Makalah Genetika 2 Dan 3
-
Upload
onix-radempthus-obinayonk -
Category
Documents
-
view
250 -
download
1
description
Transcript of Makalah Genetika 2 Dan 3
makalah genetika
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu bidang ilmu yang sejak dahulu kala sudah menarik perhatian
semua manusia. Tanpa menyadari dan tanpa mengenal hukum-hukumnya, manusia ratusan tahun
yang lalu sebenarnya sudah lama mempraktekkan ilmu ini terhadap hewan dan tumbuhan di
lingkunganya demi kepentingannya. Jauh sebelum mendel merumuskan hokum-hukum
mendelnya, para orang tua pun sudah tidak merestui perkawinan antar sanak sodara yang dekat
hubungan keluarganya. Begitupun sebelum memungut atau bahasa baiknya sebelum memilih
menantunya, orang tua menyelidiki dulu apakah si calon memilki nenek moyang yang cacat
mental dan fisik atau tidak. Hal itu di lakukan berdasarkan atas pengalaman dan pengamatan dari
generasi ke generasi sesudahnya secara turun temurun.
Gen-gen yang mempengaruhi sifat-sifat yang terpengaruh seks bisa berada pada autosom
manapun atau pada bagian homolog kromosom seks. Ekpresi dominansi atau peresesifan oleh
alel-alel pada lapis-lapis yang terpengaruh seks berbanding terbalik pada jantan dan betina. Hal
itu sebagian besar di akibatkan oleh perbedaan lingkungan internal yang diciptakan oleh hormon
- hormon seks.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks disebabkan oleh gen yang dominansinya
tergantung dari jenis kelamin individu.
2. Mengetahui sifat-sifat yang terbatas pada salah satu seks disebabkan oleh gen yang ekspresinya
terbatas pada salah satu jenis kelamin saja.
3. Mengetahui contoh sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks yaitu kepala botak dan panjang jari
telunjuk.
4. Mengetahui contoh sifat-sifat terbatas pada salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks disebabkan oleh gen yang
dominansinya tergantung dari jenis kelamin individu.
2. Dapat mengetahui sifat-sifat yang terbatas pada salah satu seks disebabkan oleh gen yang
ekspresinya terbatas pada salah satu jenis kelamin saja.
3. Dapat mengetahui contoh sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks yaitu kepala botak dan panjang
jari telunjuk.
4. Dapat mengetahui contoh sifat-sifat terbatas pada salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks
Gen-gen yang mempengaruhi sifat-sifat yang terpengaruh seks bisa berada pada autosom
manapun atau pada bagian homolog kromosom seks. Ekpresi dominansi atau peresesifan oleh
alel-alel pada lapis-lapis yang terpengaruh seks berbanding terbalik pada jantan dan betina. Hal
itu sebagian besar di akibatkan oleh perbedaan lingkungan internal yang diciptakan oleh hormon
- hormon seks. Dengan demikian, contoh seks paling mudah di temukan pada hewan-hewan
tingkat tinggi dengan sistem-sistem endokrin yang berkembang baik.
Biasanya gen dominan memperlihatkan pengaruhnya pada individu laki-laki / jantan
maupun perempuan / betina. Baru dalam homozigotik resesif, pengaruh dominan itu tidak akan
menampakkan diri dalam fenotip.
2.1.1 Contoh sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks
Gen-gen yang dominansinya bergantung dari jenis kelamin individu. Beberapa contoh:
1. Kepala Botak
Kepala botak ini bukan akibat dari penyakit atau kekurangan gizi dalam makanan, akan
tetapi benar-benar keturunan. Walaupun lazimnya kepala botak terdapat pada laki-laki, namun
sesekali dapat dilihat adanya perempuan dengan kepala botak.
Biasanya kepala botak baru akan nampak setelah orang itu berusia sekitar 30 tahun. Di
waktu kanak-kanak atau remaja, ia masih berambut normal. Mula-mula di kira kepala botak itu
disebabkan oleh gen yang terdapat pada kromosom kelamin, seperti halnya dengan buta warna.
Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa seorang ayah yang mempunyai kepala botak dapat
mempunyai anak laki-laki yang botak pula. Keyataan ini membuktikan bahwa dugaan tersebut
diatas tidak dapat dibenarkan, karena andaikata gen untuk kepala botak itu terdapat pada
kromosom X, maka tidak mungkin ayah dan anaknya laki-laki mempunyai sifat yang sama.
Andaikan gen itu di duga terdapat pada kromosom Y, maka dugaan itu pun tidak dapat
dibenarkan, mengingat bahwa ada anak perempuan yang mempunyai kepala botak.
Berhubung dengan itu, di ambiul kesimpulan bahwa kepala botak itu disebabkan oleh gen
yang dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Jika B merupakan gen yang menentukan kepala botak dan alelnya b menentukan kepala
berambut normal, maka pengaruh jenis kelamin itu demikian rupa sehingga gen B itu dominan
pada laki-laki tetapi resesif pada perempuan.
Gen bagi kebotakan pada manusia menunjukkan dominansi pada laki-laki, tapi bekerja
secara resesif pada perempuan.
Fenotip
Genotif Laki-laki Perempuan
BB Botak Botak
Bb Botak Tidak botak
bb Tidak botak Tidak botak
Andaikata seorang laki-laki berkepala botak kawin dengan seorang perempuan tidak
botak (kedua-duanya homozigotik), maka semua anaknya laki-laki akan botak, sedangkan semua
anak perempuannya tidak botak.
bb x BB
tidak botak botak
botak
Bb tidak botak
2. Panjang jari telunjuk
Apabila kita meletakkan tangan kanan atau kiri kita pada suatu alas dimana terdapat
sebuah garis mendatar demikian rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka
dapat kita ketahui, apakah jari telunjuk kita lebih lebih panjang ataukah lebih pendek dari pada
jari manis. Pada kebanyakan orang, ujung jari telunjuk tidak akan mencapai garis itu, berarti
bahwa jari telunjuk lebih pendek dari jari manis.
Jari telunjuk pendek disebabkan oleh gen yang dominan pada laki-laki, tetapi resesif pada
perempuan.
Fenotip
Genotif Laki-laki Perempuan
TT Telunjuk pendek Telunjuk pendek
Tt Telunjuk pendek Telunjuk panjang
tt Telunjuk panjang Telunjuk panjang
Contoh:
Mempertimbangkan dua sifat terpengaruh seks secara bersamaan, yaitu kebotakan dan
jari telunjuk, yang keduanya dominan apada laki-laki dan resesif pada perempuan. Seorang laki-
laki botak heterozigot dengan jari telunjuk panjang menikah dengan seorang wanita botak dan
heterozigot untuk sifat berjari panjang. Tentukan perkiraan fenotip pada anak mereka.
Jawab:
Genotif Laki-laki Perempuan Genotif Laki-aki Perempuan
B1 B1 Botak Botak F1 F1 Berjari
pendek
Berjari
pendek
B1 B2 Botak Tidak botak F1 F2 Berjari
pendek
Berjari
panjang
B2 B2 Tidak botak Tidak botak F2 F2 Berjari
panjang
Berjari
panjang
P : B1 B2 , F2 F2 x B1 B1 , F1 F2
botak berjari panjang botak berjari panjang
½ F1 F2 = ¼ B1 B1 , F1 F2 botak, berjari pendek ()/botak berjari panjang ()
½ B1 B1 ½ F2 F2 = ¼ B1 B1 , F2 F2 botak berjari panjang (), botak, berjari panjang()
½ B1 B2 ½ F1 F2 = ¼ B1 B2 , F1 F2 = botak, berjari pendek ()/ tidak
botak, berjari panjang ()
½ F2 F2=¼ B1 B2 , F2 F2 = botak, berjari panjang ()/ tidak botak, berjari panjang
()
Rangkuman F1= Laki-laki : ½ botak, berjari telunuk pendek : ½ botak, berjari tek-lunjuk
panjang.
Perempuan : ½ botak, berjari telunjuk panjang : ½ tidak botak, berjari telunjuk
panjang.
2.2 Sifat-sifat terbatas pada salah satu seks
Sejumlah gen autosomal mungkin hanya bias terekspresi pada salah satu jenis kelamin,
baik akibat perbedaan lingkungan hormonal internal maupun akibat ketidaksamaan anatomis.
Sebagai contoh, kita tahu sebagai sapi jantan memiliki banyak gen untuk menghasilkan susu
yang bias ditransmisikan nya pada anak-anak betinanya, tapi sapi jantan itu sendiri dan anak-
anak jantannya tidak mampu mengekspresikan sifat tersebut. Produksi susu karenanya terbatas
bagi ekspresi bervariasi pada jenis kelamin betina saja. Jika penetrasi sebuah gen pada salah satu
jenis kelamin adalah 0, sifat tersebut dapat disebur terbatas seks.
Pada laki-laki dikenal tanda-tanda kelamin sekunder, seperti kumis, janggut, dan suara
besar. Walaupun banyak juga laki-laki yang tidak berkumis , tak berjanggut, dan mempunyai
suara kecil. Pada perempuan, tan da itu berupa tumbuhnya payudara. Tanda kelamin sekunder itu
dipengaruhi oleh hormon kelamin. Kegiatan hormon ini dipengaruhi oleh gen-gen yang
ekspresinya terbatas pada salah satu jenis kelamin saja, walaupun gen-gen itu terdapat pada dua
jenis kelamin.
Misalnya gen yang mengatur ukuran dan bentuk penis terdapat pada kedua jenis kelamin,
tetapi ekspresinya hanya pada laki-laki saja. Demikian pula dengan gen yang mengatur
pertumbuhan payudara hanya menunjukkan pengaruhnya pada perempuan saja.
2.1.2 Contoh sifat-sifat terbatas pada salah satu seks
Ayam memiliki sebuah gen resesif pada produksi bulu ayam jantan pada penetran hanya
pada kondisi jantan.
Fenotipe
Genotip Jantan Betina
HH Berbulu ayam betina Berbulu ayam betina
Hh Berbulu ayam betina Berbulu ayam betina
hh Berbulu ayam jantan Berbulu ayam betina
Contoh:
Bulu ayam jantan pada ayam adalah sebuah sifat yang ekspresinya terbatas hanya pada
jantan dan ditentukan oleh genotip resesif autosomal hh. Alel dominan H menghasilkan jantan
yang berbulu betina. Semua betina adalah berbulu betina, tak peduli apa pun genotip nya.Seekor
ayam jantan berbulu jantan dikawinkan dengan 3 betina, yang masing-masing menghasilkan
selusin anak ayam. Diantara ke 36 progenni, terdapat 15 jantan berbulu betina, 18 betina berbulu
betina dan 3 jantan berbulu jantan. Pada fenotip genotip yang palinhg mungkin dari ke 3 betina
pariental?
Jawab:
Agar dihasilkan jantan yang berbulu betina (H-) maupun yang berbulu jantan (hh),
setidaknya salah satu dari ketiga betina parental itu harus heterozigot (Hh) atau resesif (hh).
Kemungkinan-kemungkinan genotip tersebut haruslah di pelajari :
(a), 2 HH, 1 Hh
(b) 1 HH, 2 Hh
(c). 1 HH, 1 Hh, 1 hh
d), 3 Hh
(e) 2 Hh, 1 hh
(f) 1 Hh, 2 hh
(g) 2 HH, 1 hh
(h) 2hh, 1 HH
Jelaslah semakin banyak genotip ayam betina hh atau Hh, semakin besar proporsi ayam
jantan berbulu jantan yang diharapkan pada progeni. Rasio 15 jantan bernbulu betina : 3 jantan
berbulu jantan jauh lebih besar daripada rasio 1:1 yang di harapkan jika ketiga betina parental
adalah heterozigot.
P: hh x Hh
berbulu jantan berbulu betina
F1: ½ Hh berbulu betina ½ hh berbulu jantan
Kemungkinan (d) karenanya di hapuskan, kemungkinan © dan (f), yang mengandung
satu atau lebih genotif hh selain satu atau lebih genotif Hh, juga dihapuskan karena perkawinan-
perkawinan itu akan menghasilkan generasi yang jantan berbulu jantan daripada kemungkinan
(d). pada kemungkinan (g), ayam-ayam betina 1 HH : 1hh diharapkan menghasilkan rasio
ekuivalen dari dua jantan berbulu betina (Hh) : 1 jantan berbulu jantan (hh). Rasio 2 : 1 itu akan
di ekpresikan pada 18 keturunan jantan sebagai 12 jantan berbulu bretina : 6 jantan berbulu
jantan. Jumlah itu cukup dekat dibandingkan dengan hasil pengamatan 15 : 3, tetapi
kemungkinan (h) tidak begitu sesuai karena akan lebih banyak lagi jantan berbulu jantan yang
dihasilkan.
Kemungkinan (c) :
1/3 HH
P: hh x 1/3 Hh betina berbulu betina
Jantan berbulu jantan 1/3 hh
F: 1/3 (hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina
(1/3)(1/2) = 1/6 Hh jantan berbulu betina
1/3 (hh xHh) = (1/3 ) (1/2) = 1/6 hh jantan berbulu jantan
1/3 (hh x hh ) = 1/3 hhjantan berbulu jantan
Rangkuman : jantan bebulu betina = 1/3 + 2/6 =1/2, jantan berbulu jantan = 2/6 atau 1/3.
Perkiraan-perkiraan ini sama tidak dekatnya dengan hasil pengamatan daripada kemungkinan
(g).
Kemungkinan (b) :
P: hh x 1/3 HH
Jantan berbulu jantan 2/3 Hh betina berbulu betina
F1: 1/3 (hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina
(2/3)( ½)= 2/6 Hh jantan berbulu betina
2/3 (hh x Hh) =
(2/3)(1/2) = 2/6 hh jantan berbulu jantan
Rangkuman: Jantan berbulu betina 1/3 + 2/6 = 2/3, jantan berbulujantan = 2/6 atau 1/3.
Perkiraan-perkiraan ini sama tidak dekatnya dengan hasil pengamatan dari pada kemungkinan
(g).
Kemungkinan (a) :
P: hh x 2/3 HH
Jantan berbulu jantan 1/3 Hh betina berbulu betina
F1: 1/3 (hh x HH) = 1/3 Hh jantan berbulu betina
(1/3)( ½)= 1/6 Hh jantan berbulu jantan
2/3 (hh x Hh) =
(2/3)(1/2) = 2/6 hh jantan berbulu jantan
Rangkuman : jika hasil pengamatan berupa tiga jantan berbulu jantan di anggap
sebanding dengan 1/6. Maka 5 x 3 =15 jantan berbulu betina akan mengekpresikan nilai 5/6.
Perkiraan-perkiraan tersebut amat sesuai dengan hasil pengamatan, dan karenanya ketiga ayam
betina itu paling mungkin terdiri atas 2 HH dab 1 Hh.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks disebabkan oleh gen yang dominansinya tergantung dari
jenis kelamin individu.
Sifat-sifat yang terbatas pada salah satu seks disebabkan oleh gen yang ekspresinya terbatas pada
salah satu jenis kelamin saja.
Contoh sifat-sifat yang dipengaruhi oleh seks yaitu kepala botak dan panjang jari telunjuk.
Contoh sifat-sifat terbatas pada salah satu seks yaitu jenis bulu pada ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell.2006. Biologi. Jakarta : Erlangga C. Pai, Anna. 1992. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Penerbit ErlanggaSuryo. 1984. Genetika. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Presswww. Google. com
MAKALAH GENETIKA
TEORI KEMUNGKINAN DALAM GENETIKA
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah GenetikaDosen Pengampu :
Nurul Kusuma Dewi, S. Si., M. Sc.
Disusun Oleh :RISZA RISANTY [11.431.078]ERMA NURFIANA [11.431.081]
BIOLOGI IVC
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI MADIUNMEI 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang Genetika yang berjudul “Teori
Kemungkinan dalam Gentika” ini dapat diselesaikan sesuai dengan tuntutan proses pembelajaran
di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Madiun.
Makalah ini membahas “ Teori Kemungkinan dalam Genetika “ Penulis sangat berharap
makalah ini dapat membantu dalam memahami kemungkinan–kemungkinan yang bisa terjadi
dalam peristiwa atau kejadian yang hasilnya tidak dapat dipastikan.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini.
Madiun, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Dasar-Dasar Kemungkinan dalam Genetika......................................3
B. Penggunaan Rumus Binomium..........................................................6
C. Tes X2 (Chi Square Test).................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................14
A. Simpulan...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya
umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Kemungkinan
adalah suatu istilah untuk menunjukkan ketidak pastian, artinya segala sesuatu yang tidak pasti
terjadi dapat juga akan terjadi walaupun mungkin juga tidak atau belum tentu terjadi.
Kemungkinan merupakan harapan akan terjadinya suatu peristiwa, tidak sama untuk
setiap peristiwa dan setiap waktu. Oleh karena itu besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang
berbeda dapat sama dapat pula berbeda. Dapat juga digunakan untuk menyatakan suatu
pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya, hal ini diduga berdasarkan prinsip teori
peluang yang ada.
Sehubungan dengan itu, teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika.
Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya mengenai
pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh
spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai
macam kombinasi (Suryo, 2005).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik, kita memerlukan suatu uji yang dapat
mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan
demikian yang terjadi oleh peluang. Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test)
atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit) (Yatim, 1996). Uji chi square
adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan.
Selain itu, uji ini harus pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas)
(William, 1991).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang, dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika?
2. Bagaimana pengaplikasian dari rumus binomium?
3. Bagaimana pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test) ?
C. Tujuan Penulisan
Setelah menelaah latar belakang pembuatan makalah, maka dapat dirumuskan menjadi
suatu tujuan pembuatan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika.
2. Untuk mengetahui pengaplikasian dari rumus binomium.
3. Untuk mengetahui pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR KEMUNGKINAN DALAM GENETIKA
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan ini
memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari
persilangan tertentu (Crowder, 1988).
Peranan penting kemungkinan dalam ilmu genetika, yaitu sebagai berikut:
a. Pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet.
b. Pembuahan sel telur oleh spermatozoon.
c. Berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai maca kombinasi.
Beberapa dasar mengenai teori kemungkinan yang perlu diketahui ialah:
1. Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan
antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya.
Rumus:
K : kemungkinan
K(x) : besarnya kemungkinan untuk mendapat (x)
x : peristiwa yang diharapkan
y : peristiwa yang tidak diharapkan
x + y : jumlah keseluruhan
Contoh:
a) Uang logam mempunyai dua sisi yaitu sisi atas (kepala) dan sisi bawah (ekor). Jika kita
melakukan tos (melempar uang logam ke atas) dengan sebuah uang logam. Berapa
kemungkinanya kita mendapat kepala?
Jawaban:
b) Jika kita melempar sebuah dadu, berapa kemungkinan akan mendapat angka 6?
Jawaban:
Sebuah dadu mempunyai 6 sisi, masing-masing diberi angka dari 1 sampai 6. Jadi ada satu angka
6.
c) Berapa kemungkinan bahwa seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki?
Jawaban:
2. Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing berdiri sendiri
adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk masing-masing peristiwa
itu.
Rumus:
Contoh:
a) Suami istri masing-masing normal tetapi membawa gen untuk albino . berapa kemungkinannya
mereka akan mendapatkan seorang anak perempuan albino ?
Jawaban :
P (laki-laki) Aa x Aa (perempuan) (keduanya normal)
F1 AA = normal Aa = normal
Aa = normal =3/4 aa = albino =1/4
Di atas telah diketahui bahwa pada keluarga demikian itu, kemungkinan
lahirnya anak normal adalah ¾, sedangkan albino adalah ¼ . Kemungkinan lahirnya anak
perempuan adalah ½.
Maka K( perempuan albino) = ½ x ¼ =1/8
b) Berapa kemungkinan bahwa 4 orang anak dalam suatu keluarga mempunyai urutan secara
berseling, yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan?
Jawaban:
Telah diketahui bahwa kemungkinan lahirnya laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu ½ .
Maka K (lk, pr, lk, pr) = ½ x ½ x ½ x ½ =
3. Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi ialah sama dengan
jumlah dari besarnya kemungkinan untuk tiap peristiwa itu.
Rumus:
Contoh:
a) Jika kita melakukan tos dengan dua uang logam bersama- sama, berapa
kemungkinannya akan mendapatkan 2 kepala atau 2 ekor pada kedua uang logam itu?
Jawaban:
K(kepala) = ½ K(ekor) = ½
K(dua kepala) = ½ x ½ = ¼ K(dua ekor) = ½ x ½ = ¼
K(2 kepala atau 2 ekor) = ¼ + ¼ = 2/4 = ½
b) Jika kita menarik sehelai kartu dan setumpuk kartu bridge, berapa kemungkinan kita akan
mendapat sehelai kartu As atau sehelai kartu Raja (diberi tanda huruf K)?
Jawaban:
K(As) = 1/13 K(Raja) = 1/13
K(As atau Raja) = 1/13 + 1/13 = 2/13
B. PENGGUNAAN RUMUS BINOMIUM
Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu
dengan menggunkan rumus binomium (a+b) n. Disini a dan b merupakan kejadian/peristiwa
yang terpisah, sedangkan n menyatakan percobaan.
Rumus binomium hanya dapat digunakan untuk menghitung peluang yang masih dalam
rencana. Seringkali dalam melakukan percobaan tidak akan memperoleh hasil yang sesuai benar
dengan yang diharapkan. Agar hasil yang nampaknya “menyimpang” itu masih dapat dianggap
sesuai atau masih dapat digunakan (Suryo, 1990).
Contoh:
1) Suami istri masing-masing normal tetapi herozigotik untuk albino, ingin
mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinannya bahwa:
a. Semua anak itu akan normal.
b. Seorang anak saja yang albino, sedang 3 yang lainnya albino.
c. Anak yang terakhir saja yang albino, namun jika ada yang akan albino.
Jawaban :
Karena diinginkan 4 orang anak maka:
( a+b )4 = a4 + 4 a³b + 6 a²b²+ 4 ab³ + b4
Suami istri itu masing-masing mempunyai genotip Aa, sehingga perkawinan mereka dapat
dilukiskan sebagai berikut:
P (lk) Aa x (pr) Aa ( keduanya normal )
F1 AA = normal =3/4 Aa = normal =3/4
Aa = normal =3/4 Aa = normal aa = albino =1/4
Berhubungan dengan itu, andaikan
a = kemungkinan lahirnya anak normal (3/4)
b = kemungkinan lahirnya anak albino (1/4)
Jadi ,
a) K(4 normal ) = a4 = (¾)4 = 81/256
b) K (3 normal 1 albino ) = 4a³b = 4 (¾)3 (1/4) =108/256
c) K(3 normal 1 albino ) = ¾ x ¾ x ¾ x ¼ = 27/256
Nampaknya pertanyaan b dan c seolah-olah sama tapi sebenarnya beda.
2) Kita melakukan tos dengan 3 uang logam bersama-sama. Berapa kemungkinannya kita akan
mendapatkan satu kepala dan dua ekor pada ketiga uang logam ?
Jawaban:
Karena digunakan 3 uang logam, tentunya n = 3. Di awal telah diketahui bahwa di waktu
melakukan tos dengan sebuah uang logam, kemungkinan untuk mendapatkan kepala adalah sama
besarnya dengan kemungkinan untuk mendapatkan ekor, yaitu ½.
Andaikan :
a = kemungkinan untuk mendapatkan kepala (½)
b = kemungkinan untuk mendapatkan ekor (½)
(a + b)3 = a3 + 3a2b + 3 ab2 + b3
Sehingga : K (1 kepala, 2 ekor) = 3ab2 = 3 (½ ) (½ )2 = 3/8.
3) Mempelai baru tidak setuju dengan anjuran Pemerintah untuk berKB, karena mereka
beranggapan bahwa anak adalah rejeki dari Tuhan YME. Berhubungan dengan itu mereka
merencanakan mempunyai 6 orang anak. Berapakah kemungkinannya bahwa anak-anak mereka
akan terdiri dari:
a) 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
b) 2 anak perempuan dan 4 anak laki-laki.
c) 6 anak laki-laki.
d) Urutan tertentu, yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan, laki-laki dan perempuan?
Jawaban:
Berhubung anak yang diinginkan 6, maka n = 6. Untuk mencari uraian dari pangkat 6 dapat
digunakan pedoman segitiga Pascal, yaitu sebagai berikut.
(a+b)6 = a6 + 6 a5 b + 15 a4b2 + 20 a³b³ + 15 a2b4 + 6 ab5 + b6
Telah diketahui bahwa kemungkinan lahirnya anak perempuan dan anak laki-laki adalah sama,
yaitu ½ .
Andaikan: a = kemungkinan lahirnya anak laki-laki (½).
b = kemungkinan lahirnya anak perempuan (½).
a) K(3 perempuan, 3 laki-laki) = 20a³b³ =20(½) ³ (½) ³= 20/64
b) K(2 perempuan, 4 laki-laki) = 15a2b4 = 15(½) 2 (½) 4 =15/64
c) K(6 laki-laki) = b6 = (½) 6 = 1/64
Jadi untuk mendapatkan kombinasi yang pertama (3 perempuan 3 laki-laki) kemungkinannya
adalah 20 kali lebih besar daripada kombinasi yang ketiga (6 laki-laki).
d) Karena diinginkan urutan tertentu, maka digunakan dasar teori kemungkinan yang kedua, yaitu
dengan mengalikan kemungkinan dari tiap peristiwa.
Jadi K (lk, pr, lk, pr, lk, pr) = ½ x ½ x ½ x ½ x ½ x ½ = 1/64
C. TES X2 (“CHI SQUARE TEST”)
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan memungkinkan
untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu
(Crowder, 1988).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik diperlukan suatu uji yang dapat mengubah
deviasi-deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dan ketidaksaman demikian
yang terjadi oleh peluang, yaitu dengan Uji X2 (Chi-square). Uji ini harus memperhatikan
besarnya sampel dan jumlah peubah (derajad bebas). Uji X2 (Chi-square) adalah cara yang dapat
dipakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan
dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan cara ini seorang ahli
genetika dapat menentukan suatu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Tes X2 (Chi-square test) dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
X = ∑
X= Chi square test
e = hasil yang diramal/diharapkan (expected)
d = deviasi/penyimpangan (deviation) yaitu selisih antara yang diperolah (observed) dan hasilnya
diramal.
∑ = jumlah
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan besarnya derajat kebebasan (degree of
freedom) yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi jika
perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3 : 1 maka ada 2 kelas
fenotip sehingga derajat kebebasannya 2 - 1 = 1. Jika terdapat sifat intermedier,
keturunannya melibatkan perbandingan 1: 2: 1. Berarti di sini ada 3 kelas fenotip sehingga
derajat kebebasannya 3 - 1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan keturunan dengan
perbandingan 9: 3: 3: 1 berarti ada 4 kelas fenotipe sehingga derajat kebebasannya 4 – 1 = 3.
Contoh:
Suatu persilangan antara sesama individu dihibrid (AaBb) menghasilkan keturunan yang
terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu A-B-, A-bb, aaB- dan aabb masing-masing sebanyak
315, 108, 101 dan 32. Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah
teoretis ( 9 : 3 : 3 : 1 ) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian
secara statistika. Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test) atau ada yang
menamakannya uji kecocokan (goodness of fit).
Untuk melakukan uji X2 terhadap hasil percobaan seperti pada contoh tersebut di atas,
terlebih dahulu dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel Contoh pengujian hasil persilangan dihibrid.
Kelas
Fenotipe
O
(hasil
percobaan)
E
(hasil yang
diharapkan)
d = [O-
E]d2/E
A-B- 315 9/16 x 556 = 312,75 2,25 0,016
A-bb 108 3/16 x 556 = 104,25 3,75 0,135
AaB- 101 3/16 x 556 = 104,25 3,25 0,101
Aabb 32 1/16 x 556 = 34,75 2,75 0,218
Jumlah 556 556 X2h =
0,470
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil percobaan dimasukkan ke dalam kolom O
sesuai dengan kelas fenotipnya masing-masing. Untuk memperoleh nilai E (hasil yang
diharapkan), dilakukan perhitungan menurut proporsi tiap kelas fenotipe. Selanjutnya nilai d
(deviasi) adalah selisih antara O dan E. Pada kolom paling kanan nilai d dikuadratkan dan dibagi
dengan nilai E masing-masing, untuk kemudian dijumlahkan hingga menghasilkan nilai X2h atau
X2 hitung. Nilai X2h inilah yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai X2 yang terdapat dalam
tabel X2 (disebut nilai X2tabel ) yang disingkat menjadi X2
t. Apabila X2h lebih kecil daripada X2
t
dengan peluang tertentu (biasanya digunakan nilai 0,05), maka dikatakan bahwa hasil
persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2h lebih besar
daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel
pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05).
Adapun nilai X2t yang akan digunakan sebagai pembanding bagi nilai X2
h dicari dengan
cara sebagai berikut. Kita tentukan terlebih dahulu nilai derajad bebas (DB), yang merupakan
banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu. Jadi, pada contoh di atas nilai DB nya adalah 4 - 1 = 3.
Selanjutnya, besarnya nilai DB ini akan menentukan baris yang harus dilihat pada tabel X2.
Setelah barisnya ditentukan, untuk mendapatkan nilai X2t pembanding dilihat kolom peluang
0,05. Dengan demikian, nilai X2t pada contoh tersebut adalah 7,815. Oleh karena nilai X2
h
(0,470) lebih kecil daripada nilai X2t (7,815), maka dikatakan bahwa hasil persilangan tersebut
masih memenuhi nisbah Mendel.
Tabel X2
Derajad
Bebas
Peluang
0,95 0,80 0,50 0,20 0,05 0,01 0,005
1 0,004 0,064 0,455 1,642 3,841 6,635 7,879
2 0,103 0,446 1,386 3,219 5,991 9,210 10,597
3 0,352 1,005 2,366 4,642 7,815 11,345 12,838
4 0,711 1,649 3,357 5,989 9,488 13,277 14,860
5 1,145 2,343 4,351 7,289 11,070 15,086 16,750
6 1,635 3,070 5,348 8,558 12,592 16,812 18,548
7 2,167 3,822 6,346 9,803 14,067 18,475 20,278
8 2,733 4,594 7,344 11,030 15,507 20,090 21,955
9 3,325 5,380 8,343 12,242 16,919 21,666 23,589
10 3,940 6,179 9,342 13,442 18,307 23,209 25,188
15 7,261 10,307 14,339 19,311 24,996 30,578 32,801
20 10,851 14,578 19,337 25,038 31,410 37,566 39,997
25 14,611 18,940 24,337 30,675 37,652 44,314 46,928
30 18,493 23,364 29,336 36,250 43,773 50,892 53,672
Tes untuk dua kelas fenotip
Contoh:
Misalnya ada percobaan dengan melakukan tescross pada tanaman berbatang tinggi
heterozigotik (Tt), hasilnya misalnya berupa 40 tanaman berbatang tinggi dan 20 tanaman
berbatang pendek. Apakah data hasil tescross itu dapat dianggap baik dan dipercaya?
Jawaban:
Teoritis testcross pada monohibrid (Tt x tt) akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1
batang tinggi : 1 batang pendek.
Tinggi Pendek Jumlah
o 40 20 60
e 30 30 60
d +10 -10
(d - +9,5 -9,5
Koreksi yates
3,01 3,01
= 3,01 + 3,01 =6,02
= antara 0,01 dan 0,05
Karena nilai kemungkinan kurang dari 0,05 (yaitu angka yang dianggap sebagai batas signifikan)
maka deviasiasi cukup berarti. Berhubungan dengan itu hasil percobaan tescross tersebut tidak
baik dan tidak dapat dipercaya, tentu ada faktor di luar faktor kemungkinan yang ada di situ.
Tes X2 untuk 3 kelas fenotip atau lebih
Contoh :
Misalnya kita melakukan percobaan dengan membiarkan suatu tanaman bunga
menyerbuk sendiri. Setelah tanaman ini menghasilkan buah dan biji – bijian yang terdiri dari 72
tanaman berbunga ungu , 28 tanaman berbunga merah dan 28 tanaman berbunga putih. Peristiwa
apakah yang berperan disini dan apakah hasil percobaan itu dapat dianggap benar ?
Jawaban:
Melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada peristiwa epistasi resesip, yang secara teoretis
seharusnya menunjukkan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4
Ungu merah putih jumlah
o 72 28 28 128
e 72 24 32 128
d 0 +4 -4
- 0,67 0,50
0,67 + 0,50 = 1,17
K [2] = antara 0,50 – 070
Karena nilai kemungkinan di sini jauh lebih besar dari pada 0,05 maka tidak ada faktor lain yang
mempengaruhi hasil tersebut, kecuali faktor kemungkinan jadi adanya defiasi itu hanya karena
kebetulan saja dan defiasi itu sendiri tidak berarti maka hasil percobaan tersebut baik dan dapat
dianggap benar.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori kemungkinan adalah dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe
persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan ini memungkinkan
untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu.
Beberapa dasar mengenai teori kemungkinan yang perlu diketahui ialah:
1) Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan
antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya.
2) Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing berdiri sendiri
adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk masing-masing peristiwa
itu.
3) Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang saling mempengaruhi ialah sama dengan
jumlah dari besarnya kemungkinan untuk tiap peristiwa itu.
Probabilitas atau kemungkinan ikut mengambil peranan penting dalam ilmu genetika,
misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel
telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai macam kombinasi.
Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu
dengan menggunkan rumus binomium (a+b) n.
Uji Chi-square (X2) adalah uji nyata (goodness of fit) data yang diperoleh benar
menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan yang
diharapkan (hipotesis) berdasarkan pemisahan alele secara bebas, pembuahan gamet secara
rambang dan terjadi segregasi sempurna. Tes X2 (Chi-square test) dibedakan menjadi 2 yaitu Tes
X2 untuk 2 kelas fenotipe dan Tes X2 untuk 3 kelas fenotipe atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Adisoenarto Soenartono.1988. Genetika, Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.Andry Setiawan. 2012. Genetika Probabilitas. (Online).
http://andryunib.blogspot.com/2012/04/genetika-probabilitas.html#_ .Diakses pada tanggal 16 April 2013 Pukul 14.00 WIB.
Barri Pratama. 2012. Kemungkinan. (Online). http://barripratama.blogspot.com/2012/01/kemungkinan.html. Diakses pada tanggal 14
April 2013 Pukul 05.00 WIB.Crowder L. V. 1982. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Mifta Arifin . 2012. Teori Peluang Genetika. (Online). http://teoripeluanggenetikamiftah.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 14 April 2013 Pukul 06.00 WIB.Nurul Masruroh. 2009. Teori Kemungkinan Dalam Genetika. (Online).
http://nurulmasruroh.blogspot.com/ 2009/09/ teori-kemungkinan-dalam-genetika.html. Diakses pada tanggal 14 April 2013 Pukul 06.00 WIB.
Standfield, W. D. 1991. Genetika: Teori dan Soal-Soal. Erlangga: Jakarta.Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Suryo. 2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Wildan Yatim. 1991. Genetika. Bandung: Tarsito.