Makalah Genesa Batubara

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang bagaimana suatu golongan batubara dapat terbentuk tidak akan lepas dari 2 teori. Tersebut berkaitan dengan tempat terbentuknya batubara, lantas seperti apa bunyi dari kedua teori di atas? Berikut jawabannya.. a. Teori Insitu mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berada pada tempat yang sama dengan tempat tumbuhnya tumbuhan yang menjadi cikal bakal pembentukan batubara itu sendiri. Jadi, ketika ada suatu kelompok tumbuhan tumbuh dan membusuk disuatu tempat, maka kelak tumbuhan yang membusuk ini akan tertimbun oleh suatu endapan dan setelah melalui proses panjang bertahun-tahun lamanya maka jika prosesnya berlangsung normal, di tempat tersebut akan terbentuk batubara muda yang disebut lignite. b. Teori Drift mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat asal tumbuhan berada. Jadi, ada media yang menyebabkan tumbuhan yang membusuk itu dapat berpindah ke tempat lain, nah di tempat yang baru itulah tumbuhan tadi mengalami proses coalification

description

Batubara

Transcript of Makalah Genesa Batubara

Page 1: Makalah Genesa Batubara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang bagaimana suatu golongan batubara dapat terbentuk tidak

akan lepas dari 2 teori. Tersebut berkaitan dengan tempat terbentuknya batubara,

lantas seperti apa bunyi dari kedua teori di atas? Berikut jawabannya..

a. Teori Insitu

mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berada pada tempat yang

sama dengan tempat tumbuhnya tumbuhan yang menjadi cikal bakal

pembentukan batubara itu sendiri. Jadi, ketika ada suatu kelompok tumbuhan

tumbuh dan membusuk disuatu tempat, maka kelak tumbuhan yang membusuk

ini akan tertimbun oleh suatu endapan dan setelah melalui proses panjang

bertahun-tahun lamanya maka jika prosesnya berlangsung normal, di tempat

tersebut akan terbentuk batubara muda yang disebut lignite. 

b. Teori Drift

mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat asal

tumbuhan berada. Jadi, ada media yang menyebabkan tumbuhan yang

membusuk itu dapat berpindah ke tempat lain, nah di tempat yang baru itulah

tumbuhan tadi mengalami proses coalification (pembatubaraan), dimana di

awal pembentukannya akan terbentuk batubara muda atau lignite.

Dalam proses pembentukan batu bara ada dua tahapan yang akan dilalui oleh

tumbuhan yang menjadi bahan pembentuk batubara. 

Tahap pertama yaitu Proses Biokimia, disini material pembentuk batubara

akan mengalami pembusukan yang dibantu oleh bakteri anaerob, nantinya

tumbuhan tersebut akan menjadi gambut.

Tahap kedua yaitu Proses Geokimia atau disebut juga Malihan, disini

tumbuhan yang telah menggambut akan berubah menjadi batubara muda

(lignite),  tekanan serta suhu yang ada di bawah permukaan tanah akan

membantu proses perubahan lignite menjadi sub-bituminous lalu kemudian

menjadi bituminous hingga terakhir menjadi anthracite.

Page 2: Makalah Genesa Batubara

Pada proses pembentukan batu bara ada beberapa faktor yang mempengaruhi

proses tersebut, khusus untuk pembentukan tumbuhan menjadi gambut (tahap

penggambutan) faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain evolusi tumbuhan,

iklim, struktur geologi suatu daerah, pH serta aktivitas bakteri (bakteri anaerob),

dan lingkungan pengendapan seperti yang kami bahas pada makalah ini.

B. Tujuan

Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

Mengetahui proses pembentukan gambut

Mengetahui faktor – faktor pembentukan gambut

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah –masalah yang di bahas dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana proses pembentukan gambut ?

Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan gambut ?

Page 3: Makalah Genesa Batubara

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambut

Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari

tumpukan dan hancuran bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam

keadaan tertutup udara (dibawah air) tidak padat, kandungan air > 75% dan

kandungan mineral < 50% (dalam persen berat). Tahap penggambutan

(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi

tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang

buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan

yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan

NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah

menjadi gambut.

Pembusukan tumbuhan adalah proses peruraian unsur yang merupakan

bagian transformasi biokimia dari bahan organik tumbuhan. Setelah tumbuhan

mati, maka yang berperan adalah proses degradasi biokimia. Prosesnya adalah

pembusukan oleh kerja bakteri dan jamur, terutama di daerah yang bertemperatur

hangat dan lembab daripada di daerah kering dan bertemperatur dingin. Bakteri

bekerja pada lingkungan tanpa oksigen, mula-mula menghancurkan bagian yang

lunak dari tumbuhan seperti cellulose, protoplasma, dan pati. Dalam suasana

kekurangan oksigen akan berakibat keluarnya air dan sebagian unsur karbon

dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metan. Akibat pelepasan

unsur atau senyawa tersebut, maka jumlah relatif unsur karbon akan bertambah.

Dari proses ini akan terjadi perubahan dari kayu menjadi gambut. 

Kecepatan pembentukan gambut bergantung pada kecepatan pertumbuhan

tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan yang mati tertutup oleh air

dengan cepat, maka akan terjadi proses penguraian oleh bakteri. Sebaliknya

apabila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka

kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, karena hanya bagian yang keras

saja yang tertinggal, sehingga menyulitkan penguraian oleh bakteri. Pembusukan

umumnya berjalan lebih cepat pada kondisi lingkungan yang selalu berganti, yaitu

Page 4: Makalah Genesa Batubara

dari reduksi ke oksidasi dan seterusnya. Kadar pembusukan akan berpengaruh

terhadap batubara yang akan terbentuk.

B. Pembentukan Gambut

Tahap diagenesa gambut merupakan tahap awal pembentukan batubara, yaitu

mencakup perubahan oleh mikroba dan proses kimia. Dimulai dari pembusukan

tumbuhan sampai terbentuk gambut (peat). Pada tahap ini dicirikan oleh aktivitas

bakteri aerob (membutuhkan oksigen) dan anaerob (tidak membutuhkan oksigen).

Jika tumbuhan tumbang di suatu rawa, maka dapat terjadi proses biokimia

yang secara vertikal dapat dibagi menjadi dua zone, yaitu zone permukaan yang

umumnya perubahan berlangsung dengan bantuan oksigen dan zone tengah

sampai kedalaman 0,5 m yang disebut dengan peatigenic layer (Teichmuller,

1982). Pada zone peatigenic terdapat bakteri aerob, lumut, dan actinomyces yang

aktif. Bakteri aerob akan menyebabkan oksidasi biologi pada komponen-

komponen tumbuhan yang material utamanya adalah cellulose. Senyawa-senyawa

protein dan gula cenderung terhidrolisa. Cellulose akan diubah menjadi glikose

dengan cara hidrolisis:

C6H10O5 + H2O    C6H12O6

(cellulose) (glikose)

Jika suplai oksigen berlangsung terus, maka proses ini akan menuju pada

penguraian lengkap dari senyawa organik, yaitu:

C6H10O5 + 6 O2    6 CO2 + 5 H2O

Bagian-bagian dari material tumbuhan tersebut cenderung membentuk koloid

dan umumnya disebut dengan asam humus (humic acid). Lemak dan material

resin umumnya hanya mengalami perubahan sedikit.

Apabila kandungan oksigen air rawa sangat rendah dan dengan bertambahnya

kedalaman, sehingga tidak memungkinkan bakteri-bakteri aerob hidup, maka sisa

tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang

sempurna, dengan kata lain tidak terjadi proses oksidasi yang sempurna. Pada

Page 5: Makalah Genesa Batubara

kondisi tersebut hanya bakteri-bakteri anaerob saja yang berfungsi melakukan

proses pembusukan yang kemudian membentuk gambut (peat).

Prosesnya adalah dengan bertambahnya kedalaman, maka bakteri aerob akan

berkurang (mati) dan diganti dengan bakteri anaerob sampai kedalaman 10 m,

dimana kehidupan bakteri makin berkurang dan hanya terjadi perubahan kimia,

terutama kondensasi primer, polymerisasi, dan reaksi reduksi. Pada bakteri

anaerob akan mengkonsumsi oksigen dari substansi organik dan mengubahnya

menjadi produk bituminous yang kaya hidrogen, selanjutnya dengan tidak

tersedianya oksigen, maka hidrogen dan karbon akan menjadi  H2O, CH4, CO, dan

CO2.

Apabila ditinjau secara vertikal, maka lapisan gambut paling atas mempunyai

pertambahan kandungan karbon relatif cepat sesuai kedalamannya sampai

peatigenic layer, yakni 45-50% sampai 55-60%. Lebih dalam lagi, pertambahan

kandungan karbon mencapai 64%. Kandungan karbon yang tinggi pada peatigenic

layer disebabkan karena pada lapisan tersebut kaya substansi yang mengandung

oksigen, terutama cellulose dan humicellulose yang diubah secara mikrobiologi.

Dari keseluruhan proses, maka pembentukan substansi humus merupakan

proses penting yang tidak tergantung pada fasies dan tidak semata-mata pada

kedalaman. Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi proses humifikasi dimana

bakteri dapat beraktivitas dengan baik adalah kondisi lingkungan berikut ini:

1. Keasaman air, yaitu pada pH 7,0-7,5.

2. Kedalaman, yaitu pada kedalaman sekitar 0,5 m untuk bakteri aerob,

sedangkan untuk bakteri anaerob bisa sampai kedalaman 10 m.

3. Suplai oksigen, akan menurun mengikuti kedalaman.

4. Temperatur lingkungan, pada suhu yang hangat akan mendukung kehidupan

bakteri.

Potonie (1920 dalam Teichmuller, 1982 dan Diessel, 1984) menyebutkan

bahwa pada rumpun tumbuhan yang sama, iklim dan kondisi lingkungan yang

sama, maka potensial redox (Eh) memegang peranan penting untuk aktifitas

bakteri dan penggambutan. Ketersediaan oksigen menentukan apakah proses

penggambutan berjalan atau tidak. Berikut ini transformasi organik dalam

Page 6: Makalah Genesa Batubara

kaitannya dengan ketersediaan oksigen, dimana salah satu dari empat proses

biokimia di bawah ini akan terjadi pada tumbuhan yang telah mati, yaitu:

1. Bahan tumbuhan bereaksi dengan oksigen dan merapuh (desintegration),

menghasilkan zat terbang, terutama CO2, metan, dan air. Umumnya

menghasilkan sisa yang tidak padat. Beberapa unsur utama tumbuhan akan

lebih tahan pada tipe ubahan ini, misal resin dan lilin.

2. Proses humifikasi atau pembusukan, yaitu bahan tumbuhan akan berubah

menjadi humus akibat oleh terbatasnya oksigen dari atmosfir dan tingginya

kandungan air lembab. Batubara yang dihasilkan berupa humic coal.

3. Proses penggambutan (peatification), yaitu keadaan muka air tinggi di atas

lapisan yang terakmulasi dapat mencegah terjadinya oksidasi, akibatnya pada

lingkungan yang reduksi dan adanya bakteri anaerob, jaringan-jaringan

tumbuhan menjadi hancur, kemudian terakumulasi dan menjadi gambut,

selanjutnya akan menghasilkan humic coal.

4. Putrefaction (permentasi) yaitu peruraian hancuran tanaman akuatik (terutama

algae), bahan hanyutan, dan plankton dalam lingkungan reduksi pada kondisi

air diam (stagnant), hasilnya membentuk sapropel, sedangkan batubara yang

dihasilkan adalah batubara sapropelik.  

Secara umum tahapan biokimia dapat dikelompokan menjadi dua jenis

(Diessel, 1992), yaitu:

Vitrinisasi (vitrinisation path)

Hasil humifikasi pada dekomposisi hidrolik terhadap tumbuhan yang telah

mati akan mengalami suatu deret kestabilan dari kandungan sel-sel yang lunak

menjadi celulose, hemicelulose, dan beberapa komponen yang lebih tahan seperti

lignin (Waksman dan Stevens, 1929). Fluida humik akan berubah sepanjang

tahapan humifikasi. Kompaksi dan dehidrasi gambut akibat penambahan beban

oleh lapisan penutup mengakibatkan fluida humik mengental. Dalam batubara

muda fluida humik muncul sebagai humocollinit (jika berupa koloid) dan

humodetrinit (jika bercampur dengan fragmen-fragmen sisa sel). Koloid humik

dapat mengisi ruang-ruang sel jaringan tumbuhan dan setelah pembatubaraan

pada tingkat batubara bitumen akan muncul sebagai gelocollinit. Setelah

Page 7: Makalah Genesa Batubara

presipitasi, koloid humik dapat berupa granular (sebagai porigelinit) dan

kemudian lumer (gelify) berbentuk larutan atau zat yang jernih (sebagai

eugellinit).

Fusinitisasi (fusinitisation path)

Pada lapisan batubara juga ditemukan maseral-maseral inertinit yang

mempunyai kandungan karbon tinggi, artinya menunjukan bahwa bahan-bahan

tumbuhan ini sebelum sedimentasi berakhir telah mengalami dehidrasi pada suatu

periode kering dan oksidasi yang intensif (fusinitisasi). Ada tiga model proses

fusinitisasi, yaitu:

Pengawetan akibat pengeringan dinding sel dan dehidrasi pada koloid koloid

humik yang kemudian terubah sehingga tidak dapat mengalami rehidrasi dan

melanjutkan hidrolisa. Hasilnya disebut oxi-semifusinite yang

memperlihatkan efek humifikasi akibat mikroba dengan baik.

Pembentukan semifusinit sebagai akibat dekomposisi selektif oleh organisme

terhadap jaringan kayu, terutama jaringan yang lunak (degrado semifusinit).

Akibat pembakaran pada gambut (pyrofusinite) yang tidak sempurna, maka

akan menyebabkan perbedaan reflektansi dari jaringan-jaringan sel tumbuhan

dengan berbedanya kedalaman.  

Ciri umum gambut adalah sebagai berikut:

Berwarna kecoklatan sampai hitam.

Kandungan air > 75% (pada brown coal < 75%)

Kandungan karbon umumnya < 60% (pada brown coal > 60%).

Masih memperlihatkan struktur tumbuhan asal, terdapat sellulose (pada

brown coal cellulose tidak hadir).

Dapat dipotong dengan pisau (pada brown coal tidak dapat dipotong).

Bersifat porous, bila diperas dengan tangan, keluar airnya.

Berdasarkan ciri di atas adalah tidak mudah secara pasti membedakan antara

peat dan brown coal, apalagi proses perubahannya berlangsung secara bertahap.

Page 8: Makalah Genesa Batubara

C. Faktor – Faktor Pembentukan Batubara

Lapisan batubara umumnya berasal dari peat(gambut) deposit di suatu rawa.

Faktor-faktor penting dalam pembentukkan peat:

Evolusi tumbuhan

Iklim

Paleografi dan Tektonik

a. Evolusi Tumbuhan

Batubara tertua yang berumur Hurorian Tengah dari Michigan berasal dari

alga dan fungi. Sedangkan pada jaman  Devon Bawah dan Atas, batubara

kebanyakan berasal dari Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana (lower devon)).

Kebanyakan batubara dari jaman  ini memiliki  rata-rata lapisan yang tipis(3-4m)

dan tidak punya nilai ekonomis. 

Pada  Carbon Atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai ketinggian

lebih dari 30m namun belum seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasi

oleh: Lepidodendron, Sigillaria, Leginopteris oldhamia, Calamitea. Jaman Upper

Carboniferous dikenal sebagai perioda bituminous coal.

Lapisan penting batubara berumur Perm terdapat di USSR, dominan

terbentuk dari Gymnosperm cordaites. Pada jaman Mesozoic terutama Jura dan

Cretaceous Bawah, Gymnosperm(Ginkcophyta, Cycadophyta dan Cornifers)

merupakan tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama di Siberia dan Asia

Tengah.

Pada rawa-rawa berumur Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm

tumbuh dengan pesat di N. America, Europe, Japan dan Australia. Jika

dibandingkan dengan tumbuhan pada masa Carbon, tumbuhan pada jaman

Mesozoic terutama jaman Tersier  lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan

deposit peat yang tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya. Perkembangan dan

evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman jenis dan tipe batubara yang

dihasilkan.

Ragam tumbuh – tumbuhan seperti yang dikenal pada saat ini telah

mengalami proses evolusi yang sangat panjang mulai dari zaman Devon.

Page 9: Makalah Genesa Batubara

Perkembangan jenis tumbuhan untuk setiap waktu geologi mulai dari satu jenis

tumbuhan (alga/ganggang) pada zaman sebelum Devon menjadi sekian banyak

pada waktu – waktu berikutnya. Perkembangan ini perlu diketahui karena ada

beberapa tumbuhan yang hanya tumbuh pada zaman tertentu saja sehingga dengan

mengenal perkembangan ini akan memudahkan untuk mengintrepentasikan

genesanya. Sisa tumbuhan pembentuk batubara kadang – kadang mudah dikenal

dibawah mikroskop. Sisa tumbuhan seperti spora, tepung sari, serat, sel, dan

sebagainya sering dipakai untuk mengenal jenis tumbuhan pembentuk batubara

(paleobotani atau maseral). Disamping itu ada beberapa metoda yang lain ( seperti

geokimia organik) yang sering dipakai untuk mengenal jenis tumbuhan

pembentuk batubara.

Pada zaman Devon bawah tumbuhan bawah air tumbuh oada lagun yang

dangkal (terendam). Dari sini terjadi lapisan batubara yang tipis, yang

diketemukan di Haliseriten- Schichten dari Renish-Schiefergebirge (Jerman).

Pada batuan ini ada lapisan Vitrinit yang terbentuk dari Taeniocrada decheniana.

Tumbuhan darat pertama yang mendukung terbentuknya batusabak dengan

karbon yang banyak yang juga hanya menghasilkan lapisan vitrinit yang tipis.

Penyebaran tumbuhan darat di seluruh benua mengakibatkan pembentukan

lapisan batubara yang berkemungkinan lebih potensial. Pada Devon Tengah di

Kuznetsk basin masih ada Psiliphytes, ditemukan di lapisan batubara.

Cepatnya berkembang tumbuhan pada Lower dan Upper Cretaceus mengarah

pada perkembangan angiosperm. Dibandingkan dengan flora pada zaman

Mezosoikum (khususnya tersier ) mempunyai ragam yang lebih banyak dan

terspesialisasi, sehingga banyak tipe fasies ditemiukan pada lapisan gambut ynag

tebal.

b. Iklim

Gambut berasal dari tumbuhan, sedangkan perkembangan tumbuhan

dipengaruhi oleh iklim, lebih khusus lagi adalah kelembaban. Pada daerah

beriklim tropik dan subtropik yang bertemperatur tinggi, umumnya sesuai untuk

pertumbuhan tumbuhan dibandingkan daerah beriklim dingin. Di samping itu,

Page 10: Makalah Genesa Batubara

suhu yang lebih panas tidak hanya mempercepat pertumbuhan tumbuhan, tetapi

juga mempercepat pembusukan.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa hutan rawa tropis mempunyai siklus

pertumbuhan setiap 7-9 tahun dan tumbuhan mencapai tinggi sekitar 30 m,

sementara di iklim dingin atau sedang untuk waktu yang sama pertumbuhannya

hanya mencapai ketinggian 5-6 m. Daerah iklim sedang miskin bahan makanan,

sehingga didominasi oleh lumut, sedangkan daerah tropik didominasi pohon.

Pada Karbon Akhir atau Tersier Awal, umumnya gambut terbentuk di iklim

tropis dan basah. Meskipun demikian, di belahan bumi selatan dan Siberia

dijumpai batubara yang terbentuk di iklim sedang dan basah, bahkan di iklim

dingin seperti batubara Gondwana (Permo-Karbon) dengan tumbuhan utama

Gangamopteris, Glossopteris, Cycadophyta, dan Conifers.

Lapisan batubara yang terbentuk di lingkungan iklim tropis basah umumnya

tebal dan cemerlang (bright coal), sebaliknya di iklim sedang atau dingin terdiri

dari sedikit batubara cemerlang. Meskipun demikian, selama pembentukan

batubara tidak selalu iklimnya tetap, seperti di belahan bumi selatan terdapat

batubara tebal diselingi lapisan yang tidak mengandung batubara. Kondisi ini

ditafsirkan sebagai masa yang kering dengan ciri sedimen berkadar garam tinggi

dan diperkirakan suhunya lebih dingin dibanding suhu sekarang.

Pada iklim yang lebih hangat dan basah tumbuhan tumbuh lebih cepat dan

beragam. Lapisan-lapisan kaya batubara berumur Carbon Atas, Cretaceous Atas

dan Tersier Awal diendapkan pada iklim seperti ini. Namun pada hemisphere

selatan dan Siberia juga terdapat endapan batubara yang kaya yang diendapakan

pada iklim yang sedang hingga dingin, contohnya batubara inter-post glacial

PermoCarbon Gondwana  (dari Ganganopteris glossopteris) dan batubara umur

Perm dan Jura Bawah dari Angara konitnen. Lapisan batubara yang diendapkan

pada iklim hangat dan basah biasanya lebih terang dan tebal dibandingkan dengan

yang diendapkan pada iklim basah.

Iklim suatu daerah secara tidak langsung bisa mengendalikan faktor yanglain.

Iklim tropis menawarkan terbentuknya gambut yang lebih cepat karenakecepatan

tumbuh dari tumbuh-tumbuhan lebih besar dengan ragam yangsangat bervariasi.

Temperatur yang tinggi dengan kelembaban yang tinggi juga berpengaruh pada

Page 11: Makalah Genesa Batubara

proses pembentukan gambut.Rawa di daerah tropis bisa menghasilkan kayu yang

mencapai ketinggian30 meter dalam waktu 7 - 9 tahun sementara tumbuhan di

daerah rawadengan iklim sedang hanya mencapai ketinggian 5 - 6 meter dalam

jangkawaktu yang sama. Daerah dengan iklim sedang miskin akan bahan

makanansehingga hanya didominasi oleh lumut, sedangkan daerah tropis

didominasioleh pohon.Pembentukan gambut terjadi kebanyakan di daerah yang

beriklim panas,banyak air (khususnya Karbon Atas). Formasi yang terkaya akan

lapisanbatubara terendapkan pada daerah beriklim panas (termasuk juga

untukbatubara yang penting pada Jaman Upper Cretaceous dan Tersier Bawah

diAmerika Utara dan di belahan bumi bagian Selatan yang beriklim kadangdingin

dan basah), contohnya : Siberia, Inter dan Post Glacial PermoKarbon, Gondwana

Coal dengan Gangamopteris Glossopteris dan Perm danJura-Cretasius Bawah dari

Angara Continent (Tunguska dan Lena Regions).Lapisan batubara yang

terendapkan di daerah yang banyak air dan hangatakan menghasilkan banyak

lapisan dan tebal yang terjadi dari batang kayuyang besar/tebal (bright coal), dan

sebaliknya untuk iklim dingin. Dengan naiknya suhu tidak hanya pertumbuhan

pohon menjadi cepat tapi juga proses dekomposisi juda menjadi lebih cepat.

c. Paleogarfi dan Tektonik

1. Paleografi

Formasi lapisan tergantung pada hubungan paleogeografi dan struktur pada

daerah sedimentasi. Pembentukan peat (gambut) terjadi pada daerah yang  

depresi  permukaan dan memerlukan muka air yang relatif tetap sepanjang tahun

diatas atau minimal sama dengan permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul

pada flat coastal area dimana banyak rawa yang berasosiasi dengan persisir pantai.

Morfologi cekungan mempunyai arti penting di dalam menentukan

penyebaran rawa-rawa tempat batubara terbentuk. Pada daerah pantai datar dan

tidak berbukit merupakan lingkungan yang baik untuk pembentukan batubara,

demikian juga di daerah cekungan benua, tetapi jumlahnya terbatas. Pada dataran

stabil, erosi akan mempengaruhi ukuran dan bentuk lakustrin, asal dan luas

pengaliran, aliran air, dan permukaan airtanah. Faktor-faktor tersebut

mempengaruhi pembentukan batubara. Jika air tanah cukup tingginya dan

Page 12: Makalah Genesa Batubara

berlangsung lama maka kadang – kadang iklim padang rumput tanpa adnya pohon

pun bisa jadi gambut. Ini hanya tergantung pada penurunan permukaan. Rawa

bisa juga terjadi pada bekas kawah gunung api. Rawa bisa tawar atau sudah

tercampur dengan air asin di tepi pantai atau di tepi danau besar.

2. Tektonik

Di dalam genesa cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan faktor

yang umum, dominan, dan memegang peranan penting. Posisi geotektonik

mempengaruhi iklim, morfologi cekungan, kecepatan sedimentasi, kecepatan

penurunan dasar cekungan, jenis flora, dan pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap jenis batubara (coal type), derajat batubara (coal rank), dan geometri

lapisan batubara yang terbentuk.

Pada daerah bertektonik kuat, penurunan cekungan akan berjalan cepat

selama pengendapan berlangsung. Akibatnya akan berpengaruh terhadap

perbedaan petrografi dan geometri lapisan batubara serta menambah kontaminasi

mineral, seperti sulfida, klorit, dan karbonat. Cekungan batubara dapat terbentuk

diberbagai posisi dari suatu tatanan tektonik. Batubara di Sumatera Selatan terjadi

di cekungan belakang busur pada lingkungan yang sebagian besar berair payau,

sedangkan batubara Ombilin terjadi di cekungan intra-montane pada lingkungan

air tawar. Batubara di Bengkulu terjadi cekungan muka busur pada lingkungan

delta. Batubara di Kalimantan Timur pada  delta yang progradasi, seperti di Delta

Mahakam.

Page 13: Makalah Genesa Batubara

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari

tumpukan dan hancuran bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam

keadaan tertutup udara (dibawah air) tidak padat, kandungan air > 75% dan

kandungan mineral < 50% (dalam persen berat). Tahap diagenesa gambut

merupakan tahap awal pembentukan batubara, yaitu mencakup perubahan oleh

mikroba dan proses kimia. Dimulai dari pembusukan tumbuhan sampai terbentuk

gambut (peat). Pada tahap ini dicirikan oleh aktivitas bakteri aerob (membutuhkan

oksigen) dan anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Faktor – faktor yang

mempengaruhi pembentukan lumut yaitu evolusi tumbuhan, iklim, paleografi dan

tektonik.

B. Saran

Gambut adalah proses awal dari pembentukan batubara. Dalam pembentukan

ini diperlukan waktu yang sangat lama. Dari proses gambut untuk mencapai

batubara memerlukan waktu yang sangat lama. Sehingga dalam penggunaannya

harus seefisien mungkin. Karena untuk proses pembentukan gambut, dan dari

gambut ke batubara memerlukan waktu yang lama. Dan untuk saat ini batubara

sangat membantu proses kerja dalam berbagai bidang industri.