makalah GE

12
1. Definisi Gastroenteritis dalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Leane, S). Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus. Gastroentiris akut adalah defekasi yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansyoer Arief, et al., 1999, hal. 470). Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak) (capital selekta.edisi 3.1999). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).

Transcript of makalah GE

Page 1: makalah GE

1. Definisi

Gastroenteritis dalah radang pada lambung dan usus yang memberikan

gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan

suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan

jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk Faeses yang cair, dapat disertai dengan

darah atau lendir (Leane, S).

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana

frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram

(Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk

menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut.

Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus.

Gastroentiris akut adalah defekasi yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat

(Mansyoer Arief, et al., 1999, hal. 470).

Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan

gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (muntah berak) (capital selekta.edisi

3.1999).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk

cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang

meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).

Gastroentritis adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa

darah dan /atau lendir dalam tinja (Suhariyono, 2003).

Diare adalah perubahan tiba-tiba dalam frekuensi dan kualitas defekasi

(Sandra M.Nettina, 2001, hal 123).

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih

dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/hari) dan konsistensi

feses cair (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 1093).

Page 2: makalah GE

Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun

konsiistensinya.frekuensi diare lebih dari 4X/hr (capita selekta,edisi 3.1999).

2. Epidemiologi

DISTRIBUSI

Distribusi Berdasarkan Orang

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yangterjadi

diseluruh dunia. Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan

perempuan. Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak danlansi

dikarenakan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah mengalami dehidrasi.

(Suharyono,dkk.2003 & Diskin, Arthur, MD.2006)

Gastroenteritis biasanya terjadi pada masyarakat yang berpendidikana

rendah dan berpendidikan rendah, hal ini dikaitkan dengan tingkat

pengetahuan dan perilaku terhadap kesehatan yang kurang. (Irwanto,

dkk.2002)

Distribusi berdasarkan tempat

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi

didaerah tropis. Dinegara yang sedang berkembanng kejadian gastroenteritis

lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan kumuh. (Suharyono,

dkk.2003 & Jellife 1994)

Distribusi berdasarkan waktu

Dinegara-negara yang beriklim empat musim, diare yang disebabkan

oleh bakteri sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan

oleh virus terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan

oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada

pertengahan musim kemarau (juli-agustus), sedangkan yang disebabkan oleh

bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan (januari-februari). (Sunoto,

1994)

FREKUENSI

Pada tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawatdi RSUD

Dr.soetomo dengan dehidrasi ringan sebanyak 227 orang (19,56%), dehidrasi

Page 3: makalah GE

sedang sebnyak 668 orang (57,59%),dan dehidrasi berat sebanyak 116 orang

(10%).

Berdasarkan data WHO 2000-2003 diare merupkan penyebab kematian ke

tiga pada balita baik di dunia maupn di Asia Tenggara dengan propostional mortality

ratio (PMR ) masing-masing sebesar 17 % dan 18%. Hasil survey kesehatan rumah

tangga (SKRT) 2004 di indonesia menunjukan angka kematian akibat diare(cause

specific death rate) sebesar 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita(Age specific

date rate) sebesar 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41

kabupaten dari 16 provinsi melaporkan terjadi KLB diare dengan Case Fatality Rate

(CFR) sebesar 2,52% dari 10.980 kasus yang dilaporkan

Berdasarkan profil kesehatan sumatera utara, terjadi peningkatan kasus diare

di rumah sakit setiap tahunnya. Berdasarkan data pada tahun 2003 dan 2004

menunjukan angka kesakitan diare tahun 2003 sebesar 4.533 kasus dengan

proporsi pada balita 42% dan tahun 2004 angka kesakitan diare 5.636 dengan

proporsi pada balita 56,03%.

Profil kesehatan kota Medan 2005 menunjukan angka kesakitan diare

berdasarkan 39 puskesmas adalah 42.688 kasus dengan proporsi diare pada balita

49,18 % (20.966) kasus.

3. Patofisiologi

Page 4: makalah GE

4. Faktor Resiko

Pejamu

Beberapa faktor risiko pada penjamu yang dapat meningkatkan

kerentanan penjamu terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain:

a. Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibody yang

dapat melindungi terhadap kuman gastroenteritis.

b. Malnutrisi dan BBLR (berat badan bayi rendah). Beratnya penyakit,

lamanya resiko kematian karena gastroenteritis meningkat pada bayi yang

mengalami gangguan gizi dan BBLR.

c. Imunodefisiensi.

d. Campak, GE yang sedang terjadi dan berakibat pada bayi atau anak2

yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat

penurunan kekebalan tubuh penderita.

Faktor makanan

a. Makanan beracun.

b. Makanan tercemar, dll.

Efek samping penggunaan obat

Lingkungan

Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. ingkungan

memilki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang

dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku

manusia yang tidak sehat. Adapun masalah lingkungan hidup di Indonesia

yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain:

a. Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat

kesehatan.

b. Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.

c. Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

d. Hygiene perorangan dan sanitasi yang buruk.

e. Belum ditanganinya hygiene dan sanitasi industry secara intensif.

f. Kurangnya pengawasan dan pencegahan terhadap pembuangan limbah.

5. Manifestasi Klinis

Page 5: makalah GE

Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang.

Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,.

Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam .

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,

samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan

cepat dan dalam (Kusmaul).

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi:

1. Dehidrasi Ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5% - <5%)

Keadaan umum baik dan sadar.

Mata normal dan air mata tidak ada.

Mulut dan lidah basah.

Tidak merasa haus dan bias minum.

Turgor normal (cubitan kulit cepat kembali).

2. Dehidrasi Sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5% - 10%)

Kencing sedikit, nafsu makan berkurang.

Gelisah dan mengantuk, aktifitas menurun.

Mata dan ubun2 cekung.

Mulut dan lidah kering.

Nadi lebih cepat dari normal.

Turgor kurang ( cubitan kulit lambat kembali ).

3. Dehidrasi Berat (bila terjadi penurunan berat badan >10%)

Tidak kencing dan tidak ada nafsu makan.

Sangat lemah hingga kesadaran menurun.

Mata dan ubun-ubun sangat cekung.

Page 6: makalah GE

Bibir dan lidah sangat kering.

Nadi sangat cepat.

Turgor jelek (cubitan kulit sangat lambat sekali).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. laboratorium.

1. Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan dasar feses mencakup inspeksi spesimen untuk jumlah,

konsistensi, dan warnanya.

Pemeriksaan Ph tinja

Bila terdapat intoleransi gula, pH cairan tinja hampir selalu 6 dan

biasanya dibawah 5,5.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup

dengan standar suhu 370 C, bila memungkinkan dengan menentukan PH

keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

4. Pemeriksaan darah lengkap mencakup kadar Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit,

Trombosit, Albumin, BUN

b. Pemeriksaan elektrolit

Normal Gastroentritis

Na 136-148 124-180

K 4,5-5,5 1,8-6,5

Ca 4,9-5,8 4,0-6,1

Mg 1,5-1,8 0,8-3,0

Cl 98-105 65-135

Po4 4,5-6,0 3,9-6,1

c. Intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

Prosedur :

Page 7: makalah GE

Isi usus halus penderita bagian atas dari penderita diare diperoleh

dengan intubasi pernasal diberikan dalam duodenum atau melalui

aspirasi dengan kapsul biopsi usus. Penderita terlebih dahulu

dipuasakan sekitar 4 jam. Untuk menenangkan obat sedatif ( luminal,

diazepam, atau kloralhidrat). Intubasi dilakukan dengan menggunakan

pipa karet merah radio-opak steril yang dimasukkan dalam usus halus

melalui hidung. Cairan dihisap secara seri dari duodenum dengan

semprit 20 ml yang dipasang pada ujung pipa sebelah luar pada waktu

ujung pipa sebelah dalam telah berada dibagian distal duodenum.

Cairan (0,2 ml) yang diperoleh segera dimasukkan dalam 2 ml medium

transpor dan dikultur dalam waktu 1 jam setelah dihimpun atau

disimpan pada suhu -200 sambil menunggu untuk ditanam ( dikultur ).

7. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana penderita gastroentritis adalah

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Dengan memberikan makanan ,minum air,sub untuk menggantikan cairan yg

keluar

b. Mengobati dehidrasi

Pengobatan cepat dan tepat adalah pemberian oralit bila terjadi dehidrasi

berat,penderita harus segera diberi cairan intravena ringer laktat sebelum

dilanjutkan keterapi oral

c. Memberikan makanan

Meneruskan ASI ,memberikan nutrisi yang cukup selama diare terutama anak

dengan kurang gizi ,karena pecahnya mukosa usus tergantung dari nutrisi.

Berdasarkan penilaian derajat dehidrasi

a. Gastroentritis dengan dehidrasi ringan

Memberikan oralit dan makan cair seperti air tajin,kuah sayur,sub. Kebutuhan

cairan dan elektrolit pada dehidrasi ringan sebayak 180 ml/kg

b. Gastroentritis dengan dehidrasi sedang

Perawatan dan pengobatan sebaiknya didampingi oleh petugas kesehatan

Page 8: makalah GE

Memberikan oralit sesuai dengan dosis yang dianjurkan

Kebutuhan cairan dan elektrolit untuk dehirdrasi sedang 220 ml/kg

c. Gastroentritis dengan dehidrasi berat

Pada keadaan ini penderita harus segera diinfus karena mengalamibnyak

kekurangan cairan dan kesadarannya sudah menurun .kebutuhan cairan dan

elektrolitnya sebesar 260 ml/kg.

Page 9: makalah GE

Daftar Pustaka

1. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.

2. Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

3. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.