makalah ghibah dan namimah.docx

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ”Lidah tak bertulang”. Mungkin ungkapan tadi tidak berlebihan jika kita lihat realita yang ada sekarang. Anggota tubuh sekecil lidah dan tampak lemah itu ternyata mampu menyakiti hati serta memberinya bekas yang dalam. Kadang orang tidak menyadari saat dia berbicara ternyata telah menyakiti hati orang lain. Baik pria ataupun wanita pasti pernah melakukannya baik sengaja ataupun tidak sengaja, namun yang paling sering melakukannya adalah kaum wanita. Perlu diketahui bahwa lidah bisa menjadi sebab seseorang masuk surga ataupun masuk neraka, karena tidak ada satu pun kata yang kita ucapkan kecuali ada malaikat yang menulisnya. Mungkin di dunia kita bisa mengingkarinya namun di akhirat nanti mulut akan dikunci dan anggota badan lain yang berbicara. 1

Transcript of makalah ghibah dan namimah.docx

Page 1: makalah ghibah dan namimah.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

”Lidah tak bertulang”. Mungkin ungkapan tadi tidak berlebihan jika kita

lihat realita yang ada sekarang. Anggota tubuh sekecil lidah dan tampak lemah itu

ternyata mampu menyakiti hati serta memberinya bekas yang dalam. Kadang

orang tidak menyadari saat dia berbicara ternyata telah menyakiti hati orang lain.

Baik pria ataupun wanita pasti pernah melakukannya baik sengaja ataupun tidak

sengaja, namun yang paling sering melakukannya adalah kaum wanita.

Perlu diketahui bahwa lidah bisa menjadi sebab seseorang masuk surga

ataupun masuk neraka, karena tidak ada satu pun kata yang kita ucapkan kecuali

ada malaikat yang menulisnya. Mungkin di dunia kita bisa mengingkarinya

namun di akhirat nanti mulut akan dikunci dan anggota badan lain yang berbicara.

Di antara bahaya lidah yang dapat membawa kita ke neraka adalah ghibah

dan namimah. Ghibah dan namimah termasuk perkara paling keji dan paling

banyak menyebar di kalangan umat manusia. Hanya sedikit orang yang selamat

darinya.

Karena pentingnya kita menjaga lisan dari ghibah dan namimah, maka

makalah ini akan membahas segala hal yang berkaitan dengan kedua hal tersebut.

1

Page 2: makalah ghibah dan namimah.docx

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan Islam tentang ghibah dan bagaiamana kita

menyikapinya?

2. Bagaimana pandangan Islam tentang namimah dan bagaiamana kita

menyikapinya?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mendeskripsikan pandangan Islam tentang ghibah dan cara kita

menyikapinya.

2. Mendeskripsikan pandangan Islam tentang namimah dan cara kita

menyikapinya.

2

Page 3: makalah ghibah dan namimah.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ghibah

1. Pengertian Ghibah

Dalam bahasa ghibah berarti menggunjing, membicarakan kejelekan

dan kekurangan orang lain, di dalamnya ada satu keinginan untuk

menghancurkannya. Ghibah adalah membicarakan kejelekan atau ‘aib

saudaranya ataupun kebaikannya yang mana jika saudaranya itu tahu, dia

tidak menyukainya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa jika saudaranya

ada di majelis itu, juga disebut dengan ghibah. Jadi tidak hanya

menceritakan kejelekan saudaranya saja disebut ghibah, tapi juga

kebaikannya jika orang yang dibicarakan tersebut tidak menyukainya.

2. Dalil-dalil Larangan Ghibah

Firman Allah SWT surat Al-Hujurat ayat 12:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

3

Page 4: makalah ghibah dan namimah.docx

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang.”

Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim :“Tahukah kalian

apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab, Allah dan Rasul- Nyayang

lebih tahu!" Lalu beliau berkata, “Yaitu kamu menceritakan saudaramu

tentang hal yang tidak disukainya." Lalu seseorang bertanya, “Bagaimana

pendapatmu bila apa yangaku ceritakan ada pada diri saudaraku?" Beliau

menjawab, Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka

kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila tidak, berarti kamu

mengada-ada (dusta)."

3. Macam-macam Ghibah

Ghibah adalah menceritakan tentang sesuatu yang dibenci oleh

seseorang untuk diceritakan, baik berkaitan dengan bentuk fisik, agama,

dunia, kejiwaan, budi pekerti, harta, anak, suami, istri, pembantu, pelayan,

pakaian, cara berjalan, cara bergerak, senyuman, kecemberutan, dan lain

sebagainya. Apakah Anda menceritakannya lewat lisan, tulisan, atau

sekadar isyarat dengan mata, tangan, kepala, dan sejenisnya.

Berkaitan dengan fisik, seperti kata-kata Anda: buta, pincang,

pincang sebelah, botak, pendek, tinggi, hitam, kuning, dan seterusnya.

Berkaitan dengan agama seperti kata-kata Anda: pendosa, pencuri, khianat,

zhalim, meremehkan shalat, meremehkan najis, tidak berbakti kepada

4

Page 5: makalah ghibah dan namimah.docx

orangtua, tidak meletakkan zakat pada tempatnya, tidak menjauhi ghibah,

dan lainnya.

Dalam hal dunia seseorang seperti kata-kata Anda: kurang ajar,

meremehkan orang lain, meremehkan hak orang lain, banyak omong,

banyak makan, banyak tidur, tidur tidak pada waktu-nya, duduk tidak pada

tempatnya. Pada hal-hal yang berkaitan dengan orangtuanya, seperti kata-

kata Anda: bapaknya adalah pendosa, bapaknya orang India, orang kulit

hitam, pekerja kasar, tukang jahit, pedagang budak, tukang kayu, tukang las,

tukang tenun, dan seterusnya.

Pada budi pekerti seperti Anda katakan: akhlaknya buruk, sombong,

suka cari perhatian, suka bikin malu, bengis, lemah, penakut, suka ngawur,

angkuh, dan seterusnya. Berkaitan dengan pakaian, seperti kata-kata Anda:

lebar lobang tangannya, panjang buntut pakaiannya, kotor pakaiannya, dan

seterusnya. Pokoknya yang menjadi pedoman adalah menceritakan tentang

keadaan orang lain yang keadaan tersebut tidak dia sukai. Imam Abu Hamid

al-Ghazali telah menukil kesepakatan seluruh kaum muslimin, bahwa

ghibah adalah apabila Anda menceritakan tentang orang lain dengan cerita

yang tidak disukainya.

Jadi, ghibah tidak terbatas hanya pada ucapan lidah, akan tetapi

setiap gerakan, isyarat, ungkapan, sindiran, celaan, tulisan, SMS, atau segala

sesuatu yang dipahami sebagai hinaan, maka hal itu haram dan termasuk

ghibah.

5

Page 6: makalah ghibah dan namimah.docx

4. Pandangan Islam Tentang Ghibah

Orang yang menggunjing saudaranya, menyebutkan ‘aib-‘aibnya

hingga jatuh harga dirinya maka dia telah berdosa.

Pelaku ghibah bagaikan memakan daging saudaranya dan mereka

diancam dengan adzab di akhirat, yaitu kelak mereka akan mempunyai

kuku-kuku yang terbuat dari tembaga yang digunakan untuk mencakar

wajah dan dada mereka sendiri. Mendengarkan orang yang sedang ghibah

dengan sikap kagum dan menyetujui apa yang dikatakannya hukumnya

samadengan melakukan ghibah.

Namun sangat disayangkan, tiap hari masyarakat disuguhi dengan

tayangan infotainment atau gosip yang jelas-jelas merupakan ghibah.

Namun Allah subhanahu wa ta’ala Maha Pengampun, Dia mengampuni

segala dosa selama orang tersebut bertaubat dan minta ampun termasuk

dosa ghibah. Jika kita terlanjur menggunjing seseorang, maka kafaroh atau

tebusannya adalah meminta ampun kepada Allah untuk kita dan orang yang

kita gunjing. Lafadz do’anya adalah “Allahummaghfirly wa lahu”.

Kemudian kita berusaha mengangkat kembali nama baik saudara kita di

majelis yang kita pernah menjatuhkan namanya.

5. Akibat Negatif Ghibah

6

Page 7: makalah ghibah dan namimah.docx

Orang yang melakukan ghibah akan mengalami kerugian, karena

pahala amal kebaikannya dia berikan kepada orang yang menjadi sasaran

ghibahnya. Islam telah mengharamkan dan melarang ghibah karena dapat

mengakibatkan putusnya ukhuwah, rusaknya kasih sayang, timbulnya

permusuhan, tersebarnya aib, lahirnya kehinaan dantimbulnya keinginan

untuk menyebarkan berita keburukan orang lain tersebut. Agar manusia

berhati-hati terhadap ghibah, maka Allah menyamakannya dengan orang

yang memakan daging saudaranya yang sudah mati.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang.”

Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, semakin

menjijkkan lagi apabilayang dimakan adalah daging bangkai manusia,

terlebih lagi saudara kita sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat

menjijkkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan ditinggalkan.

7

Page 8: makalah ghibah dan namimah.docx

Lebih ngeri bila berbicara tentang ghibah, apabila kita mengetahui balasan

yang akan diterima pelakunya.

Seperti dikisahkan oleh Rasulullah saw di malam mi'rajnya. Beliau

menyaksikan suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada

mereka sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka

dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang ghibah melanggar kehormatan

orang lain.

6. Ghibah Yang Diperbolehkan

Menceritakan aib atau keburukan orang lain tidak selamanya

dilarang. Dalam keadaan tertentu, bercerita tentang fakta keburukan orang

lain tersebut diperbolehkan, yaitu ketika :

a. Orang yang dizhalimi boleh menceritakan kepada hakim tentang

kezhaliman yang dilakukan terhadapnya atau penghianatannya.

b. Memberi kesaksian kejahatan yang dilakukan oleh seseorang di depan

penyidik ataudi depan hakim.

c. Meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran dengan

menceritakan kepada orang yang mampu mengubah kemungkaran itu,

agar menjadi kebenaran.

d. Bercerita kepada seorang psikolog untuk meminta nasehat (jalan keluar),

misalnya seorang istri yang menceritakan suaminya yang bakhil,

pemarah, atau selingkuh.

8

Page 9: makalah ghibah dan namimah.docx

e. Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan seseorang, apabila hal

itu dikhawatirkan akan menimpa mereka.

f. Menceritakan orang yang terang-terangan berbuat fasik dan

membahayakan kehidupan kehidupan masyarakat muslim.

g. Memperingatkan orang lain dari seseorang yang jahat atau sesat supaya

selamat.

h. Melaporkan pelaku kejahatan kepada penegak hukum.

7. Cara Bertaubat dari Ghibah

1. Dengan cara menyesali perbuatan itu, bertekad untuk tidak

melakukannya kembalidan beristighfar serta bertaubat dengan benar.

2. Bila ghibah telah terdengar oleh orang yang bersangkutan, maka dia

harus mengemukakan alasan serta meminta maaf kepadanya. Jika belum

terdengar, hendaklah memintakan ampun untuknya, mendo’akannya

kepada Allah dan memuliakannya sebanding dengan kejelekan yang

telah dilakukan terhadapnya.

B. Namimah

1. Pengertian Namimah

Imam Abu Hamid al-Ghazali rahimahullâh mengatakan, “Namimah

biasanya dipakai untuk menyebutkan aktivitas seseorang dalam

memindahkan suatu perkataan dari satu orang atau kelompok kepada orang

lain atau kelompok lain, seperti jika Anda katakan kepada seseorang,

‘Ketahuilah bahwa si fulan mengatakan demikian dan demikian tentang

9

Page 10: makalah ghibah dan namimah.docx

kamu.” Tetapi, namimah tidak hanya terbatas pada hal seperti itu. Definisi

namimah adalah mengemukakan apa yang tidak disukai kedua belah pihak

atau bahkan orang ketiga. Mengemukakannya bisa secara lisan, tulisan,

isyarat, atau lainnya. Yang dipindahkan bisa perkataan atau perbuatan, bisa

aib ataupun bukan. Sehingga hakikat namimah adalah mengemukakan apa

yang dirahasiakan, menyingkap tabir dari apa yang tidak disukai untuk

dikemukakan. 

Namimah adalah menukil ucapan seseorang kemudian disampaikan

pada orang lain dengan tujuan merusak hubungan atau menimbulkan

permusuhan di antara kedua orang tersebut.

Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan bahwa: “Namimah adalah

mereka yang berkeinginan untuk menghancurkan sesama manusia”.

Namimah mengandung arti mengadu domba antara pihak satu dengan pihak

yanglain.

2. Dalil-Dalil Larangan Namimah

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

10

Page 11: makalah ghibah dan namimah.docx

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang.”

Allah berfirman dalam surat Al- Qolam ayat 10-13:

“(10) Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi

hina, (11) Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,

(12) Yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi

banyak dosa, (13) Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal

kejahatannya.”

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah SAW melewati dua makam,

lalu Nabi bersabda. Sesungguhnya dua orang yang ada di kubur ini disiksa.

Salah seorang diantaranya disiksa karena selalu mengadu domba (menebar

fitnah) dan yang satu lagi karena tidak bersih ketika bersuci (dari buang air

kecilnya).” (H.R. Bukhari Muslim)

3. Pandangan Islam Tentang Namimah

Sudah selayaknya setiap orang, agar diam dari semua yang dilihat

dari keadaan manusia kecuali apabila dirasa ada manfaatnya bagi seorang

muslim dengan menceritakannya atau untuk mencegah kemaksiatan. Namun

11

Page 12: makalah ghibah dan namimah.docx

apabila seseorang melihat orang lain menyembunyikan hartanya sendiri

kemudian dia ceritakan hal ini, maka itulah namimah.

Namimah sangat tercela, tidak ada yang bisa melakukannya kecuali

dengan lisannya. Perbuatan ini merupakan dosa besar yang pelakunya

diancam tidak akan masuk surga. Ada sebuah kisah di zaman nabi

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang berjalan dan

melewati dua kuburan, ternyata penghuni kedua kuburan tersebut sedang

disiksa karena dosa yang selalu mereka kerjakan. Yaitu yang satu suka

berjalan di tengah manusia dengan menyebarkan namimah, dan satu lagi

disiksa karena tidak menjaga dirinya dari najis ketika buang air kencing

sehingga pakaian dan badannya terkena air kencing.

Namimah adalah merupakan penyakit rohani yang tidak kalah besar

akibat buruknya dari penyakit rohani yang lain. Karena namimah bersifat

fitnah dan adu domba. Bisa membuat pertikaian perorangan antar kelompok,

bahkan bisa menumbuhkan peperangan antara negara, saling membunuh

satu sama lain karena namimah. Dalam kitab Riadhus Shalihin disebutkan

bahwa: “Namimah adalah mereka yang berkeinginan untuk menghancurkan

sesama manusia”

Orang yang mempunyai penyakit hati namimah suka sekali

menyebarkan berita yang menimbulkan kekacauan antara manusia. Ini

termasuk cara syaitan yang paling keji untuk memisahkan dua kelompok,

merusak  Ukhuwah (persaudaraan) dan mahabbah (rasa kasih sayang).

12

Page 13: makalah ghibah dan namimah.docx

4. Maksud/Tujuan Namimah:

Namimah kadangkala disebabkan hasad dan kebencian atau

keinginan untuk meraih ambisi. Namimah termasuk dosa besar yang

diharamkan.Allah berfirman:  

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” 

Namimah juga dapat berbentuk memprovokasi atau memanas-

manasi situasi agar terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan

ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan

menciptakan perselisihan adalah salah satu faktor yang menyebabkan

terputusnya ikatan persaudaraan/persahabatan, serta menyulut api kebencian

dan permusuhan antar sesama manusia. Allah mencela pelaku perbuatan

tersebut dalam firman-Nya.

“(10) Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi

hina, (11) Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,

(12) Yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi

banyak dosa, (13) Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal

kejahatannya.”

13

Page 14: makalah ghibah dan namimah.docx

Dalam sebuah hadits disebutkan :  “Diriwayatkan Khudaifah : Saya

mendengar Rasulullah bersabda : Tidak akan masuk surga tukang adu

domba". (Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

5. Bahaya Namimah

Seseorang yang terjangkit penyakit hati namimah selalu

menceritakan perkataan atau sikap temannya kepada teman yang lain

sehingga kedua teman tersebut saling membenci. Namimah juga dapat

merusak hubungan suami istri jika ada pihak-pihak yangmenceritakan dan

menghasut seorang suami tentang istrinya atau sebaliknya.

Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan

kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan

ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan

untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini

hukumnya haram.

Penjajah Belanda juga pernah mempraktikan strategi devide et

impera (strategi adu domba) untuk menghancurkan kekuatan para pejuang.

Di sekitar kita orang yang hobi mengadu domba/namimah sangat

banyak  bergentayangan, dan lebih sering di kenal sebagai provokator

kejelekan.

Namimah bukan hal yang kecil, bahkan para ulama

mengkategorikannya di dalam dosa besar karena akibat yang ditimbulkan

juga sangat fatal. Dikisahkan bahwa Fulan mempunyai seorang budak yang

14

Page 15: makalah ghibah dan namimah.docx

sehat dan kuat, namun budak itu suka mengadu domba, maka dia bermaksud

menjual budak tersebut. Fulan lalu berkata kepada calon pembelinya:

"Budak ini tidak ada cirinya kecuali suka mengadu domba." Oleh calon

pembeli itu masalah ini dianggap ringan dan budak itu tetap dibeli dengan

harga yang cukup murah. Setelah beberapa hari di tempat majikannya yang

baru, tiba-tiba budak itu berkata kepada isteri majikannya: "Suamimu tidak

cinta kepadamu dan ia akan berpoligami, apakah kau ingin supaya ia tetap

sayang kepadamu sehingga tidak menikah lagi?" Jawab isteri itu:

"Ya.""Lalu kalau begitu kau ambil pisau cukur dan mencukur janggut

suamimu yang bagian dalam (di leher) jika suamimu sedang tidur." kata

budak itu. Kemudian ia pergi kepada majikannya (suami) dan berkata

kepadanya: "Isterimu bermain dengan lelaki lain dan ia merencanakan untuk

membunuhmu, jika engkau ingin mengetahui buktinya maka coba engkau

berpura-pura tidur. "Maka suami itu berpura-pura tidur dan tiba-tiba datang

isterinya membawa pisau cukur untuk mencukur janggut suaminya, maka

oleh suaminya disangka benar-benar akan membunuhnya sehingga ia

bangun kemudian merebut pisau itu dari tangan isterinya lalu membunuh

isterinya. Oleh kerana kejadian itu maka datang para keluarga dari pihak

isterinya dan langsung membunuh suami itu sehingga terjadi perang antara

keluarga dan suku suami dengan keluarga dan suku dari isteri.

Dengan demikian akibat namimah ini sangat besar dan fatal sekali,

dengannya terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan yang

15

Page 16: makalah ghibah dan namimah.docx

telah dikokohkan oleh Allah. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka

bumi serta menimbulkan permusuhandan kebencian.

6. Cara Bertaubat Dari Namimah.

a. Menyesali perbuatan itu, bertekad untuk tidak melakukannya kembali

dan beristighfar serta bertaubat dengan benar.

b. Bila sudah telanjur memanas-manasi keadaan, maka dia harus segera

meluruskan kembali permasalahannya sehingga suasana menjadi

tenteram kembali, kemudian meminta maaf kepada keduanya.

c. Jika telah terjadi permusuhan dan perselisihan antar pihak yang diadu

domba, maka dia harus berusaha untuk mendamaikanya kembali dan

meminta maaf kepada kedua belah pihak serta berjanji tidak akan

mengulanginga lagi.

7. Sikap Seorang Muslim Terhadap Namimah

Apabila seseorang melakukan namimah, dan mengatakan kepadanya

bahwa si fulan telah membicarakannya, maka dia wajib menjalankan enam

hal:

1) Tidak memercayainya, karena orang yang melakukan namimah adalah

orang fasik, dan orang fasik tertolak beritanya.

2) Melarangnya dari perbuatan tersebut, menasihatinya, dan mengeritisinya.

3) Membencinya karena Allah, sebab dia dibenci di sisi Allah. Membenci

karena Allah hukumnya wajib.

16

Page 17: makalah ghibah dan namimah.docx

4) Tidak berburuk sangka kepada orang yang sedang diceritakan. Allah

berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik

kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

5) Jangan pernah memata-matai berdasarkan apa yang diceritakan.

6) Tidak ridha terhadap cerita tersebut sehingga tidak menceritakannya

lagi. 

Diriwayatkan bahwa seseorang bercerita kepada Umar bin Abdul

Aziz tentang seseorang yang melakukan sesuatu. Umar berkata, “Jika

engkau mau, kami akan mempertimbangkan laporanmu. Apabila engkau

seorang pendusta, maka engkau termasuk dalam ayat ini:

17

Page 18: makalah ghibah dan namimah.docx

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

(Q.S. al – Hujurat : 9)

Apabila engkau adalah seorang yang jujur, maka engkau termasuk dalam

ayat ini:

“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah” (Q.S. Al-

Qalam : 11)

Adapun jika engkau mau, maka kami bisa memaafkanmu.” Dia

menjawab, “Maaf, wahai Amirul mukminin, aku tidak akan

mengulanginya lagi.”

Seseorang membawakan selembar kertas kepada ash-Shahib bin

Abbad yang isinya nasihat supaya mengambil harta anak yatim yang

jumlahnya sangat besar. Di balik kertas tersebut ash-Shahib menuliskan,

“Namimah itu buruk walaupun benar, yang sudah mati semoga Allah

merahmatinya, anak yatim semoga Allah menjaganya, harta tersebut

semoga Allah membiakkannya, dan orang yang berusaha (untuk

namimah) semoga Allah melaknatnya.”

18

Page 19: makalah ghibah dan namimah.docx

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Menurut pandangan Islam, ghibah adalah dosa dan termasuk dosa besar.

Sebagai umat Islam kita hendaknya menjauhi ghibah dan apabila terlanjur

melakukannya, maka kita harus segera bertaubat.

2. Menurut pandangan Islam, namimah adalah dosa dan termasuk dosa besar.

Sebagai umat Islam kita hendaknya menjauhi ghibah dan apabila terlanjur

melakukannya, maka kita harus segera bertaubat.

19

Page 20: makalah ghibah dan namimah.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Syahin, Imam. 1991. Ensiklopedia Dzikir Imam An-Nawawi,”. Yogyakarta:

Embun Publishing.

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Sygma Examedia

Arkanleema.

Nawawi, Imam. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid. Jakarta: Pustaka Amani.

20