Genesa Batubara

51
Kuliah Ke 2 Batubara (MTB310 ) Prodi T. Pertambangan FTKE USAKTI - MAA EJT GENESA BATUBARA MTB 310 Batubara Dr.Ir. Masagus A. Azizi, MT. E. Jamal Tuheteru, ST., MT. Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian & Energi Universitas Trisakti

Transcript of Genesa Batubara

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    GENESA BATUBARA

    MTB 310 Batubara

    Dr.Ir. Masagus A. Azizi, MT.

    E. Jamal Tuheteru, ST., MT.

    Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian & Energi

    Universitas Trisakti

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Defenisi Batubara Menurut Beberapa Ahli

    No Peneliti Defenisi

    1 Spackman (1958) suatu benda padat karbonan berkomposisi maseral

    2

    The Internasional

    hand book of Coal

    Petrography (1963)

    batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-

    sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat oleh

    proses kompeksi dan terkubur dalam cekungan - cekungan

    yang diawali pada kedalaman yang tidak terlalu dangkal

    3 Thiessen (1974)

    suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur yang mewakili banyak

    komponen kimia, dimana hanya sedikit dari komponen

    kimia tersebut dapat diketahui atau

    suatu benda padat organik yang memiliki komposis kimia yang sangat rumit

    4 Achmad Prijono,

    dkk (1992)

    bahan bakar hydrokarbon padat yang terbentuk dari

    tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena

    pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lama sekali

    5 Umum

    Batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari

    tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak

    pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang

    mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Komponen Batubara Secara Mikroskopis

    Butir organik batubara secara mikroskopis disebut maseral.

    Maseral terdiri atas 3 kelompok, yakni liptinit, vitrinit dan inertinite

    Maseral ditentukan berdasarkan refleksi cahaya keabuan, yakni Liptinit (abu gelap),

    vitrinit (abu sedang hingga terang), inertinit

    (putih hingga putih terang).

    Liptinit terdiri atas hidrokarbon kaya hidrogen (spora, serbuk sari, kutikula, dan

    resin (getah).

    Vitrinit mengandung hidrogen yang lebih sedikit dibanding liptinit (terdiri atas kayu

    yang tergelifikasi, kulit kayu, dan akar)

    Inertinit sebagian besar adalah produk hasil oksidasi dari maseral lainnya,

    sehingga lebih kaya kandungan karbonnya.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Umur Pembentukan Batubara Dunia

    (Walker, 2000)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Proses pembentukan batubara

    Umumnya terjadi pada jaman karbon ~270 350 juta tahun yang lalu: Eropa, Asia, Amerika

    Di Indonesia berumur lebih muda, terbentuk pada jaman tersier.

    o Tertua berumur Eosen (40-60 juta tahun)

    o Umumnya berumur antara Miosen dan Pliosen (2-15 juta tahun yang lalu)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Tumbuhan Pembentuk Batubara

    (Diessel, 1981)

    Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari

    perioda ini.

    Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara

    dari perioda ini.

    Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon

    di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga

    dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di

    iklim hangat.

    Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji

    terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung

    kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti

    gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama

    batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

    Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan

    betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding

    gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat

    terawetkan.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Proses Pembentukan Batubara Dari

    Tumbuhan

    1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan

    menjadi gambut Proses Penggambutan (Proses Biokimia)

    2. Tahap pembentukan batubara dari gambut menjadi

    batubara proses Pembatubaraan (Proses Koalifikasi)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Pembentukan Gambut (Proses Biokimia)

    Bila tumbuhan mati terpapar di permukaan tanah, maka

    akan mengalami proses pembusukan dan penghancuran

    sempurna sehingga tidak ada lagi terlihat bentuk asalnya.

    Tumbuhan tumbang di suatu rawa (terendam air) tidak

    memungkinkan bakteri aerob (bakteri yang memerlukan

    oksigen) hidup.

    Sisa tumbuhan yang tidak mengalami pembusukan dan

    penghancuran sempurna mengalami proses dekomposisi

    (dibantu bakteri anaerob) sehingga menjadi gambut.

    Meski tidak ada oksigen, tumbuh2an teroksidasi (oleh

    bakteri anaerob) menjadi H2O, CH4, CO, dan CO2 Gambut berwarna coklat sampai hitam merupakan padatan

    bersifat porous dan masih memperlihatkan struktur

    tumbuhan asalnya, serta kadar air > 50%.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Laju Akumulasi Gambut

    Dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

    Faktor tumbuhan : jenis, laju pertumbuhan, laju pembusukan

    Faktor tempat tumbuh : kondisi, kesuburan

    Faktor cuaca

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Hasil penyelidikan di AS:

    Untuk menghasilkan 1 ft gambut padat dari gambut lepas setebal 10 12 ft, dibutuhkan waktu 100 tahun.

    Jika diambil kayu sebagai basis (100%), maka perbandingan volume dalam % adalah sbb. :

    gambut = 28 - 45 %

    lignite = 17 - 28 %

    bituminuous coal = 10 - 17 %

    anthracite = 5 - 10 %

    Waktu yang dibutuhkan untuk akumulasi gambut sehingga diperoleh ketebalan lapisan batubara 1 ft :

    Lignite = 160 tahun

    Bituminous = 260 tahun

    Anthracite = 490 tahun

    Angka-angka di atas hanya untuk menggambarkan bahwa laju akumulasi gambut dan selanjutnya lapisan batubara sedemikian lambatnya.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Teori Akumulasi Gambut & Lapisan

    Batubara

    1. Teori in-situ

    Lapisan gambut terbentuk dari tumbuhan yg

    tumbang di tempat tumbuhnya.

    2. Teori drift

    Lapisan gambut yg terbentuk berasal dari bagian-

    bagian tumbuhan yg terbawa oleh aliran air

    (sungai) dan terendapkan di daerah hilir (delta)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Proses Pembatubaraan

    (Proses Koalifikasi) Proses pembentukan gambut akan terhenti karena penurunan cepat

    dasar cekungan.

    Lapisan gambut yang tertutupi oleh lapisan sedimen mengakibatkan tidak ada lagi bakteri anaerob atau oksigen yang mengoksidasi.

    Maka yang bekerja adalah tekanan lapisan sedimen.

    Bertambahnya tebalnya lapisan sedimen akan meningkatkan tekanan pada lapisan gambut, sehingga turut meningkatkan suhu.

    Semakin meningkatnya kedalaman, maka suhu dan tekanan terhadap lapisan batubara akan semakin besar.

    Aktivitas magma, proses pembentukan gunung, aktivitas tektonik lainnya turut andil dalam meningkatkan suhu dan tekanan

    Terjadi konversi gambut menjadi batubara, yakni:

    Pengurangan kandungan air,

    Pelepasan gas-gas (CO2, H2O, CO, CH4),

    Peningkatan kepadatan & kekerasan, serta

    Peningkatan nilai kalor.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Proses Pembentukan Batubara

    Sumber: Kentucky Geological Survey

    http://www.uky.edu/KGS/coal

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Peringkat Batubara

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Associated Strata

    Lapisan batuan yang sering berasosiasi dengan lapisan batubara lempung, lanau dan pasir yang masih bersifat lepas (unconsolidated) maupun batulempung (claystone), batulanau (siltstone) dan batupasir (sandstone) yang bersifat kompak (consolidated) serta serpih, kadang-kadang juga ditemukan konglomerat atau batugamping.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Lapisan batubara di suatu tempat selalu bervariasi

    ketebalannya yang kadang-kadang hanya pada jarak

    yang dekat/pendek.

    Faktor utama yang menyebabkan variasi tersebut kondisi cekungan tempat terbentuknya batubara tersebut.

    Faktor lain faktor kerapatan tumpukan tumbuhan yang akan membentuk gambut dan perbedaan tekanan dari

    lapisan sedimen di atas lapisan batubara atau akibat

    aktivitas tektonik.

    Variasi Ketebalan & Penyebaran

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Sering terjadi variasi kualitas secara vertikal pada suatu

    lapisan batubara.

    Variasi secara horisontal pada suatu lapisan batubara lebih sering ditemukan dan hal ini umumnya disebabkan

    oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses

    pembatubaraan (coalification) seperti tekanan lapisan

    sedimen dan pengaruh aktivitas magma.

    Variasi Kualitas

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Partings

    Lapisan batubara kadang-kadang disisipi oleh lapisan-lapisan batuan anorganik, umumnya serpih, lempung, batupasir.

    Secara umum sisipan lapisan tersebut disebut parting, namun jika lapisan tersebut cukup tebal lapisan batubara tersebut disebut mengalami splitting.

    Parting yang tipis disebut band, misalnya clayband atau tonstein.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Terjadi akibat gerakan kerak bumi.

    Proses ini menyebabkan lapisan batubara yang pada

    awalnya terbentuk secara horisontal mengalami

    perlipatan sehingga lapisan batubara tersebut menjadi

    miring, bahkan kadang-kadang hampir tegak lurus.

    Perlipatan

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Lapisan pada satu sisi bergerak relatif terhadap lapisan

    di sisi yang lain.

    Gerakan tersebut menyebabkan satu sisi bergerak ke

    atas atau ke bawah sementara sisi yang lain tetap atau

    satu sisi bergerak ke atas sementara sisi yang lain

    bergerak ke bawah atau kedua sisi bergerak ke arah yang

    sama tetapi dengan jarak perpindahan yang berbeda.

    Sesar (Patahan)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Rekahan atau joints

    sering dijumpai pada

    lapisan batubara.

    Rekahan berasosiasi dengan perubahan

    volume dari lapisan

    batubara, baik melalui

    kontraksi pada saat

    pengeringan, kompaksi

    akibat lapisan sedimen di

    atasnya maupun ekspansi

    akibat hilangnya lapisan

    penutup.

    Rekahan

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Pengaruh Intrusi

    Sumber: Thomas, 2013

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Tipe Subtipe Penampang Keterangan

    Selama

    Pengendapan

    Diakibatkan oleh perbedaan

    kecepatan penimbunan

    batubara Umum

    Diakibatkan oleh morfologi

    cekungan sedimen Umum

    Diakibatkan oleh proses

    penurunan pada waktu

    sedimentasi Umum

    Diakibatkan oleh erosi pada

    waktu sedimentasi

    Agak jarang

    Diakibatkan oleh pensesaran

    pada waktu sedimentasi

    Jarang

    Diakibatkan oleh proses karst Jarang

    Sesudah

    Pengendapan

    Erosi Umum

    Tektonik Agak Jarang

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Batuan Batu pasir Batu lempung Batu gamping

    beku Serpih

    Batu lanau

    Tipe Penampang Peta

    Batubara

    Pengendapan

    Sedimen

    Erosi

    Magmatis

    Tektonik

    1 53 42

    Bentuk-bentuk

    Lapisan Batubara

    yang Tidak

    Menerus

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Hubungan Antara Peringkat (Rank)

    Batubara dan Nilai Reflektance Maks

    Peringkat Batubara

    Nilai %

    Reflektans

    (Maks)

    Lignit < 0,27-0,38

    Sub Bituminous

    C 0,38-0,243

    B 0,43-0,48

    A 0,48-0,67

    High volatile bituminous

    C 0,47-0,57

    B 0,57-0,71

    A 0,71-1,10

    Medium volatile bituminous 1,10-1,50

    Low volatile bituminous 1,50-2,05

    Semi Anthracite 2,05-3.00

    Anthracite 3,00

    Sumber: Davis (1978) dan Stach dkk (1982)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Cadangan Batubara Dunia

    (Fridley, 2011)

    Indonesia : 21 Milyar ton

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Sumberdaya & Cadangan Batubara

    Indonesia Tahun 2011

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Produksi Batubara Dunia Tahun 2012

    (Paul Brown, 2013)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    GEOLOGI BATUBARA

    INDONESIA

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Cekungan Sedimen Tersier di Indonesia

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    MAIN TERTIARY COAL BASINS OF

    INDONESIACekungan Batubara di Indonesia

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    Cekungan Sumatra Tengah

    Pematang Group (Eocene-Oligocene): oldest in the sequence as syn-rift deposits, lake and swamp

    sedimentary rocks in the middle (brown shale and

    coal) as observed in Rimbodata to alluvial fan and

    braided stream deposits in the top (conglomerate and

    quartz sandstone), igneous rock intrusions.

    Petani Group (Late Miocene): equivalent with Palembang Group, sag basin deposits, regressive

    sequence, coal in the upper part (Korinci Fm)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    Cekungan Ombilin (SUMATRA)

    Sangkarewang Fm (Eocene): oldest in the sequence, equivalent with Pematang, lake and swamp sedimentary rocks (brown

    shale, coal, and fresh water limestone in Kiliranjao), facies

    change to alluvial fan and braided stream deposits of Brani Fm

    (conglomerate and sandstone), igneous rock intrusions

    observed in Talang Babungo.

    Sawahlunto Fm (Late Eocene): underlain by Sangkarewang/Brani Fm, meandering river deposits, quartz

    sandstone, mudstone, and coal seams (with intensive growth

    faults), overlain by braided stream deposits of Sawahtambang

    (quartz sandstones and conglomerate).

    Sinamar Fm (Oligocene): quartz sandstone, mudstone, and coal, in parts brown shale (oil shale).

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    T Bungo Ombilin Kiliranjao Suliki Kototuo

    Sangkarewang

    Fm.

    (lacustrine with

    tuffaceous

    material)

    Brani Fm.

    (aluvial)

    Ombilin Fm.

    (marine)

    Poro Memb. (transitional)

    Sawahtambang

    Fm.

    (braided stream)

    Rasau Memb.

    (fluviatile)

    Sawahlunto Fm.

    (meandering

    river)

    Sangkarewang

    Fm.

    (lacustrine)

    Brani Fm.

    (aluvial)

    Ombilin Fm.

    (marine)

    Poro Memb. (transitional)

    Sawahtambang

    Fm.

    (braided stream)

    Rasau Memb.

    (fluviatile)

    Sawahlunto Fm.

    (meandering river)

    Telisa Fm.

    (marine)

    Poro Memb. (transitional)

    Upper Pematang or

    Sawahtambang

    Fm.

    (braided stream)

    Rasau Memb.

    (fluviatile)

    Middle Pematang or

    Sawahlunto Fm.

    (meandering river)

    Brani Fm.

    (aluvial)

    Rasau Memb.

    (fluviatile)

    Middle Pematang

    (lacustrine) or

    Sawahlunto Fm

    Brani Fm.

    (aluvial)

    Correlation of some coal bearing formations in Central Sumatra

    ?

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    KARBINDO COAL MINE KILIRANJAO WEST SUMATRA

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    Cekungan Sumatera Selatan

    Talang Akar Fm (Paleogene): equivalent with Pematang, syn-rift deposits, quartz conglomerate and

    sanstone, mudstone, coal seams, transgressive to

    Baturaja limestone (sag deposits), in the western

    margin TAF is underlain by Kikim volcanic sediments

    Muara Enim Fm (Mio-Pliocene): underlain by Air Benakat Fm (marine) change regressively to ME coal

    measures (mudstone, sandstone, tuffaceous layers,

    coal seams)

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Cekungan Sumatera Selatan

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    Cekungan Kutai

    UPPER KUTAI

    Batu Ayau Fm (Paleogene): oldest in Upper Kutai, underlain by Pre-Tertier metamorphic and igneous

    rocks, quartz sandstone (some conglomeratic),

    mudstone, coal seams, transgressive sequence,

    overlain by marine sedimentary complex, igneous rock

    intrusions, equivalent with Tanjung Fm in Barito Basin.

    Montalat Fm (Neogene): above Berai Fm developed in North Barito/Upper Kutai, quartz sandstone, mudstone

    and coal, overlain by Warukin Fm (coal measures)

    with similar associations.

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    KUTAI BASIN

    LOWER KUTAI (regressive vertically)

    Delta Progradation Fm. Pemaluan (Early Miocene): transition with coal seams in the upstream

    marine in the downstream

    Fm. Pulaubalang (Middle Miocene): fluviatile with coal seams in the upstream transition with coal seams and marine bands in the downstream

    Fm. Balikpapan (Late Miocene): fluvio-deltaic, coal associated with sandstone and mudstone

    Fm. Kampungbaru (Pliocene): fluviatile, coal seams (lignite) associated with sandstone and mudstone

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigraphy Of Barito, Kutai, And Tarakan

    Basins Eastern Kalimantan - Indonesia

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    CEKUNGAN BARITO

    BARITO UTARA

    Tanjung Fm/Batu Ayau Fm (Paleogene): oldest in North Barito, underlain by Pre-Tertier metamorphic and igneous rocks, quartz

    sandstone (some conglomeratic), mudstone, coal seams, coastal

    plain deposits, transgressive sequence, overlain by Berai Fm

    (marine Marl and Limestone), igneous rock intrusions, equivalent with Kuaro Fm in Pasir Basin.

    Montalat Fm (Neogene): above Berai Fm developed in North Barito, quartz sandstone, mudstone and coal, overlain by

    Warukin Fm (coal measures) with similar associations.

    Warukin Fm (Neogene): equivalent with Balikpapan Fm in Kutai Basin, sandstone, mudstone, and coal seams, fluviatile deposits

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    CEKUNGAN BARITO

    BARITO SELATAN & ASAM-ASAM

    Tanjung Fm (Paleogene): oldest in South Barito, underlain by Pre-Tertier metamorphic/metasedimentary and igneous rocks, quartz

    sandstone (some conglomeratic), mudstone, coal seams,

    coastal plain deposits, transgressive sequence, overlain by Berai

    Fm (marine Marl and Limestone), equivalent with Kuaro Fm in Pasir Basin.

    Warukin Fm (Late Miocene): equivalent with Balikpapan Fm in Kutai Basin, sandstone, mudstone, and coal seams, fluviatile

    deposits

    Dahor Fm (Pliocene): sandstone, mudstone, and coal seams, fluviatile deposits

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Stratigrafi & Sedimentologi

    CEKUNGAN PASIR Kuaro Fm (Paleogene): oldest in Pasir, underlain by Pre-Tertier

    metamorphic/metasedimentary and igneous rocks, quartz

    sandstone (some conglomeratic), mudstone, coal seams,

    coastal plain deposits, transgressive sequence, overlain by Berai

    Fm (marine Marl and Limestone), equivalent with Tanjung Fm in Barito Basin.

    Warukin Fm (Late Miocene): equivalent with Balikpapan Fm in Kutai Basin, sandstone, mudstone, and coal seams, fluviatile

    deposits

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    Tanjun

    gFo

    rmation

    (100

    0 -15

    00m)

    Pre-Te

    rtiary

    LTMT

    UT

    Fluvia

    tile-

    trans

    itiona

    lTid

    al fla

    t and

    beac

    hFlu

    viatile

    trans

    itiona

    lFlu

    viatile

    Low rank coal, multiple thick seams,

    associated with mudstone and sandstone

    No coal seams

    Some thin coal seam intercalations associated

    within tidal deposits

    Multiple coal seams with a 2-2.7m thick

    main seam, two other seams 1-1.5m thick

    above and below

    Thick coal seams, up to 5m, high ash with

    Many partings, associated with sandstone and

    conglomerates, semi-anthracite in rank

    Metamophic and metasediment, no coal

    Formations

    (Thickness)Lith.

    SymbolCoal occurrences Env. Dep

    BeraiF

    ormation

    (500

    -10

    00m)

    Montala

    t Formation

    (>10

    00m)

    Marin

    e

    Some i

    gneo

    us ro

    ck in

    trusio

    ns in

    Tan

    jung

    Form

    ation

    Intru-

    sions

    ? ?

    ? ?

    Figure 8. Stratigraphy of coking coal deposits in Buntok Area

  • Ku

    liah

    Ke

    2

    Ba

    tub

    ara

    (M

    TB

    31

    0 )

    P

    rod

    i T. P

    ert

    am

    ba

    ngan

    FT

    KE

    US

    AK

    TI

    - M

    AA

    EJT

    TERIMA KASIH