makalah hidrosefalus

16
KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 1 LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Hidrosefalus yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air" adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989) B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS Adapun berdasarkan waktu pembentukannya, klasifikasi hydrocephalus yaitu: 1. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intrauterine. 2. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera kepala selama proses kelahiran. 3. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa neonatus atau disebabkan oleh faktor faktor lain setelah masa neonatus Dan berdasarkan sirkulasi cairan serebrospinal, dibedakan menjadi: 1. Hydrocephalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid. 2. Hydrocephalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri

description

stikes icsada

Transcript of makalah hidrosefalus

Page 1: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Hidrosefalus yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan

"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala

air" adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak

(cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral,

ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan

tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di

sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya

cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi

sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS

Adapun berdasarkan waktu pembentukannya, klasifikasi hydrocephalus

yaitu:

1. Hydrocephalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada

neonatus atau yang berkembang selama intrauterine.

2. Hydrocephalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera

kepala selama proses kelahiran.

3. Hydrocephalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa

neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa neonatus

Dan berdasarkan sirkulasi cairan serebrospinal, dibedakan menjadi:

1. Hydrocephalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan

adanya hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang

subaraknoid.

2. Hydrocephalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi cairan

serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri

Page 2: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 2

Menurut proses terbentuknya hidrosefalus, dibedakan menjadi :

1. Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai

akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.

2. Hidrosefalus kronik apabila perkembangan hidrosefalus tejadi setelah aliran

CSS mengalami obstruksi beberapa minggu.

C. ETIOLOGI

Hydrocephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu

tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi

dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di

atasnya. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak

adalah:

1. Kelainan bawaan seperti stenosis aquaductus sylvii, spina bivida dan

cranium bivida, sindrom dandy-walker, kista arachnoid, serta anomaly

pembuluh darah.

2. Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen

sehingga dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Selain itu, ibu hamil sering

menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan

normal otak. Infeksinya antara lain Cytomegalovirus, Rubella, Mumps, Sifilis,

dan Toksoplasmosis.

3. Neoplasma, mengakibatkan hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang

dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.

4. Perdarahan sebelum dan atau sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan

yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus

juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas,

sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-

ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi

dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang

makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada

Page 3: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 3

orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun

banyaknya CSS yang tertumpuk, tidak akan mampu menambah besar diameter kepala.

Berikut ini adalah hal-hal yang mempengaruhi terjadinya hydrocephalus :

1. Lahir prematur, bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi

perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak) yang dapat

menyebabkan hydrocephalus.

2. Masalah selama kehamilan infeksi pada rahim selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko hydrocephalus pada bayi berkembang. Akibat infeksi dapat

timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan

piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain, penyebab infeksi

adalah toksoplasmosis.

3. Masalah dengan perkembangan janin seperti penutupan yang tidak lengkap

dari kolom tulang belakang. Beberapa cacat bawaan mungkin tidak terdeteksi

saat lahir, tetapi peningkatan risiko hydrocephalus akan tampak saat usia bayi

lebih tua (masih masa anak - anak).

4. Lesi dan tumor sumsum tulang belakang atau otak. Pada anak yang

menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir

biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan

ventrikel III disebabkan kraniofaringioma. Hydrocephalus Infantil, 4% adalah

karena tumor fossa fosterior.

5. Infeksi pada sistem saraf. Perdarahan di otak. Hydrocephalus Infantil, 50%

adalah karena perdarahan dan meningitis.

6. Memiliki cedera kepala berat.

D. PATOFISIOLOGI

Hidrocefalus menurut Avril B. Kligmen (1999) terjadi sebagi akibat dari 3

mekanisme yaitu : produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran

liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konsekuensi dari tiga

mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan

keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan

Hidrocefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

Page 4: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 4

Kompresi sistem serebrovaskular

Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di

dalam sistem susunan saraf pusat.

Perubahan mekanis dari otak

Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis

Hilangnya jaringan otak

Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura

kranial.

E. PATHWAY

Malformasi

Obstruksi

Dilatasi bag. Proksimal s.d

tempat obstruksi

Tekanan

Menekan otak

Ketidakseimbangan

sekresi dan absorbsi

CSS

akumulasi CSS di

Vent.

Dilatasi bag.

Vent.

Stl penutupan

sutura

Sutura terbuka

P/ TIK

Sbl penutupan

sutura

Pembesaran tlg.

tengkorak

Page 5: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 5

F. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998)

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II.

2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak.

3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh.

4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan

mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala.

5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar.

6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,

kelopak mata tertarik ke atas).

7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbital.

8. Sklera mata tampak di atas iris.

9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat.

10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan

kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

G. KOMPLIKASI

1. Peningkatan TIK

2. Kerusakan otak

3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak

4. Emboli otak

5. Obstruksi vena kava superior

6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik

7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan

8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004) :

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

Page 6: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 6

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pengukuran Lingkar kepala setiap hari

Pertumbuhan/pembesaran kepala yang cepat

CT Scan

MRI

EEG

Isotope Ventriculograms

I. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan

Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,

penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.

Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk

menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih

dipilih daripada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.

2. Terapi Medikamentosa

Hydrocephalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya

tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50

mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid

dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau

furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat

sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.

3. Pembedahan

Page 7: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 7

Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.

Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat

mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :

a. Ventrikulo Peritorial Shunt.

b. Ventrikulo Adrial Shunt

Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada

keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :

kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.

Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari

ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan

ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.

Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi

radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk

selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,

atau dislokasi.

Penatalaksanaan Perawatan Khusus

Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post–operatif

dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :

a. Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.

b. Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak

pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.

c. Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.

d. Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.

e. Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya

adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda

yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.

Page 8: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 8

J. TERAPI

Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak sebagian pleksus

khoroideus dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi.Akan tetapi

hasilnya kurang memuaskan. Obat-obatan yang berpengaruh disini antara lain:

• Diamox Cazetasolamoid.

• Isosorbid.

• Cairan osmotik (manitol, urea).

• Kartikosteroid dan diuretik.

• Fenobarbital.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan

tempat absorbsi yakni menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid.

3. Pengeluaran CSS ke dalam rongga ekstra kranial dengan operasi pemasangan

shunt. Operasi pemasangan shunt dilakukan sedini mungkin, tetapi biasanya

dipasang pada usia 3-4 bulan, sedangkan revisi pada usia 18-24 bulan, 1-6 tahun,

10-12 tahun.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1) Penanganan sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi

hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau

upaya meningkatkan resorbsinya.

2) Penanganan alternatif (selain shunting)

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi

radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi.

Page 9: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 9

saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III

adalah dengan teknik bedah endoskopik.

3) Operasi pemasangan “pintas“ (shunting)

Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan

kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga

peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang

ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2

hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka

kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt

yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual,

lokulasi ventrikel dan bahkan kematian

Page 10: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 10

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Anamnesa

1) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,

perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

2) Kaji Riwayat Perkembangan

Kelahiran : premature, pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah

pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

Anak dapat melihat keatas atau tidak.

Adanya Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2) Palpasi :

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan

tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata :

Akomodasi.

Gerakan bola mata.

Luas lapang pandang

Page 11: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 11

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.

Strabismus, nistakmus, atropi optic.

c. Observasi Tanda-tanda vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

Peningkatan sistole tekanan darah.

Penurunan nadi/Bradicardia.

Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan

serebrospinal.

2. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intregritas kulit sehubungan dengan

penekanan dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.

3. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan

kurang, peningkatan metabolisme.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan

serebrospinal.

- Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.

- Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan

muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.

INTERVENSI DAN RASIONAL :

a) Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan

perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.

Page 12: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 12

Rasional : deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status

neurologis/tanta-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau

tindakan pembedahan.

b) Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Rasional : suatu keadaan normal bisa sirkulasi serebri terpelihara dengan

baikatau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari

autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal

vaskularisasi darah serebri. Dengan peningkatan tekanan darah (diastolik)

maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakranial. Adanya

peningkatan tekanan darah, brakikardi, disritma, dispnea merupakan tanda

terjadinya peningkatan TIK.

c) Evaluasi pupil.

Rasional : reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan

tanda dari gangguan saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf

antara simpatis dan parasimpatis merupakan respons refleks saraf kranial.

d) Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.

Rasional : panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan

metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK.

e) Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit

bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.

Rasional : perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada

vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada

vena serebri) untuk itu dapat meningkatan TIK.

f) Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya

prosedur.

Rasional : tindakan yang terus-menerus dapat mengkatkan TIK oleh efek

rangsangan kumulatif.

g) Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung,

lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah, dan suasana yang tidak gaduh.

Rasional : memberikan suasana yang tenang dapat mengurangi respons

psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah.

Page 13: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 13

h) Cegah/hindari terjadinya valsava manuver.

Rasional : mengurangi tekanan intrathorakal dan intraabdominal sehingga

menghindari peningkatan TIK.

i) Bantu klien jika batuk, muntah.

Rasional : aktivitas ini dapat meningkatan intrathoraks dan tekanan dalam

abdomen dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK.

j) Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari.

Rasional : tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK

atau memeberikan refleks nyeri dimana klien mampu mengungkapkan keluhan

secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK.

k) Palpasai pada pembesaran/pelebaran kandung kemih, pertahankan drainase

urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.

Rasional : dapat meningkatkan respons otomatis yang potensial menaikkan

TIK.

l) Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orang tua tentang sebab-akibat

TIK meningkat.

Rasional : meningkatkan kerjas sama dalam meningkatkan perawatan klien dan

mengurangi kecemasan.

m) Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.

Rasional : perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna

menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.

Kolaborasi

n) Pemberian O2 sesuai indikasi.

Rasional : mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi

serebri dan volume darah dan menaikkan TIK.

o) Berikan cairan intravena sesuai dengan yang diindikasikan.

Rasional : pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema

serebri, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah, dan TIK.

p) Berikan obat diuretik osmotik, contohnya : manitol, furoscide.

Rasional : diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air

dari kerusakan sel dan mengurangi edema serebri dan TIK.

q) Berikan steroid, contohnya : deksametason, metil prednisolon.

Page 14: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 14

Rasional : untuk menurunkan inflamasi dan mengurangi edema jaringan.

r) Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothrombin, LED.

Rasional : membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian

obat.

2. Resiko tinggi terjadinya kerusakan intregritas kulit sehubungan dengan

penekanan dan ketidakmampuan untuk menggerakan kepala.

- Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.

- Kriteria hasil : klien mau berpatisipasi terhadap pencgahan luka, mengetahui

penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.

INTERVENSI DAN RASIONAL

a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (Range Of Motion) dan mobilisasi

jika mungkin.

Rasional : meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh.

b) Ubah posisi tiap 2 jam.

Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.

c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang

menonjol.

Rasional : menghindari kerusakan-kerusakan kapiler.

d) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan

pada waktu berubah posisi.

Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.

e) Observasi terhadap eritema, kepucatan, dan palpasi area sekitar terhadap

Rasional : kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.

f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma dan panas

terhadap kulit.

Rasional : mempertahankan keutuhan kulit.

3. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, asupan cairan

kurang, peningkatan metabolisme.

Page 15: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 15

- Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada tanda-tanda edema

perifer/paru-paru.

- Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan tekanan darah, berat badan,

nadi, intake dan output dalam batas normal.

INTERVENSI DAN RASIONAL

a) Pertahankan secara ketat intake dan output.

Rasional : untuk mencegah dan mengidentifikasi secara awal terjadinya kelebihan

cairan.

b) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : peningkatan berat badan merupakan indikasi berkembangnya atau

bertambahnya edema sebagai manifestasi dari kelebihan cairan.

c) Monitor tanda vital seperti tekanan darah, nadi.

Rasional : kekurangan cairan dapat menunjukkan gejala peningkatan nadi dan

tekanan darah menurun.

d) Catatlah perubahan turgor kulit, kondisi mukosa mulut, dan karakter sputum.

Rasional : penurunan kardiak output berpenegaruh pada perfusi fungsi otak.

Kekurangan cairan selalu mengidentifikasi dengan turgor kulit berkurang, mukosa

mulut kering, dan sekret yang kental.

e) Hitunglah jumlah cairan yang masuk dan keluar.

Rasional : memberikan informasi tentang keadaan cairan tubuh secara umum

untuk mempertahankannya tetap seimbang.

Kolaborasi

f) Berikan cairan per infus jika diindikasikan.

Rasional : mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotis.

g) Monitor kadar elektrolit jika diindikasikan.

Rasional : elektrolit, khususnya potasium dan sodium dapat berkurang jika klien

mendapatkan obat diuretik.

Page 16: makalah hidrosefalus

KEPERAWATAN DEWASA II ASKEP HIDROSEFALUS 16

D. EVALUASI

1. Klien tidak terjadi peningkatan TIK.

2. Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.

3. Klien tidak ada tanda-tanda edema perifer/paru-paru.