-rata dengan difusi Eddy (A) adalah

(A)=2λ dR, di mana λ adalah factor penjejalan kolom. Sedangkan difusi

longitudinal (B) ditimbulkan sebagai akibat dari kecenderungan molekul untuk

berpindah dari bagian tengah dari penampang piringan kolom yang konsentrasinya

lebih tinggi kebagian tepi piringan yang konsetrasinya lebih rendah. Besarnya

difusi longitudinal adalah B=2Ψ DM dimana Ψ adalah factor yang merupakan

ukuran rentangan suatu molekul bebas untuk berdifusi, sedangkan Dm adalah

koefisien difusi zat terlarut dalam fase bergerak. Transfer massa tidak setimbang

Page 9: makalah hplc.docx

(C) akan melebarkan puncat akibat gerak fase bergerak yang tinggi. Persamaan

Van Deemeter memberikan hubungan laju aliran dengan tinggi piringan teoretis.

Tetapi ternyata pada HPLC, hubungan antara efisien dengan laju aliran fase

bergerak yang diturunkan dari persamaan tersebut tidak begitu sesuai. Umumnya

efisiensi pemisihan lebih baik bila partikel penunjang berukuran kecil. Untuk

menghasilkan laju aliran yang sesuai dapat diatur dengan suatu pompa bertekan

tunggi. Di dalam HPLC, pompa yang canggih yang dilengkapi pengendali tekanan

merupakan komponen terpenting. Komponene lain yang penting adalah system

injeksi sampel (Gritter, 1991).

C. Penggunaan KCKT

Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi berikut (Handayana,

2006):

1. Pemisahan berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun spesimen

biologis

2. Analisis ketidakmurnian (impurities)

3. Analisis senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)

4. Penentuan molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion

5. Isolasi dan pemurnian senyawa

6. Pemisahan senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip

7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)

Page 10: makalah hplc.docx

D. Komponen KCKT

Komponen utama dalam KCKT adalah juga komponen dalam kromatografi

lainnya yaitu wadah/kemasan fase gerak, fase gerak, pompa KCKT, kolom, fase

diam, detektor, dan perangkat komponen pendukung lainnya (Gritter, 1991) :

1. Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak dalam KCKT harus terbuat dari bahan yang bersih dan

inert. Wadah ini dapat menampung sekurang-kurangnya 1-2 liter fase gerak,

dan terlebih dahulu harus dibebasgaskan. Kehadiran gas dalam wadah fase

gerak ini akan menimbulkan gelembung gas pada pompa dan detektor yang

akan sangat mengacaukan hasil analisis.

2. Fase Gerak

Fase gerak dalam KCKT harus berupa pelarut, buffer, ataupun reagen

dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi, yaitu suatu cairan yang berderajat

KCKT (HPLC grade). Adanya pengotor dalam fase gerak akan menyebabkan

gangguan pada sistem kromatografi. Partikel-partikel kecil yang terdapat dalam

fase gerak yang kurang murni dapat mengakibatkan kekosongan kolom KCKT.

Fase gerak atau dikenal juga dengan istilah eluen umumnya merupakan

campuran pelarut yang berperan dalam daya elusi dan resolusi analisis. Daya

elusi dan resolusi KCKT ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut,

polaritas fase diam, dan sifat-sifat komponen dalam sampel.

Page 11: makalah hplc.docx

Secara umum ada 2 tipe fase gerak (Gritter, 1991):

a. Fase gerak/eluen isokratik, yaitu eluen dengan komposisi pelarut yang tidak

berubah selama percobaan kromatografi

b. Fase gerak/eluen gradien, yaitu fase gerak dengan komposisi pelarut yang

berubah selama masa kromatografi

Berdasarkan kepolaran fase gerak dibandingkan fase diamnya, fase gerak

dibedakan menjadi(Gritter, 1991):

a. Fase normal, yaitu fase diam lebih polar dari fase gerak. Kemampuan

elusinya akan meningkat seiring peningkatan polaritas fase gerak.

b. Fase terbalik, yaitu bila fase diam kurang polar dibanding fase geraknya.

Kemampuan elusi akan menurun seiring peningkatan kepolaran fase

geraknya.

3. Pompa

Pompa KCKT harus terbuat dari bahan yag inert terhadap fase gerak.

Bahan pompa dapat terbuat dari: gelas, baja tahan karat, teflon maupun batu

nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan hingga

5000 psi dan mamp mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3 ml/menit.

Untuk keperluan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan

fase gerak dengan kecepatan hingga 20 ml/menit (Day, 2001).

Page 12: makalah hplc.docx

Ada 2 tipe pompa (Day, 2001).:

a. Pompa dengan tekanan konstan

b. Pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Pompa tipe ini lebih umum

digunakan.

4. Kolom

Kolom pada HPLC merupakan bagian yang sangat penting, sebab

pemisahan komponen-komponen sampel yang akan terjadi di dalam kolom.

Kolom akan menjadi penentu keberhasilan pemisahan serta hasil akhir analisis

dengan HPLC (Day, 2001).

Kolom adalah tabung baja stainless dikalibrasi lurus yang panjangnya

antara 3 dan 15 cm dan pada dinding bagian dalam kadang-kadang dilapisi

dengan material inert seperti kaca atau PEEKÂ ®. Kolom bisa terbuat dari

sejenis plastik disebut cartridge, atau terbuat dari stainless steel (Day, 2001).

Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom

mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam

untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit (Day, 2001).

Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan

kolom konvensional, yakni (Gritter, 1991):

1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding

dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase

gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).

Page 13: makalah hplc.docx

2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih

ideal jika digabung dengan spektrometer massa.

3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas

misal sampel klinis.

5. Fase Diam

Kebanyakn fase diam berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi,

silika yang tak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil benzena.

Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak

digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran

yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek

lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan

sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak

dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi

yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan (Day,

2001).

6. Detektor

Detektor KCKT dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu detektor yang

bersifat universal, yaitu detektor yang dapat mendeteksi zat secara umum, tidak

bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif. Contoh detektor yang bersifat

universal adalah detektor indeks bias dan spektrometri massa. Dan jenis

detektor lainnya adalah detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit

Page 14: makalah hplc.docx

secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, fluoresensi dan

elektrokimia (Day, 2001).

Detektor yang ideal akan mempunyai karakteristik berikut (Gholib, 2007) :

a. Mempunyai respon terhadap analit yang cepat dan reproduksible

b. Mempunyai sensitivitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi analit pada

kadar yang sangat kecil

c. Stabil dalam pengoperasiannya

d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan

pelebaran pita. Untuk kolom konvensional 8 ul atau lebih kecil dan 1 ul atau

lebih kecil pada kolom mikrobar.

e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi analit pada

kisaran yang luas

f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak

Detektor merupakan bagian integral dari peralatan analitik kromatografi cair

ini. Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang

umumnya didasarkan pada persyaratan sensitivitas, jenis senyawa yang ada

dalam sampel, dan faktor-faktor lain seperti biaya. Detektor yang paling umum

didasarkan pada indeks bias dari eluat kolom, karena hampir semua zat terlarut

akan menghasilkan larutan dengan indeks bias yang berbeda dengan indeks bias

pelarut murni. Detektor ini mampu menginderai perbedaan tersebut dan

menghasilkan sinyal-sinyal listrik yang proporsional yang kemudian diperkuat

dan direkam untuk menghasilkan kromatogram. Batasan utamanya adalah

Page 15: makalah hplc.docx

sensitivitas; batasan pendeteksian akan bervariasi sesuai dengan keadaan, yang

umumnya sekitar satu mikrogram zat terlarut (Gholib, 2007).

7. Tempat penyuntikan sampel

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase

gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat

penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang

dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Posisi

pada saat memuat sampel Posisi pada saat menyuntik sampel (Day, 2001).

E. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Penggunaan HPLC

Dengan adanya HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi.

Berikut merupakan kelebihan dari alat HPLC antara lain (Khopkar, 2010) :

1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran dengan daya

memisah yang tinggi.

2. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan analisis.

Page 16: makalah hplc.docx

3. Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan kepekaan yang tinggi.

4. Kolom dapat digunakan kembali.

5. Waktu analisa cukup singkat.

6. HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang tidak mudah menguap dan zat

yang tidak stabil.

7. Dapat menganalisis sampel yang kecil kuantitasnya.

8. Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.

Kelemahan dari alat HPLC antara lain (Gholib, 2007) :

1. Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.

2. Sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor.

3. Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan

3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran, jadi harus

seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus dijaga.

F. Jenis-jenis HPLC

Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase

diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase

diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada

kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase

normal dan HPLC fase terbalik (Hendayana, 2006).

Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada

sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-

jenis HPLC sebagai berikut (Gholib, 2007) :

Page 17: makalah hplc.docx

1. Kromatografi Adsorbsi

Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam

kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi

adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam

silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini

memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus

hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika

mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat

sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.

2. Kromatografi fase terikat

Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi

secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi

silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana,

oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah

oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase

terbalik.

Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air

atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa

lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka

solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang

terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah

Page 18: makalah hplc.docx

dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya

spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.

3. Kromatografi penukar ion

KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation

atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di

pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren

resin.

Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan

media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut

campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar

ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total

atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase

gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan

kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar

ion pada resin.

4. Kromatografi Pasangan ion

Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan

sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada

metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai

muatan yang berlawanan.

Page 19: makalah hplc.docx

5. Kromatografi Eksklusi Ukuran

Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan

dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat

molekul > 2000 dalton.

Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat

porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau

berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih

besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran

medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan

solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara

partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran

ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe

kromatografi yang lain.

6. Kromatografi Afinitas

Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi

yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya

dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan

dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi

antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk

mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.

Page 20: makalah hplc.docx

G. Perhitungan

Penetapan kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral dengan

metode kromatografi cair kinerja tinggi (kckt)

Page 21: makalah hplc.docx

Kadar zat aktif parasetamol dalam parasetamol sirup adalah : 97,73%

Syarat : tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0%

Kesimpulan : memenuhi syarat (MS)

Page 22: makalah hplc.docx

DAFTAR ISI

Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Gholib, Ibnu,dkk.2007.Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Gritter, R.J., J.M. Bobbit, dan A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi II. Bandung: ITB.

Handayana, Sumar. (2006). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

Khopkar, SM. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.