makalah hidrosefalus
-
Upload
dian-alessa -
Category
Documents
-
view
95 -
download
0
description
Transcript of makalah hidrosefalus
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala
air" adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak
(cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)
B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Adapun berdasarkan waktu pembentukannya, klasifikasi hydrocephalus
yaitu:
1. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada
neonatus atau yang berkembang selama intrauterine.
2. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera
kepala selama proses kelahiran.
3. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa
neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa neonatus
Dan berdasarkan sirkulasi cairan serebrospinal, dibedakan menjadi:
1. Hydrocephalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan
adanya hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang
subaraknoid.
2. Hydrocephalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi cairan
serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 2
Menurut proses terbentuknya hidrosefalus, dibedakan menjadi :
1. Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai
akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.
2. Hidrosefalus kronik apabila perkembangan hidrosefalus tejadi setelah aliran
CSS mengalami obstruksi beberapa minggu.
C. ETIOLOGI
Hydrocephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi
dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di
atasnya. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak
adalah:
1. Kelainan bawaan seperti stenosis aquaductus sylvii, spina bivida dan
cranium bivida, sindrom dandy-walker, kista arachnoid, serta anomaly
pembuluh darah.
2. Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen
sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Selain itu, ibu hamil sering
menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan
normal otak. Infeksinya antara lain Cytomegalovirus, Rubella, Mumps, Sifilis,
dan Toksoplasmosis.
3. Neoplasma, mengakibatkan hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang
dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
4. Perdarahan sebelum dan atau sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus
juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas,
sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-
ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi
dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang
makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 3
orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun
banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala.
Berikut ini adalah hal-hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus :
1. Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi
perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak) yang dapat
menyebabkan hydrocephalus.
2. Masalah selama kehamilan infeksi pada rahim selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko hydrocephalus pada bayi berkembang. Akibat infeksi dapat
timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab infeksi
adalah toksoplasmosis.
3. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap
dari kolom tulang belakang. Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi
saat lahir, tetapi peningkatan risiko hydrocephalus akan tampak saat usia bayi
lebih tua (masih masa anak - anak).
4. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak. Pada anak yang
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma. Hydrocephalus Infantil, 4% adalah
karena tumor fossa fosterior.
5. Infeksi pada sistem saraf. Perdarahan di otak. Hydrocephalus Infantil, 50%
adalah karena perdarahan dan meningitis.
6. Memiliki cedera kepala berat.
D. PATOFISIOLOGI
Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3
mekanisme yaitu : produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran
liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konsekuensi dari tiga
mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan
keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan
Hidrocefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 4
Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di
dalam sistem susunan saraf pusat.
Perubahan mekanis dari otak
Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis
Hilangnya jaringan otak
Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura
kranial.
E. PATHWAY
Malformasi
Obstruksi
Dilatasi bag. Proksimal s.d
tempat obstruksi
Tekanan
Menekan otak
Ketidakseimbangan
sekresi dan absorbsi
CSS
akumulasi CSS di
Vent.
Dilatasi bag.
Vent.
Stl penutupan
sutura
Sutura terbuka
P/ TIK
Sbl penutupan
sutura
Pembesaran tlg.
tengkorak
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 5
F. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II.
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak.
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh.
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala.
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar.
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas).
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbital.
8. Sklera mata tampak di atas iris.
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat.
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.
G. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004) :
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 6
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pengukuran Lingkar kepala setiap hari
Pertumbuhan/pembesaran kepala yang cepat
CT Scan
MRI
EEG
Isotope Ventriculograms
I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk
menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih
dipilih daripada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hydrocephalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50
mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid
dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau
furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat
sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 7
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat
mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt.
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :
kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk
selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,
atau dislokasi.
Penatalaksanaan Perawatan Khusus
Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post–operatif
dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
a. Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
b. Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak
pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.
c. Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
d. Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
e. Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya
adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda
yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 8
J. TERAPI
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus
khoroideus dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi.Akan tetapi
hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh disini antara lain:
• Diamox Cazetasolamoid.
• Isosorbid.
• Cairan osmotik (manitol, urea).
• Kartikosteroid dan diuretik.
• Fenobarbital.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan
tempat absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid.
3. Pengeluaran CSS ke dalam rongga ekstra kranial dengan operasi pemasangan
shunt. Operasi pemasangan shunt dilakukan sedini mungkin, tetapi biasanya
dipasang pada usia 3-4 bulan, sedangkan revisi pada usia 18-24 bulan, 1-6 tahun,
10-12 tahun.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1) Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2) Penanganan alternatif (selain shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 9
saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3) Operasi pemasangan “pintas“ (shunting)
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang
ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2
hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka
kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt
yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,
lokulasi ventrikel dan bahkan kematian
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : premature, pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Anak dapat melihat keatas atau tidak.
Adanya Pembesaran kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
2) Palpasi :
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata :
Akomodasi.
Gerakan bola mata.
Luas lapang pandang
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 11
Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Strabismus, nistakmus, atropi optic.
c. Observasi Tanda-tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.
Penurunan nadi/Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan
serebrospinal.
2. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intregritas kulit sehubungan dengan
penekanan dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.
3. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan
kurang, peningkatan metabolisme.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan
serebrospinal.
- Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.
- Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan
muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.
INTERVENSI DAN RASIONAL :
a) Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan
perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 12
Rasional : deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status
neurologis/tanta-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau
tindakan pembedahan.
b) Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional : suatu keadaan normal bisa sirkulasi serebri terpelihara dengan
baikatau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari
autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal
vaskularisasi darah serebri. Dengan peningkatan tekanan darah (diastolik)
maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakranial. Adanya
peningkatan tekanan darah, brakikardi, disritma, dispnea merupakan tanda
terjadinya peningkatan TIK.
c) Evaluasi pupil.
Rasional : reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan
tanda dari gangguan saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf
antara simpatis dan parasimpatis merupakan respons refleks saraf kranial.
d) Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.
Rasional : panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan
metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK.
e) Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit
bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
Rasional : perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada
vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada
vena serebri) untuk itu dapat meningkatan TIK.
f) Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya
prosedur.
Rasional : tindakan yang terus-menerus dapat mengkatkan TIK oleh efek
rangsangan kumulatif.
g) Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung,
lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah, dan suasana yang tidak gaduh.
Rasional : memberikan suasana yang tenang dapat mengurangi respons
psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 13
h) Cegah/hindari terjadinya valsava manuver.
Rasional : mengurangi tekanan intrathorakal dan intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK.
i) Bantu klien jika batuk, muntah.
Rasional : aktivitas ini dapat meningkatan intrathoraks dan tekanan dalam
abdomen dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK.
j) Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari.
Rasional : tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK
atau memeberikan refleks nyeri dimana klien mampu mengungkapkan keluhan
secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK.
k) Palpasai pada pembesaran/pelebaran kandung kemih, pertahankan drainase
urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.
Rasional : dapat meningkatkan respons otomatis yang potensial menaikkan
TIK.
l) Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orang tua tentang sebab-akibat
TIK meningkat.
Rasional : meningkatkan kerjas sama dalam meningkatkan perawatan klien dan
mengurangi kecemasan.
m) Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.
Rasional : perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.
Kolaborasi
n) Pemberian O2 sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi
serebri dan volume darah dan menaikkan TIK.
o) Berikan cairan intravena sesuai dengan yang diindikasikan.
Rasional : pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema
serebri, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah, dan TIK.
p) Berikan obat diuretik osmotik, contohnya : manitol, furoscide.
Rasional : diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air
dari kerusakan sel dan mengurangi edema serebri dan TIK.
q) Berikan steroid, contohnya : deksametason, metil prednisolon.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 14
Rasional : untuk menurunkan inflamasi dan mengurangi edema jaringan.
r) Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothrombin, LED.
Rasional : membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian
obat.
2. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intregritas kulit sehubungan dengan
penekanan dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.
- Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.
- Kriteria hasil : klien mau berpatisipasi terhadap pencgahan luka, mengetahui
penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
INTERVENSI DAN RASIONAL
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (Range Of Motion) dan mobilisasi
jika mungkin.
Rasional : meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh.
b) Ubah posisi tiap 2 jam.
Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.
c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol.
Rasional : menghindari kerusakan-kerusakan kapiler.
d) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan
pada waktu berubah posisi.
Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.
e) Observasi terhadap eritema, kepucatan, dan palpasi area sekitar terhadap
Rasional : kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.
f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma dan panas
terhadap kulit.
Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.
3. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan
kurang, peningkatan metabolisme.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 15
- Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada tanda-tanda edema
perifer/paru-paru.
- Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan tekanan darah, berat badan,
nadi, intake dan output dalam batas normal.
INTERVENSI DAN RASIONAL
a) Pertahankan secara ketat intake dan output.
Rasional : untuk mencegah dan mengidentifikasi secara awal terjadinya kelebihan
cairan.
b) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : peningkatan berat badan merupakan indikasi berkembangnya atau
bertambahnya edema sebagai manifestasi dari kelebihan cairan.
c) Monitor tanda vital seperti tekanan darah, nadi.
Rasional : kekurangan cairan dapat menunjukkan gejala peningkatan nadi dan
tekanan darah menurun.
d) Catatlah perubahan turgor kulit, kondisi mukosa mulut, dan karakter sputum.
Rasional : penurunan kardiak output berpenegaruh pada perfusi fungsi otak.
Kekurangan cairan selalu mengidentifikasi dengan turgor kulit berkurang, mukosa
mulut kering, dan sekret yang kental.
e) Hitunglah jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : memberikan informasi tentang keadaan cairan tubuh secara umum
untuk mempertahankannya tetap seimbang.
Kolaborasi
f) Berikan cairan per infus jika diindikasikan.
Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotis.
g) Monitor kadar elektrolit jika diindikasikan.
Rasional : elektrolit, khususnya potasium dan sodium dapat berkurang jika klien
mendapatkan obat diuretik.
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 16
D. EVALUASI
1. Klien tidak terjadi peningkatan TIK.
2. Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.
3. Klien tidak ada tanda-tanda edema perifer/paru-paru.