GENESA BATUAN1
-
Upload
devi-diansyah -
Category
Documents
-
view
19 -
download
2
description
Transcript of GENESA BATUAN1
GENESA BATUAN
1. Genesa batuan beku.Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan
beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum
dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku
adalah sebagai berikut :
1. Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut
batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan
tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Berdasarkan kedudukannya batuan beku ini terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif dapat terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang
diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah
tubuh-tubuh intrusi batuan beku yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini
mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit
mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian
geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit
antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam
rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena
besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan
yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara
perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan
fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga
mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian
terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar
dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang
sudah membeku dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan
penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan
yang diterobosnya.
d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di
sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan
menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan beku yang dapat diterobosnya melengkung atau cembung ke
atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill.
Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen,
batuan beku dapt tersingka di permukaan.
c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.
Gambar 1Tubuh Batuan Beku
2. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2. Genesa batuan sedimenBatuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah
batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya
adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil
pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-
proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses
sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses
sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir
sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini
dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat
dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es.Dalam cairan, terdapat dua macam
aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen)
dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir
sedimen).Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen
mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan
merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang
dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama
pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian
bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan
sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya
sedimennya membentuk reverse grading.
c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka
aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel
mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida
menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan
reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen
klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas
sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen
dari batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun
sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya
tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral
lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis.
Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen.Dimana
terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan
sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada
tahap ini, tahap kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial,
menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution.
Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan).
Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila
setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di
sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis).
Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses
diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan,
dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air
tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga
memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).
3. Genesa batuan metamorfMetamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi ( 3 –
20 km ) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat,
yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru
yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan ( P ) dan temperatur ( T )
tertentu.
Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi
fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis. Batuan metamorf adalah
batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan sedimen,
ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa.
Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna,
sehingga perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya
kekompakkan pada batuan saja yang bertambah. Proses metamorfisme yang
sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi
perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur
batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus tetap
dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses
tersebut bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses aktivitas magma.
Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah
panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja
bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme, tetapi
derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut berbeda-beda. Pada
proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan hanya
sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada
proses metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses
peleburan batuan.
Gambar 2Golongan Sedimen
3.1 Tahap-Tahap Proses Metamorfisme3.1.1 Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi penyusunan
kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya
sudah ada.
3.1.2 Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian
kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan
struktur yang ada.
3.1.3 Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi
yang sebelumnya telah ada.
3.2 Tipe metamorfosaBucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
3.2.1. Metamorfosa regional/ dinamothermal
Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa yang
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga,
yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar samudera(Ocean-floor).
3.2.2. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi
proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf
yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk
sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun.
3.2.3 Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur
pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida.
3.2.4. Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di
sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan
air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut
tersebut.
3.2.5. Metamorfosa Lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada
daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.
Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
a. Metamorfosa Kontak
Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di
sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi
karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang
oleh deformasi akibat dari gerakan-gerakan magma. Zona metamorfosa kontak
disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi,
reaksi antar mineral, reaksi antara mineral yang satu dengan fluida serta
penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.
b. Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal
Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang
menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan
magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith atau
pada zona dike.
c. Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik
Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi
intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis
yang mengakibatkan penggerusan dan granulasi batuan.
d. Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme
Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas
yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga
menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.
Gambar Tipe-tipe metamorfosa
e. Metamorfosa Impact
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah
meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai
dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.
f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga
kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral
stabil pada temperatur yang lebih rendah.
Gambar 3Intrusi Magma
4. Genesa batuan piroklastikKeterjadian batuan piroklastik ialah terjadi karena adanya erupsi eksplosiv
dari gunung api lalu bahan rombakan atau bahan - bahan bahan lepas tersebut
bergerak dari pusat vulkanik dalam medium yang berupa gas, air atau angin
yang diletuskan oleh lubang vulkanik tersebut diangkut melalui media udara
sebagai bahan maupun awan pijar.bahan rombakan yang diletuskan tersebut
diendapkan pada tanah atau di dalam tubuh air. Erupsi eksplosi disebut juga
dengan sebutan erupsi magmatic eksplosif atau disebut magmatic hidrotermal -
Exsolution dan ekspansi gas/uap yang dimana berasal juga dari magma. Letusan
magma atau erupsi ini dapat dibagi menjadi 4 bagian :
1. Magmatik
Merupakan erupsi yang relative kering . Hal ini dapat terjadi dikarenakan
oleh pengaruh air dari luar relative sedikit.
2. Freatomagmatik
Merupakan erupsi yang menghasilkan uap yang dimana uap tersebut
merupakan hasil dari interaksi magma dengan air yang berasal dari luar
3. Freatik
Merupakan letusan yang dihailkan akibat adanya pengaruh dari uap air
panas.
Gambar 4Genesa Batuan Piroklastik
5. Pemetaan geologiUntuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pemetaan geologi, maka
dibutuhkan metode dan tahapan penelitian yang disusun secara teratur dan
sistematis sehingga kegiatan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. Adapun metode dan tahapan penelitian secara jelas
disajikan dalam bentuk diagram alur (Gambar 1.1) dan akan diuraikan pada
pembahasan selanjutnya.
5.1 Metode Penelitian
Kegiatan ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi permukaan,
meliputi kegiatan orientasi lapangan dan pengambilan data lapangan pada
lintasan-lintasan yang dilalui dalam bentuk poligon terbuka. Adapun lintasan yang
dilalui berupa : Lintasan sungai, dilakukan karena ditempat-tempat tersebut
mudah dijumpai singkapan litologi yang masih fresh (belum mengalami
pelapukan tingkat tinggi). Lintasan jalan, dilakukan dengan mengikuti semua
jalan yang terdapat di daerah penelitian terutama pada jalan yang baru dibuka
dengan kemungkinan akan ditemukan singkapan geologi yang masih fresh.
Lintasan kompas, dilakukan apabila di daerah penelitian ditemukan suatu kondisi
topografi (jalan, sungai, bukit) yang tidak tergambar pada peta dasar yang
digunakan.
5.2 Tahapan Penelitian
Pemetaan geologi dilakukan melalui empat (4) tahapan penelitian, yaitu
tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap analisa data lapangan dan
laboratorium, dan tahap penyusunan laporan pemetaan geologi.
1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum
penelitian lapangan secara langsung agar memperlancar dalam pelaksanaanya.
Tahap persiapan ini meliputi : Studi pustaka, yakni mempelajari literatur-literatur
peneliti terdahulu khususnya yang berhubungan erat dengan daerah peneliitian
dimaksudkan, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang
daerah penelitian. Selain literatur-literatur peneliti terdahulu, hal-hal yang juga
dilakukan dalam studi pustaka adalah intrepetasi peta topografi yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi geologi sebagai data awal untuk perencanaan
pekerjaan lapangan. Persiapan perlengkapandan peralatan yang akan
digunakan selama penelitian berlangsung. Persiapan administrasi berupa
pengurusan surat-surat perizinan dari Juusan teknik geologi, Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Pemerintah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan,
Pemerintah Tingkat II Kab.Bone, Kecamatan Lamuru, hingga pemerintah desa
dimana lokasi penelitian tersebut berada.
2. Penelitian Lapangan
Pada tahap penelitian lapangan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
pemetaan pendahuluan, pemetaan detail dan pemetaan ulang atau pengecekan
lapangan. Pemetaan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui gambaran umum
atau keadaan medan daerah penelitian, dan untuk menentukan lintasan yang
dapat menghasilkan data yang akurat serta pelaksanannya yang lebih
efisien. Pemetaan detail meliputi pengambilan data selengkap mungkin dengan
melintasi daerah-daerah yang diharapkan menjumpai singkapan-singkapan
segar dengan melintasi sungai, lereng-lereng dan punggungan bukit serta jalan-
jalan umum. Pemetaan ulang dimaksudkan untuk mengecek dan mengambil
data lapangan yang dianggap kurang, untuk lebih melengkapi data-data.
Secara teknis, pada setiap lokasi pengamatan dilakukan pencatatan,
pengumpulan data dan pengukuran pada gejala-gejala geologi, berupa : kondisi
singkapan, yang meliputi dimensi, arah penyebaran, sifat bidang kontaknya dan
hubungannya dengan singkapan batuan lainnya, keadaan unsur-unsur struktur
geologi serta gejala-gejala tektonik dan sedimentasi pada batuan, pengamatan
kondisi fisik batuan yang dapat diamati langsung di lapangan dan pengambilan
contoh batuan untuk analisa laboratorium, serta pengamatan geomorfologi dan
potensi bahan galian. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap jenis soil
serta vegetasi yang ada di sekitar singkapan. Setelah semua data dicatat dan
diukur, maka dilakukan pengambilan dokumentasi, baik berupa foto maupun
sketsa.
3. Analisa Data Lapangan
Data-data lapangan selanjutnya diolah untuk dianalisis dan interpretasi
lebih lanjut mencakup aspek geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.
Pengerjaan analisa laboratorium tersebut mencakup :
a. Analisa petrografi, contoh batuan yang telah diambil dari lapangan
selanjutnya diproses menjadi sayatan tipis (thin section) berukuran 0,03 mm
untuk tiap jenis batuan dan kemudian diamati di bawah mikroskop polarisasi
yang dilakukan di laboratorium Petrografi untuk mengetahui kandungan
mineralnya serta penentuan nama batuan.
b. Analisa mikropaleontologi, untuk mengetahui kandungan fosil pada
batuansehingga dapat dilakukan penafsiran umur batuan dan
lingkungan pengendapannya yang dilakukan dilaboratorium
mikropaleontologi.
c. Analisa stratigrafi, terdiri dari analisa petrologi dan petrografi bertujuan
untuk mengetahui tatanan stratigrafi daerah penelitian berdasarkan atas data
litologi.
d. Analisa struktur geologi, yaitu pengamatan struktur geologi untuk
mengidentifikasi struktur geologi yang nampak, melakukan pencatatan,
pengukuran dan perekaman data.
e. Analisa geomorfologi, mengidentifikasi satuan geomorfologi daerah
penelitian yang didasarkan pada pengolahan persentase kelerengan, pola aliran
sungai dan ciri geomorfologi lainnya.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data yaitu data-data yang diperoleh dianalisa secara detail
dan diinterpretasi, kemudian dilakukan pembuatan peta berupa peta
geomorfologi, peta geologi, peta kerangka struktur geologi, peta pola aliran
sungai dan tipe genetik sungai, serta peta bahan galian.
5. Penyusunan Laporan
Berdasarkan hasil dari sebuah pengolahan data, maka akan dilakukan
penarikan kesimpulan mengenai kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan
batasan-batasan masalah yang telah ada.
KESIMPULAN
Setelah membaca isi materi pada resume ini, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap jenis batuan itu memiliki genesa nya masing-masing
dan faktor-faktor yang bisa membuat batuan itu bisa terbentuk. Genesa batuan
beku itu sendiri diawali dari pengkristalisasian magma dan dapat terbagi menjadi
batuan intrusif yaitu batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga
disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat
sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan
sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Sedangkan batuan
beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai
struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut.
Genesa batuan sedimen terjadi diawali oleh tahapan pelapuka. Lalu
tertransfortasi oleh air atau angin hingga terdapatnya cekungan sehingga
terendapkan, karena semakin banyak yang masuk cekungan itu maka
terkompakan dan terdiagenesa.
Genesa batuan metamorf terjadi dari ubahan batuan sebelumnya baik itu
batuan beku maupun batuan sedimen yang disebabkan oleh pengaruh suhu dan
tekanan yang sangat tinggi, sehingga struktur kimia dan fisik dari batuan asalnya
berubah.
Genesa batuan piroklastik terjadi akibat letusan gunung api. Jika hanya
mengalmi 1 kali proses maka disebut piroklastik dan jika sudah mengalami 2 kali
proses maka itu sudah disebut batuan epiklastik.
Metode penelitian pada pemetaan geologi Kegiatan ini dilakukan dengan
metode pemetaan geologi permukaan, meliputi kegiatan orientasi lapangan dan
pengambilan data lapangan pada lintasan-lintasan yang dilalui dalam bentuk
poligon terbuka. Adapun lintasan yang dilalui berupa : Lintasan sungai, dilakukan
karena ditempat-tempat tersebut mudah dijumpai singkapan litologi yang
masih fresh (belum mengalami pelapukan tingkat tinggi). Lintasan
jalan, dilakukan dengan mengikuti semua jalan yang terdapat di daerah
penelitian terutama pada jalan yang baru dibuka dengan kemungkinan akan
ditemukan singkapan geologi yang masih fresh. Lintasan kompas, dilakukan
apabila di daerah penelitian ditemukan suatu kondisi topografi (jalan, sungai,
bukit) yang tidak tergambar pada peta dasar yang digunakan.
Tahapan Penelitian Pemetaan geologi dilakukan melalui empat (4)
tahapan penelitian, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap
analisa data lapangan dan laboratorium, dan tahap penyusunan laporan
pemetaan geologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyan. 2013. Batuan di Permukaan Bumi. //susanto.wordpress.com/2013/.
Batuan-di-Permukaan-Bumi. Diakses pada tanggal 26 Desember 2013
(Jpg, Pdf, online).
Kurnia, Adi. 2013. Batuan Beku //future20.wordpress.com/2013.jenis-jenis-
batuan-ciri-ciri-dan-proses-terbentuknya. Diakses pada tgl 26 Desember
2013 (Online).
Septiani, Sinta. 2013. Jenis-Jenis Batuan metamorf dan Contohnya.
//kamusq.blogspot.com/2013//.jenis-jenis-batuan-metamorf-contoh.Diakses
pada tanggal 26 Desember 2013 (Word, Online).
Yuditia. 2012. Jenis-Jenis Batuan Sedimen dan Pengenalannya di dunia
pertambangan.//katailmu.blogspot.com/2013//.jenis-jenis-batuanmetamrorf-
dan-contoh-contoh.Diakses pada tanggal 26 Desember 2013 (Word,
Online).