GE pd Anak

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetic, perilaku, pelayanan kesehatan. Bila keempat factor tersebut terjadi suatu ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan yang disebut dengan sakit. Anak –anak merupakan golongan yang mudah terserang penyakit, karena masih kurangnya kekebalan tubuh. Salah satu penyakit anak yang banyak diderita dan masih termasuk masalah kesehatan masyarakat umum adalah gastroenteritis. Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan, diperkirakan pada setiap tahunnya sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata, 2009). Menurut hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) angka kematian akibat diare 23/100.000 penduduk dan pada balita 75/100.000 balita (Mujiyanto, 2009). Kejadian diare di RS.Anna pada bulan januari sebanyak 36 pasien (6%) dari total 606 pasien, pada bulan februari sebanyak 34 pasien (6%) dari total 611 pasien, pada bulan maret sebanyak 44 pasien (7%) dari total 637 pasien. Kejadian diare di Ruang Perawatan Lt.2B pada Januari – Maret 2014 sebanyak 42 pasien (30%) dari total 142 pasien anak. Kejadian diare pada anak laki-laki 1

description

Askep GE Pd Anak di PU LT.2B

Transcript of GE pd Anak

Page 1: GE pd Anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, hal tersebut

dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan, genetic, perilaku, pelayanan kesehatan.

Bila keempat factor tersebut terjadi suatu ketidakseimbangan, maka individu

berada dalam keadaan yang disebut dengan sakit. Anak –anak merupakan golongan

yang mudah terserang penyakit, karena masih kurangnya kekebalan tubuh. Salah

satu penyakit anak yang banyak diderita dan masih termasuk masalah kesehatan

masyarakat umum adalah gastroenteritis.

Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan, diperkirakan pada setiap

tahunnya sebanyak 99.000.000 kasus di dunia (Simadibrata, 2009). Menurut hasil

survey kesehatan rumah tangga (SKRT) angka kematian akibat diare 23/100.000

penduduk dan pada balita 75/100.000 balita (Mujiyanto, 2009). Kejadian diare di

RS.Anna pada bulan januari sebanyak 36 pasien (6%) dari total 606 pasien, pada

bulan februari sebanyak 34 pasien (6%) dari total 611 pasien, pada bulan maret

sebanyak 44 pasien (7%) dari total 637 pasien. Kejadian diare di Ruang Perawatan

Lt.2B pada Januari – Maret 2014 sebanyak 42 pasien (30%) dari total 142 pasien

anak. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.

Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang

tercemar (Suharyono, 2009).

Gastroenteritis merupakan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu

lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa

disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung

atau usus.

Gastroenteritis sering terjadi pada anak-anak usia balita dimana angka kejadian

gastroenteritis merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu retrovirus.

Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah. Akibatnya klien

banyak kehilangan cairan elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya

menimbulkan asidosis metabolic. Disamping itu juga mengakibatkan klien

1

Page 2: GE pd Anak

kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini apabila tidak

segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik, terlabih kasus kekurangan

cairan atau dehidrasi terjadi pada anak-anak dimana 80% bagian tubuhnya terdiri

dari cairan (Sowden, 2009).

Atas dasar keadaan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.R dengan Gastroenteritis di Ruang

Perawatan Umum Lantai 2B RS Anna ”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi

asuhan keperawatan anak dengan gastroenteritis di RS.Anna khususnya di PU lantai

2B.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan anak dengan

gastroenteritis di RS.Anna

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah

keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan anak dengan gastroenteritis

di RS.Anna

b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan anak dengan

gastroenteritis di RS.Anna

c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.

d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

D. Manfaat

2

Page 3: GE pd Anak

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan berguna dalam pengembangan pelayanan keperawatan dan

meningkatkan derajat kesehatan terutama pada pasien dengan gastroenteritis.

2. Bagi Keluarga

Laporan ini sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam

menjalankan tugas keluarga dalam bidang kesehatan kepada anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan khususnya yang mengalami gastroenteritis.

E. Ruang Lingkup

Makalah ini menyajikan tentang data hasil pengkajian, analisa data, masalah

keperawatan, diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada

pasien dengan gastroenteritis.

F. Metode penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini:

1. Metode deskriptif

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang

diperoleh dari klien sedangkan data sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari

tenaga kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan medical record klien.

2. Kepustakaan

Mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan gastroenteritis.

G. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,

ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN TEORI yang terdiri dari: pengertian, etiologi, anatomi

fisiologi, potofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,

penatalaksanaan, konsep tumbuh kembang, asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3

Page 4: GE pd Anak

3. BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

4. BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5. BAB V PENUTUP yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.

4

Page 5: GE pd Anak

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta

membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses

tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ

yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

5

Page 6: GE pd Anak

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.

Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari

sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk

untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.

Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.

Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai

macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah

dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

2. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari

bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)

yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan

jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan

ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan

rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak

terdiri dari; Bagian superior (bagian yang sangat tinggi dengan hidung), bagian

media (bagian yang sama tinggi dengan mulut) dan bagian inferior (bagian yang

sama tinggi dengan laring). Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,

Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah

bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan

laring.

3. Kerongkongan (Eesofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan

melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga

6

Page 7: GE pd Anak

disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso “membawa”, dan phagus

“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Kardia.

b. Fundus.

c. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk

cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik

untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung

menghasilkan 3 zat penting.

5. Usus Halus (Usus Kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus

melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan

pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan

sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, lapisan otot

memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua

belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri

dari :

a. Kolon asendens (kanan)

b. Kolon transversum

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

7

Page 8: GE pd Anak

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus

besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini

penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya

terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan

terjadilah diare.

7. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi

adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon

menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan

beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,

sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau

seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

8. Umbai Cacing (Appendix)

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform

appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung

dengan caecum.

9. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan

yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya

rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada

kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,

maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi

dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang

penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran

pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan

penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui

proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

10. Pankreas

8

Page 9: GE pd Anak

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama

yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti

insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat

dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar

yaitu:

a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon

11. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan

memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa

fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan

penetralan obat.

12. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir

yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk

proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10

cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan

karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan

hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi

penting yaitu:

a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama

haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan

kelebihan kolesterol

B. Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi

Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar,

jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur

dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm, inchi), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supriasa 2001)

9

Page 10: GE pd Anak

Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah

laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,

walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang

dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,

pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas

untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan

berkembang.

2. Konsep Tumbuh Kembang Anak

Menurut A. Azis Alimul Hidayat (2005) yaitu:

a. Perkembangan Kognitif (Piaget)

Periode Sensorimotor ( 0 - 2 tahun)

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan

untuk mengeksplorasi dunianya. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari

empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan

kemampuan dalam enam sub-tahapan:

a.1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan

berhubungan terutama dengan refleks.

a.2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat

bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

a.3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai

sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara

penglihatan dan pemaknaan.

a.4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan

sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek

10

Page 11: GE pd Anak

sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari

sudut berbeda.

a.5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai

delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara

baru untuk mencapai tujuan.

a.6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan

tahapan

awal kreativitas

b. Perkembangan Psikosexual Anak Menuut Freud

Tahapan Oral (0 – 1 tahun)

Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya,

seperti makan atau minum susu. Ketidakpuasan pada masa oral akan

menimbulkan gejala regresi (kemunduran), gejala perasaan iri hati. Reaksi dari

kedua gejala itu dapat dinyatakan dalam beberapa tingkah laku seperti: mengisap

jempol, mengompol, membandel, dll. Selain itu juga berdampak kepada

perkembangan kepribadian anak seperti: merasa kurang aman, selalu bergantung

kepada orang lain, egosentris , selalu meminta perhatian dari orang lain. Bagi anak

yang mengalami kepuasan yang berlebihan, anak akan menampilkan pribadi yang

kurang mandiri, bersikap rakus, haus perhatian dari orang lain.

c. Perkembangan Psikososial Anak Menurut Erikson

Trust VS Mistrust (0 - 18 bulan)

Usia 0-18 bulan merupakan masa awal pertumbuhan seseorang dimulai. Pada

tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya.

Hal pertama yang akan dipelajari oleh seorang anak adalah rasa percaya. Percaya

pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Seorang ibu atau pengasuh biasanya

adalah orang penting pertama yang ada dalam dunia anak. Jika ibu memperhatikan

kebutuhan si anak seperti makan maupun kasih sayang, maka anak akan merasa

aman dan percaya untuk menyerahkan atau menggantungkan kebutuhannya

kepada ibunya. Namun, bila ibu tidak memberikan apa yang harusnya diberikan

kepada si anak, maka secara tidak langsung dapat membentuk anak menjadi

seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak aman untuk hidup di dunia.

Pengasuh yang konsisten dalam merespon kebutuhan anak akan menumbuhkan

11

Page 12: GE pd Anak

rasa percaya anak kepada orang lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsif

atau tidak konsisten akan membentuk anak menjadi seorang yang penuh

kecurigaan. Anak-anak yang telah belajar untuk tidak mempercayai pengasuh

selama masa bayinya mungkin akan menghindari atau tetap skeptis untuk

membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya sepanjang hidupnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai

dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang

mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor

keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor

lingkungan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah sebagai berikut:

a. Faktor keturunan/herediter

b. Faktor lingkungan

c. Pelayanan Kesehatan yang ada di sekitar lingkungan

4. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

a. Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi

sampaimaturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan

lingkungan.

b. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan

serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ.

c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan

berbeda antara anak yang satu dengan yang lain.

d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.

e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

f. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang

sebelum gerakan volunter tercapai.

g. Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknya ada yang badannya

lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan

sebagainya.

C. Gastroenteritis

12

Page 13: GE pd Anak

1. Definisi

Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta

frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau

tanpa lendir darah (Hidayat, 2010).

Gastroenteritis merupakan pengeluaran feses yang sering, berupa cairan

abnormal, encer dan digolongkan menjadi ringan, sedang atau berat akut atau

kronis, meradang atau tidak meradang (Muscari, 2010).

Gastroenteritis diddefinisikan sebagai adanya inflamasi pada membrane mukosa

lambung dan usus halus yang ditandai dengan pengeluaran feses yang sering yang

berakibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sowden, 2009).

2. Etiologi

Lebih dari 90% kasus diare akut disebabkan oleh agen infeksius, diare

disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; Infeksi bakteri

seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas dan sebagainya; Infeksi parasit seperti cacing (Ascaris,

Trichiuris,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2009).

Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi

namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab

utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba

histolytica (Depkes RI, 2010).

Sedangkan menurut (Mansjoer, 2008) ada beberapa faktor penyebab diare, yaitu :

a. Infeksi : virus (Rotavirus, Adenovirus, Noorwalk), bakteri (Shigella, salmonella,

E.coli, Vibrio), parasit (protozoa, E. Histolytica, G.lamblia, Balantidium coli,

cacing perut: askaris, trikuris, strongiloideus, dan jamur: kandida.

b. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein

c. Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Imunodefisiensi

e. Psikologis: rasa takut dan cemas

3. Patofisiologi

13

Page 14: GE pd Anak

Penyebab diare akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh usus

sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, yang

menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, biasanya terjadi pada anak.

Intoleransi laktosa adalah keadaan dimana jumlah laktosa yang dicerna tidak

seimbang dengan jumlah enzim lactase yang tersedia untuk menghidrolisis laktosa.

Jika tidak dicerna, maka laktosa tidak dapat diserap oleh usus halus dan kemudian

timbul diare osmotic, flatulensi (perut kembung) dank ram perut.

Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus,

akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare.

Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik

akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare.

PATOFLOW GASTROENTERITIS

14

Page 15: GE pd Anak

15

Page 16: GE pd Anak

4. Manifestasi Klinis

a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi

e. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut

jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran menurun

f. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)

g. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat

dan dalam (Kusmaul).

h. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan

berat badan.

5. Derajat Dehidrasi

Menurut Hidayat (2010), salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah

dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi adalah:

a. Dehidrasi ringan

Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan

gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum ada

tanda-tanda syok.

b. Dehidrasi sedang

Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB

dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, terdapat tanda-tanda

syok (nadi cepat dan dalam)

c. Dehidrasi Berat

Apabila kehilangan cairan 8- 10% dari berat badan atau rata rata 125 ml/kg

BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat terjadi syok

hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil,

tekanan darah menurun, pasien sangat lelah bahkan kesadaran menurun.

16

Page 17: GE pd Anak

Tabel Penilaian derajat dehidrasi

Penilaian A B C

Lihat :keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, lunglai,

atau tidak sadar*

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak adaMulut dan lidah Basah Kering Sangat keringRasa haus Minum biasa

tidak hausHaus, ingin minum banyak*

Malas minum atau tidak bisa minum*

Periksa :Turgor kulit Kembali cepat Kembali

lambat*Kembali sangat lambat*

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

6. Kebutuhan Cairan Anak

Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti

protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus

seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan

parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan

sebagai berikut :

17

Page 18: GE pd Anak

Tabel Kebutuhan cairan anak

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang perlu dikarjakan menurut Mansjoer (2009) adalah:

a. Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman

untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik

serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.

Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut feses berwarna

pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu

(obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat

seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses

berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan

produk susu. Feses berwama orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus.

18

Umur Berat Badan Total/24 jam Kebutuhan

Cairan/Kg

BB/24 jam

3 hari

10 hari

3 bulan

6bulan

9 bulan

1 tahun

2 tahun

4 tahun

6 tahun

10 tahun

14 tahun

18 tahun

3.0

3.2

5.4

7.3

8.6

9.5

11.8

16.2

20.0

28.7

45.0

54.0

250-300

400-500

750-850

950-1100

1100-1250

1150-1300

1350-1500

1600-1800

1800-2000

2000-2500

2000-2700

2200-2700

80-100

125-150

140-160

130-155

125-165

120-135

115-125

100-1100

90-100

70-85

50-60

40-50

Page 19: GE pd Anak

Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah

bakteri. Feses seperti tepung berwama putih disebabkan karena diare yang

penyebabnya adalah virus.

Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit.

Feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena

bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses

jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,

dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan

Posfat.

8. Komplikasi

Komplikasi utama akibat penyakit gastroenteritis ini adalah dehidrasi dan masalah

kardiovaskular akibat hipovolemia dengan derajat berat. Apabila diare itu

disebabkan oleh Shigella, demam tinggi dan kejang bisa timbul. Abses pada

saluran usus juga dapat timbul akibat infeksi shigella dan salmonella terutama pada

demam tifoid yang dapat menyebabkan perforasi pada saluran usus. Hal ini sangat

berbahaya dan mengancam nyawa. Muntah yang berat dapat menyebabkan aspirasi

dan robekan pada esofagus (Kliegman, 2009).

9. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi Cairan

a.1. Tanpa dehidrasi

Cairan, ASI, oralit diberikan tiap BAB atau muntah dengan dosis : < 1 tahun

: 50 - 100 cc, 1 – 5 tahun : 100 - 200 cc, 5 tahun : > 200 cc

a.2. Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang)

Oralit 75 cc/kg/4 jam dilanjutkan pemberian cairan tiap bab, Bisa peroral,

NGT, parenteral.

a.3. Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan RL atau ringer asetat

100 cc/kgBB : < 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam 1 jam I, 70 cc/kgBB dalam 5

jam, > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam I, 70 cc/kgBB dalam 2½ jam.

19

Page 20: GE pd Anak

b. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang

dari 7 kg, jenis makanan:

b.1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak \

jenuh)

b.2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

b.3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya

susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang

atau tak jenuh.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair

berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir

dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan

menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala

penurunan kesadaran

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Meliputi pengkajian riwayat:

c.1. Prenatal

Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (Aterm, prematur, post

matur), kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang

dimakan serta imunisasi.

c.2. Natal

20

Page 21: GE pd Anak

Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang

menolong persalinan, penyulit persalinan.

c.3. Post natal

Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm,

kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan

kongenital.

c.4. Feeding

Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal

makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan,

peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare),

dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.

c.5. Penyakit sebelumnya

Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan,

kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi

terhadap rawat inap sebelumnya.

c.6. Alergi

Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,

tumbuh-tumbuhan, debu rumah

c.7. Obat-obat terakhir yang didapat

Nama, dosis, jadwal, lamanya, dan alasan pemberian.

c.8. Imunisasi

Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun,

reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain,

gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.

c.9. Tumbuh Kembang

Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200

gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6

bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada

usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

d. Riwayat Psikososial

21

Page 22: GE pd Anak

Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang

tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun

(toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.

e. Reaksi Hospitalisasi

e.1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan

lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih.

e.2. Perubahan pola kegiatan rutin.

e.3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi.

e.4. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan

terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya.

f. Pemeriksaan Fisik

f.1. Tanda-tanda vital: Suhu badan: mengalami peningkatan, Nadi: cepat dan

lemah, Pernafasan: frekuensi nafas meningkat, Tekanan darah: menurun.

f.2. Antropometri

Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran

kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare

mengalami penurunan berat badan.

f.3. Pernafasan

Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan

bunyi nafas tambahan.

f.4. Cardiovasculer

Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

f.5. Pencernaan

Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,

peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi

encer

f.6. Perkemihan

Volume diuresis menurun.

g. Muskuloskeletal

Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.

h. Integumen

22

Page 23: GE pd Anak

lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek

i. Endokrin

Tidak ditemukan adanya kelaianan.

j. Penginderaan

Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan

k. Reproduksi

Tidak mengalami kelainan.

l. Neurologis

Dapat terjadi penurunan kesadaran.

m. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

m.1. Motorik Kasar

Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan,

mulai bisa bersepeda roda tiga.

m.2. Motorik Halus

Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi

m.3. Personal Sosial

Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui

feses dan muntah (output berlebihan).

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi

usus.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal).

e. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan

keterbatasan kognitif keluarga.

f. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, prosedur

invasive

g. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak

3. Intervensi Keperawatan

23

Page 24: GE pd Anak

Dx 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan

melalui feses dan muntah (output berlebihan)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi

Kriteria Hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, turgor kulit elastis, membran mukosa

basah, haluaran urine terkontrol, mata dan ubun-ubun besar tidak cekung

c. Konsistensi BAB lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

Intervensi

a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

Rasional : Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan

jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi

pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

b. Pantau intake dan output

Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak

mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi

dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran

tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

c. Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan

cairan.

d. Anjurkan keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG, oralit atau

pedyalit 10 cc/kg BB/mencret)

Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit

mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang

e. Kolaborasi Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur.

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang

yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian cairan

cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.

f. Kolaborasi pemberian obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan

antibiotik)

24

Page 25: GE pd Anak

Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan

elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi

untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri

berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin

Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi

Kriteria Hasil:

a. Nafsu makan meningkat.

b. Pasien menghabiskan ±1 porsi makan rumah sakit.

c. BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

d. Mual dan muntah tidak ada

Intervensi

a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat

tinggi, berlemak dan air panas atau dingin) pada keluarga

Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

b. Timbang BB setiap hari

Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan

kebutuhan kalori, protein dan vitamin.

c. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu

sesuai dengan kebutuhan.

Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan

menyenangkan.

d. Diskusikan dan jelaskan pada keluarga tentang pentingnya makanan yang

sesuai dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.

Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses

metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh

terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat

membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa

yang diketahuinya.

25

Page 26: GE pd Anak

e. Kolaborasi :

e.1. Dietetik

Umur 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau formula

rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.

Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif

sehingga intoleransi laktose.

Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan padat

Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi

kesehatan.

e.2. Rehidrasi parenteral (IV line)

Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan

sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu

pemberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan

yang telah hilang.

e.3. Supporatif (pemberian vitamin A)

Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang

diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses

pertumbuhan.

Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi

usus.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam suhu tubuh normal.

Kriteria Hasil

a. suhu tubuh 36,6-37,4 °C

b. bibir lembab

c. nadi normal

d. kulit tidak terasa panas

e. tidak ada gangguan neurologis (kejang)

f. aktivitas sesuai kemampuan

Intervensi

a. Observasi tanda-tanda vital

26

Page 27: GE pd Anak

b. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian longgar/ tipis

Rasional : Memberikan respirasi pada

c. Anjurkan orangtua untuk  tidak memberikan selimut tebal

Rasional : Sirkulasi udara

d. Ganti pakaian pasien jika basah

Rasional : Memberikan kenyamanan

e. Lakukan kompres hangat

Rasional: Membuka pori – pori untuk melancarkan sekresi keringat.

f. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik

Rasional: Menurunkan panas

Dx 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Iritasi rektal (area perianal)

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam Gangguan integritas kulit

teratasi

Kriteria Hasil:

a. Integritas kulit utuh

b. Iritasi tidak terjadi

c. Kulit tidak hiperemia,atau iscemia

d. Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih

e. Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal

dengan baik dan benar

Intervensi :

a. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di tempat tidur.

Rasional : Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat

melalui metode diskusi dapat memberikan gambaran tentang

pentingnya kebersihan dan keadaran partisipasi dalam peningkatan

kesehatan.

b. Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila basah akibat diare

atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian bawah. serta

alasnya.

27

Page 28: GE pd Anak

Rasional : Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan

pencegahan untuk mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang

tidak diharapkan.

c. Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang basah.

Rasional : Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus

timbulnya iritasi. Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga

untuk mengatasi masalah tersebut.

d. Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemberian lotion.

Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan

menjaga kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.

e. Atur posisi klien selang 2-3 jam.

Rasional : Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi

lancar dan mengurangi penekanan yang lama, sehingga

mencegah ischemia dan iritasi.

Dx 5 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan

keterbatasan kognitif keluarga

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam pengetahuan keluarga

meningkat

Kriteria Hasil:

a. Keluarga menjelaskan   tentang   penyakit,   perlunya   pengobatan   dan

memahami perawatan

b. Keluarga kooperatif

Intervensi:

a. Kaji pengetahuan keluarga tentang proses penyakit

Rasional : Mengetahui tingkat awal pengetahuan keluarga, mengidentifikasi

area kekurangan pengetahuan.

28

Page 29: GE pd Anak

b. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien, tanda gejala dan komplikasi

penyakit sesuai dengan tingkat kemampuan.

Rasional : memberikan pengetahuan dan informasi dasar

c. Melibatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang

kondisi anaknya

d. Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan dilakukan

Rasional : mengurangi kecemasan

Dx 6 : Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh,

prosedur invasive

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil

bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal

Intervensi:

a. Batasi pengunjung.

Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang

dapat menimbulkan infeksi

b. Bersihkan lingkungan pasien secara benar setiap setelah digunakan pasien.

Rasional : mencegah terjadinya penyebarluasan dan kontaminasi virus yang

dapat menimbulkan infeksi

c. Gunakan teknik mencuci tangan yang tepat

Rasional : Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman

d. Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.

Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.

e. Tingkatkan masukkan gizi dan cairan yang cukup

Rasional : Membantu meningkatkan sistem imunitas tubuh

f. Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan

kulit tetap kering.

Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan

pemahaman tentang perawatan klien

29

Page 30: GE pd Anak

g. Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar dan mencegah

infeksi.

Dx 7 : Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam kecemasan terkontrol

Kriteria Hasil:

a. Ekspresi wajah tenang

b. anak tidak menangis ketika tindakan asuhan keperawatan

c. keluarga mau bekerjasama dalam tindakan asuhan keperawatan

Intervensi:

a. Jelaskan semua prosedur pada keluarga

Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam

membantu proses perawatan klien.

b. Ciptakan lingkungan yang tenang nyaman

Rasional : memberikan kenyamanan

c. Alihkan perhatian anak ketika memberikan tindakan asuhan keperawatan

Rasional : pengalihan perhatian dapat untuk mengurangi kecemasan pada anak

d. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien

Rasional : Meningkatkan peran keluarga dalam tindakan keperawatan dan

memberikan rasa aman pada anak

e. Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan

Rasional : memberikan kenyamanan dan rasa percaya

30

Page 31: GE pd Anak

BAB III

STUDI KASUS

31

Page 32: GE pd Anak

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan adanya kesenjangan antara proses keperawatan pada teori dan

proses keperawatan pada kasus. Hambatan yang ada pada teori dan pemecahan masalah

yang ada disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

A. Pengkajian

Pada kasus diatas di jelaskan bahwa An.R dengan gastroenteritis, dimana didapatkan

tanda dan gejala secara teoritis adalah suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, anus dan

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, pasien sangat lemas, terdapat tanda dan

gejala dehidrasi, turgor kulit kurang jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan

mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. Pada

kasus diatas An. R didapatkan keluhan antara lain : diare >5x/ hari dengan konsistensi

cair disertai muntah > 2x /hari, panas 2 hari, makan minum sedikit, os terlihat lemas,

mata cekung, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, menurut orang tua sudah 2

hari OS BAK sedikit dan menangis tidak ada air matanya, BB sebelum sakit 8,4 kg

saat ini 7,2 kg.

Kesenjangan data yang di dapat yaitu tidak terdapatnya ubun- ubun cekung dan iritasi

pada anus, serta untuk pemeriksaaan penunjang yang dilakukan hanya pemeriksaan

darah rutin 1 dan pemeriksaan feses, untuk pemeriksaan asam basa, ureum creatinin

dan elektrolit tidak dilakukan karena tidak ada tanda - tanda penurunan kesadaran dan

tidak ada indikasi penurunan kadar O2, TTV dalam batas normal.

Dalam melakukan pengkajian pada An.R penulis tidak menemukan hambatan karena

keluarga klien kooperatif dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan

serta tersedianya fasilitas sehingga memudahkan memperoleh data.

B. Diagnosa Keperawatan

32

Page 33: GE pd Anak

Pada diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien dengan gastroenteritis

adalah tujuh diagnosa keperawatan. Sedangkan pada kasus An.R dengan

gastroenteritis dirumuskan tiga diagnosa keperawatan, dimana ketiga diagnosa yang

muncul sesuai dengan teori yaitu :

Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit

Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala

antara lain : diare >5x/ hari dengan konsistensi cair disertai muntah > 2x /hari, turgor

kulit kurang elastis, mukosa kering, mata cekung, BB sebelum sakit 8,4 kg saat ini 7,2

kg.

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak

adekuat

Diagnosa tersebut aktual, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala

antara lain : makan minum sedikit, OS terlihat lemas, turgor kulit kurang elastis,

mukosa kering, muntah pada saat diberikan makan, BB sebelum sakit 8,4 kg saat ini

7,2 kg.

Dx 3 : Resiko Hipertermi b/d proses penyakit

Diagnosa tersebut resiko, hal tersebut karena pada An. R di dapat tanda dan gejala

antara lain : OT mengatakan OS panas 2 hari dirumah, OS terlihat lemas, TTV: S:

37,1 N: 92x/mnt, R: 28x/mnt, mukosa kering, turgor kurang elastic, mata cekung.

Ketiga diagnosa yang ditemukan pada kasus An. R telah sesuai dengan teori.

Adapun kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada An.R adalah :

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi pada anak

2. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang paparan dan

keterbatasan kognitif keluarga.

3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, prosedur

invasive

4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal

(area perianal).

33

Page 34: GE pd Anak

Hal tersebut dikarenakan saat melakukan pengakajian tidak didapatkan data, tanda

dan gejala yang mendukung untuk ditegakan.

C. Intervensi keperawatan

Kegiatan pada tahap ini adalah memprioritaskan masalah keperawatan, adapun alasan

dari masing-masing penetapan masalah keperawatan yang terjadi pada klien sebagai

berikut :

Dx 1 : Gangguan volume cairan dan elektrolit

Diagnosa ini menjadi diagnosa utama dikarenakan An. R mengalami diare >5x/ hari

dengan konsistensi cair disertai muntah > 2x /hari. mengakibatkan terjadinya

Gangguan volume cairan dan elektrolit. Adapun tindakan keperawatan yang akan

dilakukan adalah observasi TTV, monitor balance cairan, jelaskan npentingnya cairan

yang adekuat, kaji turgor kulit, anjurkan OS untuk banyak minum, awasi tanda-tanda

syok, kolaborasi pemberian cairan parenteral, kolaborasi pemeriksaan lab.

Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak

adekuat

Diagnosa ini menjadi diagnosa kedua dikarenakan An. R terlihat lemas, makan -

minum sedikit, turgor kulit kurang elastis, mukosa kering, BB sebelum sakit 8,4 kg

saat ini 7,2 kg. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah jelaskan

pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat, kaji keadaan rongga mulut, beri makan

porsi kecil tapi sering, timbang berat badan klien, anjurkan orang tua untuk

memotivasi anak dalam pemberian nutrisi, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral dan

diit.

Dx 3 : Resiko Hipertermi b/d proses penyakit

Diagnosa ini menjadi diagnosa ketiga dikarenakan An. R mengalami panas 2 hari, OS

terlihat lemas. Adapun tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi

TTV 3x selama 24 jam, berikan kompres hangat, motivasi keluarga klien untuk

mengajak anaknya untuk banyak minum air putih, monitor intake-output cairan dan

anjurkan OS istirahat.

34

Page 35: GE pd Anak

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada An.R disesuaikan dengan intervensi yang

ditetapkan :

Pada diagnosa pertama Gangguan volume cairan dan elektrolit tindakan keperawatan

dapat dilaksanakan, baik tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri

yang dilakukan pada diagnosa ini adalah mengobservasi TTV (S: 37,1 N: 90 R:

28x/mnt), memonitor balance cairan, menjelaskan pentingnya cairan yang adekuat,

mengkaji turgor kulit ( turgor kulit kurang elastis), menganjurkan pada OT untuk

memberikan OS banyak minum (OS mau minum sedikit tapi sering), mengawasi

tanda-tanda syok, tindakan kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian cairan

parenteral (T.27B 700cc/24Jam = 10 tpm), dan pemeriksaan lab (FL: warna kuning,

konsistensi cair, lendir positif, epitel positif, amilum positif, hypae positif, bakteri

positif 2)

Adapun tindakan yang tidak dilakukan adalah kolaborasi pemeriksaan elektrolit Hal

tersebut dikarenakan tidak adanya tanda-tanda penurunan kesadaran.

Pada diagnosa kedua Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake

makanan yang tidak adekuat, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik mandiri

maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang dilakukan pada diagnosa ini adalah

menjelaskan pentingnya konsumsi nutrisi yang adekuat (OT OS mengerti), mengkaji

keadaan rongga mulut (rongga mulut bersih), memberikan makan porsi kecil tapi

sering (OS makan 2-3 sendok), menganjurkan orang tua untuk memotivasi anak

dalam pemberian nutrisi (OT OS kooperatif). Tindakan kolaborasi yang dilakukan

adalah pemberian nutrisi parenteral (Benutrion 250cc/24Jam), dan dengan ahli gizi

dalam pemberian diit saring tidak serat.

Adapun tindakan yang tidak dilakukan menimbang BB setiap hari, Hal tersebut

dikarenakan penimbangan BB dilakukan pada saat OS masuk dan pulang.

Pada diagnosa ketiga hipertermi, tindakan keperawatan dapat dilaksanakan baik

tindakan mandiri maupun kolaborasi. Tindakan mandiri yang dilakukan pada

diagnosa ini adalah mengobservasi tanda-tanda vital klien, mengkaji kesadaran klien

35

Page 36: GE pd Anak

(composmentis), memotivasi keluarga untuk memberikan OS banyak minum air

putih, memonitor intake-output cairan dan menganjurkan OS istirahat. Adapun

tindakan mandiri yang tidak dilakukan adalah memberikan kompres hangat karena

suhu anak dalam batas normal. Sedangkan tindakan kolaborasi dalam diagnose ini

tidak ada.

E. Evaluasi keperawatan

Dari ketiga diagnose yang diangkat, ada dua diagnose keperawatan yang teratasi

sebagian, yaitu gangguan volume cairan elektrolit dan gangguan nutrisi adapun dalam

diagnose hipertermi masalah tidak terjadi.

36

Page 37: GE pd Anak

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak

seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih

dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.

Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar.

Gastroenteritis merupakan keluhan yang sering ditemukan pada setiap tahun, dan

kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Insiden yang

tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,

kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.

Gastroenteritis ini mempunyai gambaran penting, yaitu diare dan muntah y a n g d a p a t

mengakibatkan klien kekurangan cairan atau dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan ini

apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan syok hipovolemik bahkan kematian.

.

B. Saran

Saran yang kami anjurkan untuk perbaikan mutu dalam pelayanan dalam rangka

meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal, sebagai berikut :

1. Untuk Perawat

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di harapkan lebih mengetahui

secara baik tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa

keperawatan, penentuan prioritas diagnosa keperawatan (Aktual dan Resiko),

Intervensi, Implementasi hingga Evaluasi, sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan yang optimal kepada pasien dalam praktek keperawatan selanjutnya.

Khusus untuk kasus gastroenteritis perawat di haruskan bisa mendeteksi dini tanda

dan gejala dehidrasi sehingga tidak terjadi komplikasi.

2. Untuk Rumah Sakit

Dalam hal ini mengenai saran untuk rumah sakit yaitu : lantai 2B khususnya kelas tiga

untuk perawatan anak perlu ruangan untuk perawatan pasien dengan infeksi dan non

infeksi terpisah dikarenakan agar tidak terjadi penularan infeksi nosokomial, diadakan

tempat sampah khusus pembuangan diapers, oleh sebab itu kami mohon agar fasilitas

37

Page 38: GE pd Anak

yang sudah ada di tingkatkan lagi guna memberikan pelayanan yang lebih baik kepada

pasien.

38

Page 39: GE pd Anak

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Kliegman, Behrman. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Muscari, Mary. 2010. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Sowden, Linda A. 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Simadibrata K. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Suharyono. 2009. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta

Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi. Jakarta: ______

39