GENESA BATUAN1

22
GENESA BATUAN 1. Genesa batuan beku. Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut : 1. Batuan Beku Intrusif Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya batuan beku ini terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif dapat terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan. Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan. yaitu: a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi

description

petrologi

Transcript of GENESA BATUAN1

Page 1: GENESA BATUAN1

GENESA BATUAN

1. Genesa batuan beku.Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan

beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum

dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku

adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif

Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut

batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai

karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan

tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna

bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.

Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang

beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.

Berdasarkan kedudukannya batuan beku ini terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif dapat terbagi menjadi dua yaitu

konkordan dan diskordan.

Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya

disebut diskordan. yaitu:

a)      Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar

dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang

diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah

tubuh-tubuh intrusi batuan beku yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini

mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit

mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian

geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit

antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam

rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena

besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan

yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara

perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan

Page 2: GENESA BATUAN1

fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.

Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga

mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian

terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar

dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang

sudah membeku dinamakan Xenolith.  

b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih

kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan

penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang

dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai

lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan

yang diterobosnya.

d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang

mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di

sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan

menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut

konkordan diantaranya adalah :

a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.

b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian

atasnya, batuan beku yang dapat diterobosnya melengkung atau cembung ke

atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.

Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen,

batuan beku dapt tersingka di permukaan. 

c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan

bawahnya cekung ke atas.

Gambar 1Tubuh Batuan Beku

Page 3: GENESA BATUAN1

2. Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi

pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.

c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral

lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

mineral pada arah tertentu akibat aliran.

2. Genesa batuan sedimenBatuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah

batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya

adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil

pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-

proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses

sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses

sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara kimiawi.

1.         Proses sedimentasi mekanik

Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir

sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini

dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat

dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es.Dalam cairan, terdapat dua macam

aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen)

dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir

sedimen).Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen

mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan

Page 4: GENESA BATUAN1

merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses

sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi  4, yakni yang

dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.

a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama

pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian

bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.

b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan

sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya

sedimennya membentuk reverse grading.

c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.

d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka

aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel

mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk.

2.         Proses sedimentasi kimiawi

Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida

menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan

reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut.

Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen

klastik:

a)          Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas

sekunder.

b)     Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen

dari batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun

sekunder.

c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan

d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya

tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.

e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral

lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut

f) Compaction (kompaksi)

g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)

Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis.

Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Eoldiagenesis

Page 5: GENESA BATUAN1

Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen.Dimana

terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan

sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi mendominasi

b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis

c) Latelydiagenesis

          Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada

tahap ini, tahap kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial,

menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution.

Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan).

Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila

setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di

sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis).

Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses

diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.

d) Telodiagenesis

    Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan,

dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air

tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga

memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).

3. Genesa batuan metamorfMetamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi   ( 3 –

20 km ) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat,

yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru

yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan ( P ) dan temperatur ( T )

tertentu.

Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang

mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau

tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi

fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses

tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah

batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan sedimen,

ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa.

Page 6: GENESA BATUAN1

Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna,

sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya

kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang

sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi

perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur

batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap

dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses

tersebut bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses aktivitas magma.

Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah

panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja

bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi

derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada

proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya

sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada

proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses

peleburan batuan.

Gambar 2Golongan Sedimen

3.1 Tahap-Tahap Proses Metamorfisme3.1.1 Rekristalisasi

Page 7: GENESA BATUAN1

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan

kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya

sudah ada.

3.1.2 Reorientasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian

kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan

struktur yang ada.

3.1.3 Pembentukan mineral-mineral baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi

yang sebelumnya telah ada.

3.2 Tipe metamorfosaBucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan

geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

3.2.1. Metamorfosa regional/ dinamothermal

Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang

terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga,

yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar samudera(Ocean-floor).

3.2.2. Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi

proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf

yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk

sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa

memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun.

3.2.3 Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur

pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.

Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida.

3.2.4. Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di

sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf

yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan

air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut

tersebut.

3.2.5. Metamorfosa Lokal

Page 8: GENESA BATUAN1

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada

daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.

Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a. Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di

sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi

karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang

oleh deformasi akibat dari gerakan-gerakan magma. Zona metamorfosa kontak

disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,

reaksi antar mineral, reaksi antara mineral yang satu dengan fluida serta

penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir

halus.

b. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal

Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang

menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan

magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith atau

pada zona dike.

c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi

intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis

yang mengakibatkan  penggerusan dan granulasi batuan.

d. Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas

yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga

menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.

Gambar Tipe-tipe metamorfosa

e. Metamorfosa Impact

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah

meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai

dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga

kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral

stabil pada temperatur yang lebih rendah.

Page 9: GENESA BATUAN1

Gambar 3Intrusi Magma

4. Genesa batuan piroklastikKeterjadian batuan piroklastik ialah terjadi karena adanya erupsi eksplosiv

dari gunung api lalu bahan rombakan atau bahan - bahan bahan lepas tersebut

bergerak dari pusat vulkanik dalam medium yang berupa gas, air atau angin

yang diletuskan oleh lubang vulkanik tersebut diangkut melalui media udara

sebagai bahan maupun awan pijar.bahan rombakan yang diletuskan tersebut

diendapkan pada tanah atau di dalam tubuh air. Erupsi eksplosi disebut juga

dengan sebutan erupsi magmatic eksplosif atau disebut magmatic hidrotermal -

Exsolution dan ekspansi gas/uap yang dimana berasal juga dari magma. Letusan

magma atau erupsi ini dapat dibagi menjadi 4 bagian :

1. Magmatik

Merupakan erupsi yang relative kering . Hal ini dapat terjadi dikarenakan

oleh pengaruh air dari luar relative sedikit.

2. Freatomagmatik

Merupakan erupsi yang menghasilkan uap yang dimana uap tersebut

merupakan hasil dari interaksi magma dengan air yang berasal dari luar

3. Freatik

Merupakan letusan yang dihailkan akibat adanya pengaruh dari uap air

panas.

Page 10: GENESA BATUAN1

Gambar 4Genesa Batuan Piroklastik

5. Pemetaan geologiUntuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pemetaan geologi, maka

dibutuhkan metode dan tahapan penelitian yang disusun secara  teratur dan

sistematis sehingga kegiatan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang

telah direncanakan. Adapun metode dan tahapan penelitian secara jelas

disajikan dalam bentuk diagram alur (Gambar 1.1) dan akan diuraikan pada

pembahasan selanjutnya.

5.1 Metode Penelitian

Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi permukaan,

meliputi kegiatan orientasi lapangan dan pengambilan data lapangan pada

lintasan-lintasan yang dilalui dalam bentuk poligon terbuka. Adapun lintasan yang

dilalui berupa : Lintasan sungai, dilakukan karena ditempat-tempat tersebut

mudah dijumpai singkapan litologi yang masih fresh (belum mengalami

pelapukan tingkat tinggi). Lintasan jalan, dilakukan dengan mengikuti semua

jalan yang terdapat di daerah penelitian terutama pada jalan yang baru dibuka

dengan kemungkinan akan ditemukan singkapan geologi yang masih fresh.

Lintasan kompas, dilakukan apabila di daerah penelitian ditemukan suatu kondisi

topografi (jalan, sungai, bukit) yang tidak tergambar pada peta dasar yang

digunakan.

5.2 Tahapan Penelitian

Pemetaan geologi dilakukan melalui empat (4) tahapan penelitian, yaitu

tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap analisa data lapangan dan

laboratorium, dan tahap penyusunan laporan pemetaan geologi.

Page 11: GENESA BATUAN1

1. Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum

penelitian lapangan secara langsung agar memperlancar dalam pelaksanaanya.

Tahap persiapan ini meliputi : Studi pustaka, yakni mempelajari literatur-literatur

peneliti terdahulu khususnya yang berhubungan erat dengan daerah peneliitian

dimaksudkan, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang

daerah penelitian. Selain literatur-literatur peneliti terdahulu, hal-hal yang juga

dilakukan dalam studi pustaka adalah intrepetasi peta topografi yang bertujuan

untuk mengetahui kondisi geologi sebagai data awal untuk perencanaan

pekerjaan lapangan. Persiapan perlengkapandan peralatan yang akan

digunakan selama penelitian berlangsung. Persiapan administrasi berupa

pengurusan surat-surat perizinan dari Juusan teknik geologi, Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin, Pemerintah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan,

Pemerintah Tingkat II Kab.Bone, Kecamatan Lamuru, hingga pemerintah desa

dimana lokasi penelitian tersebut berada.

2. Penelitian Lapangan

Pada tahap penelitian lapangan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu

pemetaan pendahuluan, pemetaan detail dan pemetaan ulang atau pengecekan

lapangan. Pemetaan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui gambaran umum

atau keadaan medan daerah penelitian, dan untuk menentukan lintasan yang

dapat menghasilkan data yang akurat serta pelaksanannya yang lebih

efisien. Pemetaan detail meliputi pengambilan data selengkap mungkin dengan

melintasi daerah-daerah yang diharapkan menjumpai singkapan-singkapan

segar dengan melintasi sungai, lereng-lereng dan punggungan bukit serta jalan-

jalan umum. Pemetaan ulang dimaksudkan untuk mengecek dan mengambil

data lapangan yang dianggap kurang, untuk lebih melengkapi data-data.

Secara teknis, pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pencatatan,

pengumpulan data dan pengukuran pada gejala-gejala geologi, berupa : kondisi

singkapan, yang meliputi dimensi, arah penyebaran, sifat bidang kontaknya dan

hubungannya dengan singkapan batuan lainnya, keadaan unsur-unsur struktur

geologi serta gejala-gejala tektonik dan sedimentasi pada batuan, pengamatan

kondisi fisik batuan yang dapat diamati langsung di lapangan dan pengambilan

contoh batuan untuk analisa laboratorium, serta pengamatan geomorfologi dan

potensi bahan galian. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap jenis soil

Page 12: GENESA BATUAN1

serta vegetasi yang ada di sekitar singkapan. Setelah semua data dicatat dan

diukur, maka dilakukan pengambilan dokumentasi, baik berupa foto maupun

sketsa.

3. Analisa Data Lapangan

Data-data lapangan selanjutnya diolah untuk dianalisis dan interpretasi

lebih lanjut mencakup aspek geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.

Pengerjaan analisa laboratorium tersebut mencakup :

a.  Analisa petrografi, contoh batuan yang telah diambil dari lapangan

selanjutnya diproses menjadi sayatan tipis (thin section) berukuran 0,03 mm

untuk tiap jenis batuan dan kemudian diamati di bawah mikroskop polarisasi

yang dilakukan di laboratorium Petrografi untuk mengetahui kandungan

mineralnya  serta penentuan nama batuan.

b.  Analisa mikropaleontologi, untuk mengetahui kandungan fosil pada

batuansehingga dapat dilakukan penafsiran umur batuan dan

lingkungan            pengendapannya yang dilakukan dilaboratorium

mikropaleontologi.

c.  Analisa stratigrafi, terdiri dari analisa petrologi dan petrografi bertujuan

untuk mengetahui tatanan stratigrafi daerah penelitian berdasarkan atas data

litologi.

d. Analisa struktur geologi, yaitu pengamatan struktur geologi untuk

mengidentifikasi struktur geologi yang nampak, melakukan pencatatan,

pengukuran dan perekaman data.

e. Analisa geomorfologi, mengidentifikasi satuan geomorfologi daerah

penelitian yang didasarkan pada pengolahan persentase kelerengan, pola aliran

sungai dan ciri geomorfologi lainnya.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data yaitu data-data yang diperoleh dianalisa secara detail

dan diinterpretasi, kemudian dilakukan pembuatan peta berupa peta

geomorfologi, peta geologi, peta kerangka struktur geologi,  peta pola aliran

sungai dan tipe genetik sungai, serta peta bahan galian.

5. Penyusunan Laporan

Berdasarkan hasil dari sebuah pengolahan data, maka akan dilakukan

penarikan kesimpulan mengenai kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan

batasan-batasan masalah yang telah ada. 

Page 13: GENESA BATUAN1

KESIMPULAN

Setelah membaca isi materi pada resume ini, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa setiap jenis batuan itu memiliki genesa nya masing-masing

dan faktor-faktor yang bisa membuat batuan itu bisa terbentuk. Genesa batuan

beku itu sendiri diawali dari pengkristalisasian magma dan dapat terbagi menjadi

batuan intrusif yaitu batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga

disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif

mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat

sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan

sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Sedangkan batuan

beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung

dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai

struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat

pembekuan lava tersebut.

Genesa batuan sedimen terjadi diawali oleh tahapan pelapuka. Lalu

tertransfortasi oleh air atau angin hingga terdapatnya cekungan sehingga

terendapkan, karena semakin banyak yang masuk cekungan itu maka

terkompakan dan terdiagenesa.

Genesa batuan metamorf terjadi dari ubahan batuan sebelumnya baik itu

batuan beku maupun batuan sedimen yang disebabkan oleh pengaruh suhu dan

tekanan yang sangat tinggi, sehingga struktur kimia dan fisik dari batuan asalnya

berubah.

Genesa batuan piroklastik terjadi akibat letusan gunung api. Jika hanya

mengalmi 1 kali proses maka disebut piroklastik dan jika sudah mengalami 2 kali

proses maka itu sudah disebut batuan epiklastik.

Metode penelitian pada pemetaan geologi Kegiatan ini dilakukan dengan

metode pemetaan geologi permukaan, meliputi kegiatan orientasi lapangan dan

pengambilan data lapangan pada lintasan-lintasan yang dilalui dalam bentuk

poligon terbuka. Adapun lintasan yang dilalui berupa : Lintasan sungai, dilakukan

karena ditempat-tempat tersebut mudah dijumpai singkapan litologi yang

masih fresh (belum mengalami pelapukan tingkat tinggi). Lintasan

Page 14: GENESA BATUAN1

jalan, dilakukan dengan mengikuti semua jalan yang terdapat di daerah

penelitian terutama pada jalan yang baru dibuka dengan kemungkinan akan

ditemukan singkapan geologi yang masih fresh. Lintasan kompas, dilakukan

apabila di daerah penelitian ditemukan suatu kondisi topografi (jalan, sungai,

bukit) yang tidak tergambar pada peta dasar yang digunakan.

Tahapan Penelitian Pemetaan geologi dilakukan melalui empat (4)

tahapan penelitian, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap

analisa data lapangan dan laboratorium, dan tahap penyusunan laporan

pemetaan geologi.

Page 15: GENESA BATUAN1

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyan. 2013. Batuan di Permukaan Bumi. //susanto.wordpress.com/2013/.

Batuan-di-Permukaan-Bumi. Diakses pada tanggal 26 Desember 2013

(Jpg, Pdf, online).

Kurnia, Adi. 2013. Batuan Beku //future20.wordpress.com/2013.jenis-jenis-

batuan-ciri-ciri-dan-proses-terbentuknya. Diakses pada tgl 26 Desember

2013 (Online).

Septiani, Sinta. 2013. Jenis-Jenis Batuan metamorf dan Contohnya.

//kamusq.blogspot.com/2013//.jenis-jenis-batuan-metamorf-contoh.Diakses

pada tanggal 26 Desember 2013 (Word, Online).

Yuditia. 2012. Jenis-Jenis Batuan Sedimen dan Pengenalannya di dunia

pertambangan.//katailmu.blogspot.com/2013//.jenis-jenis-batuanmetamrorf-

dan-contoh-contoh.Diakses pada tanggal 26 Desember 2013 (Word,

Online).