Makalah GC 2
Click here to load reader
-
Upload
syarlon-fadli -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
Transcript of Makalah GC 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen
campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang
bergerak. Kromatografi bertujuan untuk pemisahan komponen dari matriks
sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama
kali pada tahun 1950-an. Pekerjaan di laboratorium analisis pada umumnya tidak
dapat dipisahkan dengan proses pemisahan campuran zat-zat kimia, terutama
apabila yang dianalisis adalah suatu sampel dengan susunan yang kompleks. Cara-
cara pemisahan dan kecermatan pelaksanaan pemisahan campuran zat-zat. Di
samping itu metode analisis yang dipakai untuk penentuan zat kimia juga
menuntut adanya proses pemisahan sebelum dilakukan pengukuran kadar (secara
kuantitatif) maupun penentuan sifat fisika-kimia yang khas dari suatu zat yang
akan ditentukan. Maksud dan tujuan dilakukan pemisahan adalah untuk
memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni tidak
tercampur dengan komponen-komponen yang lainnya.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas ditemukan pada
tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut
dapat digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
1
Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang terdapat pada campuran gas dan juga mempunyai peranan penting dalam
mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-data yang
dihasilkan oleh detektor GC adalah kromatogram yang pembacaannya memiliki
fungsi tertentu tiap spesifikasinya.
Kromatografi gas merupakan salah satu jenis teknik analisis yang semakin
banyak diamati, karena terbukti dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai
masalah analisis. Pada awalnya (GC) hanya digunakan untuk analisis gas saja.
Akan tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, akhirnya (GC) dapat digunakan
untuk analisis bahan cair dan padat termasuk bahan polimer. Sekarang ini,
kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi
dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase
bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada
permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi
kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang:
industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll. (Himawan, 2009).
Kromatografi gas juga merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,
mulai dari beberapa detik utnuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat
diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas
pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa
lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat
pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan Rf dalam
KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen campuran
dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah bahwa ia tidak
2
mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada
tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin
dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali
jika tidak ada metode lain. (Puspita, 2007).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mempelajari instrumen pada metode kromatografi gas.
2. Memisahkan komponen menggunakan kromatografi gas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Prinsip Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah suatu metode analisis yang didasarkan pemisahan
fisik zat organic atau anorganik yang stabil pada pemanasan dan mudah
diatsirikan. Pada umumnya kegunaan kromatografi gas adalah untuk melakukan
pemisahan dan identifikasi senyawa yang mudah menguap dan juga untuk
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran. Dalam
kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai
uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase
diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya.
GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada 2 jenis
kromatografi gas, yaitu :
Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan
kadang-kadang berupa polimerik.
Prinsip kromatografi gas: Pada dasarnya prinsip yang digunakan pada
kromatografi gas dan HPLC secara garis besar adalah sama karena sama-sama
menggunakan kolom, hanya saja pada kromatografi gas, sampel yang diinjeksikan
harus yang tahan panas karena menggunakan gas pembakar. Disamping itu pada
kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase diam maupun fase gerak,
pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih keatsirian dari sampel.
4
Fase Diam Dan Fase Gerak Pada Kromatografi Gas
1. Fase Diam
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan
fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan
fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih
sempurna. Fase diam pada kromatografi gas biasanya berupa cairan yang
disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa
padat yang berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi
gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam pemurnian
gas dan penghilangan asap, tetapi kurang kegunaannya dalam
kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari
sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir
segala macam campuran.
2. Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk
membawa uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi
dengan komponen-komponen sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak
pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut:
- Tidak reaktif.
- Murni (agar tidak mempengaruhi detector).
- Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas
helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana.
- Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor apa
yang digunakan.
5
2.2 Komponen dalam Kromatografi Gas
Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut:
1. Tabung Gas Pembawa
Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna
yang berbeda. Pada tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas
Nitrogen (N2) dan pada tabung 3, berisi gas Hidrogen (H2). Gas pembawa
harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun
fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi
sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas
yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung
hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium,
hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang
lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan
HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen
dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai efisiensi
optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik untuk
6
helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir
demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa
gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang
cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut,
sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan
alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium
daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan
helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen
memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan kecepatan
alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara.\
Biasanya, helium banyak digunakan sebagai
penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi
dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas
pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya
terdapat saringan (molecular saeive) untuk menghilangkan kotoran yang
berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa . Pemilihan gas pembawa
biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus
mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50°-
300° C). Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol.
Suhu injektor biasanya 50° C di atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan
yang diinjeksikan sekitar 5 µL. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada
kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas.
Injeksi sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus
7
lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan mengubah
bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan
menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-
sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection)
dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk
mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang
masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari 0,1-2 µL, sementara
sisanya dibuang.
Gambar 1.2 Sistem injeksi split
Sedangkan injeksi splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.
8
3. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang
dapat terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan
cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak
dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm – 6 mm
dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat
dengan mudah dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen
yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam
yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah.
Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik
didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi kolom) dan stabil
secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang
digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar
tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat
dari celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan yang digunakan
sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi,
silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The Techniques).
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan
fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan
fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih
sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,
yaitu:
Kolom pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular
column).
Kolom pak (packed column)
9
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex
digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara
termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 – 6 mm dengan
panjang 1 – 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus sebagai zat
pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada
zat pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang
banyak sehingga disukai untuk tujuan preparatif. Kolom yang terbuat
dari stainless steel biasa dicuci dengan HCl terlarut, kemudian
ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton, metilen
diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan
karat dan noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat
membuat kolom. Kolom pak diisi dengan 5% polyethylene glycol
adipate dengan efisiensi kolom sebesar 40,000 theoretical plates
Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter
antara 0,1 – 0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m.
semakin panjang kolom maka akan efisiensinya semakin besar dan
perbedaan waktu retensi antara komponen satu dengan komponen
lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas. Penggunaan
kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom
pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa
geraknya tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga
waktu analisis menggunakan kolom ini lebih singkat daripada jika
menggunakan kolom pak.
10
4. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom
harus dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50ºC - 250ºC. Suhu
injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah
daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik didih
cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram.
Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan
cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan
titik didih yang dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan untuk
memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.
5. Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom
GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data
kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik.
Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang dipisahkan
oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan
dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional.
Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas
pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan. Beberapa detektor
yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor
ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.
11
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada
lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut
sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah puncak
dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran.
Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.
2.3 Cara Menjalankan alat GC
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap
dalam menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:
1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum
dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan
selama ±15 menit.
2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang terdapat
pada tabung gas.
3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol
DET lalu mengatur suhu sebesar 100oC kemudian menekan tombol OK.
4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol
INJ lalu mengatur suhu sebesar 150oC kemudian menekan tombol OK.
5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol
COL lalu mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan tombol OK.
6. Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang
detektor.
7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses
pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara
12
menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah
terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka
alat detektor sudah siap digunakan.
8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan bantuan
alat syringe.
9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan
memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.
10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.
2.4 Mekanisme Kerja Dalam Kromatografi Gas
Pada percobaan ini, akan dilakukan pemisahan komponen-
komponen pada larutan n-Heksana. N-Heksana dapat dideteksi dikarenakan
senyawa ini merupakan senyawa organik yang memiliki titik didih cukup
rendah dan bersifat volatil.
Adapun mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut:
gas bertekanan tinggi dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam,
kemudian sampel berupa n-Heksana diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut
terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses
pemisahan dari n-Heksana menjadi komponen-komponen penyusunnya.
Komponen-komponen tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai
detektor yang diletakkan di ujung akhirkolom. Hasil pendeteksian direkam
oleh rekorder dan dikenal sebagai kromatogram. Jumlah peak pada
kromatogram menyatakan jumlah komponen yang terdapat dalam cuplikan
dan kuantitas suatu komponen ditentukan berdasarkan luas peaknya.
13
Berikut adalah skema dari instrumen GC:
Gambar Diagram kromatografi gas
Adapun hasil yang diperoleh pada pemisahan komponen n-
Heksana ini, dapat dilihat dalam bentuk kromatogram sebagai berikut:
Pada gambar di atas, dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana
yang memiliki 3 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri
merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh fasa diam. Waktu (tM)
setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali
dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran
dari laju migrasi rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan suatu
parameter yang penting dalam mengidentifiasi puncak analit.
Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika 14
mereka tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan
spesies dengan sifat seperti ini dapat dilakukan untuk membantu
identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian tengah gambar di atas,
merupakan puncak dari spesies analit yaitu berupa n-Heksana. Waktu yang
diperlukan puncak ini untuk mencapai detektor atau waktu yang
diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai detektor
dinamakan waktu retensi (tR). Adapun nilai Rf dari n-Heksana yaitu 1,433.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode
pemisahan berdasarkan kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut:
Kelebihan:
- Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
- Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
- Gas mempunyai vikositas yang rendah.
- Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
- Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala
macam campuran.
15
Kekurangan:
- Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
- Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode
lain.
- Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Prinsip dasar metode kromatografi gas adalah pemisahan komponen-
komponen dalam suatu campuran berdasarkan kepolarannya. Dimana
komponen yang memiliki kedekatan polaritas dengan fasa diam maka
akan tertahan di kolom, sedangkan komponen yang memiliki
kedekatan polaritas dengan fasa gerak akan terelusi keluar dari kolom
(keluar duluan).
2. Komponen-komponen utama instrumen GC yaitu: Gas Pembawa,
Detektor, Kolom, Injektor, Rekorder dan Komputer (Penampil
Kromatogram).
3. Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode pemisahan
menggunakan kromatografi gas yaitu sebagai berikut
Kelebihan:
- Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang
tinggi.
- Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
- Gas mempunyai vikositas yang rendah.
- Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
- Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah
fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir
segala macam campuran.
17
Kekurangan:
- Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah
menguap.
- Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan
campuran dalam jumlah besar.
- Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kromatografi Gas-Cair.
http://www.chem-is-try.org/kromatografi_gas_cair.html. Diunduh 17
Juni 2012.
Himawan, Joseph. 2007. Kromatografi Gas.
http://tupai-terbang.blogspot.com/kromatografi_gas.html. Diunduh 17
Juni 2012.
Puspita, Dewi. 2007. Kromatografi Gas.
http://the_doctor.blogspot.com/kromatografi_gas.html. Diunduh 17
Juni 2012.
19