MAKALAH HALUSINASI.docx

27
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................... ...................................................................i DAFTAR ISI........................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................1 A. Latar Belakang................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................2 C. Tujuan........................................................2 BAB II ISI.........................................................3 A. Definisi Halusinasi..........................................3 B. Etiologi..................................................... 3 C. Pohon Maslah.................................................4 D. Jenis-Jenis Halusinai........................................5 E. Tanda Gejala.................................................6 F. Tahapan Halusinasi...........................................6 G. Sumber Koping................................................7 H. Mekanisme Koping.............................................8 f. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi.................9 ASUHAN KEPERAWATAN................................................11 1. Pengkajian.................................................. 11 2. Diagnosa Keperawatan........................................11 3. Perencanaan.................................................12 4. Pelaksanaan.................................................15 5. Evalusai.................................................... 16 BAB II PENUTUP....................................................17 A. KESIMPULAN...................................................17 B. SARAN........................................................17

Transcript of MAKALAH HALUSINASI.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................iDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Rumusan Masalah2C.Tujuan2BAB II ISI3A.Definisi Halusinasi3B.Etiologi3C.Pohon Maslah4D.Jenis-Jenis Halusinai5E.Tanda Gejala6F.Tahapan Halusinasi6G.Sumber Koping7H.Mekanisme Koping8f. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi9ASUHAN KEPERAWATAN111.Pengkajian112.Diagnosa Keperawatan113.Perencanaan124.Pelaksanaan155.Evalusai16BAB II PENUTUP17A.KESIMPULAN17B.SARAN17DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................18

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Halusinasi merupakan masalah yang paling banyak muncul, merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. (Nasution, 2003).

Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata. Pada umumnya pasien mendengar suara-suara yang membicarakan mengenai keadaan pasien atau yang dialamatkan pada pasien itu. (Ilham, 2005). Jumlah penderita schizophrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survey di rumah sakit di Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari 2009, dikutip dari Chaery 2009). Pada penderita skizophrenia 70% diantaranya adalah penderita halusinasi (Marlindawany dkk., 2008).

Menurut Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi (Nasution 2003).

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat (Hawari 2009, dikutip dari Chaery 2009).

B. Tujuan1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun Laporan ini adalah untuk menyelesaikan Laporan kasus kelolaan keperawatan jiwa

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Definisi Halusinasi

b. Mengetahui Psikopatologi Halusinasi

c. Penatalaksanaan Medis Halusinasi

BAB IIISIA. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, penegcapan, perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik.

a. Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.

b. Faktor sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya.

c. Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jikaseseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytranferase DMP)

d. Faktor psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.

e. Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Pohon Maslah

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri Rendah

D. Jenis-Jenis Halusinai

Jenis Halusinasi

Dta Objektif

Data Subjektif

Halusinasi Dengar

(Klien mendengar suara/ bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata/ lingkungan)

Bicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara

Marah-marah tanpa sebab

Mencondongkan telinga ke arah tertentu

Menutup telinga

Mendengar suara-suara atau kegaduhan

Mendengar suara yang

mengajak bercakap-cakap

Mendengar suara

menyrruh melakukan

sesuatu yang berbahaya

Halusinasi penglihatan

(Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya)

Menunj uk-nunjuk ke arah tertentu

Ketakutan pada objek yang tidak jelas

Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,

bentuk kartun, melihat

hantu atau monstet

Halusinasi penghidu

(klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata)

Menghidu seperti sedang

membaui bau-baua tertentu

Menutup hidung

Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

Halusinasi pengecapan

(klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak).

Sering meludah

Muntah

Merasakan rasa seperti

darah, urine, atau feses

Halusinasi perabaan

(klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata)

Menggaruk-garuk permukaan kulit

Mengatakan ada serangga di permukaan kulit

Merasa seperti tersengat

Listrik

E. Tanda Gejala

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata, Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, dan gelisah.

F. Tahapan Halusinasi

1. Tahap I (Non-psikotik)

Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.

Karakteristik :

a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.

b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan.

c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.

Perilaku yang muncul:

a. Tersenyum atau tertawa sendiri.

b. Menggerakkan bibir tanpa suara.

c. Pergerakan mata yang cepat.

d. Respons verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi.

2. Tahap II (Non-psiktotik)

Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang adadapat menyebabkan antipati.

Karakteristik:

a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut.

b. Mulai merasa kehilangan kontrol.

c. Menarik diri dari orang lain.

Perilaku yangmuncul:

a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.

b. Perhatian terhadap lingkungan menurun.

c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun.

d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita.

3. Tahap III (Psikotik)

Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik:

a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.

b. Isi halusinasi menjadi atraktif'

c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.

Perilaku yang muncul:

a. Klien menuruti perintah halusinasi.

b. Sulit berhubungan dengan orang lain.

c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat.

d. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata.

e. Klien tampak tremor dan berkeringat.

4. Tahap IV (Psikotik)

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.

Perilaku yang muncul:

a. Risiko tinggi mencederai.

b. Agitasi/kataton.

c. Tidak mampu merespons rangsangan yang ada.

G. Sumber Koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang efektif

H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stres, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.

1. Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping yg konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.

2. Mekanisme koping yg umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti Displacement, Sublimasi, Proyeksi, Represi, dan Reaksi Formasi.

a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya

c. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.

d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.

e. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

f. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi

Tindahan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.

2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.

Tindakan Keperawatan:

1. Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, Anda dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apayang didengar/dilihat) waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.

2. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi Anda dapat melatih pasien empat carayang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

a. Menghardik halusinasi. Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya' Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Thhapan tindakan meliputi:

1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

2) Memperagakan cara menghardik

3) Meminta pasien memperagakan ulang

4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b. Bercakap-cakap dengan orang lain. Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakapcakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

c. Melakukan aktivitas yang terjadwal. Untuk mengurangi risiko munculnya kembali halusinasi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi dapat dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Setiap kegiatan yang dilatih dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai tidak ditemukan waktu luang. Thhapan intervensinya adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang reratur untuk mengatasi halusinasi.

2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

3) Melatih pasien melakukan aktivitas

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam ,7 hari dalam seminggu.

5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiaran dan memberikan penguaran terhadap perilaku pasien yang positif.

d. Menggunakan obat secara teratur. Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien.iuga harus dilatih untuk mengguqakan obat secara reratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

1) Jelaskan kegunaan obat

2) Jelaskan akibat putus obat

3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

Data yang perlu Dikaji

Subjektif:

a. Klien mengatakan mendengar sesuatu.

b. Ktien mengatakan melihat bayangan putih.

c. Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.

d. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.

e. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.

f. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.

Objektif:

a. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.

b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.

c. Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

d. Disorientasi.

e. Konsentrasi rendah.

f. Pikiran cepat berubah-ubah.

g. Kekacauan atur pikiran.

2. Diagnosa Keperawatan

Halusinasi

3. Perencanaan

PERENCNAAN

TGL

DX KEP

TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENSI

Halusinasi

TUM :

Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

TUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah.x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat

Eksperesi wajah bersahabat

Menunjukkan rasa senang

Ada kontak mata

Mau berjabat tangan

Mau menyebutkan nama

Mau menjawab salam

Mau duduk bedampingan dengan perawat

Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal

Perkenalkan nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan

Tanykan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien

Buat kontrak yang jelas

Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi

Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Tanyakan perasaan klien dan masalah yang digadapi klien

Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

1. Setelah...x

Interksi klien mampu menyebutkan

Isi

Waktu

Frekwensi

Situsai dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

2. Setelah.x interaksi klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi

Marah

Takut

Sedih

Senang

Cemas

Jengkel

1. Adanya kontrak sering dan bertahap

2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasnya

(dengar,lihat,penghidu,rabakecap)

Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi)

Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya

Katakn bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut,namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh dan menghakimi)

Katakan bahwa ada klien lain yang sama

Katakan bahwa perawat akan membantu klien jika klien tidak sedang berhalusinasi,kalrifikasi tentang pengalaman halusinasinya

Diskusikan dengan klien:

Isi,waktu,dan frekwensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang)

Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan ubtuk mengungkapkan perasaannya

4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut

5. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya baik klien menikmati halusinasinya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

1. setelah ....X interaksi

Klien menyebutkan

cara baru mengontrol halusinasi

1. Diskusikan cara yang baru:

Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah disusun

Meminta keluarga, teman, perawat untuk menyapa jika terjadi halusinasi

3. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya

4. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih

5. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian

6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas : kelompok, orientasi realitas, stimulus persepsi

4. meminta dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

1. keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

2. setelah ....x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi

2. diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan rumah

Pengertian halusinasi

Tanda dan gejala halusinasi

Proses terjadinya halusinasi

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi

Obat-obatan halusinasi

Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk mengatsai halusinasi)

Beri informasi waktu kontrol kerumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah

5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

1. setelah ...x interaksi

Klien menyebutkan:

Manfaat minum obat

Kerugian tidak minum obat

Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat

2. Setelah...x interaksi klien mendemostrasikan penggunaan obat dengan benar

3. Setelah ...x interaksi

Klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara efek terapi dan efek samping penggunaan obat

2. Pantau klien saat penggunaan obat

3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

5. Anjurkan klien untuk berkonsultrasi

Kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

4. Pelaksanaan

Masalah Keperawatan

Tindakan Keperawatan Untuk Pasien

Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga

Halusinasi

SP I P

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi Isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi Waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi Frekuenis halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi Situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi Respons pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan ( kegiatan yang bisa dilakukan pasien)

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Sp IV P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP I K

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara-cara merawat paisen halusinasi

SP II K

1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan cara merawatan alngsung kepada pasien Halusianasi

SP III K

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah trrmasuk minum obat (diseharge plunning)

2. Menjelaskan falllow up pasien setelah pulang

Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah . Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan data.

Dalam implementasi keperawatan, tindakah harus cukup mendetail dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.

5. Evalusai

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri pasien dan menilai sejauh mana masalah dapat diatasi. Di samping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.

BAB II PENUTUPA. KESIMPULAN

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan.

Jenis-jenis halusinasi adalaha halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Halusinasi disebabkan oleh beberapa. Faktor dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetik

B. SARAN

Melalui makalah ini kelompok mengharapkan agar pengetahuan mengenai halusinasi dapat diketahui oleh para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat buat kehidupan pembaca, baik dalam aplikasi praktik di lingkungan rumah sakit maupun di lingkungan sekitar sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Yudi. Kusumawati, Farida. 2012. Buku Ajar Keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Jiwa Komunitas. Jakrta: EGC

Nurjannah, Instansari. 2008. Penanganan klien dengan masalah psikiatri: halusinasi. Yogyakarta : MocoMedika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplkasi Penulisan Laporan Penahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

2