Genesa Nikel

34
xl1. Formasi Laterit Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang kuat pada daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit penting secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit. 2. Formasi bauksit Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandung mineral gibsit, boehmit, dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pada bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari curah hujan yang tinggi, temperatur yang agak rendah (22°C), dengan kelembaban yang tinggi. Proses yang berlangsung pada bagian atas dari profil laterit berupa pelarutan inkongruen yaitu : Feldspar – (kehilangan Si) kaolinit – (kehilangan Si) gibsit (Al(OH) 3) Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi bauksit. Musim panas dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang membuat terjadinya pelarutan dan transfer massa.

Transcript of Genesa Nikel

Page 1: Genesa Nikel

xl1. Formasi Laterit

Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang kuat pada daerah-

daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida

dari Fe dan Al. Laterit penting secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut

merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit.

2. Formasi bauksit

Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandung mineral gibsit, boehmit,

dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pada bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari

curah hujan yang tinggi, temperatur yang agak rendah (22°C), dengan kelembaban yang tinggi. Proses

yang berlangsung pada bagian atas dari profil laterit berupa pelarutan inkongruen yaitu :

Feldspar – (kehilangan Si) kaolinit – (kehilangan Si)→ gibsit (Al(OH)→3)

Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi bauksit. Musim panas

dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang membuat terjadinya pelarutan dan transfer

massa. Variasi pada profil bauksit sebagai transformasi dari gibsit yang terdehidrasi menjadi versi yang

terhidrasi secara relatif, boehemit atau diaspor (ALO(OH)), dihasilkan dari fluktuasi tersebut. Profil

mineralogical untuk zona mineralisasi bauksit dapat bervariabel.

Page 2: Genesa Nikel

3. Laterit Nikel

Laterit nikel berasal dari batuan ultramafik yang mengandung olivin dan ortopiroksen dengan

berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Laterit nikel mengandung konsentrasi nikel silikat atau nikel

oksida yang mencapai 10 kali lipat dari konsentrasi aslinya. Penambangan laterit nikel jauh lebih mudah

daripada penambangan bijih sulfida magmatik. Bijih nikel berhubungan dengan eluviasi nikel dari residu

pada lapisan laterit teratas dan konsenrasi di dasar illuvium saprolit sebagai talk nikeliferous, serpentin,

atau smektit, dan bersamaan dengan geotit meskipun jarang.Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai

sumber nikel utama merupakan penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian

kompleks ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena proses hidrasi dari silika,

serpentinit, dan limonit .

Pada tanah laterit, keasaman air tanah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya

kedalaman dan bikabornat bertindak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini. Olivin bereaksi

pada kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin, klorit, dan talk. Berikut ini merupakan contoh

reaksi pada olivin.

4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 (Fe→2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+

olivin smektit goetit

Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh Mg2+. Hasilnya adalah

suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel seperti kerolit (Ni-talk), nepouit (Ni-serpentin), dan pimelit

(Ni-smektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah sebagai berikut :

Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) Ni→3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq)

serpentin nepouit

Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun mekanismenya belum

diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid goetit terjadi pada alam karena pH yang agak

basa. Zona limonit yang ada pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel.

Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi pada batuan dasar yang mengalami

sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari interaksi air antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol

oleh keadaan topografi dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato atau teras. Hal

ini dikarenakan deposit sensitif untuk mengalami erosi permukaan dan fluktuasi muka air dikonrol oleh

distribusi zona eluviasi dan iluviasi.

Page 3: Genesa Nikel

4. Emas pada laterit

Telah diketahui dengan baik bahwa emas dapat terbentuk pada bagian pedolitik atas pada zona

pelapukan laterit. Bentuk

emas yang dihasikan bermacam-macam dari yang berukuran besar, partikel membundar seperti nugget,

dan dendritus emas

pada celah dan retakan, sampai kristal-kristal kecil pada pori-pori tanah. Sebenarnya sumber emas

secara primer adalah

pada lingkungan yang juga kaya akan perak. Emas dapat berada pada profil laterit karena proses

kimiawi. Berbeda dengan

proses mobilisasi dan penghilangan perak, dimana Ag berperan sebagai air meteorik pada zona

pelapukan. Proses

perpindahan Au dan Ag hanya terjadi pada kondisi spesifik tertentu. Mungkin perpindahan tersebut

berhubungan dengan

asamnya air tanah dekat permukaan pada lingkungan laterit. Kedua reaksi berikut merupakan contoh

dari proses

pengasaman yang berlangsung pada profil laterit.

2FeS

2

+ 2H

2

O +7O

2

2Fe→

2+

+ 4SO

42-

+ 4H

+

2Fe

2+

+ 3H

2

Page 4: Genesa Nikel

O + O

2

2 FeOOH + 4H→

+

Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa pada keadaan pH rendah, Eh tinggi, dan keberadan ion Cl

-

, emas yang berada

di dekat permukaan dapat menjadi AuCl

4-

. Hal ini dikontrol oleh oksidasi dari Fe

2+

yang berhubungan dengan ketersedian

oksigen. Sebagai perbandingan, perak akan bereaksi dengan lebih cepat, pada daerah reduksi, sebagai

AgCl,

AgCl

2-

, dan

AgCl

32-

. Reaksi berikut mengasilkan Au murni pada kondisi reduksi yang terjadi pada bagian yang kaya akan ion

Fe

2+

dan

Mg

2+

.

AuCl

4-

+ 3Fe

+

+ 6H

Page 5: Genesa Nikel

2

O Au + 3FeOOH + 4Cl→

-

+9H

+

Perlu diketahui bahwa mikroorganisme juga berhubungan dengan konsentrasi emas pada tanah laterit.

Emas sekunden yang

berbentuk nugget dapat ditemukan pada lingkungan yang berbeda dari tempat deposit emas terjadi. Hal

ini disebabkan oleh

bakteri pada tanah yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi emas melaluiproses difusi

melewati dinding selnya dan

masuk ke dalam cytoplasmanya. Diagenesis subsekuen dari sedimen yang mengandung mikroorganisme

yang kaya akan

emas akan menyebabkan terjadinya rekristalisasi dari emas menjadi bentuk seperti nugget.

5. PGE pada laterit

Unsur-unsur kelompok platinum juga terdapat pada laterit. Kristal-kristal Pt-Fe atau Os-Ir-Ru dapat

ditemukan pada

pedolith, sebagai hasil perpindahan PGE pada zona pelapukan. Dipercaya bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi

konsentrasi PGE juga sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Au dam Ag. Pada daerah non

laterit, PGE tidak akan

tertransportasi sebagai senyawa klorit (PdCl

42-

dan PtCl

42-

), tetapi sebagai senyawa hidroksida (PdOH

2

dan Pt OH

2

). Proses

laterisasi menyebabkan berpindahnya komponen-komponen bijih berpindah, dengan mineral dasar

terbentuk pada oksida

Page 6: Genesa Nikel

Mn dan Au-Pt-Pd terbentuk bersamaan dengan karbon nonkristal, dan oksida atau oksihidroksida dari

De-Mn.

6. Deposit lempung

Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan yang sangat berlimpah, baik yang terdapat in

situ maupun yang

berpindah dan mengalami deposisi. Mineral-mineral ini penting secara ekonomi pada industry kertas,

keramik, filtrasi, dan

minyak pelumas. Mineral-mineral lempng yang penting ini diantaranya adalah kaolinit, illit, dan

kelompok smektit

(termasuk monmorilonit). Kaolinit berasal dari kondisi lembab yang mendukung terjadinya hidrolisis

asam pada batuan

feldspar. Illit terjadi pada kondisi basa dengan pelapukan feldspar dan mika. Sedangkan smektit

merupakan hasil pelapukan

dari batuan intermediet sampai basa dibawah kondisi basa, dengan lapisan-lapisan intrakristalin air dan

kation-kation yang

dapat berganti-ganti. Mineral-mineral lempung tidak hanya dihasilkan dari pelapukan batuan saja, tetapi

dapat ditemukan

sebagai produk dari alterasi hidrotermal bertemperatur rendah.

Eksplorasi mineral merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapatkan informasi dimana lokasi

mineral

berada, namun selama ini proses tersebut membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar

terutama jika

dilakukan pada daerah yang luas. Di dalam penelitian ini penulis akan menyajikan aplikasi penginderaan

jauh

diterapkan dalam pemetaan mineral deposit nikel laterit. Dengan menggunakan metode defoliant

technique dan

citra sensor ASTER, akan ditunjukkan bagaimana pemetaan potensi deposit mineral dilakukan

padawilayah

tropis. Sorowako merupakan contoh menarik untuk dikaji, wilayahnya yang merupakan bagian dari

singkapan

ultramafik terbesar di dunia disertai lingkungan mendukung menjadikan sorowako kaya akan deposit

nikel

Page 7: Genesa Nikel

laterit.

Kata kunci : Eksplorasi mineral, Defoliant technique, ASTER

I. Pendahuluan

Nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya yang begitu besar bagi

kehidupan

sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat, campuran dalam pembuatan stainless steel, baterai

Nickel-metal

hybride, dan berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat

berharga dan

memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata

mengalami

kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan

(Dalvi et al.,

2004).

Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik yang

mengandung nikel 0.2 - 0.4 % (Golightly, 1981). Jenis-jenis batuan tersebut antara lain olivine, piroksin,

dan

amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan iklim yang

mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan

struktur geologi

(Elias, 2001).

Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari singkapan ultramafik, pemetaan

lapangan,

pengeboran, dan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun

salah

satu hambatan besar dari kegiatan tersebut adalah pada tahap pemetaan lapangan, dimana

membutuhkan waktu

yang lama dan berbiaya besar, terutama untuk daerah baru, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan

pada

wilayah luas. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan, keterbatasan tersebut

kini dapat

Page 8: Genesa Nikel

diatasi dengan menggunakan aplikasi dari teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis

(SIG)

(Rajesh, 2004).

Aplikasi penginderaan jauh dan SIG dalam eksplorasi mineral memiliki banyak keuntungan, antara lain

cakupan

wilayahnya luas, hemat biaya, data yang mudah diperbaharui (up date) dan memungkinkan integrasi

dengan

berbagai jenis data satelit, geofisika, geokimia, Digital Elevation Model (DEM), dan sebagainya. Sehingga

proses analisa semakin efisien, cepat, dan akurasi yang meningkat.

Penggunaan penginderaan jauh dalam eksplorasi pertambangan telah lama digunakan dan sudah

berkembang

luas, beberapa pendekatan yang banyak diaplikasikan antara lain, pemetaan lithologi, struktur, dan

alterasi

(Rajesh, 2004; Siegal dan Gillespie, 1991). Pemetaan lithologi merupakan pemetaan sumberdaya

mineral,

dengan menarik kesimpulan dari beberapa parameter utama yang diperoleh melalui observasi

penginderaan jauh,

seperti mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural, pelapukan dan bentuk daratan

(landform),

serta pola aliran sungai. Pemetaan struktur didasarkan pada hubungan antara deposit mineral dengan

beberapa

tipe deformasi, seperti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya. Sedangkan pendekatan alterasi

merupakan

teknik pemetaan mineral yang mengasosiasikan deposit mineral dengan alterasi hidrothermal dan

batuan sekitar,

jenis dan luasnya zona alterasi menggambarkan tipe dari deposit mineral (Rajesh, 2004). Distribusi

spasial dari

batuan hasil alterasi hidrothermal merupakan kunci utama untuk mengetahui zona aliran dari

hidrothermal dan

sebagai petunjuk penting untuk mengenali deposit mineral (Pirajno, 1992 dalam Rajesh, 2004).

Identifikasi sebaran nikel laterit melalui teknologi penginderaan jauh dalam penelitian ini dilakukan

dengan

Page 9: Genesa Nikel

pendekatan alterasi, yaitu dengan memetakan mineral permukaan hasil lapukan batuan ultramafik pada

lapisan

limonite, antara lain mineral goethite, hematite dan chlorite. Metode yang digunakan untuk mendeteksi

mineral

tersebut yaitu Defoliant Technique atau Directed Principal Component (DPC). Pemilihan metode

tersebut

didasarkan pada karakteristik wilayah tropis yang bervegetasi rapat, sehingga menjadi hambatan

tersendiri dalam

mendeteksi deposit mineral. Untuk itu metode yang mampu meminimalisir pengaruh vegetasi, seperti

Defoliant

Technique sangat cocok untuk digunakan (Carranza, 2003; Rojas, 2003).

Defoliant Technique pada dasarnya adalah teknik penajaman yang dilakukan dengan menggabungkan

dua rasio

saluran (Carranza, 2002; Fraser dan Green, 1987 dalam Rojas, 2003), adapun hasil dari proses ini adalah

sebaran

mineral permukaan yang digambarkan dalam citra skala keabuan (grayscale). Beberapa penelitian

sebelumnya

menunjukkan bahwa Defoliant Technique mampu mengidentifikasi keberadaan alterasi hidrothermal di

daerah

bervegetasi, seperti yang dilakukan oleh Carranza dan Hale pada tahun 2001 di wilayah Baugio, Filipina.

Kemudian untuk menguji tingkat akurasi, hasil pencitraan akan diverifikasi dengan data titik bor.

Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah Advanced Spaceborne Thermal

Emission

Radiometer (ASTER). Salah satu kelebihan citra ASTER dalam memetakan sebaran mineral permukaan

adalah

ketersediaan saluran (band) yang lebih banyak (VNIR saluran 1 – 3, SWIR saluran 4 – 9, dan TIR saluran

10 –

14) dan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan citra Landsat, oleh karena itu ASTER cocok dalam

memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kemudian harga citra ASTER yang jauh lebih murah

dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral ataupun pemetaan udara menjadikan ASTER menarik

untuk

Page 10: Genesa Nikel

digunakan lebih jauh. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kemampuan ASTER yang baik

dalam

pemetaan geologi, seperti yang dilakukan oleh Simpson, Mars, dan Rowan pada tahun 2004 dalam

pemetaan

lithologic komplek ultramafik di Australia serta Debgani dan Gingerich tahun 2005 untuk ekstrasi mineral

di

Iran.

Sorowako merupakan salah satu wilayah Sulawesi yang kaya akan kandungan nikel laterit dalam jumlah

besar.

Hal ini didukung oleh bentukan geologi yang terdiri atas volcano plutonic arc, methamorphic belt,

ophiolite belt,

banggai-sula dan tukang besi disisi Barat dan Utara, Tengah, Timur, serta beberapa pecahan fragmen di

Timur

dan Tenggara. Selain itu kondisi ini juga tidak terlepas oleh iklim, reaksi kimia, struktur, dan topografi

Sulawesi

yang cocok terhadap pementukan nikel laterit. Endapan nikel laterit di Sorowako terbentuk karena

proses

pelapukan dari batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia

seluas lebih

dari 120 km x 60 km, dimana sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan

Tenggara

(Waheed, 2005).

Salah satu perusahaan yang melakukan eksplorasi dan penambangan nikel laterit di beberapa wilayah

Sulawesi

bagian Tengah, Tenggara dan Selatan adalah PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT INCO).

Perusahaan

multinasional yang diakuisisi sahamnya sejak tahun 2007 oleh Companhia Vale do Rio Doce (CVRD) yang

kini

bernama Vale, dan berubah menjadi Vale Inco, ltd; telah beroperasi sejak tahun 1968, terutama di

wilayah

Sorowako. Nikel laterit PT INCO diperoleh dengan mengambil mineral dari endapan nikel laterit yang

mengandung unsur nikel dalam jumlah besar, antara lain limonite dan saprolite, kemudian diolah secara

Page 11: Genesa Nikel

pyrometallurgical atau hydrometallurgical dan dihasilkan nikel dalam bentuk matte.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran potensi, tingkat akurasi pencitraan dan ASTER di

areal

eksplorasi tambang PT INCO blok Sorowako. Hasil penelitian dapat menyediakan informasi sebaran

potensi

nikel laterit secara spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien, mempermudah dalam pemetaan

awal

(reconnaissance mapping) geologi dan mineral pada daerah yang luas, serta sebagai decision maker

support

system bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit.

II. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran potensi deposit nikel laterit di

areal

eksplorasi tambang PT INCO berdasarkan interpretasi citra satelit dan kaitannya dengan variabel fisik

batuan

induk, struktur geologi, dan lereng. Sehingga hasil penelitian diharapkan dapat menyediakan informasi

sebaran

potensi nikel laterit secara spasial dengan metode yang lebih cepat dan efisien, mempermudah dalam

pemetaan

awal geologi (reconnaissance mapping) dan mineral pada daerah yang luas, serta sebagai decision

maker support

system bagi kepentingan PT INCO dalam melakukan eksplorasi tambang nikel laterit.

III. Kondisi Geologi

Beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan geologi di daerah sulawesi, antara

lain

adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi

yaitu :

1) Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api paleogen, intrusi neogen dan

sedimen mesozoikum.

2) Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa batuan ultramafik

peridotite,

harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.

Page 12: Genesa Nikel

3) Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan metamorf permo-karbon,

batuan

plutonik yang bersifat granitis berumur trias dan batuan sedimen mesozoikum.

Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai Sula merupakan mikro

kontinen

yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea yang bergerak kearah barat sepanjang sesar

sorong.

( Gambar 1 )

Gambar 3.1 Garis Besar Kondisi Lithologi dan Struktur Geologi Pulau Sulawesi (Ahmad, 2006)

Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya secara umum oleh Brouwer,

1934;

Van Bemmelen, 1949; Soeria Atmadja et al., 1974; dan Ahmad, 1977 dalam Mustaring, 2006. Namun

yang

secara spesifik membahas tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly pada tahun 1979,

dimana ia

membagi geologi daerah Sorowako menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut dalam dan rijang.

Terdapat

dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar naik dengan kemiringan kearah barat.

2) Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis peridotit, sebagian

mengalami

serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini

juga

terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian utara.

3) Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya terdapat dibagian

utara dekat

desa Sorowako.

Batuan induk dari endapan nikel laterit adalah batuan ultrabasa dengan kandungan mineral

ferromagnesian

(olivine, piroksin, dan amphibole) dalam jumlah besar yang berasosiasi dengan struktur geologi yang

terbentuk

Page 13: Genesa Nikel

pada masa Precambrian hingga Tersier (Ahmad, 2006). Batuan ultrabasa wilayah Sorowako tersusun dari

batuan

peridotite yang dapat dibagi menjadi empat satuan batuan, yang merupakan batuan induk pembawa

nikel dengan

kadar sekitar 2 %. Batuan-batuan sejenis peridotite antara lain :

1) Dunite, yang mengandung olivine lebih dari 90% dan piroksen sekitar 5%.

2) High Serpentinized, yang mengandung olivine 85% dan piroksen 15%.

3) Low Serpentinized, yang mengandung olivine 65% dan piroksen 35%.

Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke

dalam

jenis nikel laterite dan bijih nikel silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan

pelindihan (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa.

Namun

berdasarkan ciri fisik dan kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dapat dibagi menjadi dua, yaitu

Blok

Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya (gambar 2).

Perbedaan topografi sangat menyolok, pada umumnya di East Block memiliki topografi yang landai

sedikit

berbukit sedangkan di West Block pada umumnya topografi terjal membentuk pegunungan. West Block

meliputi

36 bukit dengan luas sekitar 46,5 km persegi, secara umum merupakan batuan peridortite yang tidak

terserpentinisasi dengan bentuk morfologi yang relatif lebih terjal dibandingkan East Block (karena

pengaruh

struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah – bongkah segar peridotit (Boulder) sisa proses pelapukan

sehingga recovery menjadi kecil. Umumnya boulder dilapisi oleh zona pelapukan tipis dibagian luarnya.

Daerah

West banyak mengandung urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol pola penyebarannya. Sedangkan East

Block

meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km persegi. Topografi pada daerah ini relatif lebih landai

dari pada

daerah West Block. Batuan dasar dari tipe ini umumnya adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan

derajat

Page 14: Genesa Nikel

serpentin yang bervariasi.

Estimasi dan pemodelan cadangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam tahap evaluasi

penambangan,

karena keputusan teknis yang berhubungan dengan kegiatan penambangan sangat bergantung pada

jumlah

cadangan. Metode estimasi cadangan yang berkembang saat ini cukup banyak, namun salah satu

metode

estimasi yang terbaik yang berhubungan dengan pemodelan dan perhitungan cadangan adalah metode

geostatistik berupa kriging. Metode kriging tersebut diterapkan dalam penelitian ini untuk melakukan

estimasi

dan pemodelan cadangan nikel laterit daerah Pulau Gee, Halmahera timur, Propinsi Maluku Utara.

Metode kriging yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ordinary kriging blok 3 (tiga) dimensi

karena mempertimbangkan penggunaan data dalam aspek ruang tiga dimensi. Pemodelan dan

perhitungan

cadangan dilakukan berdasarkan konsep model blok, dimana cadangan dibagi menjadi unit-unit blok

untuk

memperoleh variabel taksiran cadangan secara detail. Adapun variabel taksiran yang digunakan dalam

melakukan estimasi cadangan nikel laterit ini yaitu data kadar nikel (Ni) dan besi (Fe). Dimensi unit-unit

blok

cadangan yang digunakan adalah 25 25 1 meter yang disesuaikan dengan daerah pengaruh lubang bor

dan spasi

assay per meter kedalaman yang dilakukan terhadap conto bor.

Berdasarkan analisis variogram, dapat diketahui karakterisik spasial antar data. Dimana, data pada arah

horizontal memiliki daerah pengaruh (range) sebesar 35-43 meter dan pada arah vertikal memiliki

daerah

pengaruh sebesar 10-15 meter. Pada beberapa lokasi yaitu Blok Utara dan Blok Selatan A, variogram

memiliki

nugget effect yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya data yang bersifat erratic.

Batuan induk bijih nikel

adalah batuan peridotit

. Menurut Vinogradov

Page 15: Genesa Nikel

batuan ultra basa

rata-rata

mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal

mineral olivin

dan piroksin

, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya

substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir

bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi

yang terjadi pada batuan peridotit

akibat pengaruh larutan hydrothermal

, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit

atau

batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas

dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan

tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan

ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel

silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida,

akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama

mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam,

hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,

maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai

silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada

celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan

larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning

kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa

kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi

celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas

petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of

weathering).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

Page 16: Genesa Nikel

a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit,

macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: -

terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang

paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen

yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan

penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi

unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,

dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia

pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur

dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung

CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan

dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan

vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan

lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak •

humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan

yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu,

vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar

(joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai

porositas

dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-

rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih

intensif.

e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-

reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan

mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-

pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan

sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang

curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini

dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

Page 17: Genesa Nikel

f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena

akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Profil nikel

laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya

adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua

kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam

penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan

kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar

nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya

meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m.

Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil.

Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak

ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat

hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari

limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang

karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite.

Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork : putih - orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian

menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan

tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-

pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang

terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi,

serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan

ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan

asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada

umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-

sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz,

mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari

limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer

Page 18: Genesa Nikel

yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan

lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan

blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar

logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari

nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada

rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan

dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang

membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab

adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Nikel laterite merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting, menyumbang terhadap 40% dari

produksi

nikel dunia. Endapan nikel laterite terbentuk dari hasil pelapukan yang dalam dari batuan induk dari

jenis

ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini kebanyakan nikel laterite

memang

terbentuk di daerah ekuator. Negara penghasil nikel laterite di dunia diantaranya New Caledonia, Kuba,

Philippines, Indonesia, Columbia dan Australia.

yang kaya akan Nikel; Garnierite ( max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe

Oxyhydroxide) dan

terendapkan bersama mineral silicate hydrous atau mensubtitusi unsure Mg pada serpentinite yang

teralterasi

(Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterite adalah produk pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa

proses

enrichment supergene sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan

hydrous

silicate ini. Type ini dapat ditemui dibeberapa tempat seperti di New Caledonia, Indonesia,

Philippines.Dominika

dan Columbia.

Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-oxide, miskin unsure silica dan

secara

Page 19: Genesa Nikel

intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis (eggleton, 2001). Ada juga yang mengartikan

nikel

laterite sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di tambang.

Batuan induk dari endapan Nikel Laterite adalah batuan ultrabasa; umumnya harzburgite (peridotite

yang kaya

akan unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain.

Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis mineral yang

tidak

stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan

sedikitnya 20%

fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak

jelas dan

bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering

sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika

larut

bersama groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya,

Fe-

Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal

sebagai

Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel

berjumlah 1.2 %.

Kondisi Mineralogy

Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide. Kemiripan radius ion Ni2+

dan

Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous

silicate

seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperature

rendah dan

selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral tersebut mempunyai variasi

ratio Mg

Page 20: Genesa Nikel

dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan

berstuktur

seperti serpentinite (Brindley,1978).

Genesis of Nikel Laterite

Umunya Nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivine yang tinggi dan

Nikel

berkadar antara 0.2% – 0.4% wt. Secara mineralogi nikel laterite dapat dibagi kedalam tiga kategori

(Brand et

all.,1998)

1.Hydrous Silicate Deposits

Profil dari type ini dari vertical dari bawah ke atas : Ore horizon pada lapisan saprolite (Mg-Ni silicate),

grade

Nikel antara 1.8% – 2.5%. Pada zona ini berkembang box-works (apa tuh..), veining, relic structure,

fracture dan

grain boundaries dan dapat terbentuk mineral

1.Clay Silicate Deposits

Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut oleh melalui groundwater. Si yang tersisa akan

bergabung

dengan Fe,Ni,dan Al untuk membentuk mineral lempung (clay minerals) seperti Ni-rich Notronite pada

bagian

tengah profil saprolite (see profile). Ni-rich serpentine juga dapat di replace oleh smectite atau kuarsa

jika profile

deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan groundwater. Ni grade pada endapan ini lebih

rendah dari

Hydrosilicate deposit (1.2%;Brand et all,1998).

1.Oxide Deposits

Type terakhir adalah Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis harzburgitic peridotites

(mostly

mineral olivine,serpentine, piroksen), sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis.

Diatasnya

terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete (dipermukaan) ( see

profile).

Page 21: Genesa Nikel

Pada tipe deposit oxide ini, Nikel berasosiasi dengan Goethite (FeOOH) dan Mn Oxide.

Sebagai tambahan, Nikel laterite sangat jarang atau tidak sama sekali terbentuk pada batuan carbonate

mengandung mineral talc.

Tektonik Setting

Nikel laterite berkembang di kompleks Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic, terutama

Cretaseous-Miosen.

Ophiolite ini telah mengalami fault dan joint sebagai efek dari tectonic uplift yang dapat memicu

intensitas

pelapukan dan perubahan pada water table level. Deposit Nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton

yang

tergolong stabil berasosiasi dengan layer mafic complexes and komatiite (Butt,1975). Semakin banyak

zona

shear dan steep fault ( normal??), semakin tinggi pula tingkat enrichment proses untuk menghasilkan

grade

Nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona thrust fault berasosiasi dengan emplacement kompleks ophiolite dan

bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-carbonates-altered

ultramafic rocks.

Komposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya Nikel pada endapan residu (regolith/lapukan).

Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi water

table,

stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada di topografi bagian atas (upper hill

slope,crest,

plateau, atau terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah dengan adanya zona

patahan n

shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes) yang

pada

akhirnya akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini

dapat

dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia,New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya,

pada

Page 22: Genesa Nikel

topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari

batuan

induk (baca:enrichment proses).

Iklim

Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya

endapan

Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah dengan aktivitas

biogenic akan

mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah terbentuk.

4. NIKEL

Sifat-sifat nikel :

• Putih mengkilat

• Sangat keras

• Tidak berkarat

• Tahan terhadap asam encer

Bijih nikel yang utam adalah nikel sulfida . Nikel-nikel yang diekspor dalam bentuk 3 macam yaitu bijih,

nikel

kasar, dan ferronikel. Daerah penambangan nikel ada di Koala, Soroako, Maluku Utara. Cara

penambangan nikel

melalui berbagai cara , antara lain ;

• Penebangan pohon dan semak

• Pengupasan tanah permukaan

• Penggalian dengan sistem tangga (benching system) yaitu dimulai dari bawah ke atas mengikuti garis

kontur

dengan alat gali power shovel atau dozer shovel

Pengolahan nikel melalui beberapa tahap , yaitu :

• Pemanggangan

• Peleburan

• Elektrolisis

Penggunaan Nikel

• Untuk melapisi barang yang terbuat dari besi, tembaga, baja karena nikel mempunyai sifat keras,

tahan korosi

Page 23: Genesa Nikel

dan mudah mengkilap jika digosok.

• Untuk membuat baja tahan karat (stailess stell)

• Untuk membuat aliase dengan tembaga dan beberapa logam lain seperti :

a. Monel (Ni, Cu, Fe)

Digunakan untuk membuat instrumen tranmisi listrik

b. Nikrom(Ni,Fe,Cr)

Digunakan sebagai kawat pemanas

c. Alniko (Al, Ni, fe, Co)

Untuk membuat magnet.

d. Palinit dan Invar yaitu paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang sama dengan gelas yang

digunakan

sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca, misalnya pada bolam lampu pijar.

e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi (pemadatan) minyak kelapa,

juga

pada cracking minyak bumi.

Genesa Endapan Nikel Akibat Replacement

Unsure logam Ni dan Co sebagai penyusun utama magma basa hadir dalam Kristal olivine dan enstatite

karena adanya kesamaan jari-jari ion (Ni= 0,78 A dan Co = 0,82 A) dengan jari-jari mg dan Fe sehingga Ni

dan Co dapat bertukar (proses replacement) dengan Mgf dan Fe pada jaringan mineral asli. Ni dan Co

menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam batuan peridotit, dimana dalam keadaan segar mengandung

Ni

sebesar 0,1% sampai 0,3 % ( Prijono, 1977)

Genesa Endapan Nikel Laterit

Tubuh endapan nikel laterit terbentuk setelah tubuh batuan beku tersingkap di permukaan dan

mengalami

pelapukan secara terus – menerus yang mengakibatkan batuan menjadi

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata

mempunyai

kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan

piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan

Mg

Page 24: Genesa Nikel

dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur

tersebut.

Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan

merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan

proses

kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan

disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan

tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan

ultra

basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika

yang

sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya

membentuk

mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini

selalu

ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam,

hingga

pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka

ada

kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau

hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau

rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya

akan

membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur

lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas

pelapukan

dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan

pada

batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan

zona

Page 25: Genesa Nikel

batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).

Page 26: Genesa Nikel